Anda di halaman 1dari 24

DAFTAR ISI

Daftar Isi Bab I Pendahuluan Sejarah Maksud Dan Tujuan Bab II Tinjauan Pustaka Mineral Uranium Pengolahan Bijih Uranium Pengolahan Bijih Uranium Pada Nuklir BAB III Pembahasan Faktor Faktor Kimia Dan Fisika Manfaat Uranium Diangram Perbandingan Suhu Dan Tekanan Uranium Tipe UF6 Kesimpulan Daftar Pustaka

BAB I PENDAHULUAN A. Sejarah Uranium ditemukan oleh kimiawan jerman bernama martin klaproth pada tahun 1789. Martin kalproth menemukan uranium saat menganalisis sampel dari tambang perak jochimsal di repuplik ceko. Pada tahun 1800-an penggunaan uranium hanya untuk kaca berwarna dan keramik. Senyawa uranium lebih banyak dimanfaatkan untuk dekoratif warna kuning hijau pada vas, gelas dan dekorasi arsitektur. Namun di zaman B. Maksud Dan Tujuan Maksud dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui

bagaimana cara pengolahan bijih uranium yang berkaitan dengan aspek kimia fisika. Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui pengaruh faktor kimia fisika dalam pengolahan bahan tambang berupa bijih uranium.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Mineral Uranium

Uranium adalah salah satu mineral logam yang dapat ditambang. Mineral ini terbentuk akibat peristiwa peristiawa alam dan proses geologi dan bersifat radioaktif. Untuk mendapatkan mineral ini harus melalui proses penggalian dalam tambang, maka uranium seringkali dikenal juga sebagai bahan galian nuklir. Mineral uranium terdapat dalam kerak bumi pada hampir semua jenis batuan, terutama batuan asam seperti granit, dengan kadar 3-4 gram dalam satu ton batuan. Di alam dapat ditemukan lebih dari 100 jenis mineral uranium, antara lain yang terkenal adalah uraninite, pitchblende, coffinite, brannerite, carnatite dan tyuyamunite. Kandungan uranium dalam mineral, besarnya cadangan dan sifat cadangan sangat menentukan nilai ekonomi mineral tersebut. Untuk selanjutnya perlu dibedakan antara mineral dan bijih. Mineral adalah senyawa alamiah dalam kerak bumi, sedang bijih merupakan mineral yang memberi nilai ekonomi apabila dieksploitasikan. Dahulu hanya bijih dengan kadar di atas 0,1 persen yang menarik perhatian. Namun karena permintaan uranium yang terus menunjukkan peningkatan dari waktu ke waktu, maka saat ini orang mengambil bijih dengan kadar uranium kurang lebih 0,03 persen. Kadar uranium dalam batuan granit relatif paling tinggi bila dibandingkan dengan kadarnya di dalam batuan beku lainnya. Oleh sebab itu, batuan tersebut dapat dikatakan sebagai pembawa uranium. Batuan granit dengan volume 1 km3 dapat membentuk

cebakan uranium sebanyak 2.500 ton. pada umumnya uranium dalam batuan ini terdistribusi secara merata dan dapat dijumpai dalam bentuk mineral uranit maupun oksida komplek euksinit betafit. Uranit merupakan bahan di mana komponen utamanya dengan prosentase lebih dari 80 % berupa uranium, sedang euksinit betafit merupakan bahan dengan kandungan uraniumnya cukup besar (lebih dari 20 %) tetapi uranium tersebut bukan merupakan komponen utamanya. ada tiga jenis isotop uranium yang diperoleh dari hasil penambangan, yaitu 235U dengan kadar 0,715 %, 238U dengan kadar 99,825 % dan 234U dengan kadar yang sangat kecil. dari ketiga isotop uranium tersebut, hanya 235U yang dapat digunakan sebagai bahan bakar fisi. B. Pengolahan Bijih Uranium Bijih uranium memang jarang dijumpai di dunia ini, namun begitu ada beberapa tempat yang memang kaya dengan bijih tersebut. Bijih ini merupakan bijih radioaktif, sehingga uranium sering dijumpai pada daerah yang gersang karena pepohonan tidak bisa hidup dengan baik di daerah yang kandungan uraniumnya tinggi. Di indonesia mungkin ada beberapa tempat yang mengindikasikan adanya bahan raioaktif ini salah satunya tempat yang ada di jawa timur yang relatif gersang. Beberapa macam bijih uranium yang sering dijumpai: 1. COFFINIT : U(SIO4)(1-X)(OH)4X 2. GUMMIT : UO3NH2O 3. BEQUERELIT : 2UO33H2O 4. URANINIT : UO2 5. PITCHBLENDE : U3O8

