Anda di halaman 1dari 13

BAB 4 PENUTUP

4.1 Kesimpulan Analisis mengenai Proses Kreatif Aktor pada Teater Koma Jakarta, dengan Study Kasus Aktor Tuti Hartati Aktor Teater Koma sebagai pemeran tokoh Engtay dalam drama Sampek Engtay pementasan teater koma tahun 2013. Telah

menghasilkan deskripsi mengenai proses kreatif seni peran aktor, serta perkembangan perjalanan Teater Koma Jakarta. Sehingga dapat disimpulkan sebagai berikut : a. Teater Teater adalah istilah lain dari drama, tetapi dalam pengertian yang lebih luas, teater adalah proses pemilihan teks atau naskah (kalau ada) , penafsiran, penggarapan, penyajian atau pementasan dan proses pemahaman atau penikmatan dari publik atau audience (bisa pembaca, pendengar, penonton, pengamat, kritikus atau peneliti). Proses penjadian drama ke teater disebut prose teater atau disingkat berteater. Teater berasal dari kata theatron yang diturunkan dari kata theaomai (bahasa yunani) yang artinya takjub melihat atau memandang. Teater bisa diartikan dengan dua cara yaitu dalam arti sempit dan dalam arti luas. Teeater dalam arti sempit adalah sebagai drama (kisah hidup dan kehiudpan manusia yang diceritakan di atas pentas, disaksikan orang banyak dan didasarkan pada naskah yang tertulis.

56

Dalam arti luas, teater adalah segala tontonan yang dipertunjukkan di depan orang banyak contohnya wayang orang, ketoprak, ludruk dan lain-lain. Arti Teater : 1. Secara etimologis : Teater adalah gedung pertunjukan atau auditorium. 2. Dalam arti luas : Teater ialah segala tontonan yang dipertunjukkan di depan orang banyak 3. Dalam arti sempit : Teater adalah drama, kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan di atas pentas dengan media : Percakapan, gerak dan laku didasarkan pada naskah yang tertulis ditunjang oleh dekor, musik, nyanyian, tarian, dan sebagainya.

b. Seni Peran Seni peran adalah salah satu cabang ilmu seni yang khusus mempelajari bagaimana tehnik menciptakan dan memainkan peran (berakting) sebagai seorang tokoh tertentu baik di atas pentas (panggung) mau pun dalam sebuah film. Dan pelaku seni peran ini disebut sebagai aktor. Sementara sebutan artis, agak melebar dan kurang bersifat spesifik dan substansial. Dengan demikian, seni peran berarti ilmu akting. Dan definisi akting menurut interpretasi saya adalah : Segenap aktifitas, baik lahir maupun batin yang dilakukan oleh seorang aktor di atas pentas, untuk menghidupkan tokoh perannya sesuai dengan jalan cerita/naskah. 57

Seni Peran atau seni akting adalah sebuah ilmu seni yang sangat panjang (rentang waktu analisisnya) sehingga dikatakan seni yang tidak akan pernah selesai (masa pembelajarannya). Selama seorang aktor itu masih bernapas, ia masih terus belajar diantara lahirnya karya-karya seninya.

c. Aktor Aktor atau tokoh adalah orang-orang yang berperan dalam suatu drama. Tokoh dalam drama disebut tokoh rekaan yang berfungsi sebagai pemegang peran watak tokoh. Itulah sebabnya istilah tokoh juga disebut karakter atau watak. Istilah penokohan juga sering disamakan dengan istilah perwatakan atau karakterisasi (tidak sama dengan karakteristik) (Saliman : 1996 : 32). Berdasarkan peranannya terhadap jalan cerita, aktor dapat dibedakan menjadi tiga. 1. Peran Protagonis Peran protagonis adalah peran yang harus mewakili hal-hal positif dalam kebutuhan cerita. Peran ini biasanya cenderung menjadi tokoh yang disakiti, baik, dan menderita sehingga akan menimbulkan simpati bagi penontonnya. Peran protagonis ini biasanya menjadi tokoh sentral, yaitu tokoh yang menentukan gerak adegan. 2. Peran Antagonis Peran antagonis adalah kebalikan dari peran protagonis. Peran ini adalah peran yang harus mewakili hal-hal negatif dalam kebutuhan cerita. Peran ini 58

