Anda di halaman 1dari 143

Oleh :

Dr.rer.nat.H.Ahmad Zaeni, M.Si.


Bahasan
1. Materi dan Perubahannya
2. Struktur Atom
3. Sistem Periodik
4. Stoikiometri
5. Reaksi Kimia
6. Ikatan Kimia dan Struktur Molekul
7. Larutan I
8. Larutan II
Kesetimbangan dan Ksp
Sifat Koligatif
Larutan Asam Basa

1. Materi dan Perubahannya

MATERI
ZAT MURNI CAMPURAN
SENYAWA UNSUR
HETEROGEN HOMOGEN
MOLEKUL
ATOM
Materi dan Perubahannya
Sifat ekstensif adalah sifat yang tergantung pada
ukuran sampel materi yang diperiksa
Sifat intensif adalah sifat yang tidak tergantung
pada ukuran sampel materi.
Sifat-sifat fisika adalah suatu keadaan yang dapat
dilihat tanpa merubah sifat-sifat kimia materi
tersebut.
Sifat-sifat kimia adalah kecenderungan dari suatu
zat untuk mengalami perubahan kimia tertentu
Perubahan kimia dan Perubahan fisika

Sifat Sifat Materi

Materi
Karakteristik
Bentuk Volume Tekanan
Gas Sesuai dengan
wadahnya
Tidak mempunyai
volume tertentu
Dapat dikompres atau
dieskpansi
Cair Tidak mempunyai
bentuk khas
(tergantung
wadahnya)
Mempunyai volume
tertentu
Tidak dapat dikompres
atau diekspansi (tidak
mutlak)
Padat Mempunyai bentuk
tertentu
Mempunyai volume
tertentu
Tidak dapat dikompres
atau diekspansi
Perubahan Fasa
a. Mencair
b. Membeku
c. Menguap
d. Mengembun
e. Menguap (Menyublim)
f. Menyublim
Padat
Gas
Cair
b
c
d
e
f
a
Bahasan
1. Materi dan Perubahannya
2. Struktur Atom
3. Sistem Periodik
4. Stoikiometri
5. Reaksi Kimia
6. Ikatan Kimia dan Struktur Molekul
7. Larutan I
8. Larutan II
Kesetimbangan dan Ksp
Sifat Koligatif
Larutan Asam Basa

2. Struktur Atom
Demokritus
Dalton
Thomson
elektron
Rutherford
Proton
Netron
Bohr
Spektrum Atom Hydrogen
Balmer, Paschen dll
Mekanika Gelombang
spdf
Ancient Atomic Model
Pandangan filosof Yunani
Atom adalah Konsep kemampuan untuk dipecah yg
tiada berakhir
Leucippus (Abad ke-5 SM)
Ada batas kemampuan untuk dibagi, sehingga harus
ada bagian yang tidak dapat dibagi lagi
Democritus (380-470 SM)
A: tidak, tomos: dibagi. Jadi atom adalah partikel yang
tidak dapat dibagi lagi. Atom setiap unsur memilki
bentuk & ukuran yang berbeda.
Lucretius
Sifat atom suatu bahan dalam On the Nature of
Things

Teori Dalton
Teori Dalton dinyatakan dalam beberapa postulat:
1. Zat terdiri dari partikel-partikel kecil yang disebut atom
2. Atom suatu zat tidak dapat diuraikan menjadi partikel
yang lebih kecil dan tidak dapat diubah menjadi atom zat
lain
3. Atom-atom setiap zat adalah identik, artinya mempunyai
bentuk, ukuran, dan massa yang sama
4. Atom suatu zat berbeda sifat dengan atom zat lain
5. Persekutuan antara dua atom atau lebih akan
menghasilkan atom senyawa
Dalton
Atom merupakan bagian terkecil dari materi yang sudah
tidak dapat dibagi lagi
Atom digambarkan sebagai bola pejal yang sangat kecil,
suatu unsur memiliki atom-atom yang identik dan
berbeda untuk unsur yang berbeda
Atom-atom bergabung membentuk senyawa dengan
perbandingan bilangan bulat dan sederhana. Misalnya air
terdiri atom-atom hidrogen dan atom-atom oksigen
Reaksi kimia merupakan pemisahan atau penggabungan
atau penyusunan kembali dari atom-atom, sehingga atom
tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan.
Symbol of Atom in Dalton Era

Symbol of Atom

Anggapan atom merupakan bola kecil dan padat ini mulai goyah
setelah Michael faraday mengumumkan hasil eksperimennya
bahwa perubahan kimia dapat disebabkan oleh aliran listrik yang
dilewatkan melalui suatu larutan zat. Hal ini berarti bahwa dalam
materi terdapat muatan listrik.
Penemuan Faraday mendorong G.J. Stoney untuk meramalkan
partikel penyusun atom yang dinamainya elektron. Eksistensi
elektron ini baru dapat dibuktikan oleh J.J. Thomson yang berhasil
menghitung perbandingan muatan terhadap massa elektron (e/m),
yaitu 1,759 x 108 coulomb/gram. Dan ketika Millikan berhasil
menemukan muatan elektron yaitu 1,602 x 1019 coulomb, maka
diketahui bahwa massa elektron adalah 9,11 x 1028 gram.
Oleh karena elektron bermuatan negatif, sedangkan kenyataannya
atom bersifat netral, maka sudah tentu atom juga mengandung
partikel yang bermuatan positif. Partikel bermuatan positif ini
dinamakan proton oleh Rutherford. Kemudian diketahui bahwa
massa proton kira-kira 1873 x massa elektron.

u
c h
h E = =

u
c h n
h n E E = =
2 1
|
|
.
|

\
|
= =
2
2
2
1
1 1 1
n n
Rc

v
SPEKTRUM UNSUR
E = h u
R = Tetapan Rydberg (1,09678 x 10
7
m
1
)
c = Kecepatan cahaya (2,997925 x 10
8
m
det
1
)
Seri Lyman : di daerah ultra violet
Seri Balmer : di daerah tampak
Seri Paschen: di daerah inframerah dekat
Seri Brackett: di daerah inframerah
Seri Pfund : di daerah inframerah jauh
Untuk n
1
= 1, n
2
= 2, 3, 4, diperoleh garis-deret Lyman
Untuk n
1
= 2, n
2
= 3, 4, 5, diperoleh garis-deret Balmer
Untuk n
1
= 3, n
2
= 4, 5, 6, diperoleh garis-deret Paschen
Untuk n
1
= 4, n
2
= 5, 6, 7, diperoleh garis-deret Brackett
Untuk n
1
= 5, n
2
= 6, 7, 8, diperoleh garis-deret Pfund

|
|
.
|

\
|
= =

2
2
2
1
1 15
n
1
n
1
det 10 x 3,2881

)
1 1
(
1
2
2
2
1
n n
RH =


Deret n
1
n
2
Daerah
Lyman ( 1906 ) 1 2,3,4 Ultra violet
Bahmer ( 1885 ) 2 3,4,5 Tampak
Paschen ( 1908 ) 3 4,5,6 Infra merah
Bracket ( 1922 ) 4 5,6,7 Infra merah
Pfund ( 1925 ) 5 6, 7,8 Infra merah
Humpreys ( 1926 ) 6 7,8,9 Infra merah
Thomsons Model of Atom
Positive charge spread over the entire sphere
Atom merupakan bola pejal yang bermuatan positif dan
didalamya tersebar muatan negatif elektron"
Penemuan elektron

MODEL ATOM THOMSON

Pelucutan Gas
Kilat = bunga api listrik yang melompat dari
awan ke tanah karena adanya beda tegangan
yang tinggi antara kedua tempat.
Dalam keadaan normal, gas sukar menghantar
listrik, untuk menimbulkan bunga api listrik
antara dua ujung diudara pada tekanan 1 atm
diperlukan +\- 30.000 volt/cm.
Pada tekanan 1 atm dalam tabung lucutan
yang berisi udara ternyata arus tidak mengalir.
MODEL ATOM THOMSON
Pada tekanan 0,01 mmHg dinding tabung yang
berhadapan dengan katoda berpendar, bila udaranya
dikeluarkan lagi sebagian warna dinding akan kehijauan,
warna kehijauan disebabkan radiasi dari katoda menuju
anoda, pertanyaannya sinar tersebut cahaya atau partikel?
William Crookes (1832 1919) tabung crookes memberi
rintangan salib antara katoda dan dinding dibelakang anoda
& terlihat bayangan salib didinding yang berpendar tersebut.
Hal ini menunjukkan sinar katoda merambat menurut garis
lurus.
(1895) menunjukkan bahwa ketika sinar katoda menumbuk
sebuah elektroda, sinar akan memberi muatan negatif pada
elektroda tersebut, sinar katoda menyebabkan elektroskop
bermuatan negatif.
Design of Cathode Rays
Crookes membuktikan bahwa sinar
katoda dapat dibelokkan oleh medan
elektromagnet
MODEL ATOM THOMSON
Crookes dan Perrin belum mengetahui berapa massa (m)
dan muatan (e) dari partikel tersebut.
JJ Thomson (1856-1940) menamakan partikel bermuatan
negatif tersebut sebagai elektron dan Thomson menentukan
besaran perbandingan antara muatan dengan massa.
Thomson menggunakan prinsip bahwa partikel yang
bergerak melalui medan magnet akan dibelokkan, partikel
yang bermuatan e dan kecepatan v memasuki secara tegak
lurus daerah medan magnet B, maka partikel akan
menempuh lintasan berbentuk lingkaran dengan jari-jari:

