Anda di halaman 1dari 22

PENDAHULUAN

Penyakit flu burung atau flu unggas (Bird Flu, Avian Influenza) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan ditularkan oleh unggas. Penyakit flu burung yang disebabkan oleh virus avian infuenza jenis H5N1 pada unggas dikonfirmasikan telah terjadi di Republik Korea, Vietnam, Jepang, Thailand, Kamboja, Taiwan, Laos, China, Indonesia, dan Pakistan. Sumber virus diduga berasal dari migrasi burung dan transportasi unggas yang terinfeksi. 1 Pada Januari 2004, di beberapa propinsi di Indonesia terutama Bali, Jabotabek, Jawa Timur, Jawa Tengah, Kalimantan Barat, dan Jawa Barat dilaporkan adanya kasus kematian ayam ternak yang luar biasa. Awalnya kematian tersebut disebabkan oleh karena virus new castle, namun konfirmasi terakhir oleh Departemen Pertanian disebabkan oleh virus flu burung (Avian influenza (AI)). Jumlah unggas yang mati akibat wabah penyakit flu burung di 10 propinsi di Indonesia sangat besar yaitu 3.842.275 ekor (4,77%) dan yang paling tinggi jumlah kematiannya adalah propinsi Jawa Barat (1.541.427 ekor). 1 Kehebohan itu bertambah ketika wabah tersebut menyebabkan sejumlah manusia juga meninggal. Pada tanggal 19 Januari 2004, pejabat WHO mengkonfirmasikan lima warga Vietnam tewas akibat flu burung. Sementara itu di negara Thailand sudah enam orang tewas akibat terserang flu burung, seorang remaja berusia 6 tahun dipastikan menjadi orang Thailand pertama yang dikonfirmasi tewas akibat wabah tersebut. Seorang Epidemiologis dari Pusat Pengawasan Penyakit Dr. Danuta Skowronski, mengatakan bahwa 80% kasus flu burung menyerang anak-anak

dan remaja. Tingkat kematian akibat flu burung sangat tinggi. Berdasarkan hasil penelitian atas 10 orang yang terinfeksi virus flu burung di Vietnam, WHO menemukan bahwa dari 10 orang yang terinfeksi 8 orang yang meninggal, seorang sembuh dan seorang lagi dalam kondisi kritis. 1 Jumlah pasien yang diduga terkena flu burung (Avian Influenza) di Indonesia ada 43 kasus terdiri dari kasus confirm (positif flu burung) sebanyak 7 kasus, kasus probable (kasus suspek disertai bukti laboratorium yang mengarah kepada virus influenza A/H5N1) sebanyak 5 orang dan kasus suspek (menunjukkan gejala flu burung) sebanyak 30 kasus dan jumlah kasus terpapar masih tetap 1 orang. 2 Bila kita bandingkan dengan SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) Penyakit flu burung ini lebih sedikit kasusnya hanya 25 kasus di seluruh dunia dan yang meninggal mencapai 19 orang (CFR=76%). Sedangkan pada penyakit SARS dari 8098 kasus yang meninggal hanya 774 orang (CFR = 9,6%). Melihat kenyataan ini seyogyanya masyarakat tidak perlu panik dengan adanya kasus flu burung di Indonesia, tetapi harus tetap waspada, terutama bagi kelompok yang beresiko karena kita tidak bisa memungkiri bahwa virus ini di negara lain telah menginfeksi manusia.

AVIAN INFLUENZA

Definisi Avian influenza adalah penyakit menular yang disebabkan virus influensa yang ditularkan oleh unggas. Virus influensa ini terjadi secara alami antar burung burung. Virus influensa A (H5) diperkirakan memiliki kemampuan mutasi sehingga dapat menyerang trans-spesies sehingga dapat menginfeksi manusia. 3,4,5. Epidemiologi Penyebaran flu burung di berbagai belahan dunia antara lain: Ayam dan manusia di Hongkong. Selama wabah tersebut Pada tahun 1997 Avian Influenza A (H5N1) telah menginfeksi berlangsung 18 orang telah dirawat di rumah sakit dan 6 diantaranya meninggal dunia. Untuk mencegah penyebaran tersebut pemerintah setempat memusnahkan 1,5 juta ayam yang terinfeksi flu burung. Pada tahun 1999, di Hongkong dilaporkan adanya kasus Avian Influenza A (H9N2) pada 2 orang anak tanpa menimbulkan kematian. Pada tahun 2003, di Hongkong ditemukan lagi dua kasus Avian Influenza A (H5N1) dan satu orang meninggal. Pada tahun 2003, di Belanda ditemukan 80 kasus Avian Influenza A (H7N7) dan satu diantaranya meninggal.

