Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH REKAYASA LINGKUNGAN

GETARAN

Disusun Oleh : YUNIAR LUTHFIA LISTYADEVI 21030112130091

Pengampu : Ir. Amin Nugroho, M.S.

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2013

GETARAN Getaran adalah gerakan yang teratur dari benda atau media dengan arah bolak-balik dari kedudukan keseimbangan (KEP-51/MEN/1999). Getaran terjadi saat mesin atau alat dijalankan dengan motor, sehingga pengaruhnya bersifat mekanis (Sugeng Budiono, 2003:35). Getaran ialah gerakan ossilasi disekitar sebuah titik (J.M. Harrington, 1996:187). Getaran merupakan efek suatu sumber yang memakai satuan ukuran hertz (Depkes, 2003:21). Getaran (vibrasi) adalah suatu faktor fisik yang menjalar ke tubuh manusia, mulai dari tangan sampai keseluruh tubuh turut bergetar (osciliation) akibat getaran peralatan mekanis yang dipergunakan dalam tempat kerja (Emil Salim, 2002:253)

VIBRASI Vibrasi atau getaran, dapat disebabkan oleh getaran udara atau getaran mekanis misalnya mesin atau alat-alat mekanis lainnya, oleh sebab itu dapat dibedakan dalam 2 bentuk: 1. Vibrasi karena getaran udara yang pengaruh utamanya pada akustik. 2. Vibrasi karena getaran mekanis mengakibatkan timbulnya resonansi/turut bergetarnya alat-alat tubuh dan berpengaruh terhadap alat-alat tubuh yang sifatnya mekanis pula (Gabroel, 1996). Penjalaran vibrasi mekanik melalui sentuhan/kontak dengan permukaan benda yang bergerak, sentuhan ini melalui daerah yang terlokasi (tool hand vibration) atau seluruh tubuh (whole body vibration). Bentuk tool hand vibration merupakan bentuk yang terlazim di dalam pekerjaan.

JENIS GETARAN 1. Getaran mekanik adalah getaran yang ditimbulkan oleh sarana dan peralatan kegiatan manusia. 2. Getaran seismik adalah getaran tanah yang disebabkan oleh peristiwa alam dan kegiatan manusia. 3. Getaran kejut adalah getaran yang berlangsung secara tiba-tiba dan sesaat.

Ditegaskan dalam buku saku Kesehatan dan Keselamatan Kerja dari Sucofindo (2002) yang menyatakan bahwa getaran ialah gerakan ossillatory/bolak-balik suatu massa melalui keadaan setimbang terhadap suatu titik tertentu. Dalam kesehatan kerja, getaran yang terjadi secara mekanis dan secara umum terbagi atas:

a. Getaran seluruh badan Getaran pada seluruh tubuh atau umum (whole body vibration) yaitu terjadi getaran pada tubuh pekerja yang bekerja sambil duduk atau sedang berdiri dimana landasannya yang

menimbulkan getaran. Biasanya frekuensi getaran ini adalh sebesar 5-20 Hz (Emil Salim, 2002:253). Getaran seperti ini biasanya dialami pengemudi kendaraan seperti : traktor, bus, helikopter, atau bahkan kapal.

Efek yang timbul tergantung kepada jaringan manusia, seperti: (Sucofindo, 2002) a. 3-6 Hz untuk bagian thorax (dada dan perut) b. 20-30 Hz untuk bagian kepala c. 100-150 Hz untuk rahang.

Di samping rasa tidak ketidaknyamanan yang ditimbulkan oleh goyangan organ seperti ini, menurut beberapa penelitian, telah dilaporkan efek jangka lama yang menimbulkan orteoartritis tulang belakang (Harrington dan Gill, 2005).

b. Getaran tangan-lengan. Menurut Emil Salim (2002:253) yang dikutip Arief Budiono menyebutkan Getaran setempat yaitu getaran yang merambat melalui tangan akibat pemakaian peralatan yang bergetar, frekuensinya basanya antara 20-500 Hz. Frekuensi yang paling berbahaya adalah pada 128 Hz, karena tubuh manusia sangat peka pada prekuensi ini. Getaran ini berbahaya pada pekerjaan seperti: Supir bajaj, Operator gergaji rantai, Tukang potong rumput, Gerinda, Penempa palu.

