Anda di halaman 1dari 5

PRAKTIKUM 1

- PEMERIKSAAN PENDENGARAN Hari/tanggal praktikum


Waktu
Tempat

: ---------------------------: Pk.-----------------------: -----------------------------------------------------------------------

TUJUAN :
Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fungsi pendengaran.
ALAT :
1. Penala dengan frekuensi 256 Hz
2. Kapas untuk menyumbat telinga
KERANGKA TEORI
Anatomi Telinga

A. Telinga Luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga yang berfungsi mengumpulkan dan menyalurkan
bunyi ke liang telinga, liang telinga yang berfungsi mengarahkan bunyi ke telingasampai
membran timpani. Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga
berbentuk huruf S, dengan rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar, sedangkan
dua pertiga bagian dalamnya terdiri dari tulang, panjangnya kira-kira 2 3 cm. Pada
sepertiga bagian luar kulit liang telinga terdapat banyak kelenjar serumen (modifikasi
kelenjar keringat (kelenjar serumen) dan rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh
kulit liang telinga. Pada dua pertiga bagian dalam tidak dijumpai kelenjar serumen.
B. Telinga Tengah
Telinga tengah berbentuk kubus dengan batas luar membran timpani yang berfungsi
mengubah bunyi menjadi getaran; batas depan tuba eustachius; batas bawah vena
jugularis (bulbus jugularis); batas belakang aditus ad antrum, kanalis fasialis pars
vertikalis; batas atas tegmen timpani (meningen/otak) dan batas dalam berturut-turut dari
atas ke bawah kanalis semisirkularis horizontal, kanalis fasialis, tingkap lonjong (oval
window), tingkap bundar (round window) dan promontorium.

Di dalam telinga tengah terdapat tulang-tulang pendengaran yang tersusun dari luar ke
dalam, yaitu maleus, inkus dan stapes yang berfungsi menghantar getaran ke telinga
dalam. Tulang pendengaran di dalam telinga tengah saling berhubungan. Prosesus longus
maleus melekat pada membran timpani, maleus melekat pada inkus, dan inkus melekat
pada stapes. Stapes terletak pada tingkap lonjong yang berhubungan dengan koklea.
Hubungan antar tulang-tulang pendengaran merupakan persendian. Sedangkan tuba
eustachius termasuk dalam telinga tengah yang menghubungkan daerah nasofaring
dengan telinga tengah.
C. Telinga Dalam
Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua setengah lingkaran dan
vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. Ujung atau puncak koklea
disebut helikotrema, menghubungkan perilimf skala timpani dengan skala vestibuli.
Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap. Skala vestibuli dan
skala timpani berisi perilimf, sedangkan skala media berisi endolimf. Ion dan garam yang
terdapat di perilimf berbeda dengan endolimf. Hal ini penting untuk pendengaran. Dasar
skala vestibuli disebut sebagai membran vestibuli (membran Reissner) sedangkan dasar
skala media adalah membran basalis. Pada membran ini terletak organ corti.
Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut membran tektoria,
dan pada membran basalis melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut dalam, sel
rambut luar dan kanalis corti, yang membentuk organ corti.
Fisiologi Telinga (Proses Mendengar)

Gelombang suara dikumpulkan oleh telinga luar dan disalurkan ke lubang telinga, dan menuju
gendang telinga. Gendang Telinga bergetar untuk merespons gelombang suara yang
menghantamnya . Getaran ini mengakibatkan tiga tulang (ossicle) di telinga tengah bergerak.
Secara mekanis getaran dari gendang telinga ini akan disalurkan, menuju cairan yang berada di
rumah siput( koklea). Getaran yang sampai di koklea ini akan menghasilkan gelombang,
sehingga rambut sel yang ada di koklea akan bergerak. Gerakan ini mengubah energi mekanik
tersebut menjadi energi elektrik ke saraf pendengaran ( auditory nerve,) dan menuju ke pusat
pendengaran di otak. Pusat ini akan menerjemahkan energi tersebut menjadi suara yang dapat
dikenal oleh otak.