biasanya cenderung menjadi tokoh yang menyakiti tokoh protagonis. Dia adalah tokoh yang jahat sehingga akan menimbulkan rasa benci atau antipasti penonton. 3. Peran Tritagonis Peran tritagonis adalah peran pendamping, baik untuk peran protagonis maupun antagonis. Peran ini bisa menjadi pendukung atau penentang tokoh sentral, tetapi juga bisa menjadi penengah atau perantara tokoh sentral. Posisinya menjadi pembela tokoh yang didampinginya. Peran ini termasuk peran pembantu utama.

Menurut Stanislavski di dunia ini ada enam jenis aktor. Yaitu : 1. Aktor yang meyakini dan mengandalkan sepenuhnya pada pesona dan mempertunjukkannya di depan penonton mereka. Mereka berpikir, daya tarik mereka terletak pada kedalaman perasaan mereka serta intensitas saraf mereka dalam mengalaminya. Mereka memainkan peran masing-masing dengan dasar itu sambil membesar-besarkan dan membumbuinya dengan beberapa ciri sifat asli mereka yang terkuat. 2. Aktor jenis kedua, adalah mereka-mereka yang memukau penonton melalui cara-cara mereka yang orisinil, ragam khusus dari akting-akting yang klise, kodian, tapi mereka bentuk dengan halus dan apik. Mereka muncul di panggung semata-mata untuk memamerkan akting-akting seperti itu kepada penonton. 59

3. Aktor jenis ketiga adalah aktor-aktor palsu. Yaitu mereka yang kuat pada teknik dan klise yang bukan bikinan mereka sendiri melainkan mereka ambil dari aktor-aktor lain di zaman dan negeri lain. Karakterisasi demikian didasarkan pada ritual yang sangat konvensional. 4. Jenis aktor ke-empat. Mereka adalah aktor-aktor yang tidak memiliki anugerah wajah yang tampan atau cantik. Dengan berbagai alasan mereka melakukan segala upaya menuju perwatakan, karakterisasi. Ini mereka lakukan karena mereka tidak secara istimewa dianugerahi ketampanan, kecantikan, maupun daya pukau lahiriah dan batiniah. Selaku individu, kepribadian mereka tidak teatrikal; ini memaksa mereka bersembunyi di dalam karakterisasi dan di dalam situ mencari daya tarik yang tidak atau kurang mereka miliki sendiri. Untuk mencapai hal ini, dibutuhkan teknik yang sangat halus dan kepekaan olah seni yang tinggi. 5. Jenis aktor yang ke-lima adalah mereka-mereka yang daya pengamatannya lebih tajam, mampu memilih cabang yang lebuh khusus dan rinci dari kategori-kategori umum yang berupa sosok pokok. Mereka dapat

membedakan para tentara, antara anggota resimen regular dengan resimen kawal; antara infanteri dengan kavaleri. Dan mereka mengenali perbedaan antara serdadu, perwira, jenderal. 6. Terakhir adalah jenis aktor yang tercerahkan. Para aktor jenis ini memiliki pengamatan yang lebih tinggi dan lebih rinci lagi. Di sini, serdadu yang ia perankan mempunyai nama, Ivan Ivanovich Ivanov dengan ciri-ciri yang tidak 60

dimiliki serdadu manapun. Orang semacam itu tentu saja tetap merupakan sosok tentara secara umum, tapi sudah jelas bahwa ia serdadu yang lugas, dan, selain itu, punya nama diri, Ivan Ivanovich Ivanov.

