Anda di halaman 1dari 70

Menimbang

Mengingat
MENTERlI<EUANGAN
REPUEUI< INDONESIA
SAlINAN
PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA.
NOMOR 3Z/PMK.OZ/ZOI3
TENTANG
TATA CARA REVISI ANGGARAN TAHUN ANGGARAN 2013
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAI-lA ESA
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
a. bahwa berdasarkan ketentuan PasaI 11 ayat (6)
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2012 tentang Anggaran
Pendapatan dan BeIanja Negara Tahun Anggaran 2013 dan
ketentuan Pasal 2 Keputusan Presiden Nomor 37 Tahun 2012
tentang Rincian Anggaran Belanja Pemerintah Pusat Tahun
Anggaran 2013, perubahan Rincian Anggaran Belanja
Pemerintah Pusat Tahun Anggaran 2013 diatur dengan
Peraturan Menteri Keuangan;
b. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 15 Peraturan Pemerintah
Nomor 90 Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja
dan Anggaran Kementerian Negara/Lernbaga, tata cara
perubahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian
Negarazl.embaga dalam pelaksanaan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara diatur dengan Peraturan Menteri
Keuangan;
c. bahwa dalam rangka efisiensi dan efektivitas pelaksariaan
Anggaran Belanja Pemerintah Pusat Tahun Anggaran 2013
serta percepatan pencapaian kinerja Kementerian Negars./
Lembaga, perlu diatur tata cara revisi anggaran pada
Tahun Anggaran 2013;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan
Peraturan Menteri Keuangan tentang Tata Cara Revisi
Anggaran Tahun Anggaran 2013;
"I. Undarig-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4286);
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4355);
Menetapkan
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK iNDONESIA
- 2 -
3. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2012 tentang Anggaran
Pendapatan Dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2013
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor
228, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5361); ,
4. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang
Rencana Kerja Pemerintah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nornor 4405);
5. Peraturan Pemerintah Nomor90 Tahun 2010 tentang
Penyusunan Rencana Kerja Dan Anggaran Kementerian
Negara/Lernbaga (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2010 Nomor 152, Tambahan Lembaran Negara Republik _ . ~
Indonesia Nomor 5178);
6. Keputusan Presiden Nomor 37 Tahun 2012 tentang Rincian
Anggaran Belanja Pemerintah Pusat Tahun Anggaran 2013;
7.Peraturan Menteri Keuangan Nomor 112/PMK.02/2012
tentang Petunjuk Penyusunan Dan Penelaahari Rencana Kerja
Dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga;
8. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 160/PMK.02/2012
tentang Petunjuk Penyusunan Dan Pengesahan Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran;
MEMUTUSKAN:
PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG TATA CARA
REVISI ANGGARAN TAHUN ANGGARAN 2013.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini, yang dimaksud dengan:
1. Anggaran Pendapatan dan BelanjaNegara, yang selanjutnya
disingkat APBN adalah rencana, keuangan tahunan
pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan
Rakyat.
2. Revisi Anggaran adalah perubahan rincian anggaran belarija
pemerintah pusat yang telah ditetapkan berdasarkan APBN
Tahun Anggaran 2013 dan disahkan dalam Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran Tahun Anggaran 2013.
3. Kementerian Negara, yang selanjutnya disebut Kementerian
adalah perangkat Pemerintah yang membidangi urusan
tertentu dalam pemerintahan.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 3 -
4. Lembaga adalah organisasi non Kementerian Negara dan
instansi lain pengguna anggaran yang dibentuk untuk
melaksanakan tugas tertentu berdasarkan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 atau peraturan
perundang-undangan lainnya.
5. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran, yang selanjutnya
disingkat DIPA adalah dokumen pelaksanaan anggaran yang
disusun oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran.
6. Pagu Anggaran adalah alokasi anggaran yang ditetapkan
untuk meridanai belanja pernerintah pusat dalam . APBN
Tahun Anggaran 2013.
7. Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lernbaga,
yang selanjutnya disingkat RKA-K/L adalah dokumen
rencana keuangan tahunan Kementeriarr/Lernbaga yang
disusun menurut bagian anggaran Kementeriarr/Lernbaga.
8. Satuan Kerja, yang selanjutnya disebut Satker adalah bagian
dari suatu unit organisasi pada Kementerlarr/Lembaga yang
melaksanakan 1 (satu) atau beberapa programy kegiatan dan
mernbebani dana APBN.