J.J.Thomson pada tahun 1897 berhasil menemukan
perbandingan muatan electron dan masa electron e/m = 1,76 x
108 Coulomb/gram. Dan pada tahun 1913 Millikan menemukan
muatan electron sebesar e = 1,6 x 10-19 Coulomb. Sehingga
masa electron menjadi 9,11 x 10-28 gram.
Karena elektron adalah partikel maka akan bersifat gelombang
juga. Gaya medan magnet / medan listrik = masa x percepatan

e x E = m x a a =

Karena gaya medan magnit = gaya medan listrik maka
H x e x V = e x E sehingga V = E/H


m
exE
Electron dan Positron
Penemuan elektron bermula dari adanya penemuan
Faraday pada Tahun 1834 tentang adanya ekivalensi
materi dan listrik, beliau menggunkan ZnS pada tabung
katoda. sedangkan istilah elektron diusulkan oleh Stoney
pada tahun 1891 untuk satuan listrik.
Penemuan partikel elektron pertama dimulai dari
percobaan J.Plucker yang kemudian dikembangkan lebih
lanjut oleh Crookes dan J.J.Thomson
Positron pertama kali diramalkan oleh P.M.Dirac pada
tahun 1930 dan kemudian ditemukan oleh C.D Anderson
dengan masa 9,11 x 10-28 gram.
Proton
Proton merupakan salah satu partikel penyusun atom
yang terletak pada inti atom bermuatan positif. Partikel ini
ditemukan oleh Eugene Goldstein pada tahun 1886
berdasarkan pencobaannya yang mirip dengan
percobaan Crookes dan JJ Thomson.
Dengan mengaliri tabung dengan aliran listrik sehingga
terbentuk ion-ion dalam tabung.
Pada Tahun 1886 Eugene Goldstein menemukan sinar
positif dalam tabung sinar katoda, dibalik lempeng katoda
yang berlubang. Proton memiliki masa 1836 kali masa
elektron karena e/m = 2,87 x 10-14 dimana e = 4,8033
10-10 e.s.u. jika pada percobaanya digunakan gas
hidrogen maka partikel posotif berupa proton ini bermasa
1,6726 x 10-24 gram
Netron
Spektrograf masa dapat menentukan
masa proton sebesar 1,00728 s.m.a.
dan masa elektron sebesar 0,00005
s.m.a.
Setelah penelitian Bothe dan Becker,
J.Chadwick pada tahun 1932
menemukan bahwa netron bermasa
1,0087 s.m.a. (1,6749 x 10-24).
Rutherford
mengemukakan teori atom sebagai berikut:
Atom terdiri dari inti bermuatan positif dan
elektron yang mengelilingi inti bermuatan
negatif
Karena atom bersifat netral, maka muatan
positif inti sama dengan muatan negatif
elektron
Jari-jari inti besarnya kira-kira 10
13
cm,
sedangkan jari-jari atom sekitar 10
8
cm.
Rutherford
Atom bukan merupakan bola pejal, karena hampir
semua partikel alfa diteruskan
Jika lempeng emas tersebut dianggap sebagai satu
lapisan atom-atom emas, maka didalam atom emas
terdapat partikel yang sangat kecil yang bermuatan
positif.
Partikel tersebut merupakan partikelyang menyusun
suatu inti atom, berdasarkan fakta bahwa 1 dari 20.000
partikel alfa akan dibelokkan. Bila perbandingan
1:20.000 merupakan perbandingan diameter, maka
didapatkan ukuran inti atom kira-kira 10.000 lebih kecil
daripada ukuran atom keseluruhan.

Rutherford experimental design

Millikans oil-drop apparatus



Berkas sinar katoda
(elektron)
dipengaruhi medan
magnet
Niels Bohr
Hanya ada seperangkat orbit tertentu yang diperbolehkan
bagi satu elektron dalam atom hidrogen. Orbit ini dikenal
sebagai keadaan gerak stasioner (menetap) elektron dan
merupakan lintasan melingkar disekeliling inti.
Selama elektron berada dalam lintasan stasioner, energi
elektron tetap sehingga tidak ada energi dalam bentuk
radiasi yang dipancarkan maupun diserap.
Elektron hanya dapat berpindah dari satu lintasan
stasioner ke lintasan stasioner lain. Pada peralihan ini,
sejumlah energi tertentu terlibat, besarnya sesuai dengan
persamaan planck, E = hv.
Lintasan stasioner yang dibolehkan memilki besaran
dengan sifat-sifat tertentu, terutama sifat yang disebut
momentum sudut. Besarnya momentum sudut
merupakan kelipatan dari h/2 t atau nh/2 t, dengan n
adalah bilangan bulat dan h tetapan planck.

Niels Bohr
Mengemukakan teori sebagai berikut :
Elektron-elektron bergerak mengelilingi inti atom dalam lintasan yang
memenuhi syarat teori kuantum. Yang diperbolehkan hanya lintasan-
lintasan elektron yang memiliki momen sudut yang merupakan
kelipatan dari harga h/2t. Lintasan-lintasan itu dinamakan kulit atau
tingkat energi elektron
Dalam kulit tersebut, elektron berada pada tingkat energi tertentu
yang disebut keadaan stasioner, artinya tidak menyerap atau
memancarkan energi
Energi akan dipancarkan atau diserap jika elektron berpindah dari
satu tingkat energi ke tingkat energi yang lain
Elektron berpindah dari tingkat energi rendah ke tingkat energi tinggi
dengan cara menyerap energi, yang disebut keadaan tereksitasi
(keadaan tidak stabil). Atom dalam keadaan tereksitasi akan kembali
ke keadaan stabil dengan cara memancarkan radiasi. Radiasi yang
dipancarkan akan menghasilkan spektrum warna sesuai dengan
energi yang dipancarkan.
Molekul atom ini bertitik tolak dari model atom Rutherford dan teori kuantum Planck di
dasarkan atas anggapan sebagai berikut :
1. Elektron bergerak mengelilingi inti atom dalam lintasan atau orbit yang berbentuk
lingkaran.
2. Lintasan yang diperlukan adalah lintasan dimana mementum sudut elektron
merupakan kelipatan dari dengan h adalah tetapan Planck. Lintasan ini disebut
Lintasan Kuantum.
3. Karena mementum sudut elektron (massa = m) yang bergerak dengan kecepatan v
dalam lintasan dengan jari-jari r adalah mvr, maka


4. Bila elektron bergerak dalam salah satu lintasan kuantumnya, maka eletron tidak
akan memancarkan energi. Elektron dalam lintasan ini berada dalam keadaan
stasioner atau dalam tingkat energi tertentu.
5. Bila elektron pindah dari tingkat energi E
1
ke tingkat energi E
2
yang lebih rendah,
maka akan terjadi radiasi sebanyak: E
1
- E
2
= hv
,...) 4 , 3 , 2 , 1 (
2
= = n
h
n mvr
t
t 2
h
Dengan teori atom Bohr dapat dihitung selisih (energi transisi)
jika elektron, dalam atom hidrogen berpindah dari satu orbital
ke orbital lain, misalnya dari orbit n1 ke orbit n2.
AE
H
= E
2
- E
1
Menurut persamaan,
|
|
.
|

\
|
=
|
|
.
|

\
|
=
+ = A
2
2
2
1
2
2
2
1
2
4 2
2 2
1
4 2
2 2
2
4 2
1 1
1 1 2
2 2
n n
A
n n h
me
h n
me
h n
me
E
H
t
t t
Bohr Atomic Models

Bohr Atomic Theory

Comparison of Nucleus and Atom



Quantum Mechanic Theory of Atom
Gerakan elektron memiliki sifat gelombang, sehingga
lintasannya (orbitnya) tidak stasioner seperti model Bohr,
tetapi mengikuti penyelesaian kuadrat fungsi gelombang
yang disebut orbital (bentuk tiga dimensi darikebolehjadian
paling besar ditemukannya elektron dengan keadaan
tertentu dalam suatu atom)
Bentuk dan ukuran orbital bergantung pada harga dari
ketiga bilangan kuantumnya. (Elektron yang menempati
orbital dinyatakan dalam bilangan kuantum tersebut)
Posisi elektron sejauh 0,529 Amstrong dari inti H menurut
Bohr bukannya sesuatu yang pasti, tetapi bolehjadi
merupakan peluang terbesar ditemukannya elektron
Pada tahun 1924 Louis de Broglie mengemukakan hipotesis
bahwa semua materi memiliki sifat gelombang dengan panjang
gelombang


Untuk elektron yang menjalani orbit Bohr yang berupa lingkaran
berlaku: Sehingga:




Dengan demikian hipotesis de Bruglie dapat menjelaskan
postulet Bohr, bahwa momentum sudut elektron merupakan
kelipatan dari
mv
h
atau
mc
h
p
h
= =
rr
mv
h
n t 2 =
mvr
h
n =
|
.
|

\
|
t 2
atau
t 2
h
Prinsip Ketidakpastian Heisenberg
Pada tahun 1925 Warmer Heisenberg mengemukakan prinsip
ketidakpastian yang menyatakan bahwa tidak mungkin untuk
dapat mengetahui pada waktu yang bersamaan baik
momentum maupun kedudukan suatu partikel, seperti elektron
dengan tepat.
Prinsip Heisenberg dapat dinyatakan dengan



