Anda di halaman 1dari 13

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Aspergillus merupakan jamur yang umum ditemukan pada materi organik. Meskipun terdapat lebih dari 100 spesies, jenis yang dapat menimbulkan penyakit pada manusia ialah Aspergillus fumigatus dan Aspergillus niger, kadang kadang bisa juga akibat Aspergillus flavus dan Aspergillus clavatus yang semuanya menular dengan transmisi inhalasi (Harman, 2008). Kasus-kasus paru di Indonesia umumnya berkisar antara TB, asma, kanker paru, dan pneumonia. Empat penyakit ini sangat lazim ditemui di rumah-rumah sakit di Indonesia, masyarakat awam pun relatif familiar dengan penyakit di atas. Namun sebenarnya ada salah satu penyakit paru yang kejadiannya tidak terlalu sering namun kerap terjadi karena terdapat penyakit paru lain yang mendasarinya. Umumnya Aspergillus akan menginfeksi paru-paru, yang menyebabkan empat sindrom penyakit, yakni Allergic Bronchopulmonary Aspergillosis (ABPA), Chronic Necrotizing Pneumonia Aspergillosis (CNPA), Aspergilosis invasif (Farmacia, 2007). Aspergiloma merupakan fungus ball (misetoma) yang terjadi karena terdapat kavitas di parenkim akibat penyakit paru sebelumnya. Penyakit yang mendasarinya bisa berupa TB (paling sering) atau proses infeksi dengan nekrosis, sarkoidosis, fibrosis kistik, dan bula emfisema. Fungus ball ini dapat bergerak di dalam kavitas tersebut namun tidak menginvasi dinding kavitas. Adanya fungus ball menyebabkan terjadinya hemoptisis yang berulang (Farmacia, 2007). Aspergiloma, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Definisi Aspergilloma, juga dikenal sebagai mycetoma atau bola jamur (fungus ball), adalah koloni jamur yang terdapat dalam kavitas tubuh seperti paru-paru. Mycetoma biasanya terdiri dari Aspergillus fumigatus (spesies aspergillus yang paling sering ditemukan), dan merupakan bentuk non-invasif aspergillosis paru (Gaillard F, Weerakkody Y, 2012). Aspergilloma paru dapat berkembang pada individu yang sebelumnya telah memiliki penyakit paru dengan kavitas pada parenkim parunya yang disebabkan berbagai kondisi seperti tuberkulosis, sarkoidosis, silikosis, atau bronkiektasis (Wilson et al., 2001). II.2 Epidemiologi Aspergilloma terjadi pada pasien dengan imunitas normal, tetapi secara struktural paru-paru tidak normal, dengan rongga atau kavitas yang sudah ada sebelumnya. Oleh karena itu secara demografi akan sesuai dengan kondisi yang mendasari, seperti (Gaillard F, Weerakkody Y, 2012). tuberkulosis paru: paling sering, tercatat 25-80% kasus bergantung pada prevalensi TB dalam populasi sarkoidosis pulmonal bronkiektasis karena berbagai sebab kavitas pulmonal lainnya: kista bronkogenik, skustrasi pulmonal, pneumatokel PCP Kebanyakan pasien tidak perlu untuk dioperasi dan hanya dilakukan terapi konservatif. Namun, angka kematian pada pasien ini bisa mencapai 50-55%, dibandingkan dengan tingkat kematian setelah terapi pembedahan, yaitu 1-23% (Emedicine, 2008).

II.3 Patofisiologi Empat macam klasifikasi klinis aspergilosis memiliki patofisiologi yang berbeda sesuai jenisnya. Sistem imun alamiah akan berusaha menyingkirkan spora mulai dari lapisan mukosa dan gerakan silia pada saluran pernapasan. Selanjutnya, jika spora sudah terlanjur masuk, akan ada perlawanan dari makrofag dan netrofil melalui fagositosis (Harman, 2006; Sugar and Kauffmann 2003). Beberapa spesies Aspergillus memproduksi metabolit toksin yang menghambat
proses fagositosis. Kortikosteroid (terutama pada penderita asma) juga akan melemahkan proses fagositosis ini

