Anda di halaman 1dari 4

Mekanika Kekuatan Bahan I

oleh: Yudy Surya Irawan

2.3 Metode Dasar Pemecahan Masalah Mekanika Material


Pada Gambar 2.3 batang berujung A dan B dipasang pada tembok dan pada titik C dan D diberikan gaya P1 dan P2 dengan arah berlawanan. Bagaimana gaya reaksi pada titik A dan B serta tegangan berikut perpanjangan atau penyusutan yang terjadi ?

Gambar 2.3 Cara Pemecahan Cara pemecahan 1: mencari gaya reaksi dan persamaan kesetimbangan gaya dan momen. Dalam kondisi diam (setimbang) maka jumlah gaya dan momen yang bekerja adalah nol (0) Sehingga persamaan kesetimbangan gaya adalah: RA + RB + P1 P2 = 0 Bila terdapat gaya melintang maka persamaan kesetimbangan gaya dan momen harus diperhitungkan. Cara pemecahan 2: Mencari persamaan kondisi perubahan bentuk atau deformasi Dalam benda yang terkena gaya luar maka akan terdapat gaya dalam yang timbul dan oleh sebab ini maka terjadi deformasi. Oleh sebab itu pada setiap bagian benda perlu dicari persamaan kondisi deformasi atau persamaan kondisi deformasinya. Sebagai contoh untuk batang di antara AB terdapat bagian-bagian AC, CD dan DB yang masing-masing memiliki gaya dalam yang berbeda. Bila dimulai dari bagian kiri maka gaya dalam yang bekerja adalah sebagai berikut: NAC = RA NCD = RA P1 NDB = RA P1 + P2 (2.9) (2.10) (2.11)

Kemudian total pertambahan panjang AB, AB adalah jumlah dari pertambahan panjang pada bagian AC, CD dan DB yang mana :

AB = AC + CD + DB AC = NACa /(EA) = - RAa /(EA) CD = NCDb /(EA) = - (RA+P1)b /(EA) DB = NDBc /(EA) = - (RA+P1-P2)c /(EA)
Cara pemecahan 3: Mencari persamaan kondisi batasan

(2.12) (2.13) (2.14) (2.15)

Untuk persamaan ini akan berbeda-beda tergantung pada jenis persoalannya. Agar dapat mendapatkan persamaan ini maka persoalan perlu dipahami dengan dalam dan mendasar serta seksama. Untuk masalah di atas, bahwa ujung A dan B terpasang tetap pada tembok, meskipun pada bagian-bagian tertentu mengalami perpanjangan maupun penyusutan akan tetapi JUMLAH TOTAL PERTAMBAHAN PANJANGNYA ADALAH NOL atau dapat dinyatakan :

AB = AC + CD + DB = 0

YudySuryaIrawan

8- 1

Mekanika Kekuatan Bahan I


oleh: Yudy Surya Irawan

AB = AC + CD + DB = 0
[RAa (RA+P1)b (RA+P1P2)c] /EA= 0 RAa (RA+P1)b (RA+P1P2)c = 0 RA(a + b + c) P1( b + c) + P2c = 0

RA =

P 1 (b + c ) + P 2c a+b+c

; RB =

P 1a + P 2 ( a + b) a+b+c

Dengan mendapatkan RA dan RB maka dapat diketahui semua gaya dalam NAC, NCD, NDB. Sehingga dapat pula diketahui tegangan dalam,

AC = NAC/A

CD = NCD/A

DB = NDB/A

Persoalan di atas ini, gaya-gaya dalam tidak dapat ditemukan bila tidak menggunakan semua persamaan kesetimbangan gaya, momen, kondisi deformasi,dan kondisi batasan. Persoalan ini disebut PERSOALAN STATIKA TAK TENTU (statically indeterminate problem). Sedangkan bila persoalan hanya memerlukan kesetimbangan gaya dan momen untuk pemecahan masalahnya maka disebut masalah PERSOALAN STATIKA TENTU (statically determinate problem).