d. Proses Kreatif Aktor Menjadi seorang aktor harus mampu menguasai tubuhnya melalui pembebasan tubuh, pembebasan suara. Disamping itu seorang aktor hendaknya dapat menguasai sukmanya agar mampu berkosentrasi dan mengelola emosi. Selanjutnya aktor mencari ruang; melalui teknik muncul, pemberian isi, membangun klimaks, waktu tempo dan dramatik. Andai semua ini dapat dikuasai oleh seorang aktor, barulah dapat dikatakan aktor yang berhasil. Mempelajari seni akting tidaklah mungkin tanpa pembimbing yang mengetahui seluk-beluk seni berperan. Akting dewasa ini bukan lagi sekedar hobi tetapi telah menjadi sebuah kajian keilmuan, kedudukannya sama dengan ilmu terapan lainnya seperti; ekonomi, hukum, sosial politik, agama, bahasa dan psikologi dan lain-lain. Melakukan latihan akting menjadi seorang aktor/pemeran juga tidak terlepas dari unsur-unsur kemanusian pada umumnya. Modal utama seorang aktor/pemeran adalah akting. Pencapaian menuju aktor berkualitas dapat dicapai dengan kerja keras lewat latihan secara periodik (terus menerus). Kemampuan atau bakat tidak mungkin ditingkatkan apabila tidak berangkat dari proses latihan tanpa henti, latihan dengan

61

penuh kedisiplinan. Disiplin yang dimaksud terhadap diri sendiri, baru kemuadian terhadap perintah serta petunjuk instruktur. Seorang aktor/pemeran dalam melakukan pemeranannya haruslah terus belajar, berkarya, berdisiplin serta bertanggungjawab. Proses latihan sebaiknya dimulai dari dasar. Karena dasar merupakan fondasi atau landasan. Berlatih seni peran sebaiknya diawali dari materi dasar. Bila latihan dasar sudah baik, latihan berikutnya lebih mudah dan dapat dilakukan lebih baik lagi. Beberapa latihan dasar seni peran yang perlu dipelajari adalah : (1) Konsentrasi, (2) Pernapasan, (3) Vokal, (4) Motivasi dan Imajinasi, (5) Observasi, (6) Emosi, (7) Kelenturan Tubuh (Olah Tubuh), dan (8) Improvisasi dan Refleksi. 1. Konsentrasi Konsentrasi adalah memusatkan pikiran atau sering disebut mediasi. Konsentrasi juga tidak kalah penting dalam kehidupan sehari-hari. Melakukan konsentrasi tidak mudah, oleh karena itu diperlukan latihan secara teratur dan serius. Belajar seni peran memerlukan konsentrasi dan keseriusan. Karena biasanya seorang aktor sebelum pentas memerlukan konsentrasi. Dengan konsentrasi seorang pemain tidak terpengaruh oleh suasana hiruk pikuk dilokasi shooting atau dipanggung pertunjukan. Latihan konsentrasi dilakukan dengan berbagai metode, tetapi pada dasarnya konentrasi dapat dilakukan dengan baik jika sudah menguasai teknik

pernapasan yang baik. Melakukan latihan pernapasan secara teratur, karena konsentrasi yang baik kuncinya ada pada pernapasan. 62

2. Pernapasan Latihan pernapasan dikenal ada dua teknik yaitu : (1) Pernapasan Perut, dan (2) Pernapasan Dada. Kedua teknik pernapasan ini sangat membatu bagi orang yang ingin terjun di dunia seni peran. Pernapasan yang baik sekurangkurngnya akan lebih memudahkan pemain dalam berdialog. pernapasan berhubungan erat dengan latihan vocal 3. Vokal Suara (vocal) menjadi tuntutan mutlak dalam berteater. Untuk dapat Latihan

melakukan hal tersebut perlu latihan tertatur dan sunguh-sungguh. Latihan vocal juga dipelajari dalam teknik pernapasan. Suara seorang aktor harus dapat dimainkan menurut karakter peran. Suara aktor harus dapat melukiskan aneka ragam penokohan. Aktor sebaiknya memiliki vocal yang baik. Baik dalam pengertian

pengucapkan (artikulasi), tekanan (intonasi) maupun power (bertenaga). Salah satu kuncinya di pernapasan. Artikulasi dan intonasi yang baik

memudahkan penonton dapat mengerti ucapan seorang aktor, sehingga pesan atau isi cerita yang ingin disampaikan dapat terkomunikasikan dengan baik 4. Motivasi dan Imajinasi Motivasi merupakan factor internal yang harus dimiliki seorang aktor. Aktor harus memainkan seluruh kemampuannya baik lahir maupun batin. Aktingnya memiliki motivasi kuat, berkenaan dengan kompleksitas peran.