Besaran getaran dinyatakan dalam akar rata-rata kuadrat percepatan dalam satuan meter per detik (m/detik2 rms). Frekuensi getaran dinyatakan sebagai putaran per detik (Hz). Getaran seluruh tubuh biasanya dalam rentang 0,5 - 4,0 Hz dan tangan-lengan 8-1000 Hz.

SUMBER GETARAN Perkakas yang bergetar secara luas dipergunakan dalam industri logam, perakitan kapal dan otomotif, juga di pertambangan, kehutanan, dan pekerjaan konstruksi. Perkakas yang paling banyak digunakan adalah: bor pneumatik, alat-alat ini menghasilkan getaran mekanik dengan ciri fisik dan efeknya merugikan yang berbeda (Wijaya C. 1995:174). Pada perum perhutani sumber getaran yang ada pada peralatan seperti band resaw, cross cut, long band saw, planer, band saw, double cross cut dan spindel moulder.

EFEK GETARAN Getaran yang dapat menimbulkan efek vaskuler dan efek neurologik, meskipun belum ada penelitian atau pengujian yang cukup definitif getaran diduga dapat menyebabkan perubahan atau peningkatan tekanan darah yang pada tingkat tertentu dapat mengakibatkan hipertensi.

Efek getaran terhadap tubuh tergantung besar kecilnya frekuensi yang mengenai tubuh: 3 - 9 Hz : Akan timbul resonansi pada dada dan perut.

6 - 10 Hz : Dengan intensitas 0,6 gram, tekanan darah, denyut jantung, pemakaian O2 dan volume perdenyut sedikit berubah. Pada intensitas 1,2 gram terlihat banyak perubahan sistem peredaran darah. 10 Hz : Leher, kepala, pinggul, kesatuan otot dan tulang akan beresonansi.

13 - 15 Hz : Tenggorokan akan mengalami resonansi. < 20 Hz : Tonus otot akan meningkat, akibat kontraksi statis ini otot menjadi lemah, rasa tidak enak dan kurang ada perhatian.

Dampak getaran terhadap manusia terutama terjadi pada bagian organ-organ tertentu seperti: dada, kepala, rahang dan persendian lainnya. Di samping rasa ketidaknyamanan yang ditimbulkan oleh goyangan organ seperti ini, menurut beberapa penelitian, telah dilaporkan efek jangka lama yang menimbulkan orteoartritis tulang belakang.

Menurut buku saku K3 Sucofindo tahun 2002 efek getaran pada tangan ini dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Kelainan pada peredaran darah dan persyarafan (vibration white finger), b. Kerusakan pada persendian dan tulang-tulang.

Efek getaran pada tangan lengan ini lebih mudah dijelaskan daripada menguraikan patofisiologisnya. Efek ini disebut sebagai sindroma getaran tangan lengan (Hand Vibration Arm Syndrome = HVAS) yang terdiri atas: a. Efek vaskuler-pemucatan episodik pada buku jari ujung yang bertambah parah pada suhu dingin (fenomena raynaud), b. Efek neurologik-buku jari ujung mengalami kesemutan total dan baal.

Efek bersifat progresif apabila pemajanan terhadap alat bergetar berlanjut dan menyebabkan, dalam kasus yang parah, gangren. Aneka klasifikasi dan tahapan HVAS sudah dirumuskan. Yang terakhir ialah Modifikasi Stockholm (1987) menurut skala Taylor and Elmear (1974) seperti ditampilkan dalam tabel berikut:

Tabel 1. Klasifikasi Sindrom Getaran Sistem Stockholm Tahapan Derajat Uraian

I. Gejala Vaskuler 0 1 2 3 4 Ringan Sedang Berat Sangat Berat Tidak ada serangan Serangan sekali-sekali hanya pada satu ujung jari atau lebih Serangan sekali-sekali pada falang distal dan tengah (jarang juga proksimal) dari satu jari atau lebih Serangan sering pada semua falang dari sebagian besar jari Seperti pada tahap 3, dengan perubahan tropik kulit pada sebagian besar jari

II. Gejala Sensorik SN 0 SN 1 SN 2 SN 3 Tidak ada gejala Rasa baal yang hilang timbul atau menetap dengan atau tanpa rasa nyeri Seperti pada SN 1 disertai gangguang saraf sensorik Seperti pada SN 2 dengan diskriminasi dan gangguan ketangkasan

Sumber : Taylor W.A (1997) Catatan : SN = Sensorineural

Di samping itu, sangat bermanfaat untuk menilai luasnya keterlibatan buku jari dengan menggunakan skala yang diusulkan oleh Griffin (1982). Kepucatan, kebaalan, kesemutan dan perubahan warna dapat dinilai secara terpisah (Harrington dan Gill, 2005).