Keterangan :
Apx = ketidakpastian momentum ( pada arah x )
Ax = ketidakpastian kedudukan ( pada arah x )
h = tetapan Planch
t 4
) ( ) (
h
x px > A A
H = E
H d = E d
E = * H d
* H d > Eo
Operator

No Variabel
Dinamik
Operator Operasi
x Koordinat x Dikalikan x
q
i
Koordinat umum Dikalikan q
i

q
i
2
Kuadrat jarak Dikalikan
p
i
Momentum
p
i
2
Kuadrat momentum
q
i
p
i
Jarak kali momentum
p
i
q
i
Momentum kali jarak
t Waktu dikalikan t
E Energi
H Hamiltonian partikel
tunggal satu dimensi
H Hamiltonian partikel
tunggal tiga dimensi
H Hamiltonian pada umumnya
untuk n partikel
x

i
q

i
p

i i
p q

t

2
i
q

2
i
p

i i
q p

( ) ) . ,......... (
1
2
2 1
2
2
2
1
2
n
i
n
j
i
q q V
dq
d
m m
+ V

=

) , , (
2
3 2 1
2
2
q q q V
m
+ V

) , , (
2
3 2 1
2
2 2
q q q V
dq
d
m
i
+

dt
d
i
2

i
dq
d
i
) (
i
i
dq
d
i q
i
i
q
dq
d
i ) (
2
2
2
i
dq
d

+ = + E H

(
t
t x
i t x x V
x
t x
m c
+ c
= + +
c
+ c

) , (
) , ( ) (
) , (
2
2
2 2

(
t
i z y x V
z
t x
y
t x
x
t x
m c
+ c
= + +
c
+ c
+
c
+ c
+
c
+ c

) , , ( )
) , ( ) , ( ) , (
(
2
2
2
2
2
2
2 2

t
t r
i r V
r
r
r mr
c
+ c
= + +
(

|
|
.
|

\
|
c
+ c
+
|
.
|

\
|
c
+ c
c
c
+
|
.
|

\
|
c
+ c
c
c

) , , , (
) , , (
sin
1
sin
sin
1
2
2
2
2
2
2
2
| u
| u
| u u
u
u u

|
|
.
|

\
|
c
c
+
c
c
+
c
c
= V
z y x
|
|
.
|

\
|
c
c
+
c
c
+
c
c
= V
2
2
2
2
2
2
2
z y x
Dengan memasukkan fungsi gelombang
sebagai fungsi r,, ,t maka diperoleh

Bilamana sistem mengandung dua
partikel, maka diperoleh
) , , , ( t r | u + = +
t
t r
i t r V
m m c
+ c
= +
|
|
.
|

\
|
+ V V
) , , , (
) , , , (
2 2
2
2
2
2
2
1
1
2
| u
| u


dt
d
i V
m
n
j
j
j
|
|

1 1
2
1
1
2
2

=
|
|
.
|

\
|
+ V

=
) ( ,..) , , ( ) ,.., , , (
3 2 1 3 2 1
t q q q t q q q u = +

dt
d
i V
m
n
j
j
j
|
|

1 1
2
1
1
2
2

=
|
|
.
|

\
|
+ V

=
|
|
E
i
dt
d

=
E V
m
i
n
j
j
j
= + V

=1
2
2
2

Et i
e t
) / (
) (

= |

+ = + +
(

c
+ c
+
c
+ c
+
c
+ c
+
c
+ c
+
c
+ c
+
c
+ c
E z y x V
z y x m z y x m
) , , ( ) (
1
) (
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
1
2
2
1
2
1
2

2 1
2 2 1 1
2 1
2 2 1 1
2 1
2 2 1 1
m m
z m z m
Z
m m
y m y m
Y
m m
x m x m
X
+
+
=
+
+
=
+
+
=
1 2
1 2
1 2
z z z
y y y
x x x
=
=
=

E z y x V
z y x Z Y X M
= + +
c
+ c
+
c
+ c
+
c
+ c
+
+
c
+ c
+
c
+ c
+
c
+ c
+
) , , ( ) (
2
1
) (
1
2
2
2
2
2
2
2 2
2
2
2
2
2
2 2

1
2
2
2
2
2
2 2
) (
1
2
E
Z Y X M
=
c
+ c
+
c
+ c
+
c
+ c
+


2
2
2
2
2
2
2 2
) , , ( ) (
2
1
E z y x V
z y x
= + +
c
+ c
+
c
+ c
+
c
+ c
+

E E E = +
2 1

t
t r
i r V
r
r
r r c
+ c
= + +
(

|
|
.
|

\
|
c
+ c
+
|
.
|

\
|
c
+ c
c
c
+
|
.
|

\
|
c
+ c
c
c

) , , , (
) (
sin
1
sin
sin
1
2
2
2
2
2
2
2
| u
| u u
u
u u

) ( ). ( ). ( ) , , ( | u | u u O = + r R r
Ou = Ou +
(

|
|
.
|

\
|
c
u c
O +
|
.
|

\
|
c
O c
c
c
u +
|
.
|

\
|
c
c
c
c
Ou R E R r V R R
r
R
r
r r
. ) ( sin sin sin
sin 2
2
2
2 2
2 2
2
| u
u
u
u u
u

| | 0 ) (
sin 2 1
sin
sin
sin
2
2 2
2
2
2 2
= +
|
|
.
|

\
|
c
u c
u
+
|
.
|

\
|
c
O c
c
c
O
+
|
.
|

\
|
c
c
c
c
r V E
r
r
R
r
r
u
| u
u
u
u
u

,...,... 2 , 1 , 0
) 1 .........( )......... (
) (
2
2
2
=
+ = u
u =
c
u c

m
Be Ae
m
im im
m
| |
|
|
|
| | 0 ) (
2
sin
sin
sin
1 1
2
2
2
2
2
= +
|
.
|

\
|
c
O c
c
c
O
+
|
.
|

\
|
c
c
c
c
r V E
r m
r
R
r
r R

u u
u
u u

) ( ) ( ) , (
) (cos
)! (
)! ) (
2
1 2
) (
,... 1 ,
) 1 (
) 2 ..( .......... .......... 0
sin
sin
sin
1
) (
2
2
| u | u
u u
|
|
u u
u
u u
m lm lm
m
l lm
Y
P
m l
m l
l
m m l
l l
m
u O =
+

+
= O
+ =
+ =
= O + O
|
.
|

\
|
c
O c
c
c

=
=
=
=
(

+ +
+
+
|
.
|

\
|
c
c
c
c
m
k
k
k
l
a F
F e R
e R
r
Ze
E
r
l l
r
R
r
r R
0
2 /
2 /
2
2 2
2
) (
) (
0
2 ) 1 ( 1

| | ) 3 ......( .......... .......... 0 ) (


2
2
2
2
= +
|
.
|

\
|
c
c
c
c
R r V E
r
R
r
R
r
r

|

2 / 2
2 / 3
0
30
2 /
2 / 3
0
21
2 /
2 / 3
0
20
2 /
2 / 3
0
10
) 6 6 (
3 9
) / (
) (
6 2
) / (
) (
) 2 (
2 2
) / (
) (
2 ) (

+
|
|
.
|

\
|
=
|
|
.
|

\
|
=

|
|
.
|

\
|
=
|
|
.
|

\
|
=

e
a Z
r R
e
a Z
r R
e
a Z
r R
e
a
Z
r R
Functions Wave Radial like Hydrogen

| u o
t

| u o
t

u o
t

o o
t

o
o
o
o
sin sin ) 6 (
81
2
cos sin ) 6 (
81
2
cos ) 6 (
81
2
2 18 27 (
3 81
1
3 /
2 / 3
0
3
3 /
2 / 3
0
3
3 /
2 / 3
0
3
3 / 2
2 / 3
0
3

|
|
.
|

\
|
=

|
|
.
|

\
|
=

|
|
.
|

\
|
=
+
|
|
.
|

\
|
=

e
a
Z
e
a
Z
e
a
Z
e
a
Z
Functions Wave like Hydrogen
x
x
z
p
p
p
s

| u o
t

| u o
t

| u u o
t

| u u o
t

u o
t

o
o
o
o
o
2 sin sin
2 81
1
2 cos sin
81
1
sin cos sin ) 6 (
81
2
cos cos sin
81
2
) 1 cos 3 (
6 81
2
2 3 / 2
2 / 3
0
3
2 3 / 2
2 / 3
0
3
2 /
2 / 3
0
3
3 / 2
2 / 3
0
3
2 3 / 2
2 / 3
0
3
2 2
2

|
|
.
|

\
|
=
|
|
.
|

\
|
=

|
|
.
|

\
|
=
|
|
.
|

\
|
=

|
|
.
|

\
|
=

e
a
Z
e
a
Z
e
a
Z
e
a
Z
e
a
Z
xy
y x
yz
xz
d
d
d
d
dz
Bilangan kuantum
Bilangan kuantum utama (n)
n = 1, 2, 3, 4, dengan huruf = K, L, M, N, 2n
2
.
Bilangan kuantum azimut (l)
s (sharp), p (principal), d (difuse), f (fundamental)
l = 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6,
huruf = s, p, d, f, g, h, i,
Bilangan kuantum magnetik (m)
untuk l = 0, harga m = 0, terdapat 1 orbital
untuk l = 1, harga m = 1, 0, +1, terdapat 3 orbital
untuk l = 2, harga m = 2, 1, 0, +1, +2, terdapat 5 orbital
untuk l = 3, harga m = 3, 2, 1, 0, +1, +2, +3, terdapat 7 orbital

l = 0 (s), jumlah elektron maksimum 2
l = 1 (p), jumlah elektron maksimum 6
l = 2 (d), jumlah elektron maksimum 10
l = 3 (f), jumlah elektron maksimum 14
Bilangan kuantum spin (s)