Selain Beberapa Macam Bijih Di Atas, Masih Ada Lagi Bijih Uranium Dengan Valensi 6+ Yaitu: CARNOTIT, SCHROECINGENIT, ZIPPEITE, URANOPILIT, JOHANNITE. Bijih yang sering dijumpai adalah uraninit (UO2) dan PITCHBLENDE (U3O8) dengan kadar di alam sekitar 1%. Ada beberapa cara pelindian yang bisa digunakan untuk meningkatkan kadar uranium ini, yaitu: 1. Cara asam (H2SO4) 2. Cara alkali karbonat (Na2CO3 + NaHCO3) Mekanisme reaksi secara elektrokimia menurut HABASHI & THURSTON, TH 1967:

Gambar 1. mekanisme reaksi secara elektrokimia

Pelindian Cara Asam (H2SO4)

Leaching Agent:

H2SO4 encer untuk mineral yang mudah larut H2SO4 pekat untuk mineral yang sulit larut. Reaksi Leaching: 1. Oksidator O2 UO2(S) + 2H+ + O2 = UO22+ + H2O 2. Oksidator MNO2 atau NACLO3 a. 2Fe2+ + MNO2 + 4 H+ = 2 Fe3+ + MN2+ + 2 H2O 6Fe2+ + CLO3- + 6 H+ = 6 Fe3+ + CL- + 3 H2O b. UO2(S) + 2 Fe3+ = UO22+ + 2 Fe2+ 3. Oksidator thiobacillus ferrooxidans (TH.F) dan ferrobacillus

ferrooxidans (F.F) 2Fe2+ + 2 H+ + O2 = 2 Fe3+ + H2O (memakai TH.F DAN F.F) UO2 + 2 Fe3+ = UO22+ + 2 Fe2+ 4. Oksidasi Pirit (FES2) FeS2 + 7O2 + 2H2O = 2FeSO4 + 2H2SO4 (menggunakan TH.F) 2 FeSO4 + H2SO4 + O2 = Fe2(SO4)3 + H2SO4 (menggunakan TH.F DAN F.F) REAKSI TOTAL: 2 FeS2 + 15/2 O2 + H2O Fe2(SO4)3 + H2SO4 (menggunakan TH.F dan F.F) Pelindian Cara Alkali Karbonat (Na2CO3 + NaHCO3)

Reaksi Leaching:

UO2(S) + 3Na2CO3 + H2O + O2 = Na4[UO2(CO3)3] + 2NaOH U3O8(S) + 9 Na2CO3 + 3 H2O + O2 = 3 Na4[UO2(CO3)] + 6 NaOH K2O2UO3V2O53H2O(S) + 6 Na2CO3 = 2 NaU[UO2(CO3)3] + K2CO3 + 2NaVO3 + 2 NaOH + H2O karena adanya [OH-], maka ada kemungkinan pengendapan Na2U2O7 (Nadiuranat) mengikuti reaksi: 2UO2(CO3)34- + 6 OH- + 2 Na+ = Na2U2O7(S) + 6 CO32- + 3 H2O dapat dihindari dengan penambahan bi-karbonat (NaHCO3) yang akan mengurangi jumlah oh- sehingga bisa terkendali. OH- + HCO3- = CO32- + H2O Recovery recovery dari ion uranium terlarut bisa dilakukan dengan menggunakan ion exchange yang diikuti dengan elution seperti contoh berikut: 2 Fe2+ + MNO2 + 4 H+ a 2 FE3+ + MN2+ + 2H2O UO2(S) + 2FE3+ a UO22+ + 2 Fa2+UO2+ + n SO42- = UO2(SO4)n2-2n (n = 1, 2 ATAU 3) misal n=3 a UO2(SO4)34ion exchange : 4 R+X- + [UO2(SO4)3]4- = (R+)4UO2(SO4)34- + 4XX- : CL- ATAU NO3

selain dengan ion exchange, recovery juga bisa dilakukan dengan menggunakan solven extraction:

Gambar 2. skema solven extraction Diagram alir proses pengolahan uranium dengan pelindian cara asam dapat dilihat pada gambar 3. Contoh yang diambil adalah proses di daggafontein mill, afrika selatan dengan umpan residu sianidasi bijih emas.