Keadaan imunosupresi lainnya seperti: penderita Human Immunodeficiency Virus (HIV) positif atau Aquired Immuno-deficiency Syndrome (AIDS), penyakit granulomatosa kronik, maupun imunosupresi farmakologis juga menyebabkan disfungsi atau menurunkan jumlah netrofil. Pada pasien yang mengalami imunosupresi, invasi vaskular lebih sering terjadi dan menyebabkan infark, perdarahan, serta nekrosis jaringan paru Pada aspergiloma terdapat kolonisasi nonivasif karena di parenkim paru sudah terdapat kavitas, kista, bula, atau bronkus yang mengalami ektasis. Penyebab yang paling sering ialah tuberkulosis, sarkoidosis, dan bronkiektasis. Penyebab lainnya bisa berupa fibrosis kistik, spondilitis ankilosa, kista bronkogenik, pneumonokoniasis, sekuestrasi pulmonal, keganasan dengan kavitas, dan pneumatokel akibat sekunder pneumonia atau akibat Pneumocystis carinii (Harman, 2008; Sugar AM, Kauffman CA, Thorner AR, 2003) Jamur akan menetap di dalam kavitas dan dapat berkembang di dalamnya karena sistem imun tubuh akan menghambat penetrasi jamur ke dinding kavitas. Jamur dapat tumbuh membentuk fungus ball yang terdiri dari jaringan nekrotik, mukus dan debris-debris (Wikipedia, 2012) II.4 Patogenesis Aspergiloma, atau mycetoma, merupakan infeksi saprophytic yang terjadi pada pasien dengan penyakit paru-paru. Pasien dengan mycetoma umumnya memiliki imunitas normal, meskipun hidup dengan penyakit kronis. Aspergiloma terdiri dari kombinasi hifa jamur, debris selular, dan lendir dalam rongga yang memberi gambaran fungus ball. Dinding rongga yang umum terdiri
3

dari jaringan fibrosa, sel-sel inflamasi, dan pembuluh darah, yang terakhir berasal terutama dari sirkulasi bronchial sirkulasi (Gotway, 2002). Penyebab paling umum dari struktur penyakit paru pada pasien dengan aspergiloma adalah kavitas karena tuberkulosis sebelumnya dan sarkoidosis. Penyakit yang sudah ada sebelumnya di paru-paru mungkin mengganggu pembersihan normal dari organisme, memungkinkan terjadinya infeksi

berikutnya. Secara karakteristik, jamur biasanya tidak menghasilkan invasi jaringan (Gotway, 2002).

II.5 Manifestasi Klinis Aspergiloma bisa tidak menimbulkan gejala klinis tertentu selain penyakit utama yang mendasarinya, yakni tuberkulosis, sarkoidosis, atau proses nekrosis lain di paru. Pada pasien HIV aspergiloma dapat terjadi pada area yang berkista akibat infeksi pneumonia Pneumocystis carinii. Dari semua pasien aspergiloma, 40-60%-nya akan mengalami batuk darah yang masif yang mengancam nyawa. Kadang-kadang aspergiloma juga dapat menyebabkan batuk-batuk (tanpa batuk darah) dan demam yang berkepanjangan. Namun gejala klinis aspergiloma tidak ada yang khas, penderita aspergiloma akan mengalami gejala sesuai penyakit yang mendasarinya. Pada umumnya gejala klinis dan hasil laboratorium penderita aspergiloma akan sesuai dengan penyakit yang mendasarinya. (Harman, 2008; McAdam AJ, Sharpe AH. 2005; Sugar AM, Kauffman CA, Thorner AR, 2003)

II.6 Diagnosis Gambaran Radiografi Misetoma ini dapat dilihat pada kedua foto polos dan CT sebagai massa intrakaviti dikelilingi oleh crecent of air (udara berbentuk bulan sabit). Crecent of air ini agak kontroversial digunakan dalam aspergillosis. Hal ini digunakan oleh banyak orang untuk menggambarkan udara di sekitar aspergilloma dan crecent of air yang tampak dalam pemulihan aspergillosis angioinvasif. Beberapa orang lebih suka istilah Monod sign dalam pengaturan aspergilloma, meskipun kurang diakui secara luas (Radiopaedia, )

Foto polos Aspergilloma biasanya muncul sebagai massa tipis jaringan lunak bulat atau bulat lonjong yang terletak di dalam sekitar kavitas dan digariskan oleh suatu crecent of air. Dengan mengubah posisi pasien biasanya menunjukkan bahwa massa tersebut dapat bergerak, sehingga dapat mengkonfirmasikan diagnosis (Radiopaedia)

Gambar 2.3: TB dengan kavitas terkait dengan aspergilloma. Frontal radiografi menunjukkan rongga di lobus atas kiri (panah hitam) dengan area jaringan lunak opag tergantung (panah putih solid). Hiperlusen pada area bulan sabit (panah terbuka) merupakan sisa udara dalam rongga dan disebut sebagai the air crescent sign (tanda bulan sabit udara). (Sumber: http://emedicine.medscape.com/article/353200-media)

Gambar 3. Gambaran foto toraks dada penderita aspergiloma. Tampak fungus ball ditandai dengan masa solid (radio opaque) pada lapangan atas paru kanan (tanda panah).
11

Gambar 2.4: Foto toraks posteroanterior menunjukkan aspergilloma multiple pada pasien dengan tuberkulosis. Perhatikan adanya beberapa air crescent. (Sumber: http://emedicine.medscape.com/article/353200-media)

Gambar 2.5: Rontgen toraks posteroanterior diperoleh pada wanita 36 tahun yang sebelumnya diobati untuk TB paru. Pasien memiliki misetoma pada lobus kiri atas dan muncul dengan haemoptisis berulang yang mengancam nyawa. Penyakit ini tidak respon dengan terapi antifungi local dan sistemik. (Sumber: http://emedicine.medscape.com/article/353200-media)

CT scan Gambarannya pada CT scan berupa kavitas yang terbentuk dengan baik dengan massa jaringan lunak bulat tipis ditengahnya dikelilingi oleh air crescent sign atau Monod sign. Massa ini biasanya berbentuk bola atau bulat telur. Pada posisi pasien yang berbeda, massa dapat ditunjukkan dapat bergerak. Massa tersebut suatu kesempatan dapat sepenuhnya dapat mengisi kavitas sehingga mengambil bentuk bentuk kavitas tersebut, menghilangkan gambaran crecent of air di sekitarnya dan tidak dapat bergerak lagi (Radiopaedia, 2012). Kalsifikasi tidak jarang terjadi, yang bisa berkisar dari tidak ada hingga keadaan yang berat. Karena peradangan dan pembentukan jaringan granulasi vaskular, arteri bronkial yang mensuplai dinding kadang-kadang dapat dilihat sebagai pembesaran yang nyata. Pleura yang berdekatan mungkin akan menebal (Radiopaedia, 2012).

Gambar 2.6: Aspergilloma di dalam kavitas yang telah ada sebelumnya. Udara yang berbentuk bulan sabit yang mengelilingi aspergilloma dikenal sebagai the Monod sign. (Sumber: http://radiopaedia.org/images/296)

Gambar 2.7: CT toraks: Kavitas bilateral dengan fungus ball yang bergantung pada posisi (Sumber: http://radiopaedia.org/images/19475)

Gambar 4. Gambaran CT Scan dada. Tampak massa solid pada paru-paru kiri11. Gambaran Diferensial Diagnosis

Gambar 2.8: CT scan: abses paru (Sumber: http://radiopaedia.org/images/19475)


8

Gambar 2.9: Ct scan: tuberkulosis paru (Sumber: http://radiopaedia.org/images/19475)

Gambar 2.10: Ct scan: Kista Paru (Sumber: http://radiopaedia.org/images/19475)

II.7 Pengobatan Prinsip pengobatan aspergilosis ialah menghilangkan jamur dan sporanya dari tubuh penderita. Terapi yang tepat untuk aspergiloma ialah simtomatik, yakni mengurangi hemoptisis. Namun terapi kausal yang tepat untuk aspergiloma ialah dengan pembedahan (Anonim, 2012; Harman, 2008) Dengan lobektomi, kavitas yang berisi aspergiloma dapat dihilangkan dengan mudah. Namun toleransi pembedahan toraks sangat ketat sehingga sering ditunda karena fungsi paru penderita sudah jauh berkurang. Untuk aspergiloma dapat digunakan anti fungi seperti itraconazole oral dengan angka kesembuhan hingga 60%. Tindakan lain yang dapat dilakukan ialah embolisasi arteri bronkial untuk mencegah hemoptisis yang terlalu masif, namun memerlukan keahlian yang sangat tinggi dari ahli radiologi dengan panduan CT-scan karena arteri bronkial bercabang menjadi arteri spinalis, sehingga dikhawatirkan terjadi komplikasi neurologis(Anonim, 2012; Harman, 2008).

II.8 Prognosis Prognosis aspergiloma pada sebagian penderita cukup baik, walupun amat tergantung dari keparahan penyakit dan faktor-faktor lainnya. Pada beberapa penderita, pembedahan dapat sangat efektif dalam penanganan aspergiloma, tetapi pembedahan mempunyai resiko yang tinggi dan dapat menimbulkan komplikasi yang serius (Anonim, 2012).

10

BAB III PENUTUP III.1 Kesimpulan Aspergilloma, juga dikenal sebagai mycetoma atau bola jamur (fungus ball), adalah koloni jamur yang terdapat dalam kavitas tubuh seperti paru-paru. Aspergilloma paru dapat berkembang pada individu yang sebelumnya telah memiliki penyakit paru dengan kavitas pada parenkim parunya yang disebabkan berbagai kondisi seperti tuberkulosis, sarkoidosis, silikosis, atau bronkiektasis. Prinsip pengobatan aspergilosis ialah menghilangkan jamur dan sporanya dari tubuh penderita. Terapi yang tepat untuk aspergiloma ialah simptomatik, yakni mengurangi hemoptisis. Namun terapi kausal yang tepat untuk aspergiloma ialah dengan pembedahan. Prognosis aspergiloma pada sebagian penderita cukup baik, walupun amat tergantung dari keparahan penyakit dan faktor-faktor lainnya. Pada beberapa penderita, pembedahan dapat sangat efektif dalam penanganan aspergiloma, tetapi pembedahan mempunyai resiko yang tinggi dan dapat menimbulkan komplikasi yang serius.

III.2 Saran Penulis mengaku di dalam referat ini masih banyak kekurangan, karena itu penulis mengharap saran yang membangun dari dosen pembimbing dan rekanrekan guna perbaikan referat ini dan selanjutnya.

11

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Aspergilosis. http://www.blogkita.info.com

Anonim. 2012. Aspergilloma. http://www.histopathology-india.com

Anonim. 2007. Aspergilosis Paru: Saat Jamur Melakukan Invasi ke Paru. http://www.majalah-farmacia.com/rubrik/one_news.asp?IDNews=480

Anonim. 2012. Pulmonary http://www.midlineplus.gov/

aspergilloma

(mycetoma).

2012.

Anonim. 2012. Aspergilloma. http://www.wikipedia.com/

Chen JC, Chang YL, Luh SP et-al. 1997. Surgical treatment for pulmonary aspergilloma: a 28 year experience. Thorax

Gaillard F, Weerakkody Y. 2012. Aspergilloma. http://radiopaedia. org/articles/ aspergilloma

Gotway, Michael B. 2002. The Radiologic Spectrum of Pulmonary Aspergillus Infection. Journal of Computer Assisted Tomography. Philadelphia

Harman EM. 2008. Aspergillosis. http://emedicine.mediscape.com/

McAdam AJ, Sharpe AH. 2005. Infectious Diseases. In: Kumar V, Abbas AK, Fausto N. Robbins and Cotran Pathologic Basis of Disease. Elsevier Saunders; Philadelphia; (7):399-400

R. Wilson, Walter., Maerle A. Sande. 2001. Current Diagnosis and Treament in Infectious Diseases. The McGraw-Hill Companies, Inc.: United States. 755756.

12

Sugar AM, Kauffman CA, Thorner AR. 2003. Aspergilloma. http://www.update.com/

Sytemic Mycoses. In: Midgley-Clayton-Hay. 1997. Diagnosis in Color Medical Mycology. Mosby-Wolfe:134-40

13

Anda mungkin juga menyukai