Konfigurasi elektron
Aturan Aufbau
Elektron-elektron mulai mengisi orbital dengan tingkat energi
yang paling rendah, kemudian orbital dengan tingkat energi
yang lebih tinggi dan seterusnya.
Aturan Hund
Elektron-elektron yang memasuki suatu subkulit yang terdiri
lebih dari satu orbital akan mengisi orbital-orbital itu sedemikian
rupa sehingga memberikan jumlah elektron yang tidak
berpasangan maksimum dan arah spin yang sama
Eksklusi Pauli
Tidak boleh ada 2 elektron memiliki ke empat bilangan kuantum
yang sama

1s
2
2s
2
2p
6
3s
2
3p
6
4s
2
3d
10
4p
6
5s
2
4d
10
5p
6
6s
2
4f
14
5d
10
6p
6
7s
2

Langkah Langkah Pengisian
Elektron
1s
2s 2p
3s 3p 3d
4s 4p 4d 4f
5s 5p 5d 5f
6s 6p 6d
7s 7p
Bahasan
1. Materi dan Perubahannya
2. Struktur Atom
3. Sistem Periodik
4. Stoikiometri
5. Reaksi Kimia
6. Ikatan Kimia dan Struktur Molekul
7. Larutan I
8. Larutan II
Kesetimbangan dan Ksp
Sifat Koligatif
Larutan Asam Basa

3. Sistem Periodik
Sejarah Sistem Periodik
Fakta percobaan Ilmu kimia sebagai hasil pengamatan harus
disusun dan diklasifikasikan sehingga mudah melihat keteraturan,
mamahami, dan menjelaskannya.
Pada tahun 1789 Lavoiser telah mencatat 26 unsur, tahun 1870
sudah dikenal 60 unsur, dan kini sudah dikenal lebih dari 110 unsur.
Bayangkan, bagaimana orang dapat mengingat-ingat sifat dari
sekian banyak unsur dan senyawanya. Informasi tentang unsur
harus diorganisir, agar mudah dipelajari dan dipahami dan dapat
meramal unsur-unsur yang belum ditemukan.
Para ahli kimia menggolongkan unsur-unsur yang menunjukkan
sifat-sifat yang mirip. Mula-mula orang menggolongkan unsur-unsur
dalam logam dan non logam. Logam memiliki sifat mengkilap, dapat
ditempa menjadi lempeng tipis, dapat dibuat menjadi kawat, dapat
menghantar panas dan listrik, membentuk senyawa dengan oksigen
dan bersifat basa. Unsur non logam tidak mempunyai sifat khas,
tidak menghantar panas dan listrik (kecuali grafit), dan membentuk
oksida asam.

Triad Berat Atom
Rata-Rata
Berat Atom
Perbedaan berat
yang berurutan
Kalsium (Ca)
Stronsium (Sr)
Barium (Ba)
40,08
87,63
137,36
88,72
47,55
49,73
Litium (Li)
Natrium (Na)
Kalium (K)
6,940
22,997
39,100
23,020
16,057
16,103
Belerang (S)
Selenium (Se)
Telurium (Te)
32,066
78,96
127,61
79,84
46,85
42,65
Klorin (Cl)
Bromin (Br)
Iodin (I)
35,457
79,916
126,91
81,183
44,459
66,994
Kalium (K)
Rubidium (Rb)
Cesium (Cs)
39,100
85,47
132,905
86,002
46,37
47,435
Posfor (P)
Arsen (As)
Antimon (Sb)
30,9738
74,922
121,75
76,362
43,948
46,828
Besi (Fe)
Kobalt (Co)
Nikel (Ni)
55,847
58,847
58,71
57,2785
3,000
-0,137
Skandium (Sc)
Yitrium (Y)
Lantanium (La)
44,956
88,905
138,91
91,933
43,949
50,005
Titanium (Ti)
Zirkonium (Zr)
Hafnium (Hf)
47,90
91,22
178,49
113,195
43,32
87,27
Kromium (Cr)
Molibdenum (Mo)
Wolfram (W)
51,996
95,94
183,85
117,923
43,944
87,91
Mangan (Mn)
Teknisium (Tc)
Rhenium (Re)
54,938
98
186,2
120,569
40,062
88,2
Tembaga (Cu)
Perak (Ag)
Emas (Au)
63,54
107,870
196,967
130,2535
44,33
89,097
Seng (Zn)
Kadmium (Cd)
Air raksa (Hg)
65,37
114,40
200,59
132,9298
47,03
88,19
Sistim Periodik Oktav Newland

H 1 F 8 Cl 15 Co dan Ni 22
Li 2 Na 9 K 16 Cu 23
G 3 Mg 10 Cs 17 Zn 24
Bo 4 Al 11 Cr 18 Y 25
C 5 Si 12 Ti 19 In 26
N 6 P 13 Mn 20 As 27
O 7 S 14 Fe 21 Sc 28
Br 29 36 Te 43 Pt dan Ir 50
Rb 30 Ag 37 Cs 44 Os 51
Sr 31 Cd 38 Rn dan V 45 Hg 52
Ce dan La 32 U 39 Tn 46 Tl 53
Zr 33 Sn 40 W 47 Pb 54
Di dan Mo 34 Sb 41 Nb 48 Bi 55
Ro dan Ru 35 I 42 Au 49 Th 56
Sistem Periodik Lothar Meyer

I II III IV V VI VII VIII IX
B 11 Al 27,3 ?In 113,4 Tl 202,7
C 12 Si 28,2 Sn 117,8 Pb 06,4
Ti 48 Zr 89,7
N 14 P 30,9 As 74,9 Sb 122,1 Bi 207,5
V 51,2 Nb 93,7 Ta 182,2
O 16 S 32 Se 78 To 128?
Cr 52,4 Mo 95,6 W 183,5
F 19,1 Cl 35,4 Br 79,75 I 126,5
Mn 54,8 Ru 103,5 Os 198,6
Fe 55,9 Rh 104,1 Ir 196,7
Co = Ni 58,6 Rb 106,2 Pt 196,7
Li 7 Na 22,9 K 39 Rb 85,2 Cd 132,7
Cu 63,3 Ag 107,7 Au 192,2
Be 9,3 Mg 23,9 Ca 39,9 Sr 87 Ba 136,8
Zn 64,9 Cd 111,6 Hg 199,3
Sistem Periodik Mendeleev

Gol. I
R
2
O
Gol. II
RO
Gol. III
R
2
O
3

Gol. IV
RH
4
,
RO
2

Gol. V
RH
3
,
R
2
O
3

Gol. VI
RH
2
,
RO
2

Gol. VII
RH,
R
2
O
3

Gol. VIII
RO
1 H = 1
2 Li =7 Be = 9,4 C O F
3 Na = 23 Mg = 24 Al Si S Cl
4 K = 39 Ca = 40 Ti Cr Mn Fe = 56; Ni = 59
Ni = 59; Cu = 63
5 Cu = 63 Zn = 63 Se Br
6 Rh = 63 Sr Zr Mo Ru = 194; Rh = 104
Pd = 106; Ag = 108
7 Ag = 108 Cd In Sn Sb Te
8 Cs = 133 Mn Di Ce
9
10 Er Ta W Os = 195; In =197
Pt = 198; Au =199
11 Au = 199 Hg Tl Bi
12 U
Sifat-sifat ekasilikon yang
diramalkan Mendeleev dengan hasil
penemuan Lecog De Boisbaudran.