Gambar 3. contoh diagram alir cara asam di daggafontein, afrika selatan

C. Pengolahan Biji Uranium Pada Nuklir Daur Bahan Bakar Nuklir

Ada beberapa tahapan yang harus dilalui untuk mendapatkan bahan bakar uranium dari mulai kegiatan penambangan sampai dengan proses pembakarannya di dalam teras reaktor nuklir hingga ke pengelolaan limbah radioaktif yang ditimbulkannya. Proses-proses pada masing-masing tahapan cukup komplek, rumit dan beberapa di antaranya memerlukan teknologi tinggi. Daur bahan bakar nuklir mencakup semua proses baik fisika maupun kimia yang dilalui oleh bahan galian nuklir agar dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar di reaktor nuklir. Berikut ini akan dibahas tahapan-tahapan proses dalam daur bahan bakar nuklir.

Eksplorasi Dan Penambangan Uranium

Eksplorasi bahan galian nuklir merupakan bagian awal dari daur bahan bakar yang sekaligus dapat digunakan untuk menginventarisasi sumber daya bahan galian nuklir. Kegiatan eksplorasi uranium pada umumnya dimulai dari penentuan suatu lokasi dimana pada lokasi tersebut diharapkan dapat ditemukan bahan galian nuklir. Metode eksplorasi yang dianut sampai sekarang adalah melalui penelitian konvensional, penelitian geologi, pengukuran tingkat radiasi dan geokimia. Metode tersebut digunakan karena cukup murah dengan hasil yang cukup bagus. Cara penambangan uranium sangat mirip dengan cara penambangan bijih-bijih tambang lainnya, yaitu melalui penambangan terbuka dan penambangan bawah tanah. Dari kegiatan

penambangan ini diperoleh bongkahan-bongkahan berupa batuan yang di dalamnya terdapat mineral-mineral uranium. Batuan tersebut selanjutnya dikirim ke unit pengolahan untuk menjalani proses lebih lanjut.

Pengolahan Uranium

Kadar uranium dalam bijih umumnya sangat rendah, yaitu berkisar antara 0,1 0,3 % atau 1-3 kg uranium tiap ton bijih. Untuk mempermudah dan menekan biaya transportasi, maka uranium dalam bijih ini perlu diolah terlebih dahulu. Tujuan utama dari pengolahan adalah untuk pemekatan dengan cara mengurangi sebanyak mungkin bahan lain yang ada dalam bijih sehingga dapat menyederhanakan proses transportasi ke tempat pemrosesan berikutnya. Pengolahan bijih uranium dapat dilakukan dengan cara penggerusan, pelindihan maupun ekstraksi kimia dan pengendapan. Hasil akhir dari proses pengolahan uranium ini adalah diperolehnya endapan kering berwarna kuning yang disebut pekatan (konsentrat) yang berkadar uranium sekitar 70 %. Karena berwarna kuning maka endapan ini disebut juga yellowcake. Dari 1000 ton bijih rata-rata dapat dihasilkan 1,5 ton yellowcake.

Pemurnian Uranium

Proses pemurnian bertujuan untuk merubah yellowcake menjadi bahan dengan tingkat kemurnian yang tinggi sehingga berderajad nuklir dan bebas dari unsur-unsur pengotor lainnya. Senyawa kimia bahan bakar berderajad nuklir yang dihasilkan dapat berbeda bergantung proses pemurnian yang

digunakan. Dari proses pemurnian akan diperoleh produk akhir berupa UO2, U3O8 atau U-logam yang siap untuk proses selanjutnya. Ketiga macam produk akhir proses pemurnian itu disesuaikan dengan kebutuhan calon pemakai bahan bakar nuklir.

LOKASI REAKTOR NUKLIR

Pengayaan

Pengayaan Dimaksudkan Untuk Meningkatkan Kadar 235U dalam bahan bakar nuklir hasil proses pemurnian. perlu diketahui bahwa dalam uranium alam hasil penambangan terdapat tiga jenis isotop uranium, yaitu 238u dengan kadar 99,285 %, 235U dengan kadar 0,715 % dan 234U dengan kadar yang sangat kecil. Dalam reaktor nuklir yang dapat berperan sebagai bahan bakar hanyalah 235U, sedang 238U dan 234U tidak dapat dijadikan bahan bakar karena tidak dapat melakukan reaksi fisi. Dengan proses

pengayaan maka kadar 235u menjadi tinggi sehingga bahan bakar dapat dipakai dalam waktu lama. Proses pengayaan ini akan meningkatkan kadar 235U dalam bahan bakar menjadi 2-4 % seperti lazimnya dibutuhkan oleh suatu reaktor nuklir. Proses pengayaan tidak selalu dilewati oleh bahan bakar, karena ada jenis reaktor nuklir yang dapat memanfaatkan uranium alam.