Contoh soal: Seperti pada gambar 2.4(a) pipa memiliki panjang l dan batang disambung pada batang kaku. Kemudian batang kaku tersebut ditarik gaya P. Luas penampang dan modulus elastisitas silinder dan batang adalah A1, A2, E1, dan E2. Hitunglah tegangan serta pertambahan panjang yang terjadi pada pipa dan batang

Silinder Batang

Batang Kaku

Gambar 2.4 Penyelesaian : 1. Mencari persamaan kesetimbangan: Dengan memotong bagian tengah didapatkan diagram benda bebas pada Gambar 2.4(b) yang mana gaya P dilawan oleh gaya yang diakibatkan oleh tegangan 1 dan 2. Maka kesetimbangan gaya pada sistem ini adalah :

1A1 + 2A2 = P
Pada kondisi ini gaya resultan 1A1 dan 2A2 satu garis dengan gaya P. Bila tidak satu garis maka perlu mempertimbangkan kesetimbangan momen.

YudySuryaIrawan

8- 2

Mekanika Kekuatan Bahan I


oleh: Yudy Surya Irawan

2. Persamaan deformasi Mengingat bagian pipa dan batang mengalami perubahan maka besarnya pertambahan panjang pada bagian masing-masing adalah :

1 =

N1l 1l = A1E1 E1

; 2 =

N 2l l = 2 A2 E2 E2

dimana N1 dan N2 adalah gaya dalam. 3. Persamaan kondisi batasan Mengingat pipa dan batang tersambung pada pelat yang kaku maka saat ditarik dengan gaya P, pertambahan panjang pipa 1 dan batang 2 adalah sama.

1 = 2
1l
E1 =

2l
E2

1
E1

2
E2

1 =

2 E1
E2

kemudian disubstitusikan ke 1A1 + 2A2 = P sehingga didapatkan :

2 E1 A1 2 A2 E2
+ E2 E2

=P

2 A1E1 + 2 A2 E2 = E2 P 2 ( A1E1 + A2 E2 ) = E2 P 2 =
dengan cara yang sama didapatkan pula :

E2 P A1E1 + A2 E2

1 =

E1 P A1 E1 + A2 E2

Kemudian total pertambahan panjang adalah :

= 1 = 2 =

Pl A1E1 + A2 E2

2.4 Tegangan (akibat ) Panas (thermal stress)


Dalam pemakaiannya mesin dan struktur dimungkinkan mengalami perubahan suhu sehingga mengalami pemuaian dan penyusutan. Bila perubahan suhu dalam benda atau bagian-bagian benda memiliki koefisien muai yang berbeda maka akan timbul gaya untuk menahan perubahan tersebut yang akhirnya menimbulkan tegangan dalam benda tersebut. Tegangan yang timbul akibat adanya perubahan suhu disebut TEGANGAN TERMAL. Gambar 2.5(a) menunjukkan batang berpenampang A, berpanjang l , bermodulus elastisitas E, berkoefisien muai . Batang ini dihubungkan dengan tembok lalu dipanasi dengan suhu tC.

Gambar 2.5

YudySuryaIrawan

8- 3

Mekanika Kekuatan Bahan I


oleh: Yudy Surya Irawan

Pemecahan 1: Pembatas pergerakan akibat pemuaian dihilangkan Bila ujung B batang di atas ditiadakan maka batang akan mengalami pemuaian akibat panas yang mana bertambah panjang sebesar: l + l t.

Pemecahan 2: Agar pemuaian bebas kembali ke kondisi semula sesuai dengan kondisi batasan, maka perlu diperkirakan gaya atau momen yang dibutuhkan dan dicari persamaan kesetimbangan gaya dan momen. Untuk persoalan ini, berhubung ujung batang dipasang tetap pada dinding maka setelah dipanaskan, panjang batang tidak berubah. Oleh sebab itu perlu gaya RB agar panjang batang kembali ke panjang awal dengan menekan dengan penyusutan -l t. Sehingga besarnya RB yang dibutuhkan adalah:

lt =

RB l (1 + t ) RB l = EA EA
t = RB/A = - t E

RB= - t E A

Maka besarnya tegangan termal adalah :

Dengan t adalah besarnya pertambahan suhu . Koefisien muai linier material teknik biasanya kecil seperti pada baja, tembaga dan aluminium yang sebesar 1.15x10-5, 1.16x10-5, 2.38x10-5 . Pada kondisi sebenarnya suhu pemanasan hingga sampai 1000C maka besarnya 1+ t mendekati 1. Misalkan pada contoh di atas bila batang merupakan baja dengan suhu pemanasan 100C maka besarnya tegangan termal adalah:

t = t E = 1.15x10-5x100x206x103 = 237 MPa.


Bila baja karbon rendah memiliki tegangan luluh 250 MPa maka pada persoalan ini tegangan yang terjadi mendekati tegangan luluh.

YudySuryaIrawan

8- 4

Anda mungkin juga menyukai