Sifat-sifat Eka Silikon
1871
Germanium
1886
Berat atom 72 72,32
Berat Jenis 5,5 5,47
Panas Jenis 0,073 0,076
Volume Atom 13 ml 13,22 ml
Warna Abu-abu kotor Putih keabu-abuan
Berat Jenis Dioksidanya 4,7 4,73
Titik didih Tetra khloridanya 100C 86C
Berat Jenis Tetrakhloridanya 1,9 1,887
Titik Didih Turunan Tetraetilnya 160C 160C
Sistem Periodik Modern
1. Elektron-elektron tersusun dalam orbital
2. Hanya dua elektron saja yang dapat mengisi setiap orbital
3. Orbital-orbital dikelompokkan dalam kulit
4. Hanya n
2
orbital yang dapat mengisi kulit ke-n
5. Ada berbagai macam orbital dengan bentuk yang berbeda
1. orbital s ; satu orbital setiap kulit
2. orbital p ; tiga orbital setiap kulit
3. orbital d ; lima orbital setiap kulit
4. orbital f ; tujuh orbital setiap kulit
6. Elektron di bagian terluar dari atom yang paling menentukan sifat kimia.
Elektron ini disebut elektron valensi. Reaksi kimia menyangkut elektron
terluar
7. Unsur dalam satu jalur vertikal mempunyai struktur elektron terluar yang
sama, oleh karena ini mempunyai sifat kimia yang mirip termasuk dalam
satu golongan
8. Pada umumnya dalam satu golongan sifat unsur berubah secara teratur
9. Selain itu, ada perubahan teratur sifat kimia dalam satu jalur horisontal
dalam sistem periodik; jalur ini disebut perioda
Golongan
Unsur-unsur blok s ns
1,2
Unsur-unsur blok p ns
2
np
16
Unsur-unsur blok d ns
2
np
110
Unsur-unsur blok f (n-2)f
1
14(n-1)d
1
ns
2
IA VIIIA
IIA IIIA IVA VA VIA VIIA
IB IIB IIIB IVB VB VIB VIIB
VIIIB
1s
2s
3d
2p
4f
3s
4s
5s
6s
7s
3p
4p
5p
6p
4d
5d
4f
Golongan
Golongan Utama
Nomor golongan dibubuhi huruf A
Nomor golongan = jumlah elektron di kulit terluar
Contoh :
3
Li 1s
2
2s
1
golongan IA
6
C 1s
2
2s
2
2p
2
golongan IVA

Golongan Tansisi
Nomor golongan dibubuhi huruf B
Nomor golongan = jumlah elektron s + d (jumlah elektron di kulit
terluar ditambah dengan jumlah elektron d yang diisi terakhir
Contoh :
24
Cr 1s
2
2s
2
2p
6
3s
2
3p
6
4s
2
3d
5
golongan VIIB
27
Co 1s
2
2s
2
2p
6
3s
2
3p
6
4s
2
3d
7
golongan VIIIB
Nama Nama Golongan

Nomor golongan Nama golongan Struktur elektron terluar
IA Alkali ns
1

IIA Alkali tanah ns
2

IIIA Boron ns
2
np
1

IVA Karbon ns
2
np
2

VA Nitrogen ns
2
np
3

VIA Oksigen ns
2
np
4

VIIA Halogen ns
2
np
5

VIIIA Gas mulia ns
2
np
6

Sifat Unsur Transisi
Unsur transisi memiliki beberapa sifat khas antara lain :
1. Semua unsur transisi adalah logam
2. Hampir semua logam transisi berwujud padat pada suhu
biasa , kecuali Hg (raksa) yang berwujud cair
3. Memiliki sifat katalis
4. Bersifat paramagnetik
5. Mempunyai valensi serta bilangan oksidasi umumnya
lebih dari Satu
6. Dapat membentuk senyawa kompleks
7. Senyawa-senyawa unsur transisi pada umumnya
berwarna
Sifat-sifat Periodik Unsur
1. Jari-jari atom
Jari-jari atom bagi unsur-unsur segolongan, makin ke bawah makin besar
jari-jari atom bagi unsur-unsur seperioda, makin ke kanan makin kecil
2. Energi Ionisasi
Unsur-unsur segolongan memiliki energi ionisasi yang makin ke bawah
makin kecil
Sedangkan energi ionisasi bagi unsur-unsur seperioda makin ke kanan
makin besar
3. Keelektronegatifan
Keeletronegatifan bagi unsur-unsur segolongan makin ke bawah makin
kecil
Sedangkan bagi unsur-unsur seperioda makin ke kanan makin besar
4. Sifat logam dan non logam
Sifat logam dalam sistem periodik makin ke kanan makin berkurang
sifat logam unsur-unsur yang segolongan, makin ke bawah makin
bertambah



Sifat-sifat Periodik Unsur
5. Titik didih dan titik leleh
Faktor yang mempengaruhi titik didih atau titik leleh adalah
ikatan dan massa atom relatif.
Untuk atom-atom logam ada ikatan antar atom logam, sehingga
faktor ini sangat berpengaruh. Untuk atom-atom non logam
tidak ada ikatan antar atomnya sehingga titik didih dan titik leleh
hanya dipengaruhi oleh massa atom.
Untuk atom logam, dalam satu golongan sifat titik didih dan titik
lelehnya makin ke atas makin besar dan dalam satu perioda
makin ke kanan makin besar.
Untuk atom non logam, dalam satu golongan sifat titik didih dan
titik lelehnya makin ke bawah makin besar dan dalam satu
perioda makin ke kanan makin besar.
Beberapa Istilah
Isotop
Isoton
Isobar
Unsur-unsur dalam Sistem Periodik
Gas-gas mulia meliputi helium (He), neon (Ne), argon (Ar),
kripton (Kr), Xenon (Xe), dan radon (Rn).
Gas mulia dipakai sebagai alat penerang yang dikenal sebagai lampu
neon. Warnanya beraneka ragam : neon berwarna merah, xenon
berwarna biru, kripton berwarna putih kebiruan, serta argon berwarna
merah muda dan biru Helium cair atau neon cair digunakan sebagai
zat pendingin (refrigerant), misalnya pada reaktor nuklir.
Gas helium atau argon digunakan untuk membentuk atmosfir yang
inert untuk mencegah oksidasi pada penyepuhan logam pada
pembuatan kristal silikon dan germanium.
Campuran helium dengan oksigen digunakan untuk pernafasan para
penyelam laut yang dalam.
Dalam bidang kesehatan dan terapi, campuran helium dan oksigen
dipakai sebagai pernafasan para penderita asma. Xenon yang
mempunyai sifat anastetika (pemati rasa) digunakan sebagai obat
bius. Radon yang bersifat radioaktif sering dipakai dalam terapi radiasi
terhadap kanker.
Unsur-unsur halogen meliputi fluor (F), khlor (Cl), brom (Br),
iodium (I), dan astatin (As).
Fluor banyak digunakan dalam pembuatan zat-zat kimia seperti pada
freon (zat pendingin pada kulkas) dan teflon, NaF digunakan untuk
mengawetkan kayu dari gangguan serangga. Garam fluorida
digunakan sebagai campuran pastagigi untuk mencegah kerusakan
gigi.
Khlor banyak digunakan dalam industri plastik PVC dan industri
insektisida DDT. Dalam industri kertas dan tekstil, khlor dipakai
sebagai zat pemutih. Khlor juga merupakan bahan pembuat kaporit
(Ca(OCl)2. Garam-garam klorat adalah bahan pembuat mercon dan
korek api. Garam-garam klorida beraneka ragam kegunaannya antara
lain NaCl (garam dapur), KCl (pupuk), NH4Cl (pengisi batu batere).
Senyawa-senyawa brom antara lain : NaBr digunakan sebagai obat
penenang syaraf, CH3Br digunakan sebagai bahan zat pemadam
kebakaran.
Iodium banyak digunakan dalam bidang kesehatan, industri tepung,
serta dalam tubuh manusia sebagai bahan penyusun tiroksin.
Bahasan
1. Materi dan Perubahannya
2. Struktur Atom
3. Sistem Periodik
4. Stoikiometri
5. Reaksi Kimia
6. Ikatan Kimia dan Struktur Molekul
7. Larutan I
8. Larutan II
Kesetimbangan dan Ksp
Sifat Koligatif
Larutan Asam Basa

4. Stoikiometri dan
5. Reaksi Kimia
Reaksi Kimia
Reaksi Asam Basa
Reaksi Pengendapan
Reaksi Metatesis
Reaksi Redoks

Chemical Reaction
Reaksi kimia adalah suatu proses
terbentuknya zat-zat baru (hasil reaksi)
dari beberapa zat pereaksi.
Biasanya suatu reaksi kimia disertai
dengan terjadinya perubahan warna,
terbentuknya endapan, atau timbulnya
gas

Penyetaraan Persamaan Reaksi Redoks
Ada dua cara untuk menyetarakan persamaan reaksi redoks
yaitu, cara setengah-reaksi dan cara bilangan oksidasi

Cara setengah-reaksi elektron-ion,
Langkah 1. Identifikasi spesies yang terlibat dalam
perubahan bilangan oksidasi dan tuliskan persamaan
setengah-reaksinya



Langkah 2. Setarakan jumlah atom dari tiap setengah-reaksi
MnO
4
-
Mn
2+
Reduksi :
SO
3
2-

SO
4
2-
Oksidasi :
MnO
4
-
+ 8 H
+
Mn
2+
+ 4 H
2
O
Reduksi :
SO
4
2-
+ 2 H
+

Oksidasi :
SO
3
2-
+ H
2
O
continued
Langkah 3. Setarakan muatan listrik dari tiap
setengah-reaksi



Langkah 4. Gabungkan kedua setengah-reaksi
untuk mendapatkan persamaan redoks keseluruhan

SO
4
2-
+ 2 H
+
+ 2 e
-

Oksidasi :
SO
3
2-
+ H
2
O
MnO
4
-
+ 8 H
+
+ 5 e
-
Mn
2+
+ 4 H
2
O
Reduksi :
5 SO
4
2-
+ 10 H
+
+ 10 e
-

Oksidasi :
5 SO
3
2-
+ 5 H
2
O
2 MnO
4
-
+ 16 H
+
+ 10 e
-
2 Mn
2+
+ 8 H
2
O Reduksi :
5 SO
4
2-
+ 10 H
+
+
5 SO
3
2-
+ 5 H
2
O + 2 MnO
4
-
+ 16 H
+
2 Mn
2+
+ 8 H
2
O
continued
Langkah 5. Sederhanakan kalau-kalau persamaan
keseluruhan mengandung spesies yang sama pada
kedua sisinya