63

Motivasi penting bagi aktor agar dapat mengarahkan imajinasinya dari dunia factual ke dalam dunia imajinasi. Imajinasi (daya khayal) seorang aktor perlu dilatih. Dengan imajinasi yang kuat aktor memperoleh kekuatan untuk tampil lebih meyakinkan. Daya

khayal yang kuat membantu aktor untuk menghafal dan memperlancar dialog. Aktorpun akan tampil lebih natural dan mampu menciptakan pesona acting dan membangun suasana adengan seperti kejadian sesungguhnya. Kekuatan imajinasi aktor berfungsi mengisi dimensi kejiwaan dalam acting. 5. Observasi Aktor lebih sering memainkan peran diluar dirinya. Artinya aktor tidak

mempunyai pengalaman pribadi untuk memerankan tokoh tertentu. Seorang aktor dituntut untuk mampu menampilkan karakter tokoh yang

diperankannya.

Agar tuntutan tersebut dapat dipenuhi aktor sebaiknya

melakukan observasi (pengamatan/peninjauan). Observasi meliputi: watak, tingkah laku, daya hidup, latar belakang sosial, ekonomi, agama dan budaya. Observasi dapat dilakukan langsung dengan mengamati perilaku orang-orang terkait. Observasi dilakukan dengan waktu yang cukup sehingga seluruh

aspek yang diperlukan dapat terpenuhi lebih memadai. Tugas aktor selanjutnya adalah menginterprestasikan, menghidupkan, lalu member nilai estetis. 6. Emosi

64

Bukan hanya gerakan fisik (bahasa tubuh). Seorang aktor sedapat mungkin melibatkan perasaannya (emotion) dalam berakting. Seperti rasa gembira, bahagia, kesedihan, keprihatinan, terharu, marah, gundah dan sebagainya. Emosi, action (laku) mencerca, menfitnah atau membunuh merupakan lakulaku yang mungkin tidak pernah teralami baik dalam pengalaman empirik seorang manusia. Namun sebagai aktor/pemeran di atas pentas harus dilakukan dengan intens (totalitas) prima. Ada jarak antara sosok diri dengan takaran emosi yang harus diungkapkan. Ingatan emosi sebagai perangkat seorang aktor untuk mengungkapkan atau melakukan hal-hal yang berada di luar dirinya. Caranya dengan imajinasi, pengandaian-pengandaian dikembangkan menjadi pengalaman atau ingatan diri sendiri. 7. Kelenturan Tubuh (Olah Tubuh) Modal utama seorang aktor adalah tubuhnya, torso. Oleh karena itu menguasai tubuh menjadi hal dasar bagi seorang aktor. Tubuh adalah instrumen yang siap dibunyikan. Sebab tubuh sesungguhnya bukan hanya melahirkan gerakan, karena gerakan itu sendiri juga sekaligus bunyi. Menurut Stanislavski setiap orang belum menggunakan tubuhnya secara alamiah untuk melakukan kegiatan baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam panggung. Karena itu dalam panggung seorang aktor harus menggunakan tubuhnya secara alamiah yang mana harus melalui latihan olah tubuh berikut otot-ototnya. 65

8. Improvisasi dan Refleksi Perihal emosi seorang aktor hendaknya dapat menyakini kemungkinan terhadap kejadian. Seorang aktor harus mampu menjawab pertanyaan, apa yang harus saya lakukan andai aku berada dalam posisi sebagai tokoh King Lear? Pengandaian yang ajaib ini mentransformasikan sasaran tokoh cerita ke dalam sasaran diri sang aktor. Pengandaian yang ajaib merupakan satu tenaga pendorong untuk melahirkan tindakan fisik demi tercapainya tindakan rohani. Atas dasar itu, kualitas pertunjukan seorang aktor/pemeran tergantung pada kejujuran pengalamannya. Kualitas pengalaman di atas panggung pasti berbuah, dan perubahan itu merupakan refleksi pengalaman hidup yang puitis. Sementara waktu merupakan filter yang bagus sekaligus sebagai alat pemurni memori emosional yang dialami. Lebih dari itu, waktu bukan hanya memurnikan emosi tetapi dapat mempuitiskan berbagai macam memori. Aktor harus hidup dengan pengalaman yang sebenarnya. Aktor harus mampu menghidupkan pengalaman pentas dalam takaran emosi pengandaian.