Gangguan Pendengaran
Seseorang dapat saja mengalami gangguan pendengaran, misalnya karena sering mendengar
bunyi yang keras atau adanya infeksi telinga luar atau dalam. Gangguan (kehilangan)
pendengaran, atau ketulian dapat bersifat sementara atau menetap, parsial atau total.
Ketulian diklasifikasikan menjadi dua jenis :
1. Tuli konduktif, terjadi apabila gelombang suara tidak secara adekuat dihantarkan melalui
telinga luar dan tengah untuk mengetarkan cairan di telinga dalam. Pada kasus ini
penderita dapat dibantu dengan alat bantu pendengaran.
2. Tuli sensorineural, terjadi apabila gelombang suara disalurkan ke telinga dalam, tetapi
gelombang tersebut tidak diterjemahkan menjadi sinyal saraf yang direpresentasikan oleh
otak sebagai sensasi suara.
3. Tuli campuran : campuran antara gangguan pendengaran konduktif dan saraf.
Untuk pencegahan dari gangguan pendengaran, seseorang dapat diperiksa
pendengarannya. Dalam hal ini kami mencoba untuk melakukan tiga pemeriksaan pendengaran
dengan penala, yaitu pemeriksaan cara Rinne, cara Weber, dan cara Schwabach.
CARA KERJA :
- Pemeriksaan Pendengaran dengan Penala A. Cara Rinne

1. Digetarkan penala (frekuensi 25 Hz) dengan cara memukulkan salah satu ujung jarinya
ke telapak tangan.
2. Ditekan ujung tangkai penala pada processus mastoideus salah satu telinga orang
percobaan (o.p.).
3. Ditanyakan kepada o.p. apakah ia mendengar bunyi penala berdengung di telinga yang
diperiksa, kemudian o.p. diminta memberi tanda bila dengungan bunyi itu menghilang.
4. Pada saat itu, penala segera diangkat dari processus mastoideus o.p. dan kemudian ujung
jari penala ditempatkan sedekat-dekatnya di depan liang telinga yang sedang diperiksa.
5. Dicatat hasil pemeriksaan Rinne sebagai berikut :
Positif : Bila o.p. masih mendengar dengungan secara hantaran aerotimpanal.
Negatif : Bila o.p. tidak lagi mendengar dengungan secara hantaran aerotimpanal.

B. Cara Weber

1. Digetarkan penala (frekuensi 25 Hz) dengan cara memukulkan salah satu ujung jarinya
ke telapak tangan.
2. Ditekan ujung tangkai penala pada dahi o.p. di garis meridian.
3. Ditanyakan kepada o.p. apakah ia mendengar dengungan bunyi penala sama kuat di
kedua telinganya atau terjadi lateralisasi.
4. Bila pada tidak terdapat lateralisasi, maka untuk menimbulkan lateralisasi secara buatan,
salah satu telinga ditutup dengan kapas dan diulangi pemeriksaannya.
C. Cara Schwabach
1. Digetarkan penala (frekuensi 25 Hz) dengan cara memukulkan salah satu ujung jarinya
ke telapak tangan.
2. Ditekankan ujung tangkai penala pada processus mastoideus salah satu telinga o.p.
3. O.p. disuruh mengacungkan tangannya pada saat dengungan bunyi penala menghilang.
4. Pada saat itu, dengan segera dipindahkan penala dari processus mastoideus o.p. ke
processus mastoideus pemeriksa. Pada pemriksaan ini, telinga si pemeriksa dianggap
normal. Bila dengungan penala setelah dinyatakan berhenti oleh o.p.masih dapat
didengar oleh si pemeriksa, maka hasil pemeriksaan adalah SCHWABACH
MEMENDEK.
5. Apabila dengungan penala setelah dinyatakan berhentu oleh o.p. juga tidak dapat
didengar oleh si pemeriksa, maka hasil pemeriksaan mungkin SCHWABACH
NORMAL atau
SCHWABACH MEMANJANG. Untuk memastikan hal ini,
dilakukan pemeriksaan sebagai berikut :
Penala digetarkan, ujung tangkai penala mula-mula ditekankan ke processus mastoideus
si pemeriksa sampai tidak terdengar lagi. Kemudian ujung tangkai penala segera
ditekankan ke processus mastoideus o.p. Bila dengungan setelah dinyatakan berhenti
oleh si pemeriksa masih dapat didengar oleh o.p., maka hasil pemeriksaan adalah
SCHWABACH MEMANJANG. Bila Bila dengungan setelah dinyatakan berhenti oleh
si pemeriksa juga tidak dapat didengar oleh o.p., maka hasil pemeriksaan adalah
SCHWABACH NORMAL.

FORMAT HASIL PEMERIKSAAN


Tabel Hasil Pemeriksaan Pendengaran
Hasil Pemeriksaan
No.

1.
2.
3.
4.

Nama

Cara Rinne

Cara Weber
Dengan Lateralisasi
Buatan

Cara Schwabach
Keterangan
Kiri
Kanan

........
........
........
dst

PEMBAHASAN
...........................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................................
KESIMPULAN
...........................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................................

Kelompok : ......
Anggota Kelompok :
1.
2.
3.
4.

.........................
.........................
.........................
dst

Anda mungkin juga menyukai