Langkah 6. Teliti lagi dan pastikan bahwa
persamaan keseluruhan seimbang baik jumlah atom
maupun muatannya

5 SO
4
2-
+
5 SO
3
2-
+ 2 MnO
4
-
+ 6 H
+
2 Mn
2+
+ 3 H
2
O
Cara bilangan oksidasi
Langkah 1. Tentukan atom-atom yang
mengalami perubahan bilangan oksidasi dan
tentukan kenaikan atau penurunan bilangan
oksidasi tersebut tiap-tiap atom
+4 +7 +2
SO
3
2-
+ H
+
+ MnO
4
-
SO
4
2-
+ Mn
2+
+ H
2
O
+6
kenaikan 2 B.O per atom S
penurunan 5 B.O per atom Mn
continued
Langkah 2. Tentukan koefisien atom-atom
yang mengalami perubahan bilangan oksidasi

jumlah penurunan 10 B.O
5 SO
3
2-
+ H
+
+ 2 MnO
4
-
5 SO
4
2-
+ 2 Mn
2+
+ H
2
O
jumlah kenaikan 10 B.O
continued
Langkah 3. Tanpa melakukan perubahan
koefisien reaksi yang telah ditentukan,
lengkapi koefisien reaksi lainnya dengan
melakukan pemeriksaan


Langkah 4. Periksa penyeimbangan muatan
listrik. Muatan yang ada di
kiri : {5 x (2 ) + 2 x (1 ) + 6 x (+1) }= - 6
kanan : {5 x (2 ) + 2 x (+2) } = - 6
5 SO
4
2-
+
5 SO
3
2-
+ 2 MnO
4
-
+ 6 H
+
2 Mn
2+
+ 3 H
2
O
Bahasan
1. Materi dan Perubahannya
2. Struktur Atom
3. Sistem Periodik
4. Stoikiometri
5. Reaksi Kimia
6. Ikatan Kimia dan Struktur Molekul
7. Larutan I
8. Larutan II
Kesetimbangan dan Ksp
Sifat Koligatif
Larutan Asam Basa

6. Ikatan Kimia dan Struktur
Molekul
Elektron-elektron memegang peranan penting dalam
pembentukan ikatan kimia
Ikatan yang terjadi antara atom dalam rangka mencapai
keadaan/konfigurasi yang stabil.
Konfigurasi elektron atom-atom cenderung mengikuti
konfigurasi elektron atom-atom gas mulia
Kestabilan atom-atom gas mulia disebabkan kulit
terluarnya terisi penuh yaitu 2 atau 8 elektron.
Atom-atom unsur lain dapat mencapai kestabilan dengan
melepas, mengikat, atau memakai bersama-sama
elektron.

Kestabilan Ion

Oktet 18 18+2 Macam-macam
Na
+
Mg
2+
Cu
+
Zn
2+
In
+
Cr
2+
: [Ar]3d
4

K
+
Ca
2+
Ag
+
Cd
2+
Tl
+
Cr
3+
: [Ar]3d
3

Rb
+
Sr
2+
Au
+
Hg
2+
Sn
2+
Mn
2+
: [Ar]3d
5

Cs
+
Ba
2+
Ga
3+
Pb
2+
Mn
3+
: [Ar]3d
4

Fr
+
Ra
2+
In
3+
Sb
3+
Fe
2+
: [Ar]3d
6

Al
3+
Tl
2+
Bi
3+
Fe
3+
: [Ar]3d
5

Sc
3+
Co
2+
: [Ar]3d
7

Y
3+
Co
3+
: [Ar]3d
6

La
3+
Ni
2+
: [Ar]3d
8

Ni
3+
: [Ar]3d
7

Teori Lewis
Elektron-elektron, terutama yang berada pada kulit terluar (elektron
valensi), memainkan peranan utama dalam pembentukan ikatan
kimia.
Dalam beberapa hal, pembentukan ikatan kimia terjadi karena
adanya perpindahan satu atau lebih elektron dari satu atom ke atom
yang lain. Hal ini mendorong terjadinya pembentukan ion positif dan
negatif dan terbentuknya suatu jenis ikatan yang disebut ikatan ion.
Dalam hal lain, pembentukan ikatan kimia dapat terjadi dari
pemakaian bersama pasangan elektron di antara atom-atom.
Molekul yang dihasilkan ini mempunyai suatu jenis ikatan yang
disebut ikatan kovalen.
Perpindahan atau pemakaian bersama elektron berlangsung
sedemikian rupa sehingga setiap atom yang terlibat mendapat
suatu konfigurasi elektron yang mantap. Konfigurasi umumnya
merupakan konfigurasi gas mulia yaitu konfigurasi dengan 8
elektron pada kulit terluarnya yang disebut suatu oktet.
Struktur Lewis
Meskipun teori Lewis berlaku terutama untuk ikatan kovalen,
gagasannya dapat juga digunakan untuk menggambarkan
ikatan ion maupun kovalen.
Struktur Lewis adalah kombinasi lambang Lewis yang
menggambarkan perpindahan atom pemakaian bersama
elektron di dalam suatu ikatan kimia.
ikatan ion :


lambang Lewis struktur Lewis
ikatan kovalen :


lambang Lewis struktur Lewis
Na Cl Na
+
+
Cl +
+
H Cl H
+
+
Cl +
Beberapa Istilah
Ikatan Ion
Ikatan Kovalen
Polar
Non Polar
Koordinasi
Struktur Lewis
Muatan Formal

Ikatan Ion
Suatu senyawa ion stabil, karena membebaskan energi kisi
yang besar, jika ion-ion membentuk padatan ionik.
Ciri-ciri ikatan ion adalah adanya perpindahan elektron dari
atom logam ke atom nonlogam atau perbedaan
keelektronegatifan antara atom yang membentuk ikatan besar
(misalnya ikatan antara atom Na sebagai logam dengan atom
Cl sebagai nonlogam menghasilkan senyawa ion NaCl).
Sifat-sifat senyawa ion adalah:
Padatan senyawa ion tidak menghantarkan listrik, sedangkan leburan
maupun larutannya dapat meng-hantarkan listrik
Titik leleh dan titik didihnya tinggi
Umumnya senyawa ion bersifat keras, permukaannya tidak mudah
digores tetapi distorsi menyebabkan tolak menolak antara ion yang
sama sehingga getas (rapuh)
Umumnya senyawa ion melarut dalam pelarut polar dan tidak melarut
dalam pelarut nonpolar.
Ikatan Kovalen
Senyawa-senyawa seperti H
2
, O
2
, HCl memiliki ikatan kovalen, yaitu
pemakaian elektron secara bersama.
Ciri ikatan kovalen adalah adanya pemakaian bersama elektron antara
atom nonlogam dengan atom non logam pula.
Jika elektron tertarik lebih kuat ke salah satu atom maka disebut
ikatan kovalen polar (misalnya HCl).
Jika elektron tidak lebih kuat tertarik, karena memiliki
keelektronegatifan sama, maka terbentuklah senyawa kovalen
nonpolar (misalnya H
2
, O
2
).
Ikatan kovalen yang lain adalah ikatan kovalen koordinat. Ikatan
kovalen ini mirip dengan ikatan kovalen tetapi hanya satu atom yang
menyediakan sepasang elektron untuk dipakai bersama misalnya
NH4
+
, NH
3
BCl
3
.
Resonansi
S O O S O O atau
(a)
(b)
S O O S O O
Resonansi adalah keadaan jika lebih dari satu struktur yang
masuk akal dapat ditulis untuk suatu spesies dan struktur
yang benar tidak dapat ditulis secara keseluruhan.
Atau suatu molekul tidak dapat digambarkan dengan satu
rumus Lewis saja tetapi dua atau lebih rumus Lewis.
Contoh untuk molekul SO
2

Muatan Formal
Muatan formal = (jumlah elektron valensi) (jumlah elektron
ikatan) (jumlah elektron tidak berikatan (pasangan elektron bebas))
C N H
:
2 elektron tidak
berikatan pada N
2 elektron ikatan,
1 untuk C dan
1 untuk H
6 elektron ikatan,
3 untuk C dan
3 untuk N
N C H
:
2 elektron tidak
berikatan pada C
2 elektron ikatan,
1 untuk N dan
1 untuk H
6 elektron ikatan,
3 untuk C dan
3 untuk N
Struktur (a) : Struktur (b) :
H C N H C N
Elektron valensi 1 4 5 1 4 5
Elektron yang
diperuntukkan
1 4 5 1 5 4
Muatan formal 0 0 0 0 -1 +1
Ikatan-ikatan Lain
Ikatan logam
Ikatan logam adalah ikatan antar atom dalam suatu unsur logam dengan
perantaraan elektron-elektron valensi. Unsur logam dapat digambarkan
sebagai kumpulan atom-atom positif yang terapung dalam lautan elektron
valensi.



