Anda di halaman 1dari 2

My Life, My Journey! Saya merupakan anak bungsu dari 6 bersaudara. Ibu saya seorang wiraswasta.

Beliau bekerja menjualkan dagangan orang lain. Pernah juga sebagai buruh tembakau. Sementara ayah sudah tidak bekerja karena sakit. Saya mempunya 4 kakak perempuan dan seorang kakak laki-laki. Menempuh pendidikan hingga SMA di Banyuwangi. Lulus SMA, saya melanjutkan untuk masuk ke perguruan tinggi. Tapi memang sepertinya dewi fortuna belum memihak pada saya. Saya gagal ketika tes SNMPTN. Sehingga saya memilih untuk menempuh Diploma 2 jurusan Public Relations. Awal kuliah saya merasa minder dan malu. Bayangkan saja, hampir teman-teman sekelas masuk ke universitas top dan bergengsi. Sementara saya hanya masuk D2. Bahkan dalam perjalanannya hingga memasuki semester 2, saya masih bimbang. Saya ingin masuk kuliah S1. Masalahnya ada banyak faktor. Karena tak punya biaya dan kurang strategi. Tak patah arang, saya mengkuti berbagai macam tes. Dari sekolah pajak sampai STT Telkom. Lagi-lagi, saya gagal. Sampai pada akhirnya, saya menerima dengan lapang dada bahwa saya memang harus berjuang sendiri untuk kuliah ini. Mengikuti sisa dua semester akhir, saya semakin semangat. Bukan apa-apa, dengan titel saya sebagai mahasiswa D2 tentunya saya tidak boleh kalah dengan mahasiswa S1 yang lain. Baik secara kapasitas dan kredibilitas. Semakin berjuang, saya semakin menggila. Ilmu yang saya dapat di PR nyatanya memang sangat berguna. Secara pribadi saya menajdi lebih matang. Saya tidak malu lagi menjadi mahasiswa D2. Setelah magang di salah satu Creative Design di Surabaya, saya mendapat tawaran untuk menjadi reporter di Humas UM. Kebetulan Kepala Humas waktu itu adalah ketua jurusan saya. Pak Zulkarnain merupakan sosok yang menjadi panutan saya. Beliau yang mengenalkan pada jurnalistik. Walaupun sebelumnya saya suka menulis dan beberapa tulisan saya pernah dimuat di media cetak. Tetapi dari Pak Zul, semua kesempatan terbuka lebar untuk saya. Belajar fotografi, menulis berita, negosiasi, dan wawancara. Semua saya kerjakan dengan mengalir. Saya juga semakin aktif mengikuti berbagai kegiatan dan organisasi. Sampai pada tahun 2011, saya mengikuti tes SNMPTN lagi. Tuhan sungguh maha baik. Saya diterima di UM untuk jurusan Pendidikan Luar Sekolah. Jurusan ini merupakan rekomendasi dari pak Zul sebagai dosen. Disisi lain, jurusan ini relevan dengan PR. Masalah besar tiba-tiba muncul. Saya tak punya biaya untuk membayar uang gedung. Disaat yang sama saya sedang berkutat dengan Tugas Akhir saya. Saya bingung dan sedih. Dari mana saya bisa membayar jutaan rupiah. Lagi-lagi Tuhan menunjukkan jalanNya. Salah satu staff Humas, mbak Sely membantu saya untuk berjuang mendapatkan beasiswa. Kami berdua menempuh jalan terjal dan berliku. Mulai dari dihina oleh Kepala Bagian, sampai saya harus pontang-panting menyusun berkasberkas untuk beasiswa. Awalnya saya mengajukan untuk beasiswa unggulan. Saya berpikir dengan prestasi dan kemampuan saya, saya akan lulus. Tetapi kesempatan bukan untuk saya. Saya gagal. Ibu saya juga ikut berjuang. Beliau meminjam 3 juta untuk uang gedung saya. Lebih sebagai syarat agar saya bisa masuk kuliah. Tetapi lagi-lagi Tuhan berkuasa. Saya mendapatkan beasiswa Bidik Misi. Karena salah satu penerima mengundurkan diri. Sungguh diluar dugaan. Semua kerja keras dan kepercayaan saya kepada Tuhan membuahkan hasil.

Dengan beasiswa itu, saya mampu bertahan hidup dan kuliah. Orang tua tak perlu lagi memberi uang bulanan. 2 tahun kuliah D2 sudah cukup bagi orang tua untuk membiayai saya. Sebelum saya memulai kuliah S1, secara mengejutkan saya berhasil lulus sidang D2. Sebagai hasil dari kerja keras saya, saya menjadi lulusan terbaik untuk jurusan PR. Meskipun orang tua tidak bisa hadir, saya tetap semangat. Masa Depanku: Impian, Ambisi, Semangat, dan Doa Saya memulai kembali dengan semangat dan kerja keras. Kuliah S1 dan bekerja. Sampai saat ini saya menjadi reporter Humas dan guru les privat. Saya juga disibukkan dengan berbagai kegiatan organisasi. Semua ini dalam rangka mencapai satu tujuan. Masa Depan Gemilang! Ya, saya mempunyai banyak harapan setelah saya lulus S1. Selama ini saya sudah memulai. Tapi saya memang percaya proses hidup. Jadi saya kerjakan semaksimal mungkin dan tinggal menunggu hasil. Kalau gagal? Coba lagi. Terus dan terus. Bukankah seorang Andy Murray harus menelan banyak kegagalan dulu sebelum dia meneguk kemenangan di Wimbledon dan menjadi yang terbaik. 1. Bekerja sebagai Public Relations di perusahaan yang berhubungan dengan pemberdayaan dan pelatihan. Sejujurnya, saya cinta PR. Apapun yang berhubungan dengan PR seperti menjadi magnet untuk saya. Mungkin ini yang namanya Passion! Apapun itu, saya selalu berusaha menikmati setiap detail pekerjaan yang saya kerjakan. 2. Mendapatkan magang di luar negeri dan menambah ilmu. Saya sudah memulai sejak saya kuliah. Mungkin belum jodoh kalau sampai saat ini saya masih gagal. Tapi saya percaya bahwa saya pasti nanti akan mewujudkannya. 3. Dalam jangka waktu 5 tahun setelah lulus, saya berencana akan tinggal dan menetap di luar negeri. Ini salah satu impian saya sejak kecil. Tentu saya akan bekerja di perusahaan yang relevan dengan minat dan kemampuan saya. Bagaimana caranya? Dengan semangat, kerja keras, dan doa. Bukan berarti saya tidak nasionalis. Apapun bentuknya saya tetap orang indonesia. Saya ingin memberikan kontribusi lebih untuk negara ini. Menurut saya, tinggal di luar negeri adalah salah satunya. Mempromosikan budaya, bertukar pikiran dan pandangan. 4. Saya akan memberikan kontribusi untuk negara ini. Mendirikan perpustakaan atau sejenis taman bacaan adalah impian saya. Tak jarang uang saya habis untuk membeli buku. Tapi saya sangat senang. Sampai saat ini saya terus berusaha untuk nabung buku dan mengumpulkan sebanyak mungkin. Tak ada yang tak mungkin bukan.. selagi kita mau berusaha, pasti bisa. Perpustakaan sangat berarti untuk saya. Saya cinta membaca buku. Saya ingin ilmu yang ada di buku bisa disalurkan dan anak-anak Indonesia akan luas pengetahuannya.

Dream, Believe, and Make it Happen. Reno Riandri Pristiawan

Anda mungkin juga menyukai