Pabrikasi

Proses pabrikasi bertujuan untuk menyiapkan bahan bakar nuklir dalam bentuk fisik yang sesuai dengan jenis yang dibutuhkan oleh reaktor nuklir calon pemakai bahan bakar tersebut. Ada bermacam-macam bentuk bahan bakar bergantung pada jenis rancang bangun reaktor. Perbedaan tersebut umumnya terletak pada bentuk dan ukuran bahan bakar yang digunakannya. Dalam proses pabrikasi, sebagian besarnya merupakan proses fisis mekanis ditambah sedikit proses kimia. Ada berbagai macam bentuk elemen bakar bergantung pada rancang bangun yang dikaitkan dengan kinerja reaktor pemakainya. Misal ada jenis reaktor yang memakai bahan bakar diperkaya dengan pengayaan 2-3 % berbentuk UO2 yang diproses menjadi pelet dengan diameter 10 mm. Pelet kemudian dimasukkan ke dalam tabung kelongsong paduan zirkonium dengan panjang 4-5 m.

Penyimpanan Sementara Atau Pendinginan

Setelah bahan bakar nuklir 235U dimanfaatkan dalam reaktor nuklir dan mencapai derajad bakar tertentu, elemen bakar nuklir akan menjadi sangat

radioaktif karena mengandung unsur-unsur radioaktif beraktivitas sangat tinggi hasil proses fisi 235U. Oleh sebab itu, bahan bakar bekas tersebut perlu disimpan sementara agar unsur-unsur hasil fisi yang radioaktif itu melakukan peluruhan sehingga radiasi yang dipancarkannya menjadi rendah.

Penyimpanan sementara ini disebut juga sebagai proses pendinginan. Laju peluruhan zat radioaktif bergantung pada jenis zat radioaktifnya. Setiap zat radioaktif memiliki waktu paro (T1/2), yaitu waktu yang diperlukan oleh zat radioaktif untuk meluruh sehingga jumlahnya tinggal setengah dari jumlah semula. Waktu paro zat radioaktif bervariasi dari orde beberapa detik hingga tahun. Bahan bakar begitu dikeluarkan dari teras reaktor mengalami pendinginan dalam kolam penampung bahan bakar bekas. Kolam ini umumnya terintegrasi dalam gedung reaktor. Lama pendinginan bisa beberapa bulan hingga beberapa tahun bergantung pada kapasitas tampung kolam pendingin. Ada dua proses yang dapat dilakukan terhadap bahan bakar bekas setelah mengalami proses pendinginan, yaitu :

Mengirimkan bahan bakar bekas tersebut ke instalasi pengolahan limbah nuklir untuk menjalani proses lebih lanjut. Jika hal ini yang tempuh, maka daur bahan bakarnya disebut sebagai daur terbuka.

Mengirimkan bahan bakar bekas ke instalasi olah ulang untuk pemrosesan lebih lanjut. Jika hal ini yang ditempuh, maka daur bahan bakarnya disebut daur tertutup.

Proses Olah Ulang

Proses olah ulang bahan bakar bekas bertujuan untuk mengambil sisa bahan bakar fisi yang belum terbakar dan bahan bakar baru yang terbentuk selama proses pembakaran bahan bakar nuklir. Jadi dalam hal ini bahan bakar bekas itu masih sangat berharga. Perlu diketahui bahwa proses pembakaran 235U di dalam teras reaktor tidak dapat membakar habis bahan bakar tersebut. Dari 100 kg bahan bakar nuklir yang semula berkomposisi 3 kg 235U DAN 97 kg 238U, setelah proses pembakaran dalam teras reaktor selama tiga tahun, komposisinya akan berubah menjadi :

2 kg 235U terbakar/melakukan reaksi fisi sehingga tersisa 1 kg 235U. 2 kg 238U berubah menjadi 239PU sehingga tersisa 238U sebanyak 95 kg. dari 2 kg 239PU yang terbentuk, 1 kg terbakar langsung dalam teras reaktor sehingga tersisa 1 kg 239PU.

Karena Ada 2 Kg 235U dan 1 kg 239PU yang terbakar, maka dari pembakaran itu dihasilkan 3 kg unsur-unsur radioaktif hasil fisi.