Ikatan hidrogen
Ikatan hidrogen adalah suatu ikatan antar-molekul yang disebabkan gaya
tarik menarik oleh atom yang sangat elektronegatif (F, O, atau N)
terhadap atom hidrogen dalam molekul lain.

elektron bebas
ion positif
O
H H
H
O
H
ikatan hidrogen
Bentuk Molekul

Jumlah
pasangan
Elektron
Sudut
ikatan
Bentuk molekul Contoh
2 180
0
Linier BeCl
2
, HgCl
2
, Ag(NH
3
)
2
+

3 120
0
Segitiga datar BF
3
, BCl
3
, BH
3

4 109
0
,28

Tetrahedral


CH
4
, CCl
4
, NH
4
+
, SiH
4

4 90
0

Segi empat
datar
Cu(H
2
O)
4
2+
, Ni(CN)
4
2
5
120
0
dan
90
0


Trigonal
bipiramida

PCl
5
, PF
5
, AsCl
5

6 90
0
Oktahedral SF
6
, Fe(CN)
6
3-
, CoF
6
3
Bahasan
1. Materi dan Perubahannya
2. Struktur Atom
3. Sistem Periodik
4. Stoikiometri
5. Reaksi Kimia
6. Ikatan Kimia dan Struktur Molekul
7. Larutan I
8. Larutan II
Kesetimbangan dan Ksp
Sifat Koligatif
Larutan Asam Basa

Larutan I
Secara umum dalam membicarakan larutan
menggunakan kata-kata solut (zat yang
terlarut) dan solven (pelarut).
Larutan adalah suatu campuran yang
homogen antara solven dan solut yang
komposisinya dapat berbeda
Suatu larutan pekat adalah solut (zat terlarut)
yang relatif konsentrasinya tinggi dan larutan
encer

Cara Menyatakan Konsentrasi
1. Persen bobot, menyatakan jumlah bobot solut per
bobot larutan (bobot solut dan bobot solven = bobot total)




2. Persen volume, menyatakan jumlah volume solut
terhadap jumlah volume total (volume solut dan volume
solven =volume total)
% 100 ) / ( %
0
x
w w
w
b b
+
=
% 100 ) / ( %
0
x
v v
v
v v
+
=
continued
3. Fraksi mol (x), menyatakan fraksi mol komponen-
komponen dalam larutan. Fraksi mol dari komponen i
dalam larutan didefinisikan sebagai :




4. Molaritas (M), menyatakan jumlah mol solut per liter
larutan.
larutan liter jumlah
solut mol jumlah
(M) Molaritas =
larutan dalam komponen semua mol jumlah
i komponen mol
=
i
x
continued
5. Molalitas (m), menyatakan jumlah mol solut per kilogram
(1000 g) pelarut.



6. Normalitas (N), menyatakan banyaknya ekivalen solut per
liter larutan.



7. Part Per Million (ppm), artinya kadar zat dinyatakan dalam
satu bagian per juta dalam volume atau massa


larutan liter
g/ekivalen
solut g
larutan liter
solut ekivalen
(N) Normalitas = =
pelarut kg jumlah
solut mol jumlah
(m) Molalitas =
6
10 x
sistem massa
zat massa
ppm =
Contoh:
1. Sampel NaOH seberat 5,0 g dilarutkan dalam 45 gram air. Hitung
berapa persen berat NaOH di dalam larutan
2. Volume alkohol dalam air adalah 25 mL, jika volume total larutan
adalah 100 mL. Berapa persen alkohol dalam larutan
3. Hitunglah fraksi mol etil alkohol, C
2
H
5
OH (Mr = 46,1 g/mol) dan
air, H
2
O (Mr = 18 g/mol) dalam suatu larutan yang dibuat dari 13,8
g etil alkohol dan 27,0 g air
4. Dua gram natrium hidroksida (NaOH), dilarutkan dalam air dan
membentuk larutan dengan volume 200 mL. Berapa molaritas
NaOH dalam larutan.
5. Larutan NaCl dibuat dengan melarutkan 1,0 mol NaCl dalam 1 kg
(1000 g) air. Hitunglah molalitas larutan NaCl
6. Kalium permanganat, KMnO
4
(Mr = 158 g/mol) sebanyak 1,58
gram dilarutkan dalam 500 mL larutan
7. Suatu sampel udara sebanyak 500 L dengan B.J. 1,2 g/L ternyata
mengandung 2,4 x 10-3 g SO
2
sebagai pencemar. Berapakah
konsentrasi SO
2
dalam udara dinyatakan dalam ppm massa
Bahasan
1. Materi dan Perubahannya
2. Struktur Atom
3. Sistem Periodik
4. Stoikiometri
5. Reaksi Kimia
6. Ikatan Kimia dan Struktur Molekul
7. Larutan I
8. Larutan II
Kesetimbangan dan Ksp
Sifat Koligatif
Larutan Asam Basa

Larutan II
Kesetimbangan dan Ksp
Ksp didefinisikan sebagai hasilkali konsentrasi
ion-ion suatu elektrolit dalam larutan tepat
jenuh
Kelarutan dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu :
Jenis zat terlarut, misalnya asam, basa, dan garam
Jenis zat pelarut, misalnya pelarut polar atau non
polar
Suhu, pada umumnya kenaikan suhu akan
memperbesar kelarutan.
Kesetimbangan

Ksp
Misalkan elektrolitnya = L
m
X
n
L = kation
X = anion
m = bilangan yang diikat kation
n = bilangan yang diikat anion
LmXn
(s)
mL
n+
(aq)
+ nX
m
(aq)

Mula-mula a
Yang larut s ms ns
Setimbang as ms ns
Ksp
1. Mula-mula artinya pada saat L
m
X
n
akan dilarutkan, dalam air
tidak ada ion L
n
+
dan X
m

2. Yang larut dari L
m
X
n
semuanya akan terionisasi sempurna
3. Perhatikan reaksi kesetimbangannya, ini merupakan
kesetimbangan heterogen, berarti digunakan yang larutnya
dengan ciri (aq) dan yang padatan (solid) diabaikan.
K = (L
n+
)
m
(x
m
)
n
Karena untuk elektrolit sukar larut K = Ksp,
Ksp = (L
n+
)
m
(x
m
)
n
Ksp = (ms)
m
(ns)
n
perhatikan keadaan setimbang
Ksp = m
m
. s
m
. n
n
. s
n
= m
m
. n
n
. s
m+n

Jadi

n m
n m
n m
Ksp
S =
+
n m
n m
n m
Ksp
S
+
=
Larutan II
Sifat Koligatif

Larutan II
Asam Basa
Teori Asam-Basa
Beberapa teori tentang asam dan basa:
Teori Arrhenius.
Teori Brnsted-Lowry
Teori Lewis
Arrhenius Theory
Arrhenius menyatakan bahwa elektrolit yang dilarutkan di
dalam air terurai menjadi ion-ion;
elektrolit yang kuat terurai sempurna
elektrolit yang lemah hanya terurai sebagian.
Suatu zat yang jika terurai menghasilkan ion hidrogen (H
+
)
di sebut asam, misalnya HCl
Suatu zat yang jika terurai menghasilkan ion hidrogen (OH
-
)
di sebut basa, misalnya NaOH
HCl
(aq)
H
+
(aq)
+ Cl

(aq)
NaOH
(aq)
Na
+
(aq)
+ OH

(aq)
Reaksi antara asam dan basa, yaitu reaksi netralisasi
H
+
+ OH

H
2
O

Brnsted-Lowry Theory
Menurut teori Brnsted-Lowry, suatu asam adalah donor
proton dan suatu basa adalah akseptor (penerima)
proton.
Reaksi lengkap :
NH
4
Cl + NaNH
2
NaCl + 2NH
3

Reaksi ion :
NH
4
+

+ Cl

+ Na
+
+ NH
2

Na
+
+ Cl

+ 2NH
3

Reaksi ion bersih :
NH
4
+
+ NH
2

2NH
3

NH
4
+
+ NH
2
NH
3
+ NH
3
asam(1) basa(2) asam(2) basa(1)
Brnsted-Lowry Theory





Setiap zat yang disebut asam oleh teori Arrhenius juga
digolongkan asam oleh teori Bronsted-Lowry. Demikian
juga dengan basa.
Zat-zat tertentu yang tidak digolongkan sebagai basa
oleh teori Arrhenius, oleh teori Bronsted-Lowry
dimasukkan golongan basa, misalnya OCl

dan H
2
PO
4

.
N
H
H
H
H
N
H
H
..
.
.
N
H
H
H
..
N
H
H
H
..
Lewis Theory
Dalam teori Lewis, asam adalah
penerima pasangan elektron dan basa
adalah donor (pemberi) pasangan
elektron
..
H
+
O H O H
H
+
.. .
.
..
.
.
H
+
+ N H H
H
..
N H H
H
H
+
Kekuatan Asam
Menurut pengertian yang akurat, diketahui bahwa air
(H
2
O) ternyata memiliki sedikit sifat elektrolit. Artinya air
dapat juga terionisasi menghasilkan ion H
+
dan ion OH

,
dengan harga o yang sangat kecil sekali yaitu 1,32 x
10
8
.
H
2
O H
+
+ OH


Perhitungan yang sangat cermat menunjukkan bahwa
dalam satu liter air murni terdapat ion H
+
dan ion OH


masing-masing sebanyak 0,0000001 mol atau 10
7
mol.
[H
+
] = [OH

] = 10
7
M
Hasilkali [H
+
] dan [OH

] dalam air selalu konstan, dan


disebut tetapan air (K
w
).
K
w
= [H
+
] [OH

] = 10
14
pH asam dan basa
Larutan netral : [H
+
] = 10
7
M
Larutan asam : [H
+
] > 10
7
M
Larutan basa : [H
+
] < 10
7
M
pOH = log [OH

]
pKw = log Kw
pKa = log Ka
pKb = log Kb
.