Aktor atau pemeran didukung staf produksi, berusaha menghidupkan naskah lakon menjadi kenyataan teater di atas pentas. Latihan adalah proses kreatif dalam persiapan diri seorang aktor menuju naskah lakon, bukan setelah membaca naskah lakon untuk baru dapat di sebut latihan. Proses kreatif seorang aktor berangkat dari sumber inspirasi seorang sutradara yang dipelajari, dikuasai, dianalisis serta ditafsirkan baik ide lakon, bentuk, suasana, 66

klimaks, serta perwatakan yang terbaru dalam proses latihan menuju akting (laku) di atas pentas. Setelah itu barulah sutradara memproseskannya dalam beberapa tahapan, seperti; taha mencari-cari, tahap memberi isi, tahap pengembangan, tahap penghalusan atawa pemamtapan. Selanjutnya barulah dapat dilakukan paket pertunjukan teater. Atas dasar itu pula tubuh dan jiwa seorang aktor merupakan spektakel (bahasa pentas) hidup di atas pentas, setiap laku, dialog haruslah sampai dengan selamat kepada penonton. Pertunjukan teater yang telah mengamplikasikan kenyataan teater dalam proses kreatif membutuhkan pikiran, tenaga, dan waktu barulah kemudian dapat dipertunjukan kepada masyarakat penonton. Seorang calon aktor/pemeran yang telah sekian waktu berproses dapat disebut sebagai aktor apabila telah mampu berakting dengan sempurna di atas pentas. Memang perjalanan menjadi seorang aktor sangatlah sulit. Namun kesenian (teater) pasti mampu memperhalus budi pekerti, jika tidak percaya coba saja bergelut dengan kesenian (teater) tentu melalui latihan (proses kreatif) yang benar dan terjadwal secara terus-menerus.

4.2 a.

Saran Sebuah kelompok teater adalah wadah yang cocok untuk memupuk idealisme

arstistik, sekaligus tempat bagi latihan keterampilan. Teater adalah kesenian. Dan kesenian membutuhkan lingkungan, dalam hal ini lingkungan berteater. Di lingkungan itu, pembicaraan selalu berkisar sekitar seni dan teater. Dan itulah modal 67

awal untuk melihat kebesaran atau misteri seni teater. Hanya di lingkungan itulah, terlatih suatu kerjasama dalam memandang teater sebagai hasil karya dari berbagai kesenimanan. b. Untuk Kelompok Sekolah Teater. Yang paling menarik dalam teater tidak hanya menyediakan tempat bagi para pemain saja tapi juga bidang-bidang lainnya yang dalam ukuran mencipta tidak kalah nilai kreativitasnya. Seseorang dalam teater akan sama besarnya jika dia memang menguasai bidangnya itu. Yang celaka ialah jika teater menguasai kita selagi kita sendiri tidak mengenal persis, sedangkan kita seakan dijerat dan tidak bisa keluar dari dalamnya. c. Kreatifitas Aktor dalam Teater. Proses latihan sebaiknya dimulai dari dasar. Berlatih seni peran sebaiknya

Karena dasar merupakan fondasi atau landasan.

diawali dari materi dasar. Bila latihan dasar sudah baik, latihan berikutnya lebih mudah dan dapat dilakukan lebih baik lagi. Beberapa latihan dasar seni peran yang perlu dipelajari adalah : (1) Konsentrasi, (2) Pernapasan, (3) Vokal, (4) Motivasi dan Imajinasi, (5) Observasi, (6) Emosi, (7) Kelenturan Tubuh (Olah Tubuh), dan (8) Improvisasi dan Refleksi.

68

Anda mungkin juga menyukai