Pada tahun 2004 terjadi lagi 25 kasus Avian Influenza A (H5N1) di Vietnam (19) dan Thailand (6) yang menyebabkan 19 orang meninggal (5 di Thailand, 14 di Vietnam).

Etiologi Penyebab flu burung adalah virus influenza tipe A. Virus influenza termasuk famili Orthomyxoviridae. Virus influenza tipe A dapat berubah-ubah bentuk (Drift, Shift), dan dapat menyebabkan epidemi dan pandemi. Berdasarkan sub tipenya terdiri dari Hemaglutinin (H) dan Neuramidase (N) . Kedua huruf ini digunakan sebagai identifikasi kode subtipe flu burung yang banyak jenisnya.

Pada manusia hanya terdapat jenis H1N1, H2N2, H3N3, H5N1, H9N2, H1N2, H7N7. Sedangkan pada binatang H1-H5 dan N1-N98. Strain yang sangat virulen/ganas dan menyebabkan flu burung adalah dari subtipe A H5N1. Virus tersebut dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu 22C dan lebih dari 30 hari pada 0C. Virus akan mati pada pemanasan 60C selama 30 menit atau 56C selama 3 jam dan dengan deterjen, desinfektan misalnya formalin, serta cairan yang mengandung iodin. Pada bahan organik seperti kotoran manusia, virus juga dapat bertahan hidup lama. 1,5

Virus Influenze Tipe A, B, dan C Virus Influenza Tipe A dapat menginfeksi manusia, kuda, babi, anjing laut, ikan paus dan binatang lainnya. Namun burung liar adalah tempat tinggal alamiah mereka.Virus tipe A ini dibagi dalam beberapa sub-tipe berdasar dua (2) jenis protein pada permukaannya. Protein ini disebut sebagai Hemaglutinin (HA) dan Neuroaminidase (NA). 6

Terdapat 15 jenis sub-tipe HA dan 9 sub-tipe NA, dan berbagai kombinasi dari kedua jenis protein ini dapat ditemukan. Hanya beberapa Virus Flu tipe A yang umumnya saat ini menyerang manusia, yaitu H1N1, H1N2, dan H3N2. Sedangkan beberapa sub-tipe umumnya terdapat pada hewan, misalnya H7N7 dan H3N8 yang menyebabkan penyakit flu pada kuda. Sub-tipe Virus Flu tipe A dinamakan berdasar jenis protein HA dan NA, misalnya H1N2 adalah Virus Influenza tipe A yang mempunyai jenis protein HA 1dan protein NA2. Sehingga Virus Avian H5N1 adalah Virus Influenza Tipe A yang mempunyai protein HA 5 dan NA 1. 6,7 Virus Influenza Tipe B umumnya ditemukan di manusia. Namun tidak seperti Virus Tipe A, Virus ini tidak diklasifikasi berdasar sub-tipe. Walaupun Virus tipe B ini dapat menyebabkan epidemi, tetapi tidak dapat menyebabkan pandemi. Virus Influenza Tipe C menyebabkan sakit ringan pada manusia dan tidak menyebabkan epidemi atau pandemi. Virus ini juga tidak diklasifikasi berdasar sub-tipe. 6,7 Strain Virus Influenza B dan beberapa Sub-tipe Virus A dibagi lagi kedalam Strain. Ada berbagai Strain pada Virus Tipe B dan Sub-tipe A. Strain baruVirus Flu akan menggantikan strain yang lama. Perubahan Strain ini terjadi secara "shift" atau "drift". Ketika strain Virus baru ini muncul, maka sel pertahanan tubuh (antibody) yang terbentuk karena infeksi virus Flu strain yang lama, tidak dapat memberikan perlindungan lagi kepada infeksi strain baru. Jadi Vaksin Flu harus diperbarui setiap tahun untuk mengikuti perubahan strain dari Virus Flu. Akibatnya, orang yang ingin melakukan vaksinasi Flu harus mengulang vaksinasinya secara teratur setiap tahun, karena proses perubahan strain virus flu tadi. 6