BAKU TINGKAT GETARAN Baku tingkat getaran mekanik dan getaran kejut adalah batas maksimal tingkat getaran mekanik yang diperbolehkan dari usaha atau kegiatan pada media padat sehingga tidak menimbulkan gangguan terhadap kenyamanan dan kesehatan serta keutuhan bangunan;. Penetapan baku tingkat getaran ini telah diatur dalam suatu Surat Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-49/MENLH/11/1996 sebagai berikut:

Tabel 2. Baku Tingkat Getaran untuk Kenyamanan dan Kesehatan Frekuensi (Hz) 4 5 Nilai Tingkat Getaran, dalam Mikron (10-6 Frekuensi meter) Tidak Mengganggu < 100 < 80 Mengganggu 100 500 80 350 Tidak Nyaman > 500 1000 > 350 1000 Menyakitkan > 1000 > 1000

6,3 8 10 12,5 16 20 25 31,5 40 50 63

< 70 < 50 < 37 < 32 < 25 < 20 < 17 < 12 <9 <8 <6

70 275 50 160 37 120 32 90 25 60 20 40 17 30 12 20 9 15 8 12 69

> 275 1000 > 160 500 > 120 300 > 90 220 > 60 120 > 40 85 > 30 50 > 20 30 > 15 20 > 12 15 > 9 12

> 1000 > 500 > 300 > 220 > 120 > 85 > 50 > 30 > 20 > 15 > 12

Konversi : Percepatan = (2f)2 x simpangan Kecepatan = 2f x simpangan = 3,14

Tabel 3. Baku Tingkat Getaran Mekanik Berdasarkan Dampak Kerusakan GETARAN Parameter Kecepatan Getaran Satuan mm/detik Frekuensi (Hz) 4 5 BATAS GERAKAN PEAK (mm/detik) Kategori A <2 < 7,5 Kategori B 2 27 < 7,5 25 < 7 21 < 6 19 < 5,2 16 < 4,8 15 < 4 14 < 3,8 12 < 3,2 10 <39 <28 <17 Kategori C > 27 140 > 24 130 > 21 100 > 19 100 > 16 90 > 15 80 > 14 70 > 12 67 > 10 60 > 9 53 > 8 50 > 7 42 Kategori D > 140 > 130

Frekuensi

Hz

6,3 8 10 12,5 16 20 25 31,5 40 50

<7 <6 < 5,2 < 4,8 <4 < 3,8 < 3,2 <3 <2 <1

> 110 > 100 > 90 > 80 > 70 > 67 > 60 > 53 > 50 > 42

Keterangan : Kategori A Kategori B : Tidak menimbulkan kerusakan : Kemungkinan keretakan plesteran (retak/terlepas plesteran pada dinding pemikul beban pada kasus khusus)

Kategori C Kategori D

: Kemungkinan rusak komponen struktur dinding pemikul beban : Rusak dinding pemikul beban

Tabel 4. Baku Tingkat Getaran Mekanik Berdasarkan Jenis Bangunan Kecepatan Getaran (mm/detik) Kelas Tipe Bangunan <10 Hz Bangunan untuk keper1 luan niaga, bangunan industri dan bangunan sejenis Perumahan dan bangun2 an dengan rancangan 5 5 15 15 20 15 < 10 Hz 20 40 40 50 40 Pada Fondasi Frekuensi 10-15 Hz 50-100 Hz Pada Bidang Datar di Lantai Atas Campuran Frekuensi

dan kegunaan sejenis Struktur yang karena

sifatnya peka terhadap 3 getaran, tidak seperti no 1 dan 2, nilai budaya tinggi seperti bangunan yang dilestarikan Untuk frekuensi > 100 Hz, sekurang-kurangnya nilai tersebut dalam kolom harus dipakai 3 38 8 10 8,5

Tabel 5. Baku Tingkat Getaran Kejut Kelas 1 Jenis Bangunan Peruntukan dan bangunan kuno yang mempunyai nilai sejarah yang tinggi Bangunan dengan kerusakan yang sudah ada, tampak keretakan-keretakan pada tembok Bangunan untuk dalam kondisi teknis yang baik, 3 ada kerusakan-kerusakan kecil seperti : plesteran yang retak 4 Bangunan kuat (misalnya : bangunan industri terbuat dari beton atau baja) 10 40 mm/detik 10 mm/detik Kecepatan Getaran Maksimum 2 mm/detik

5 mm/detik

Sumber: Himpunan Peraturan di Bidang Pengendalian Dampak Lingkungan

PENGENDALIAN GETARAN Menurut Sugeng Budiono (2003:39), pengendalian getaran dapat dilakukan sebagai berikut :

1. Pengendalian secara teknis a. Menggunakan peralatan kerja yang rendah intensitas getarannya (dilengkapi dengan damping atau peredam) b. Menambah atau menyisipkan damping diantara tangan dan alat, misalnya membalut pegangan alat dengan karet c. Memelihara atau merawat peralatan dengan baik. Dengan mengganti bagian-bagian yang aus atau memberikan pelumasan d. Meletakkan peralatan dengan teratur. Alat yang diletakkan diatas meja yang tidak stabil dan kuat dapat menimbulkan getaran di sekelilingnya e. Menggunakan remote control. Tenaga kerja tidak terkena paparan getaran, karena dikendalikan dari jauh

2. Pengendalian secara administratif Dengan cara mengatur waktu kerja, misalkan : a. Merotasi pekerjaan Apabila terdapat suatu pekerjaan yang dilakukan oleh 3 orang, maka dengan mengacu pada NAB yang ada, paparan getaran tidak sepenuhnya mengenai salah seorang, akan tetapi bergantian, dari A, B dan kemudian C ABCABCABC b. Mengurangi jam kerja, sehingga sesuai dengan NAB yang berlaku

3. Pengendalian secara medis Menurut Seokidjo Notoatmodjo (2005:80) dapat dilakukan empat langkah untu pemulihan gejala akibat getaran suapa peredaran darah kembali, yaitu : a. Pemanasan tangan dalam air panas b. Pemijitan c. Meniupkan udara panas ketangan d. Menggerakkan tangan secara berputar

4. Pengendalian alat pelindung diri Pengurangan paparan dapat dilakukan dengan menggunakan sarung tangan yang telah dilengkapi peredam getar (busa). Efek-efek berbahaya dari paparan kerja terhadap getaran paling baik dicegah dengan memperbaiki desai alat-alat yang bergetar tersebut, dan pemakaian sarung tangan pelindung. Resiko dapat juga dikurangi dengan memperpendek

waktu paparan. Pemeriksaan sebelum penempatan dan pemeriksaan berkala mempermudah pengenalan dini individu-individu yang terutama rentan dan membantu mengurangi meluasnya masalah (Wijaya C, 1995:175)

METODE PENGUKURAN DAN ANALISIS TINGKAT GETARAN A. Peralatan Pedoman yang dipakai ialah: 1. Alat penangkap getaran (Accelerometer atau seismometer) 2. Alat ukur atau alat analisis getaran (Vibration meter atau vibration analyzer) 3. Tapis pita 1/3 oktaf atau pita sempit (Filter 1/3 oktaf atau Narrow Band) 4. Pencatat tingkat getaran (Level atau X - Y recorder) 5. Alat analisis pengukur tingkat getaran (FFT Analyzer)

B. Cara pengukuran 1. Getaran untuk Kenyamanan dan Kesehatan; a) Alat penangkap getaran dilelakkan pada lantai atau permukaan yang bergetar, dan disambungkan ke alat ukur getaran yang dilengkapi dengan filter. b) Alat ukur dipasang pada besaran simpangan. Dalam hal alat: tidak dilengkapi dengan fasilitas itu, dapat digunakan konversi besaran. c) Pembacaan dan pencatatan dilakukan untuk setiap frekwensi 4 63 Hz atau dengan sapuan oleh alat pencatat getaran. 2. Getaran untuk Keutuhan Bangunan Cara pengukuran sama dengan pengukuran getaran untuk kenyamanan dan kesahatan manusia, hanya besaran yang dipakai ialah kecepatan getaran puncak (Peak velocity).

DAFTAR PUSTAKA Anonim. http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/3kesmaspdf/207313015/bab2.pdf . Diakses 19 Juni 2013 Menteri Negara Lingkungan Hidup. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 49 Tahun 1996. Baku Tingkat Getaran. http://hukum.unsrat.ac.id/lh/menlh_49_1996.pdf . Diakses 19 Juni 2013 Rusli, Mustar. 2008. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7007/1/09E01730.pdf . Diakses 19 Juni 2013

Anda mungkin juga menyukai