] [H log
] [H
1
log pH
+
+
= =
Hubungan hubungan
K
w
= [H
+
] [OH

] = 10
14

log K
w
= log [H
+
] + log [OH

] = log 10
14
= 14
log K
w
= log [H
+
] log [OH

] = 14
pK
w
= pH + pOH = 14
Jadi : pK
w
= pH + pOH
pH + pOH = 14
pH Asam Kuat
[H
+
] = n x [asam]
pH = log[H
+
]

Contoh Tentukan pH larutan berikut :
a. HCl 0,01 M
b. 4,9 g H
2
SO
4
(Mr = 98) yang terlarut dalam 1000 mL
larutan
c. 3,44 g Ba(OH)
2
(Mr = 172) yang terlarut dalam 1000 mL
larutan

Penyelesaian :
. . . . . . . . . . . . .
pH Asam Lemah

Contoh: Tentukan pH larutan berikut :
CH
3
COOH 0,05 M (Ka = 1,75 x 10
5
)

[HA]
] ][A [H
K
a
+
=
[Asam] K ] [H
a
=
+
[Asam]
] [H
[HA]
] [H
K
2 2
a
+ +
= =
HA H
+
+ A

pH Basa Kuat
[OH
-
] = n x [basa]
pOH = log[OH
-
]

Contoh Tentukan pH larutan berikut :
3,44 g Ba(OH)
2
(Mr = 172) yang terlarut
dalam 1000 mL larutan

Penyelesaian :
. . . . . . . . . . . . .


pH Basa Lemah
MOH M
+
+ OH


.

pOH = log[OH
-
]
Contoh
Tentukan pH larutan dari 3,5 g NH4OH
(Mr = 35) yang terlarut dalam 1000 mL larutan (Kb = 1,75
x 10
5
)

Penyelesaian :
. . . . . . . . . . . . .

[Basa] K ] [OH
b
=

pH Hidrolisa
Garam dapat terbentuk dari hasil reaksi :
Asam Kuat + Basa Kuat Garam 1 + H
2
O
Contoh : HCl + Na OH NaCl + H
2
O

Asam Kuat + Basa Lemah Garam 2 + H
2
O
Contoh : HCl + NH
4
OH NH
4
Cl + H
2
O

Asam Lemah + Basa Kuat Garam 3 + H
2
O
Contoh : CH
3
COOH + Na OH CH
3
COONa + H
2
O

Asam Lemah + Basa Lemah Garam 4 + H
2
O
Contoh : CH
3
COOH + NH
4
OH CH
3
COONH
4
+ H
2
O

Asam Kuat + Basa Kuat Garam 1 + H
2
O
1. Garam yang berasal dari asam kuat dan
basa kuat, misalnya NaCl, K
2
SO
4
, Ba(NO
3
)
2
.
2. Baik kation maupun anion yang dilepaskan
oleh garam ini tidak mengalami hidrolisis,
sehingga tidak mengubah jumlah H+ dan
jumlah OH dalam air. Jadi larutan tetap
bersifat netral. pH larutan sama seperti pH air
murni, yaitu 7.
Asam Kuat + Basa Lemah Garam 2 + H
2
O
] O H ][ NH [
] H ][ OH NH [
K
2 4
4
+
+
=
] NH [
] H ][ OH NH [
] O H [ K
4
4
2
+
+
=
] NH [
] H ][ OH NH [
K
4
4
h
+
+
=
Garam yang berasal dari asam kuat + basa lemah, misalnya
NH
4
Cl, AgNO
3
, CuSO
4.
Di dalam air, garam ini akan terhidrolisis
sebagian (kation terhidrolisis, anionnya tidak).
NH4Cl NH
4
+
+ Cl

Ion NH
4
+
akan bereaksi dengan air :

NH
4
+ + H
2
O

NH
4
OH + H
+
continued
] [OH
] [OH
] [NH
] OH][H [NH
K
4
4
h

+
+
=
] ][H [OH
] ][OH [NH
OH] [NH
K
4
4
h
+

+
=
w
b
h
K
K
1
K =
b
w
h
K
K
K =
] [NH
] OH][H [NH
K
K
4
4
b
w
+
+
=
continued
] [NH
] [H
K
K
4
2
b
w
+
+
=
] [NH
K
K
] [H
4
b
w
2
+
+
=
] [NH
K
K
] [H
4
b
w
+
+
=
[garam]
K
K
] [H
b
w
=
+
Bila [NH
4
+
] = [garam], maka :

sehingga :
pH = pK
w
+ pK
a
+ log [Garam]
O] ][H COO [CH
] COOH][OH [CH
K
2 3
3

=
] COO [CH
] COOH][OH [CH
O] [H K
3
3
2

=
] COO [CH
] COOH][OH [CH
K
3
3
h

=
Garam yang berasal dari asam lemah + basa kuat, misalnya
CH
3
COONa, K
2
CO
3
, Na
3
PO
4

Di dalam air, CH
3
COONa misalnya mengalami ionisasi
CH
3
COONa CH
3
COO + Na
+
CH
3
COO


+
H
2
O

CH
3
COOH + OH
Asam Lemah + Basa Kuat Garam 3 + H
2
O
continued
] [H
] [H
] COO [CH
] COOH][OH [CH
K
3
3
h
+
+

=
] ][H [OH
] ][H COO [CH
COOH] [CH
K
3
3
h
+
+
=
w
a
h
K
K
1
K =
a
w
h
K
K
K =
] COO [CH
] COOH][OH [CH
K
K
3
3
a
w

=
continued
] COO [CH
] [OH
K
K
3
2
a
w

=
] COO [CH
K
K
] [OH
3
a
w
2
=
] COO [CH
K
K
] [OH
3
a
w

=
[garam]
K
K
] [OH
a
w
=

Bila [CH
3
COO

] = [garam], maka :


continued
] [OH
K
] [H
w

+
=
Bila : [H
+
][OH

] = K
w

[Garam]
K
K
K
] [H
a
w
w
=
+
[Garam]
K K
] [H
a w
=
+
sehingga :
pH = pKw + pKa + log [Garam]
Asam Lemah + Basa Lemah Garam 4 + H
2
O
Garam yang berasal dari asam lemah + basa lemah, misalnya
NH
4
OCN, Al
2
S
3
, MgCO
3
.
Baik kation maupun anion bereaksi dengan air (terhidrolisis sempurna)
pH larutan tergantung pada K
a
asam lemah dan K
b
basa lemah, tidak
bergantung pada konsentrasi garam.

Reaksi ionisasi NH
4
OCN dalam air adalah :

NH
4
OCN

NH
4
+
+ OCN

Baik ion NH
4
+
maupun OCN

akan bereaksi dengan air dalam hal ini


NH
4
+
dengan OH

dan OCN

dengan H
+

NH
4
+
+

OH

NH
4
OH
OCN

+

H
+
HOCN
Reaksi di atas cenderung bergerak ke kanan, dan saling
mempengaruhi, reaksi selanjutnya adalah interaksi dengan reaksi
ionisasi air.
H
2
O H
+
+ OH

NH
4
+
+ OH

NH
4
OH
OCN

+

H
+
HOCN

continued
O] ][H ][OCN [NH
OH][HOCN] [NH
K
2 4
4

+
=
] ][OCN [NH
OH][HOCN] [NH
O] K[H
4
4
2

+
=
] ][OCN [NH
OH][HOCN] [NH
K
4
4
h

+
=
Bila ruas kanan persamaan dikalikan dengan [H
+
][OH

]/ [H
+
][OH

]
maka akan diperoleh hubungan antara K
h
, K
b
, K
a
, dan K
w
.


Bila reaksi di atas dijumlahkan maka diperoleh :
NH
4
+
+ OCN

+ H
2
O NH
4
OH + HOCN
continued
] OH ][ H [
] OH ][ H [
] OCN ][ NH [
] HOCN ][ OH NH [
K
4
4
h
+
+

+
=
] OH ][ H [
] H ][ OCN [
] HOCN [
] OH ][ NH [
] OH NH [
K
4
4
h
+
+

+
=
w
b a
h
K
K
1
K
1
K =
b a
w
h
K K
K
K =
b
a w
K
K K
H =
+
Jadi :
atau
Jika K
a
= K
b
, larutan bersifat netral (pH = 7)
Jika K
a
> K
b
, larutan bersifat asam (pH < 7)
Jika K
a
< K
b
, larutan bersifat basa (pH > 7)
Larutan Penyangga/Buffer
Larutan penyangga ada 2 macam :
1. Larutan yang mengandung campuran
asam lemah dengan garamnya,
contohnya CH
3
COOH dengan
CH
3
COONa.
2. Larutan yang mengandung campuran
basa lemah dengan garamnya,
contohnya NH
4
OH dengan NH
4
Cl
continued
Larutan yang mengandung campuran
asam lemah dengan garamnya
[Garam]
[Asam]
K ] [H
a
=
+
[Garam]
[Asam]
log K log ] [H log
a
=
+
[Asam]
[Garam]
log pK pH
a
+ =
continued
Larutan yang mengandung campuran
basa lemah dengan garamnya
[Garam]
[Basa]
K ] [OH
b
=

[Garam]
[Basa]
log K log ] [OH log
b
=

[Basa]
[Garam]
log pK pOH
b
+ =

Anda mungkin juga menyukai