Anda di halaman 1dari 2

Judul : Batu cetak ginjal pada wanita usia 40 tahun dengan riwayat nyeri pinggang Abstrak Batu ginjal

adalah massa keras seperti batu yang berada di ginjal dan salurannya dan dapat menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran kemih, atau infeksi. Prevalensi penyakit ini diperkirakan 13% pada laki-laki dewasa dan 7% pada perempuan dewasa, dengan puncak usia dekade ketiga sampai keempat. Angka kejadian batu ginjal berdasarkan data yang dikumpulkan dari rumah sakit di seluruh Indonesia tahun 2002 adalah sebesar 37.636 kasus baru, dengan mortalitas sebesar 378 orang. Kemajuan dalam bidang endourologi secara drastis telah mengubah tatalaksana pasien batu simptomatif yang membutuhkan operasi terbuka. Perkembangan terapi invasive minimal mutakhir, yaitu retrograde ureteroscopic intrarenal surgery (RIRS), percutaneus nephrolithotomy (PNL), ureteroskopi (URS) dan extracorporeal shock wave lithotripsy (ESWL) telah memicu kontroversi mengenai teknik mana yang paling efektif. Dalam memilih pendekatan terapi optimal untuk terapi pasien urolitiasis, berbagai faktor harus dipertimbangkan. Faktor-faktor tersebut adalah faktor batu (ukuran, jumlah, komposisi dan lokasi), faktor anatomi ginjal (derajat obstruksi, hidronefrosis, obstruksi uretero-pelvic junction, divertikel kaliks, dan ginjal tapal kuda), serta faktor pasien (adanya infeksi, obesitas, koagulopati, usia anak-anak, lanjut usia, riwayat hipertensi dan riwayat gagal ginjal). Isi Pasien wanita, usia 40 tahun datang dengan keluhan nyeri pinggang kiri. Keluhan dirasakan sejak 2 tahun. Riwayat kemih berwarna merah disangkal, tidak ada riwayat kolik. Tidak ada keluhan dengan BAK, lancar, tidak menetes, tidak nyeri. Riwayat sakit pinggang sebelah kiri berulang sejak 2 th yang lalu. Sudah dibawa ke dokter, di diagnosis batu ginjal. Riwayat sakit gula baru ketahuan 6 bulan yang lalu. Tidak ada keluarga yang mengeluh sakit serupa. Tanda-tanda vital : tensi : 120/90 mmhg, suhu: 36,5oC, frekuensi nadi : 80 x/menit, frekuensi nafas : 20 x/menit. Pemeriksaan fisik : keadaan umum baik, Composmentis. Konjungtiva tak anemis tak ikterik, thorak dan abdomen dbn. Nyeri ketok ginjal (-). Tidak terdapat edema pada ekstremitas. Laboratorium : darah rutin dbn, urine rutin: Protein urine +1, glukose urine +1 nitrit bakteri +2, leukosit esterase 500, sel leukosit 20-30 /lpb, sel eritrosit 2-3/lpb, sel epitel gepeng +. pemeriksaan BNO-IVP kesan radiologi suggestive nefrolithiasis bilateral. Fungsi kedua ren baik. Tak tampak kelainan pada kedua ureter dan VU. Fungsi voiding baik. Diagnosis Oleh dokter, pasien di diagnosis Batu cetak ren sinistra, batu pielo dextra Terapi Causatif : Extended pielolitotomi + DJ stent sinistra khusus Supportif : - Injeksi ceftazidime 2x1 gr - Injeksi ketesse 2x1 amp k/p - Injeksi kalnex 1x500 mg - Injeksi vit.K 3x1 amp - Injeksi sancorbin 1x500 mg Diskusi Pasien ini di diagnosis Batu cetak ren sinistra, batu pielo dextra. Penegakan diagnosis pada pasien ini dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Berdasarkan anamnesis ditemukan Keluhan

yang paling dirasakan oleh pasien adalah nyeri pada pinggang. Nyeri ini mungkin bisa merupakan nyeri kolik ataupun bukan kolik. Nyeri kolik terjadi karena aktivitas peristaltik otot polos sistem kalises ataupun ureter meningkat dalam usaha untuk mengeluarkan batu dari saluran kemih. Peningkatan peristaltik itu menyebabkan tekanan intraluminalnya meningkat sehingga terjadi peregangan dari terminal saraf yang memberikan sensasi nyeri. Nyeri ini disebabkan oleh karena adanya batu yang menyumbat saluran kemih, biasanya pada pertemuan pelvis ren dengan ureter (ureteropelvic junction), dan ureter. Nyeri bersifat tajam dan episodik di daerah pinggang (flank) yang sering menjalar ke perut, atau lipat paha, bahkan pada batu ureter distal sering ke kemaluan. Nyeri non kolik terjadi akibat peregangan kapsul ginjal karena terjadi hidronefrosis atau infeksi pada ginjal. Pada pemeriksaan fisik mungkin didapatkan nyeri ketok pada daerah kosto-vertebra, teraba ginjal pada sisi sakit akibat hidronefrosis, terlihat tanda-tanda gagal ginjal, retensi urine, dan jika disertai infeksi didapatkan demam-menggigil. Selain pemeriksaan melalui anamnesis dan jasmani untuk menegakkan diagnosis, penyakit urolithiasis perlu ditunjang dengan pemeriksaan radiologik, laboratorium dan penunjang lain. Pada pasien ini ditemukan hasil laboratorium urine yang menunjukan adanya infeksi saluran kencing dimana ISK adalah salah satu faktor resiko terjadinya batu. Dan untuk pemeriksaan penunjangnya dilakukan pemeriksaan BNO-IVP. Pemeriksaan ini bertujuan menilai keadaan anatomi dan fungsi ginjal. Selain itu dapat mendeteksi adanya batu semi-opak ataupun batu non opak yang tidak dapat terlihat oleh foto polos abdomen. Dalam memilih pendekatan terapi optimal untuk terapi pasien urolitiasis, berbagai faktor harus dipertimbangkan seperti faktor batu (ukuran, jumlah, komposisi dan lokasi), faktor anatomi ginjal (derajat obstruksi, hidronefrosis, obstruksi uretero-pelvic junction, divertikel kaliks, dan ginjal tapal kuda), serta faktor pasien (adanya infeksi, obesitas, koagulopati, usia anak-anak, lanjut usia, riwayat hipertensi dan riwayat gagal ginjal). Karena pertimbangan faktor tersebut maka pada pasien ini dilakukan tindakan terapi berupa Extended pielolitotomi + DJ stent sinistra. Kesimpulan Penegakkan diagnosis dapat dilakukan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang seperti urine rutin, dan pemeriksaan radiologik. Anamnesis biasanya pasien mengeluh nyeri pinggang yang bisa bersifat kolik ataupun nonkolik. Pemeriksaan fisik dapat ditemukan nyeri ketok area flank. Pemeriksaan penunjang pada urine rutin ditemukan hasil yang mengarah kepada infeksi seperti leukosituria. Untuk menentukan anatomi, fungsi ginjal, letak batu perlu dilakukan pemeriksaan penunjang radiologik seperti BNO-IVP pada kasus ini. Referensi http://journals.lww.com/jcat/Abstract/2006/01000/Does_Ultra_Low_Dose_CT_With_a_Ra diation_Dose.8.aspx http://www.annemergmed.com/article/S0196-0644%2802%2900040-9/abstract http://www.aafp.org/afp/2001/0401/p1329.html Penulis Ratih Lestari Utami, bagian Ilmu Bedah, RS PKU Muhammadiyah Yogya, DIY

Anda mungkin juga menyukai