9. Daftar Hasil Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran
Kemerrteriarr/Lembaga, yang selanjutnya disingkat
DHP RKA-K/L adalah alokasi anggaran yang ditetapkan
menurut unit organisasi dan program dan dirinci ke dalam
satuan Satker-Satker berdasarkan hasil penelaahan RKA-K/L
terrnasuk DHP Rencana Dana Pengeluaran Bendahara Umum
Negara (RDP BUN) khusus untuk belanja.
10. Program adalah penjabaran kebijakan Kementerian
Negara/Lernbaga yang berisi 1 (satu) atau beberapa kegiatan
dengan menggunakan sumber daya yang disediakan untuk
mencapai hasil yang terukur sesuai dengan misi yang
dilaksanakan "inatansi atau masyarakat dalam koordinasi
Kementerian Negara/Lembagayang bersangkutan.
,II. Hasil (Outcome) .adalah kinerja atau sasaran yang akan
dicapai dari suatu pengerahan sumber daya dan anggaran
pada suatu program dan kegiatan. ," "
12. Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakari oleh
'I (satu) atau beberapa Satker sebagai bagian dari pencapaian
sasaran terukur pada suatu program yang terdiri dari
sekurnpulan tindakan pengerahan surnber daya baik berupa
personel (sumber daya manusia), barang modal terrnasuk
peralatan dan teknologi, dana atau kombinasi dari beberapa
atau semua jenis sumber daya tersebut sebagai masukan
(input) untuk rnenghasilkan keluaran (output) dalam bentuk
barang dan jasa.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 4 -
13. Keluaran adalah barang atau jasa yang dihasilkan oleh suatu
kegiatan yang dilaksanakan untuk mendukung pencapaian
sasaran dan tujuan program da.n kebijakan.
14. Kegiatan Prioritas Nasional adalah kegiatan yang ditetapkan
di dalam Buku I Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2013 yang
menjadi tanggung jawab KementerianyLernbaga yang
bersangkutan.
15. Kebijakan Prioritas Pemerintah Yang Telah Ditetapkan adalah
Program/Kegiatarr/Keluaran yang ditetapkanoleh Pemerintah
setelah Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2013 ditetapkan
dany atau ditetapkan pada tahun anggaran berjalan.
16. Kegiatan Prioritas Kementerlan /Lembaga adalah kegiatan-
kegiatan selain kegiatan prioritas nasional dan/ atau
kebijakan Prioritas Pemerintah Yang Telah Ditetapkan.
17. Kegiatan Operasional, yang selanjutnya disebut Biaya
Operasional adalah anggaran yang dibutuhkan untuk
penyelenggaraan sebuah Batker dalam melaksanakan tugas
dan fungsinya meliputi pembayaran gaji, tunjangan yang
melekat pada gaji, uang makan, dan pembayaran yang terkait
denganbelanja pegawai (Komponen 001) dan kebutuhan
sehari-hari perkantoran, langganan daya dan jasa,
pemeliharaan kantor, dan pembayaran yang terkait dengan
pelaksanaan operasionalkantor (Komponen 002), termasuk
tunjangan profesi guru/ dosen dan tunjangan kehormatan
prof{Osor.. .
18. Komponen Input, yang selanjutnya disebut Komponen adalah.
bagian atau tahapan ' Kegiatan .yang dilaksanakan untuk
menghasilkan sebuah Keluaran.
19. Bagian Anggaran Bendahara Umum Negara (BUN)
Pengelolaan Belanja Lainnya (BA 999.08) yang selanjutnya
disebut BA999.08 adalah bagian anggaran BUN yang
menarnpung Belanja Pemerintah Pusat di luar Belanja
Pembayaran Bunga Utang, Hibah, dan Subsidi yang pagu
anggarannya tidak dialokasikan dalam bagian anggaran
Kementerian/ Lembaga, . ..,
20. Hasil Optimalisasi adalah hasil lebih atau sisa dana. yang
. diperoleh setelah pelaksanaan dan/ atau penandatanganan
kontrak dari suatu kegiatan yang target sasarannya telah
dicapai.
21. Sisa Anggaran Swakelola adalah hasil lebih atau sisa dana
yang berasal dari kegiatan swakelola yang tidak mengurangi
volume keluaran yang direncanakan,
I
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 5 -
22. Perubahan Pagu Penerimaan Negara Bukan Pajak, yang
selanjutnya disebut Perubahan Pagu PNBP adalah perubahan
pagu sebagai akibat kelebihan realisasi PNBP dari ta.rget yang
direncanakan dalam APBN.
23. Lanjutan Pinjaman ProyekjHibah Luar Negeri (PHLN) atau
Pinjaman/Hibah Dalam Negeri (PHDN) adalah penggunaan
kembali sisa alokasi anggaran yang bersurnber dari
PHLN/PHDN yang tidak terserap.
24. Percepatan Penarikan PHLNjPHDN adalah tambahan alokasi
anggaran yang berasal dari sisa pagu PI-ILNjPHDN untuk
memenuhi kebutuhan pendanaan kegiatan dalam rangka
percepatan penyelesaian pekerjaan dan/ atau memenuhi
kebutuhan anggaran yang belum tersedia pada tahun 2013'-
25. Keadaan Kahar adalah kondisijkeadaan yang terjadi di luar
kehendak para pihak dan tidak dapat diperkirakan
sebelumnya, meliputi bencana alam, bencana non alam,
pemogokan, kebakaran.: dan / atau gangguan industri lainnya
sebagaimana ditetapkan melalui Keputusan
MenterijPimpinan Lembaga teknis terkait,
26. Subsidi Energi adalah subsidi dalam bentuk subsidi Bahan
Bakar Minyak (BBM) jenis tertentu dan bahan bakar gas cair
(liquefied petroleum gasjLPG tabung 3 (tiga) kilogram dan
liquefied gas for vehic1ej LGV), dan subsidi listrik.
27. Sekretaris .Jenderal/ Sekretaris Utamaj Sekretaris/Pejabat
Eselon 1" Kementerian/Lembaga adalah Eselon I selaku
penanggung jawab Program yang memiliki alokasi anggaran
(portofolio) pada Bagian Anggaran Kementerian Negaraj
Lembaga.
BAB II
RUANG LINGKUP DAN BATASAN REVISI ANGGARAN
Bagian Kesatu
Ruang Lingkup Revisi Anggaran
Pasal2
(1) Revisi Anggaran terdiri atas:
a. perubahan rincian anggaran yang disebabkan penambahan
atau pengurangan pagu anggaran belanja termasuk
pergeseran rincian anggaran belanjanya;
b. perubahan atau pcrgeseran :rincian anggaran dalam hal
pagu anggaran tetap; dan/ atau
c. perubahany ralat karena kesalahan administrasi.
MENTERIKEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 6 -
(2) Revisi Anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mengakibatkan perubahan alokasi anggaran danjatau
perubahan jenis belanja danjatau volume Keluaran pada:
a. Kegiatan; .
b. Satker;
c. Program;
d. Kementeriarr/Lembaga; danj atau
e. APBN.
Pasal3
Revisi Anggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 juga
dilakukan dalam hal terjadi:
a. perubahan atas APBN Tahun Anggaran 2013;
b. penerapan pemberian penghargaan dan pengenaan sanksi
(reward and punishment system);
c. Instruksi Presiden mengenai penghematan anggaran;
danjatau
d. Kebijakan Prioritas Pemerintah Yang Telah Ditetapkan
lainnya.
Pasal4
(1) Perubahan rincian anggaran yang disebabkan penambahan
atau pengurangan pagu anggaran belanja termasuk
pergeseran rincian anggaran belanjanya sebagaimana.
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf a sebagai akibat dari
adanya hal-hal sebagai berikut:
a. kelebihan realisasi PNBP di atas target yang direncanakan
dalam APBN;
b. lanjutan pelaksanaan Kegiatan yang dananya bersumber
dari PHLN danjatau PHDN;
c. Percepatan Penarikan PHLN danj atau PHDN;
d. penerimaan Hibah Luar Negeri Dalam Negeri
(HDN) setelah Undang-Undang mengenai APBN Tahun
Anggaran 2013 ditetapkan;
e. penerimaan hibah langsung dalam bentuk uang;
f. penggunaan anggaran belanja yang bersumber dari PNBP
di atas pagu APBN untuk Satker BLU;
g. pengurangan alokasi pinjaman proyek luar negeri;
h. 'per'uba.han pagu anggaran. pembayaran Subsidi Energi;
dany atau
MENTERIKEUANGAN
REPUBLlI< INDONESIA
- 7 -
I. perubahan pagu anggaran pembayaran bunga utang.
(2) Perubahan rincian anggaran sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) mengakibatkan perubahan berupa:
a. penambahan alokasi anggaran pada Keluaran z
Kegiatarr/Program/ Satker/ Kementeriarr/ LernbagayAPBN
dan penambahan volume Keluaran;
b. periambahan alokasi anggaran pada Keluaran/Kegiatan/
Program/Satker/Kementerian/Lemhaga/APBN dan volume
Keluaran tetap; atau
c. pengurangan alokasi anggaran pada Kehrararr/Kegiatany
Program/ Satker/Kementeriarr/LembagayAPBN dan volume
Keluaran tetap.
Pasal5
(1) Perubahan atau pergeseran rincian anggaran dalam hal pagu
anggaran tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
ayat (1) huruf b sebagai akibat dari adanya hal-hal sebagai
berikut:
a. Hasil Optimalisasi;
b. Sisa Anggaran Swakelola;
c. kekurangan Biaya Operasional;
d. perubahan prioritas penggunaan anggaran;
e. perubahan kebijakan pemerintah; dan/ atau
f. Keadaan Kahar.
(2) Perubahan atau pergeseran rinciananggaran dalam hal pagu
anggaran tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
ayat (1) huruf b dibedakan dalam:
a. pagu anggaran tetap pada level Program;atau
b. pagu anggaran tetap pada level' APBN.
(3) Pagu anggaran tetap . pada level, Program sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf a .meliputi:
a. pergeseran dalam satu Keluaran, 1 (satu) Kegiatan dan
1 (satu) Satker; ,
b. pergeseran antar Keluaran, satu Kegiatan dan 1 (satu]
Satker;
c. pergeseran dalam Keluaran yang sama, Kegiatan yang
sama dan antar Satker;
d. pergeseranantar Keluaran, Kegiatan yang sama dan antar
Satker;
e. pergeseran antar Kegiatan dalam 1 (satu) Satker;
MENTERIKEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 8 -
f. pergeseran antar Kegiatan dan antar Satker;
g. pencairan blokir/tanda bintang (*);
h. pergeseran anggaran dalam rangka penyelesaian inlcracht;
1. penggunaan dana Output Cadangan;
j. penambahanyperubahan rumusan kinerja; danZatau
k. perubahan komposisi sumber pendanaan.
(4) Pagu anggaran tetap pada level APBN sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf b meliputi:
a. pergeseran anggaran dari BA BUN Pengelolaan Belanja
Lainnya (BA999.08) ke Bagian Anggaran K/L;
b. pergeseran antar subbagian anggaran dalam Bagian
Anggaran 999 (BA BUN); dany atau
c. pergeseran anggaran dalam rangka penyelesaian inkrachi.
(5) Perubahan atau pergeseran rincian anggaran sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) huruf a, huruf b, huruf c, huruf d,
huruf e, dan huruf f terdiri atas:
a. pergeseran anggaran dan penambahan volume Keluaran;
b. pergeseran anggaran dan volume Keluaran tetap;
c. pergeseran antarjenis belanja;
d. pergeseran anggaran dalam rangka memeriuhi kebutuhan
biaya operasional;
e. pergeseran anggaran dalam rangka mernenuhi kebutuhan
selisih kurs;
f. pergeseran anggaran dalam rangka penyelesaian
tunggakan tahun yang lalu;
g. pergeseran rincian anggaran untuk Satker BLU yang
sumber dananya berasal dariPl'[Bl-';
h. pergeseran dalam .satu .provinsi Zkabupatenykota untuk
Kegiatan dalam rangka Tugas Pembantuan dim Urusan
Bersama, atau dalam satu provinsi untuk Kegiatan dalam
rangka Dekonsentrasi;
1. pergeseran anggaran dalam rangka pembukaan kantor
baru;
J. pergeseran anggaran dalam rangka penyelesaian kegiatan-
kegiatan pembangunan infrastruktur serta rehabilitasi dan
rekonstruksi bencana alam tahun 2012; dany atau
k. pergeseran anggaran dalam rangka tanggap darurat
bencana.
~ I
b.
c.
, ~
d.
e.
f.
g.
h.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 9 -
Pasal6
Perubahanjralat karena kesalahan administrasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal2 ayat (1) huruf c meliputi:
a. ralat kode akun sesuai kaidah akuntansi sepanjang dalam
peruntukan dan sasaran yang sarna;
ralat kode Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN);
perubahan nomenklatur bagian anggaran danj atau Satker
sepanjang kode tetap;
ralat kode nomor register PHLNjPHDN;
ralat kode kewenangan;
ralat kode lokasi;
ralat cara penarikan PHLNjPHON; danjatau
ralat pencantuman volume, jenis, dan satuan Keluaran yang
berbeda antara RKA-KjL dan RKP atau hasil kesepakatan
DPR-RI dengan Pemerintah.
Bagian Kedua
Batasan Revisi Anggaran
Pasal7
, Revisi Anggaran dapat dilakukan sepanjang tidak mengakibatkan
pengurangan alokasi anggaran terhadap:
a. kebutuhan Biaya Operasional Satker kecuali untuk
memenuhi Biaya Operasional pada Satker lain dan dalam
peruntukan yang sarna;
b. alokasi tunjangan profesi guru/ dosen dan tunjangan
kehormatan profesor kecuali untuk memenuhi tunjangan
profesi guru/ dosen dan tunjangan kehormatan profesor pada
Satker lain; ,
c. kebutuhan pengadaan bahan rnakanan danjatau perawatan
tahanan untuk tahanany narapidana kecuali untuk
memenuhi kebutuhan pengadaarr bahan makanan danj atau
. perawatan tahanan untuk tahananjnarapidana pada Satker
lain;
d. pembayaran berbagai tunggakan;
e. Rupiah Murni Pendamping (RMP) sepanjang paket pekerjaan
masih berlanjut (on-going); dan Zatau
f. paket pekerjaan yang telah dikoritrakkan danj atau
direalisasikan dananya sehingga menjadi minus.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK iNDONESIA
- 10 -
Pasal8
Revisi Anggaran dapat dilakukan setelah volume Keluaran yang
tercantum dalam DIPA tercapai dan tidak mengakibatkan
pengurangan volume Keluaran terhadap:
a. Kegiatan Prioritas Nasional; dany atau
b. Kebijakan Prioritas Pemerintah Yang Telah Ditetapkan.
Pasal9
ayat (1) merupakan
Kebijakan Prioritas
khususnya bidang
(1) Hasil Optimalisasi dapat digunakan untuk hal-hal
bersifat prioritas, mendesak, kedaruratan, atau yang
dapat ditunda.
(2) Prioritas sebagaimana dimaksud pada
Kegiatan Prioritas Nasional darr/ atau
Pemerintah Yang Telah Ditetapkan
infrastruktur.
yang
tidak
(3) Mendesak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
Kegiatan-Kegiatan yang harus segera dilaksanakan sebagai
akibat adanya kebijakan pemerintah yang ditetapkan dalam
sidang kabinet atau rapat di tingkat Menteri Koordinator.
(4) Kedaruratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan Kegiatan-Kegiatan yang harus segera
dilaksanakan sebagai akibat adanya bencana atau Keadaan
Kahar dan belum direncanakan sebelumnya.
(5) Tidak dapat ditunda sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan Kegiatan-Kegiatan yang harus dilaksanakan dan
apabila tidakdilaksanakan akan menimbulkan biaya yang
lebih besar, belum direncanakan sebelumnya, dan ditetapkan
dalam sidang kabinet atau rapat di tingkat
Menteri Koordinator.
(6) Sisa Anggaran Swakelola dapat digunakan untuk hal-hal
yang bersifat prioritas, mendesak, kedaruratan,' atau yang
tidak dapat ditunda.
, ' .
(7) Prioritas, mendesak, kedaruratan, atau yang tidak dapat
ditunda sebagaimana dimaksud pada ayat (6) merupakan
'Kegiatan-kegiatan Kementeriany Lernbaga yang telah
ditetapkan: dalam Rencana Kerja Kementerianj Lernbaga
danyatau kebijakan pemerintah yang ditetapkan dalam tahun
anggaran berjalan.
,.-i
I
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 11 -
(8) Penggunaan Hasil Optimalisasi dan/ atau Sisa Anggaran
Swakelola sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (6)
dilaksanakan melalui:
a. pergeseran dalam 1 (satu) Keluaran, 1 (satu) Kegiatan, dan
1 (satu) Satker dan/ atau pergeseran antar Keluaran, dalam
1 (satu) Kegiatan dan 1 . (satu) Satker sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) huruf a dan huruf b;
b. pergeseran dalam Keluaran yang sama, dalam Kegiatan
yang sama dan antar Satker dany atau pergeseran antar
Keluaran, Kegiatan yang sama dan antar Satker
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) huruf c dan
huruf d; atau
c. Pergeseran antar Kegiatan dalam satu Satker dan/ atau
Pergeseran antar Kegiatan dan antar Satker sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) huruf e dan huruf f.
(9) Penggunaan Hasil Optimalisasi dan/ atau Sisa Anggaran
Swakelola sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (6)
harus dilengkapi Surat Pernyataan Penggunaan Hasil
Optimalisasi/Sisa Anggaran Swakelola yang ditandatangani
oleh Kuasa Pengguna Anggaran.
(10) Format Surat Pernyataan Penggunaan Hasil
Opstimalisasi/Sisa Anggaran Swakelola sebagaimana
dimaksud pada ayat (9) tercantum dalam Lampiran 1 yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri
ini. - .
Bagian Ketiga
Perubahan Rincian Anggaran Yang Disebabkan Penambahan Atau Pengurangan
Pagu Anggaran Belanja Termasuk Pergeseran Rincian Anggaran Belanjanya
Pasall0
(1) Perubahan rincian anggaran .. yang disebabkan adanya
kelebihan realisasi PNBP di atas target yang direncanakan
dalam APBN sebagaimana dimaksud dalam Pasal4 ayat (1)
huruf a merupakan tambahan alokasi anggaran yang dapat
digunakan oleh Kementeriarr/Lembaga,
(2)Perubahan rincian anggaran yang disebabkan adanya
kelebihan realisasi PNBP di atas target yang direncanakan
dalam APBN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersifat
menambah pagu anggaran belanja Tahun Anggaran 2013 dan
diatur dengan ketentuari sebagai berikut:
~ I
MENTERI KEUANGAN
REPUBLlI< iNDONESIA
- 12 -
a. dapat digunakan oleh KementerianjLembaga penghasil
sesuai dengan ketentuan izin penggunaan yang berlaku;
b. adanya jenis PNBP baru yang ditetapkan dalam Peraturan
Pemerintah dan penerimaan serta penggunaan dari jenis
PNBP dimaksud belum tercantum dalam APBN;
c. adanya Keputusan Menteri Keuangan mengenai
persetujuan penggunaan sebagian dana yang berasal dari
PNBP yang baru, atau tambahan be saran (persentase)
persetujuan penggunaan sebagian dana PNBP;
d. adanya kontrakjkerjasamajnota kesepahaman' atau
dokumen yang dipersamakan; danj atau
e. adanya Satker PNBPjBLU baru.
Pasal 11
(1) Perubahan rincian anggaran yang disebabkan adanya
lanjutan pelaksanaan Kegiatan yang dananya bersumber dari
PHLN danj atau PHDN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
ayat (1) huruf b bersifat menambah pagu anggaran belanja
Tahun Anggaran 2013.
(2) Perubahan rincian anggaran yang disebabkan adanya
lanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dilakukan sepanjang PHLNjPHDN belum closing date.
(3) Lanjutan pelaksanaan Kegiatan yang dananya bersumber
dari-Pl-Il.N danjatau PHDN sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) tidak termasuk pinjaman proyek baru yang belum
dialokasikan dalam APBN Tahun Anggaran 2013 serta
pinjaman Iuar negerijpinjaman dalam negeri yang bukan
merupakan kelanjutan dari proyek tahun jamak.
Pasal 12
(1) Perubahan rincian anggaran, yang disebabkan adanya
Percepatan Penarikan PHLN danj atau PHDN sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4, ayat (1) huruf c merupakan
optimalisasi pemanfaatan dana yang 'bersumber, dari PHLN
danj atau PHDN dan bersifat menambah pagu anggaran
belanja Tahun Anggaran 2013.
(2) Percepatan Penarikan PHLN danj atau PHDN sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tidak termasuk pinjaman proyek baru
yang belum dialokasikan dalam APBN Tahun Anggaran 2013.
~ I
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 13 -
Pasal 13
(1) Perubahan rincian anggaran yang disebabkan adanya
perierimaan . HLN/HDN setelah Undang-Undang mengenai
APBN Tahun Anggaran 2013 ditetapkan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf d merupakan
HLN/HDN yang diterima oleh Pemerintah c.q. Kernenterian
Keuangan dan dilaksanakan oleh Kementeriarr/Lembaga dan
bersifat menambah pagu anggaran belanja Tahun Anggaran
2013.
(2) Penerimaan HLN/HDN setelah Undang-Undang mengenai
APBN Tahun Anggaran 2013 ditetapkan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), rincian peruntukannya dituangkan
dalam dokumen RKA-K/L dan diajukan oleh
Kernenterian/ Lembaga.
Pasal14
(1) Perubahan rincian anggaran yang disebabkan adanya
penerimaan hibah langsung dalam bentuk uang sebagaimana
dimaksud dalam ,Pasal 4 ayat (1) huruf e merupakan
HLN/HDN . dalam bentuk uang yang diterima setelah
Undang-Undang mengenai APBN Tahun Anggaran 2013
ditetapkan dan dilaksanakan secara langsung oleh
Kementeriarr/Lernbaga dan bersifat menarnbah pagu
anggaran belanja Tahun Anggaran 2013.
(2) Tata cara pencatatan dan pelaporan untuk penerimaan hibah
langsung dalam bentuk uang sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), dilaksanakan sesuai ketentuan dalam Peraturan
Menteri Keuangan mengenai mckanisme pengelolaan hibah.
Pasal15
(1) Perubahan rincian anggaran yang disebabkan adanya
penggunaan anggaran belanja ryang : bersurnber dari PNBP
di atas pagu APBN untuk Satker BLU sebagaimana dimaksud ,
dalam Pasal 4 ayat (1) huruf f merupakan tambahan alokasi
anggaran yang dapat digunakan oleh Satker BLU dan bersifat
, menambah pagu anggaran belanja Tahun Anggaran 2013.
(2) Tambahan. alokasi anggaran yang dapat digunakan oleh
Satker BLU sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersurnber
dari:
a. realisasi PNBP di atas target yang direncanakan; dan/ atau
b. periggunaan saldo BLU dari tahun sebelurnnya.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 14 -
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara Revisi Anggaran
tentang penggunaan anggaran belanja yang bersumber dari
PNBP di atas pagu APBN untuk Satker BLU sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Direktur
Jenderal Perbendaharaan.
Pasal16
(1) Perubahan rincian anggaran yang disebabkan adanya
pengurangan alokasi pmjaman proyek luar negeri
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf g
bersifat mengurangi pagu anggaran belanja Tahun Anggaran
2013.
(2) Pengurangan alokasi pmjaman proyek luar negeri
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam hal:
a. paket Kegiatanjproyek yang didanai dari pinjaman luar
. negeri telah selesai dilaksanakan, target kinerjanya telah
tercapai dan sisa alokasi anggarannya tidak diperlukan
lagi;
b. terjadi perubahan penjadwalan pembiayaan (cost table)
yang disetujui oleh pemberi Pinjaman; atau
c. adanya pembatalan alokasi pinjaman luar negeri.
(3) Dana Rupiah Murni Pendamping (RMP) yang telah
dialokasikan untuk paket Kegiatanjproyek sebagaimana
dimaksud pada ayat(2) dapat digunakanjdirealokasi untuk
mendanai Rupiah Murni Pendamping (RMP) pada paket
Kegiatanjproyek yang lain atau -diubah menjadi Rupiah
Murni untuk mendanai kegiatan prioritas lain dan menambah
volume Keluaran.
Pasal 17
(1) Perubahan rincian anggaran yang disebabkan adanya
perubahan pagu anggaran pembayaran Subsidi Energi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf h
merupakan tambahan alokasi anggaran yang diberikan untuk
memenuhi pembayaran 8ubsidiEnergi dan bersifat
menambah pagu anggaran belanja Tahun Anggaran 2013.
(2) Tambahan. alokasi anggaran yang diberikan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. merupakan selisih antara alokasi yang telah ditetapkan
dalam APBN dengan hasil perhitungan sesuai perubahan
parameter;
b. diberikan setelah mendapat persetujuan Menteri Keuangan;
dan .
~ I
.
MENTERIKEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 15 -
c. tata cara pembayaran subsidi dilaksanakan sesuai
ketentuan dalam Peraturan Menteri Keuangan yang
mengatur mengenai tata cara pembayaran subsidi di
bidang energi. .
Pasal 18
Perubahan rincian anggaran yang disebabkan perubahan pagu
anggaran pembayaran bunga utang sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 ayat (1) huruf i merupakan tambahan alokasi
anggaran dalam rangka pembayaran bunga utang karena adanya
perubahan kurs termasuk pemenuhan kewajiban yang timbul
dari transaksi lindung nilai.
Bagian Keempat
Perubahan atau Pergeseran Rincian Anggaran Dalam Hal Pagu Anggaran Tetap
Pasal 19
(1) Perubahan karena pencairan bloldr/ tanda bintang (*)
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) huruf g
merupakan penghapusan sebagian atau seluruh blokir/tanda
bintang (*) pada alokasi yang ditetapkan dalam RKA-K/L
untuk mendanai suatu Kegiatan.
(2) Pencairan blokirZtanda bintang (*) sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) terdiri atas:
a. penghapusan blokir Ztanda bintang (*) kareria telah
dilengkapinya dokurnen pendukung yang dipersyaratkan;
danZatau
b. penghapusan blokirj tanda bintang (*) terhadap Kegiatan
yang sudah jelas peruntukannya namun masih terpusat.
(3) Pencairan blokir / tanda bintang (*) sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dapat 'dilakukan setelah persyaratan dipenuhi
dengan lengkap.
Pasal20
(1)
(2)
Pergeseran anggaran dalam rangka penyelesaian inkracht
. sebagaimana dirnaksud dalam Pasal 5 ayat (3) huruf h
merupakan kewajiban pengeluaran yang timbul sehubungan
dengan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan
hukum tetap.
Pergeseran anggaran dalam rangka penyelesaian inkrachi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) rnerupakan tanggung
jawab Kernenterianj'Lembaga.
~ I
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK iNDONESIA
- 16 -
(3) Pergeseran anggaran dalam rangka penyelesaian inkrachi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan
antarjenis belanja dan/ atau antarjenis Kegiatan dalam satu
program dany atau antarprogram dalam satu Kernenteriarr/
Lembaga.
Pasal21
(1) Penggunaan dana. output cadangan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 ayat (3) huruf i merupakan pemanfaatan
kernbali alokasi anggaran yang telah dialokasikan .dalam
RKA-K/L dan belumjelas peruntukannya,
(2) Penggunaan dana output cadangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dapat digunakan dengan ketentuan sebagai ~ ~
berikut:
a. mendanai kebutuhan biaya operasional Satker;
b. mendanai prioritas nasional yang belum dialokasikan
sebelumnya;
c. menambah volume ouput prioritas nasional;
d. percepatan pencapaian output prioritas nasional;
e. mendanai kegiatan yg bersifat mendesak, kedaruratan
atau yang tidak dapat ditunda; dan/ atau
f. mendanai kebutuhan prioritas Kementerian/Lembaga,
(3) Pergeseran anggaran dalam rangka penggunaan output
cadangan dapat dilakukan dalam Kegiatan yang sarna
dan/ atau antar Kegiatan dalam satu Program.
Pasal22
(1) Penambahan/perubahan rumusan kinerja sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) huruf j dapat dilakukan
dalam rangka meningkatkan kinerja Kementerian /Lembaga
darr/ atau menindaklanjuti adanya perubahan tugas fungsi.
(2) PenambahanZperubahan rumusankinerja sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. penambahan Zperubahan rumusan Keluaran; darr/atau
b. penambahanyperubahan rumusan selain . rumusan
Keluaran.
(3) Penambaharr/perubahan rumusan Keluaran sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf a dapat dilakukan:
a. sebagai akibat adanya penyempurnaan rumusan
.11omenklatur, perubahan tugas fungsi unit dan! atau
aclanya tambahan penugasan; clan
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK iNDONESIA
- 17 -
b. sepanjang tidak mengubah pagu anggaran dan tidak
mengurangi volume Keluaran Kegiatan Prioritas Nasional
dan/atau Kebijakan Prioritas Pemerintah Yang Telah
Ditetapkan.
(4) