Anda di halaman 1dari 5

Blok Diagram Catu Daya Power Supply

Posted by oprekzone Jun 13

Blok Diagram Power Supply Catu Daya. Sejak pertama kali peralatan elektronik dibuat, semuanya sudah menggunakan sumber daya listrik untuk membuatnya dapat bekerja sesuai fungsinya. Berbeda dengan peralatan listrik, istilah catu-daya biasanya cenderung mengarah ke sumber daya listrik dc yang digunakan untuk peralatan elektronik seperti televisi, audio amplifier, transceiver, komputer, dan sebagainya. Efisiensi dan unjuk kerja sebuah catu-daya biasanya seiring dengan tingkat kemajuan teknologi pembuatannya saat itu. Sesuai perkembangan teknologinya, pembuatan catu daya atau power supply dapat digolongkan menjadi dua generasi yaitu Catu daya Konvensional dan Catu-daya Modern (Switching). Berikut ini Blok Diagram Catu Daya Power Supply mulai yang menggunakan Konvensional dan Modern. Blok Diagram Catu Daya Konvensional Catu daya konvensional menggunakan cara kerja yang sangat sederhana. Sebuah masukan ac diturunkan atau bisa juga dinaikkan tegangannya oleh sebuah transformator-daya yang kemudian, tegangan ini disearahkan menggunakan komponen deoda penyearah arus yang sesuai.

Blok Diagram Catu Daya Konvensional Tegangan yang telah disearahkan kemudian di filter menggunakan kapasitor sesuai dengan ukuran yang telah disesuaikan dengan kekuatan arus dari transformator. Semakin besar konsumsi arus catu daya maka, nilai muatan kapasitor/kondensator semakin besar. Biasanya digunakan Elektrolit Kondensator (elko) untuk filterisasi arus. Tahap terakhir adalah pemasangan regulator yang berfungsi untuk menstabilkan tegangan keluaran apabila terjadi perubahan beban seperti pada blok diagram catu daya di atas. Pada rangkaian regulator biasanya didukung dengan stabilisator tegangan dan transistor sebagai penguat/pelewat arus. Peran regulator sangat penting khususnya untuk peralatan elektronika yang membutuhkan pasokan tegangan yang harus stabil meskipun beban berubah-ubah. Semakin besar arus keluaran yang dibutuhkan, maka ukuran transformator semakin besar, arus deoda penyearah semakin besar, kapasitas kondensator filter semakin besar, arus transistor pelewat arus juga semakin besar. Selain itu panas yang ditimbulkan akibat adanya desipasi-daya juga cukup tinggi terutama pada transistor pelewat arusnya sehingga semakin tidak efisien. Karena itulah, untuk sistem yang membutuhkan arus-kerja cukup besar dan stabilitas tengangan yang baik, catu-daya konvensional sekarang ini sudah semakin banyak ditinggalkan. Blok Diagram Catu Daya Switching

Hampir semua peralatan elektronik saat ini menggunakan catu-daya tipe ini. Hal itu karena banyaknya keuntungan yang bisa didapatkan dari catu-daya jenis ini meskipun prisip kerja power-supply jenis ini lebih rumit dibanding generasi sebelumnya. Keuntungan tersebut diantaranya adalah desipasi-daya lebih kecil sehingga tidak terlalu banyak menghasilkan panas, lebih ringan, lebih murah, bentuk lebih kecil, filterisasi lebih sederhana, dan regulasi tegangan yang jauh lebih baik. Berikut di bawah ini blok diagram catu daya dengan metoda switching :

Blok Diagram Catu Daya Switching Sebuah masukan ac disearahkan secara penuh dan difilter oleh kondensator tegangan tinggi (400 vdc). Selanjutnya tegangan tinggi searah (sekitar 300 vdc untuk input ac 220 volt) dirubah bentuknya menjadi gelombang persegi melalui rangkaian Switching Transistor untuk menggerakkan transformator daya frekuensi tinggi (35 kHz) inti ferit. Pulsa switching berasal dari rangkaian PWM (Pulse Width Modulation) dengan frekuensi kerja 35 kHz. Selanjutnya keluaran dari transformator yang berupa gelombang persegi frekuensi tinggi 35 kHz disearahkan dan difilter untuk menghasilkan tegangan dc murni. Mengingat frekuensi gelombang yang tinggi, maka proses penyearahan dan filterisasi tegangan cukup menggunakan setengah gelombang dan kapasitas kondensator elektrolit yang kecil. Seperti pada Blok diagram catu daya power supply switching di atas. Pada blok diagram catu daya atau power supply switching di atas, regulasi tegangan dilakukan dengan mengambil sebagian kecil tegangan dc keluaran melalui rangkaian feedback voltage. Tegangan ini selanjutnya mengaktifkan opto-coupler. Intensitas cahaya yang dihasilkan LED di dalam opto-coupler sebanding dengan tegangan dc keluaran catudaya. Apabila tegangan keluaran naik maka, LED pada opto-coupler lebih terang dan jika tegangan dc out turun LED pada photo-coupler lebih redup. Cahaya LED akan membias photo-transistor yang ada di dalam opto-coupler. Arus yang mengalir pada kaki kolektor ke emitor akan ditangkap oleh sensor untuk mengendalikan rangkaian PWM. Sensor merupakan rangkaian yang membandingkan tegangan jepit dari arus photo-transistor setelah dilewatkan ke sebuah resistor dengan tegangan referensi yang dihasilkan dari sebuah deoda zener.

Skema Switching Power Supply 0 25V 10 Ampere

Posted by oprekzone Jun 24

Skema Switching Power Supply Variabel 0 25V 10 Ampere. L4970A adalah IC daya monolitik stepdown switching regulator yang dapat memberikan arus keluaran 10A pada tegangan variabel mulai dari 5,1 sampai dengan 40V.dan berisi diagnostik dan fungsi kontrol yang membuatnya sangat cocok untuk sistem berbasis mikroprosesor. Dibuat dengan dengan teknologi campuran BCD, dengan menggunakan komponen DMOS Transistor sebagai output sehingga diperoleh efisiensi yang sangat tinggi dan menangani waktu switching yang sangat cepat.

Berikut ini fitur dari L4970A diantaranya adalah :


Arus keluaran 10 Ampere kontinyu Jangkauan tegangan keluaran 5.1V sampai dengan 40 V Siklus Kerja 0 sampai dengan 90% Dilengkapi pembatas arus internal Dilengkapi sistem reset jika terjadi gagal fungsi daya Arus start Input dan Output PWM latch untuk setiap satu periode Mampu beroperasi pada frekuensi switching hingga 500 kHz Dilengkapi dengan Thermal Shutdown pada suhu kritis 150 derajat Mampu beroperasi secara terus-menerus

Diantara keuntungan penggunaan skema rangkaian power supply switching adalah sangat memungkinkan pengurangan nilai/ukuran dan biaya komponen filter eksternal (output) pada perata arus. Catu-daya ini bekerja pada frekuensi switching sekitar 40 kHz sehingga filter (perata arus) pada bagian keluaran cukup menggunakan kapasitor kecil sehingga menghemat pembuatan filter. Selain itu chip L4970A pada bagian dalamnya dilengkapi dengan perlindungan-menonaktifkan operasi sirkuit sistem termal yang akan aktif ketika suhu persimpangan mencapai sekitar 150 C dan memiliki hysterysis untuk mencegah kondisi yang tidak stabil. Masukan AC 220 V diturunkan menggunakan transformator daya step-down menjadi dua buah tegangan masing-masing 28 V (10 Ampere) dan 8 V (relatif). Kemudian tegangan 28 V disearahkan secara penuh dengan 4 deoda dan 2x kapasitor 3300uF. Tegangan yang dihasilkan pada kapasitor ini sekitar 40 Vdc dan selanjutnya di switch oleh Chip L4970A pada frekuensi 40 kHz. Karena frekuensi switching yang cukup tinggi (40 kHz) maka digunakan sistem filter output berupa LC yang dibentuk oleh induktor 150 uH yang dapat dibuat menggunakan kawat email penampang 1,5 mm pada inti toroid sebanyak 45 lilit dan sebuah kapasitor kecil 220 uF. Pengaturan tegangan keluaran switching power supply di atas dilakukan dengan memutar tuas Potensio 18 kOhm. Pada penggunaan optimal dengan arus keluaran yang mencapai 10 Ampere secara terus-menerus akan menghasilkan desipasi daya yang cukup besar pada Chip Monolitik ini, sehingga harus dipasang sirip/plat pendingin alumunium yang cukup luas dan tebal untuk membuang panas yang ditimbulkan.

Pengertian Catu Daya (Power Supply)


Posted by oprekzone Jun 19

Pengertian Catu Daya (Power Supply). Daya untuk menjalankan peralatan elektronik dapat diperoleh dari berbagai sumber. Baterai dapat menghasilkan suatu ggl dc dengan reaksi kimia. Foton dari panas atau cahaya yang berasal dari matahari dapat diubah menjadi energi listrik dc oleh sel-foto (photocell). Sel bahan bakar menggabungkan gas hidrogen dan oksigen dalam suatu elektrolit untuk menghasilkan ggl dc. Sebuah mesin bahan bakar fosil atau air terjun dapat memutar generator dc atau generator ac. Untuk memahami pengertian catu-daya atau power supply sebaiknya kita lebih mengarah pada sumber daya dc yang dapat menjalankan peralatan elektronika secara langsung, meskipun mungkin diperlukan beberapa cara untuk meregulasi dan menjaga suatu ggl agar tetap meskipun beban berubah-ubah. Energi yang paling mudah tersedia, yaitu arus bolakbalik, harus diubah (disearahkan) menjadi dc berpulsa (pulsating dc), yang selanjutnya harus diratakan (disaring) menjadi tegangan yang tidak berubah-ubah. Tegangan (arus) dc juga memerlukan regulasi tegangan agar dapat menjalankan rangkaian elektronika dengan sebaikbaiknya.

Catu Daya yang diperoleh dari sumber daya listrik AC Pengertian dari istilah catu-daya atau power-supply biasanya berarti suatu sistem penyearah-filter (rectifier-filter) yang mengubah ac menjadi dc murni. Banyak rangkaian catu-daya yang berlainan yang dapat digunakan untuk pekerjaan tersebut. Komponen dasar yang digunakan untuk rangkaian yang lebih sederhana adalah transformator, penyearah, resistor, kapasitor, dan induktor. Catu daya yang diatur secara lebih kompleks dapat ditambahkan transistor atau trioda sebagai pengindera-tegangan dan pengontrolan-tegangan, ditambah dengan dioda zener atau VR untuk menyediakan tegangan acuan (referensi). Pada masa sekarang pemakaian catu daya dengan metode pensaklaran semakin banyak digunakan. Catu-daya semacam ini sering disebut dengan switching power supply. Sistem ini dinamakan juga dengan catu-daya sistem non-linear karena terjadinya perubahan bentuk gelombang yang tidak linear pada bagian primer dan sekunder berupa hasil pensaklaran (switch).

Anda mungkin juga menyukai