Virus Flu Manusia dan Virus Flu Burung Manusia dapat terinfeksi virus Influenza tipe A,B atau C. Tetapi jenis Virus Flu A yang umumnya menyerang manusia adalah virus Flu subtipe H1N1, H1N2 dan H3N2. Antara tahun 1957 dan 1968 Virus Flu H2N2 juga terdeteksi menyerang manusia, namun sekarang tidak. 6 Hanya Virus Flu A yang menyerang Unggas. Burung liar secara alamiah adalah tempat tinggal beberapa subtipe Virus Flu A. Umumnya burung liar ini tidak sakit walaupun mereka terinfeksi Virus. Tetapi, unggas yang dipelihara seperti ayam ras atau kalkun, dapat sakit parah dan mati karena serangan virus Flu Burung. Beberapa Strain Virus A juga menyebabkan unggas liar sakit parah dan mati. 6 Virus Flu Burung dengan Fatalitas Tinggi dan Rendah Virus subtipe H5 dan H7 adalah Virus Flu Burung. Virus Avian Flu dapat diklasifikasi kedalam Virus yang Fatalitas Tinggi (HPAI) dan Virus yang Fatalitas Rendah (LPAI). Pembagian ini berdasar bentuk genetik Virus. Umumnya HPAI dikaitkan dengan tingkat kematian tinggi pada peternakan unggas. Apakah fatalitas yang tinggi atau rendah pada unggas ini berhubungan dengan risiko penularan pada manusia belum diketahui secara pasti.Virus HPAI dapat membunuh 90 - 100% unggas yang terinfeksi, tetapi LPAI menyebabkan sakit ringan atau tanpa gejala pada ayam.Tetapi virus LPAI dapat berubah menjadi HPAI, sehingga wabah Virus H5 atau H7 LPAI seharusnya tetap dimonitor oleh Dinas Peternakan. 6 Bagaimana Virus Flu Berubah

Cara Berubah pertama ialah "Drift Antigenik", dimana Virus berubah sedikit demi sedikit secara terus menerus dalam waktu yang lama. Proses Drift Antigenik menghasilkan virus strain baru yang tidak dapat dikenali oleh antibodi virus yang lama. Sehingga setiap tahun terjadi perubahan strain virus influenza. Ini sebabnya orang dapat terserang Flu beberapa kali, karena virus Flu berubah strainnya secara terus menerus sehingga orang yang ingin divaksinasi Flu harus melakukannya secara teratur setiap tahun. 6,7 Cara perubahan lain ialah dengan cara Shift Antigenik, yaitu perubahan yang mendadak pada Virus Flu A, dan menghasilkan Virus Flu A yang baru yang dapat menginfeksi manusia. Virus ini juga mempunyai hemmaglutinin dan Neuroamidase yang tidak teridentifikasi oleh manusia dan kalau Virus Flu strain baru ini masuk menginfeksi manusia, dan manusia tidak mempunyai kekebalan atau perlindungan dari strain yang baru, dan virus dapat menyebar dari satu manusia ke manusia lain, terjadilah wabah besar yang disebut Pandemi. 6 Mortalitas dan Morbiditas Prognosa untuk yang terinfeksi virus avian influenza adalah jelek. 5 Sumber Penularan dan Cara Penularan Wabah ini umumnya berasal dari virus H5N1 yang mudah menular dan dapat menyebabkan kematian bagi penderita. Penyakit ini menular dari unggas ke unggas, dan dari unggas ke manusia. Virus ini dikeluarkan melalui kotoran ayam yang mencemarkan lingkungan disekeliling dan menjangkiti melalui pernapasan. Virus ini merebak dengan mudah dari ladang peternakan ke ladang peternakan lain melalui