Setelah Dipakai Sebagai Bahan Bakar Di Reaktor Nuklir, Sebagian Besar 235U masih tersisa di dalam bahan bakar bekas. Pada suatu saat nanti, 235U sebagai satu-satunya bahan bakar nuklir yang ada di alam ini akan habis dikonsumsi. Oleh sebab itu, proses olah ulang bahan bakar bekas dapat menghemat penggunaan bahan bakar nuklir apabila dilakukan pada saat yang tepat. Sisa dari bahan bakar 235U dan bahan bakar baru 239PU yang terbentuk dalam bahan bakar bekas dapat diambil kembali melalui proses olah ulang dan untuk selanjutnya dapat dijadikan bahan bakar baru. Dalam

proses olah ulang ini 235U yang terambil dikirim ke instalasi pengayaan, sedang 239PU langsung dikirim ke instalasi pabrikasi.

Penyimpanan Lestari

Limbah nuklir merupakan hasil samping dari kegiatan manusia dalam pemanfaatan teknologi nuklir. Secara ilmiah, istilah limbah nuklir dikaitkan dengan segenap bahan yang tidak dapat digunakan lagi (didaur ulang) yang karena tingkat radioaktivitasnya bahan tersebut tidak mungkin dilepas atau dibuang langsung ke lingkungan. Baik bahan bakar bekas yang tidak mengalami proses olah ulang maupun unsur-unsur radioaktif sisa proses olah ulang akan diperlakukan sebagai limbah radioaktif. Karena sifatnya yang mampu memancarkan radiasi dan dapat berakibat buruk bagi kesehatan manusia, maka semua bentuk limbah radioaktif tersebut harus dipadatkan dan dibuang secara lestari. Pembuangan lestari suatu limbah radioaktif secara aman merupakan tujuan akhir dari pengelolaan limbah radioaktif. Pemadatan limbah nuklir dimaksudkan agar limbah tersebut terikat dalam suatu matrik padat yang sangat kuat. Matrik dirancang mampu bertahan hingga zat radioaktif yang diikatnya meluruh mencapai kondisi dimana kemampuannya memancarkan radiasi menjadi sangat lemah dan tidak membahayakan. Dengan pemadatan ini maka zat radioaktif tidak akan terlepas ke lingkungan dalam kondisi apapun selama disimpan. Proses pemadatannya bisa dilakukan dengan semen (sementasi), aspal (bitumenisasi), polimer (polimerisasi)

maupun bahan gelas (vitrivikasi). Padatan limbah nuklir selanjutnya dimasukkan ke dalam kontainer yang dibuat dari baja tahan karat.

BAB III PEMBAHASAN A. Faktor Faktor Kimia Dan Fisika Faktor Fisika

uranium memiliki tiga bentuk kristal yaitu: alfa (688 C), beta (776 C), gamma. Uranium termasuk logam berat, berwarna putih keperak-perakan, bersifat piroforik (mudah meledak di udara dan hidrogen dapat menambah intensitas nyala) dalam kondisi halus.

Uranium lebih lunak daripada baja, dan dalam kondisi yang sangat halus, uranium mudah terlarut dalam air dingin. Mudah ditempa dan sedikit paramagnetik.

Oksida alam dari uranium mempunyai warna hijau kekuning-kuningan dan coklat tua yang mencolok sehingga mudah dikenali.apabila disinari dengan cahaya ultra ungu, uranium akan mengeluarkan cahaya fluoresensi yang sangat indah dan mudah dikenali.

Uranium merupakan l o g a m b e r a t berwarna keperakan ya n g sangat padat. Sebuah kubus u r a n i u m bersisi 10 cm

m e m i l i k i m a s s a mendekati 20 kg dan secara umum 70 % l e b i h p a d a t d i s b a n d i n g timbal (timah hitam). Pada suhu 600 - 700C dalam tekanan yang sangat tinggi logam du akan menyala dengan sendirinya, membentuk kabut aerosol DU yang bersifat cair dan sangat panas.

Faktor Kimia

Di udara, uranium terlapisi dengan oksidanya. Asam juga dapat melarutkan logamnya, dan tidak terpengaruh sama sekali oleh basa.

Uranium memiliki 16 isotop, yang semuanya bersifat radioaktif. Uranium di alam memiliki kandungan 0.7110%, dan
234 238

U sebanyak 99.28305%,

235

U sebanyak

U sebanyak 0.0054%. Hasil studi menunjukkan bahwa U dalam uranium alam bervariasi tergantung sumber

persentase berat

235

mineral. Di amerika serikat telah menetapkan nilai 0.711% sebagai persentase


235

U dalam uranium alamiah. Uranium di alam memiliki

radioaktif yang cukup untuk menghitamkan lembar fotografi dalam waktu satu jam.

Uranium-238 dengan masa waktu paruh 4.51 x 109 tahun, uranium beserta anak luruhnya bersifat radioaktif sehingga mampu memancarkan radiasi pengion berupa sinar-a, -b dan -g. Oleh sebab itu keberadaannya dapat dipantau dengan alat ukur radiasi. Sifat ini dapat membedakan uranium dari batuan lainnya. Karena batuan lain tidak memancarkan radiasi, maka batuan tersebut tidak dapat diidentifikasi dengan alat ukur radiasi.

B. Manfaat Uranium Selain Memilki Bahaya Yang Tinggi, Uranium Juga Memilki Fungsi Yang Besar Diantaranya Adalah: Sebagai Sumber Energy

U-235 banyak digunakan sebagai bahan bakar utama pada reaktor nuklir untuk menghasilkan energi listrik yang sangat basar. Selain itu juga digunakan untuk memenaskan uap yang dapat menggerakkan turbin sehingga dapat menghasilkan listrik. Girokompas Dan Alat Pengontrol Uranium juga dapat digunakan sebagai girokompas dan alat pengontrol pada pesawat ruang angkasa. Uranium yang digunakan untuk keperluan ini memiliki tingkat radioaktif yang rendah. Arkeologi Para ilmuwan juga telah memanfaatkan uranium untuk menentukan usia batuan dan lapisan tanah. Foto Rontgen Senyawa uranium nitrat dapat digunakan sebagai bahan pembuatan dioksida uranium yang berguna dalam foto rontgen.

C. DIAGRAM PERBANDINGAN SUHU DAN TEKANAN PADA URANIUM TIPE UF6

Penjelasan : Pada Titik Triple Point Uranium Uf6 Terbentuk Uranium Berupa Kristal Putih Pada Suhu 640C atau 147,30 f dan menyublin pada suhu 53,60 C pada tekanan atmosrfir. Fase cair hanya ada di bawah tekanan besar dari sekitar 1,5 atmosfer dan pada suhu di atas 64 C (lihat diagram fasa).

BAB IV KESEMPULAN Ilmu kimia fisika sangat penting karena hampir semua aspek kehidupan meyangkut kimia fisika terutama dalam proses pengolahan mineral atau pertambangan . Di dalam pengolahan mineral hapir semua kegiatan yang dilakukan tidak lepas dari faktor kimia maupun fisika.setelah kita cermati makalah ini dapat maka dapat tarik kesimpulan bahwa: 1. Faktor fisika maupun kimia di dalam industry pertambangan sangat dibutuhkan khususnya dalam penambangan uranium. Untuk menyimpan uranium di perlukan proses fisika berupa pendinginan atau penyimpanan sementara agar radiasi yang dipancarkan rendah , khususnya pada penyimpanan bahan bakar nuklir. 2. Didalam pengolahan uranium proses kimia berperan sangat penting. Dalam pengolahan uranium proses kimia ini berupa proses pelindihan untuk meningkatkan kadar uranium dengan cara asam menggunakan h2so4 , atau dengan menggunakan proses elektrolisis menurut habashi & thurston, th 1967.

DAFTAR PUSTAKA

http://crystalfield.wordpress.com/2010/01/10/uranium-sebagai-bahan-bakarnuklir/ http://dunia-atas.blogspot.com/2011/05/mengenal-uranium.html http://extractivemetallurgy.blogspot.com/2009/01/pengolahan-bijih-uranium.html http://nuclearactive.com/ http://www.chm.bris.ac.uk/motm/uf6/uf6v.htm http://www.elektroindonesia.com/elektro/ener33.html http://www.scribd.com/doc/50080641/uranium-dalam-batuan-sedimen http://www.scribd.com/doc/50080641/uranium-dalam-batuan-sedimen

ASPEK KIMIA FISIKA DALAM PENGOLAHAN MINERAL

OLEH RISTOWIJAYA S. (D62111262) ARSENIUS ERWIN PATODING (D62111269) ADI ALMUQSITH (D62111267) ESMAR SULEA DATU LALONG (D62111274) NORMAN SUPRIANTO (D62110109) SCHERTIKA SRI RATU (D62109259)

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN JURUSAN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

MAKASSAR 2012

Anda mungkin juga menyukai