tikus dan lalat yang dicemari dengan kotoran ayam yang mengandung virus H5NI. Selain peternakan, pasar tempat ayam hidup dijual- dapat juga menjadi sumber penularan penyakit ini. Hingga kini virus H5N1 merebak dari hewan kepada manusia dan belum ada bukti dapat menular dari manusia kepada manusia. 1,8 Burung (unggas) yang terinfeksi mengeluarkan virusnya melalui sekret nasal dan fesesnya. Meski unggas yang sembuh mengeluarkan virus dalam jumlah yang lebih kecil, namun tetap dapat menularkan atau terinfeksi lagi. Unggas air merupakan reservoar alami yang utama. Unggas liar biasanya tidak menunjukkan gejala, tetapi tetap membawa virus dalam jangka waktu yang lama dan terinfeksi lebih dari 1 jenis virus. Deteksi selanjutnya dipersulit oleh ketidakberadaan respon antibodi terhadap paparan virus. Virus flu terdapat pada air dan materi-materi organik yang berasal dari danau/kolam tempat itik/bebek yang terinfeksi. Pencampuran kelompok tersebut dengan kelompok-kelompok kecil lainnya menjadi salah satu faktor penyebaran. Virus dapat hidup lama pada temperatur sedang maupun beku dan menyebar melalui sampah-sampah/produk-produk yang dihasilkan unggas. 5,8 Penyebaran juga dapat melalui manusia/alat-alat terkontaminasi semua bahan dari peternakan yang terinfeksi harus dibersihkan dan didesinfeksi sebelum dipindah ketempat lain. Serangga dan tikus juga dapat membawa virus ke ternakternak lain yang belum terinfeksi. Virus yang dapat ditemukan pada telur unggas yang terinfeksi dan hanya sedikit telur-telur ini yang dapat menetas. Virus ini terdapat pula pada burung-burung hias impor yang nampaknya sehat. Toko-toko burung/tempat penitipan burung juga dapat menjadi reservoir karena alat-alatnya jarang didesinfeksi. 5,8

Terdapat berbagai teori mengenai rantai penularan dari unggas ke manusia. Teori pertama adalah orang yang terkena virus flu burung, sebelumnya sudah terinfeksi virus flu human terlebih dahulu. Jadi keaadan daya tahan tubuh orang tersebut sedang memburuk hingga bisa terinfeksi flu burung dan flu manusia bersamaan. Teori yang lain adalah virus flu burung sendiri bisa menyebabkan influensa burung pada manusia. 9 Virus flu burung bisa ditularkan langsung dari unggas, atau ditularkan ke babi terlebih dahulu lalu babi menularkan ke manusia. Babi yang bisa terinfeksi virus flu burung dan flu manusia diperkirakan bisa menyebabkan mutasi gen secara antigenic shift sehingga menghasilkan virus baru yang bisa menginfeksi pejamu lain, termasuk manusia. Masa Inkubasi Masa inkubasi pada manusia 1-3 hari. Masa infeksi 1 hari sebelum sampai 3-5 hari sesudah timbul gejala. Pada anak sampai 21 hari. 1,2,9 Manifestasi Klinis Gejala sama dengan gejala flu pada umumnya, yaitu berupa demam suhu diatas 380C, disertai salah satu atau lebih gejala batuk ( 85- 100%), sesak atau nafas pendek (100%), diare (50%), nyeri otot (50%). Gejala flu umum seperti kemerahan atau ingusan pada hidung, konjungtivitis bisa saja tidak ditemukan seperti kasus di vietnam. 9 Kematian rata-rata terjadi 9 hari setelah sakit (Vietnam) akibat gagal nafas (ARDS). Penyakit flu burung menjadi berat bila pasien usia tua dan balita, pasien

terlambat mendapatkan perawatan, keterlibatan infeksi saluran nafas bawah, dan saat masuk sudah terjadi leukopeni dan limfopeni. 9

Gejala flu burung dapat dibedakan pada unggas dan manusia. 1 a. Gejala pada unggas Gejala-gejala tampak pada ternak unggas bervariasi, tergantung strain, usia dan spesies, infeksi bakteri sekunder, dan faktor lingkungan. Gejala-gejala meliputi : kematian tiba-tiba tanpa tanda-tanda lain, penurunan koordinasi (keseimbangan), warna keunguan (sianosis) pada pial-jengger dan kaki, telur lunak dan kehilangan bentuknya, energi dan nafsu makan menurun, diare, luka-luka pada kepala, kelopak mata, cakar, pial-jengger, sekret nasal, penurunan produksi telur, batuk, bersin-bersin. b. Gejala pada manusia Demam (suhu badan diatas 38 C) Batuk dan nyeri tenggorokan Radang saluran pernapasan atas Pneumonia Infeksi mata Nyeri otot

Diagnosa 1. Diagnosa Lapangan. Flu burung dengan patogenitas tinggi diduga jika terdapat kematian pada sekawanan unggas setelah gejala-gejala depresi berat, nafsu makan tidak ada,
10

produksi telur menurun drastis. Adanya edem muka, leher, sianosis pial dan jengger dan hemoragi pethicie pada membran-membran interna, lebih mengarah ke penyakit tipe HPA-1. Namun, diagnosa pada akhirnya tergantung isolsi dan identifikasi virus. Kini metode yang menggunakan enzim perangkap antigen yang terikat imunosorbant assay untuk tipe A di desain untuk penggunaan pada manusia, dan baru-baru ini cukup menjanjikan untuk diagnosa cepat pada ternak. 2. Spesimen Laboratorium. Harus disertai dengan informasi tentang gejala-gejala klinis dengan lesi besar/ menyolok, serta informasi lainnya. Diagnosa tergantung isolasi dan identifikasi virus dari swab(hapusan) trakea atau kloaka, feses, atau organ-organ internal. Spesimenspesimen tersebut dikumpulkan dari banyak burung. Tidak jarang terjadi kegagalan mengidentifikasi virus pada spesimen-spesimen tersebut. Swab merupakan cara terbaik untuk mengirim virus A-1 dari jaringan/sekret burung yang suspek infeksi, dan dikirim dengan media yang mengandung antibiotik tinggi. Trakea, paru, spleen, kloaka, dan otak harus dijadikan sampel. Darah/serum dikumpulkan dari beberapa ekor burung, jika sampel tidak bisa dikirim dalam waktu 1 x 24 jam, perlu ditempatkan dalam es. Jika perjalanannya perlu waktu yang lama, bekukan sampel, dan cegah jangan sampai mencair di perjalanan. 3. Diagnosa Laboratorium. Telur usia 9-11 hari yang ada embrionya diinokulasikan dengan spesimen yang ada. Virus flu burung akan membunuh embrio dalam waktu 48-72 jam. Jika hasilnya adalah virus tipe A, melalui tes ELISA atau AGP, kemudian dites lagi dengan antigen khusus untuk mengenali tipe serologinya (tipe HA dan NA). Serum

11

dari ayam biasanya memberi hasil positif pada tes antibodi secepat-cepatnya 3-4 hari setelah gejala pertama muncul. 5 Flu burung adalah penyakit menular yang disebabkan virus influensa yang ditularkan oleh unggas. Virus infuensa A (H5) diperkirakan memiliki kemampuan mutasi sehingga dapat menyerang trans-spesies sehingga dapat menginfeksi manusia. Sifat Virus Flu Burung Kelompok Risiko Tinggi Kelompok faktor resiko tinggi adalah pekerja peternakan atau pemprosesan unggas termasuk dokter hewan, pekerja laboratorium yang memproses sampel pasien atau hewan terjangkit, pengunjung peternakan/ pemprosesan unggas dalam 1 minggu terakhir, dan orang yang kontak dengan penderita flu burung. 2 Diagnosis ditegakkan bila 2,11 1. Melalui anamnesia didapatkan FAKTOR RISIKO, gejala panas >38 C disertai salah satu atau lebih gejala batuk, nafas pendek, dan nyeri tenggorok. 2. Pada laboratorium ditemukan leukopeni (leukosit < 3000), limfositopeni, dan trombositopenia. 3. Foto thoraks abnormal yaitu gambaran pneumonia/ 4. Pasien klinis akan cepat memburuk Pencegahan Perlindungan terbaik terhadap flu adalah membina daya tahan butuh yang baik. Daya tahan tubuh boleh dibina melalui pemakanan yang seimbang, olahraga, istirahat yang cukup, pengurangan stres, dan tidak merokok. 10, 11
12

1. Kelompok berisiko tinggi (pekerja peternakan dan pedagang) a. Mencuci tangan dengan desinfektan dan mandi sehabis bekerja. b. Hindari kontak langsung dengan ayam atau unggas yang terinfeksi flu burung. c. Menggunakan alat pelindung diri (contoh : masker dan pakaian kerja). d. Meninggalkan pakaian kerja ditempat kerja. e. Membersihkan kotoran unggas setiap hari. f. Imunisasi. 2. Masyarakat umum a. Menjaga daya tahan tubuh dengan memakan makanan bergizi & istirahat cukup. b. Mengolah unggas dengan cara yang benar, yaitu : Pilih unggas yang sehat (tidak terdapat gejala-gejala penyakit pada tubuhnya) Memasak daging ayam sampai dengan suhu 800 C selama 1 menit dan pada telur sampai dengan suhu 640 C selama 4,5 menit. Diagnosa Banding Avian influensa mirip dengan VVND (Velogenic viscerotropic Newcastle disease) karena gejala klinis dan lesi post mortem serupa. Dapat juga didiagnosa banding dengan infeksi laryngotracheitis dan penyakit bakteri akut seperti cholera dan Escherichia coli. 5

13

Penatalaksanaan Pasien harus istirahat, peningkatan daya tahan tubuh atau immunomodulator, terapi antivirus dan antibiotik, dan respiratory care. Pengobatan bagi penderita flu burung adalah: 1,2,5,13 1) Oksigenasi bila terdapat sesak napas. 2) Hidrasi dengan pemberian cairan parenteral (infus). 3) Pemberian obat anti virus oseltamivir 75 mg dosis tunggal selama 7 hari. Amantadin diberikan pada awal infeksi, sedapat mungkin dalam waktu 48 jam pertama selama 3-5 hari dengan dosis 5 mg/kg BB perhari dibagi dalam 2 dosis. Bila berat badan lebih dari 45 kg diberikan 100 mg 2 kali sehari. Terapi Antiviral WHO menyarankan menggunakan penghambat neurominidase (zanimivir, oseltamivir). Dosis oseltamivir adalah 75 mg 2 kali sehari selama 5 hari dan diberikan secepatnya. Efek samping oseltamivir berupa nausea, muntah, sakit kepala, lemas, insomnia dan pusing. Terapi Antibiotik Secara empiris, antibiotik spektrum luas (mencakup bakteri Community Acquired Pneumonia termasuk tipikal dan atipikal) diberikan sesuai dengan derajat penyakitnya. Untuk lebih spesifik, konsultasikan dengan ahli infeksi dan ahli paru. Kriteria Pemulangan

14

Pada orang dewasa harus setelah 7 hari bebas demam, sedangkan anak-anak (<12 tahun) setelah 21 hari bebas demam baru boleh dipulangkan. Pencegahan Flu Burung Untuk Pencegahan dapat diberikan oseltamivir 75 mg/hari selama 7 hari, selain kita harus menjaga kebersihan dan berprilaku hidup sehat. Kebiasaan mencuci tangan dan menjaga kondisi badan tetap sehat (tidak terlalu letih) harus diterapkan. Vaksinasi Vaksin inaktif yang diberikan, dapat menurunkan kematian dan sebagai pencegahan pada ayam maupun kalkun. Meskipun demikian, bisa saja vaksin ini tidak mampu mencegah infeksi pada beberapa burung. Kebanyakan sediaan vaksin ekonomis yang dibuat dari virus yang dilemahkan/dimatikan memiliki kerugiaan yaitu terbentuknya lebih dari 1 macam virus dengan ciri-ciri yang sulit dikenali misalnya jika seekor burung terinfeksi oleh kedua jenis vaksin dan juga oleh strain virus A-1 lainnya. Karena genom virus terdiri atas segmen-segmen, dapat terjadi pencampuran materi-materi genetik dan menciptakan virus baru, kelemahan berbagai pendekatan vaksinasi untuk kontrol HPA-1 adalah banyaknya subtipe HA yang dapat menyebabkan penyakit tersebut karena tidak ada proteksi silang diantara 15 subtipe HA yang telah diketahui, maka diperlukan juga vaksin multivalent, atau vaksinansi ditunda sampai subtipe penyebab penyakit yang ada di area tersebut selesai diidentifikasi. Baru-baru ini dilisensikan vaksin dengan virus pox rekombinan yang mengandung gen pengkode antigen H5. Penggunaan virus insekta yang mengandung antigen H5 atau H7 juga telah dilakukan untuk membuat protein vaksin di dalam kultur sel serangga (insekta). 5
15

Kebijakan Pemerintah Dalam rangka mengatasi dampak yang ditimbulkan oleh flu burung, pemerintah Indonesia telah mengambil beberapa kebijakan, di antaranya adalah sebagai berikut : a. Memberikan konpensasi bagi peternakan rakyat selama 6 bulan dari 29 Januari 30 Juli 2004 berupa DOC dan Pakan. b. Memusnahkan semua unggas yang terserang flu burung dengan cara dibakar. c. Mengadakan vaksinasi bagi ayam atau ternak unggas yang masih sehat. d. Melakukan tindakan biosekuriti (pengawasan secara ketat terhadap lalu-lintas unggas produk unggas dan limbah peternakan unggas) untuk daerah yang bebas flu burung.

16

PENUTUP

Avian influenza adalah penyakit menular yang disebabkan virus influensa yang ditularkan oleh unggas. Virus influensa ini terjadi secara alami antar burung burung. Virus influensa A (H5) diperkirakan memiliki kemampuan mutasi sehingga dapat menyerang trans-spesies sehingga dapat menginfeksi manusia. Masa inkubasi pada manusia 1-3 hari. Masa infeksi 1 hari sebelum sampai 3-5 hari sesudah timbul gejala. Pada anak sampai 21 hari. Gejala sama dengan gejala flu pada umumnya, yaitu berupa demam suhu diatas 380C, disertai salah satu atau lebih gejala batuk, sesak atau nafas pendek, diare, nyeri otot, infeksi mata. Perlindungan terbaik terhadap flu adalah membina daya tahan butuh yang baik. Daya tahan tubuh boleh dibina melalui pemakanan yang seimbang, olahraga, istirahat yang cukup, pengurangan stres, dan tidak merokok. Perlu adanya penyuluhan/promosi kepada masyarakat tentang penyakit flu burung agar masyarakat tidak panik dan takut untuk mengkonsumsi produk unggas namun harus tetap waspada.

17

DAFTAR PUSTAKA

1. 2. 3.

Kristina et al. Flu Burung dalam Kajian Masalah Kesehatan. Jakarta : Departemen Kesehatan, 2004; 1-8 Anonim. Recent Avian Influenza Outbreak in Asia. (http://www.medidiom.net/bp.pdf, diakses 12 Oktober 2005) (online).

Anonim. Key Facts About Avian Influenza (Bird Flu) and Avian Influenza A (H5N1) Virus. (Online). (http://www.medidiom.net/bp.pdf, diakses 24 Mei 2005) Anonim. Avian Influenza. 2005. (http://www.vet.uga.edu/vpp/gray_book/FAD/avi.htm Available at

4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.

Srijadi. Flu Burung (Avian Flu) di Indonesia? 2005. Available at http://www.yahoo.com Anonim. Avian Influenza Fact Sheet. (http://www.medidiom.net/bp.pdf, diakses 15 Januari 2004) (Online).

Anonimous. Depkes Perpanjang Status KLB Flu Burung. Available at (http://www.depkes.go.id, diakses 12 Oktober 2005) Jacob, G.D. Avian http://www.aafp.org/afp Influenza in Poultry. 2004. Available at

Anonim. Waspada Flu Burung? 2005. Available at http://www.google.com Priyadi, S. Diagnosis dan Penatalaksanaan Influensa Burung pada Manusia. 2005. Available at http://www.PortalFKUI.co.id/hg/nasional Anonim. Avian Influenza Protecting Poultry Workers at Risk. 2005. Available at (http://www.cdc.gov/flu/avian/profesional/han081304.htm Ngurah, G. Pandemi Flu Burung : Menghitung Hari! 2005. Available at http://www.google.com

18

13.

Anonim. Flu Burung. 2005. Available at Available at http://www.aafp.org/afp

Refrat FLU BURUNG

Oleh Gt. Deasy Wilda Ariany I1A099026

Pembimbing Dr. Tjatur Winarsanto Sp.PD

BAGIAN/UPF ILMU PENYAKIT DALAM FK-UNLAM-RSUD ULIN


19

BANJARMASIN APRIL, 2006

20

DAFTAR ISI

Halaman Lembar Pengesahan ........ Daftar Isi . Pendahuluan Avian Influenza ........................................................................................................ Definisi ......................................................................................................... Epidemiologi ................................................................................................ Etiologi ........................................................................................................ Sifat Virus Flu Burung ................................................................................ Virus Influensa ............................................................................................. Mortalitas dan Morbiditas ............................................................................ Sumber dan Cara Penularan ......................................................................... i ii 1 3 3 3 4 4 5 7 7

Masa Inkubasi .............................................................................................. 10 Manifestasi klinik ....................................................................................... Perjalanan Penyakit .................................................................................... 10 12

Diagnosa ....................................................................................................... 13 Kelompok Risiko Tinggi ............................................................................. 16 Pencegahan .................................................................................................... 16 Penatalaksanaan ............................................................................................ 18 Kriteria Pemulangan ..................................................................................... 19 Kebijakan Pemerintah .................................................................................. 19
21

Penutup ..................................................................................................................... 21 Daftar Pustaka .......................................................................................................... 22

22

Anda mungkin juga menyukai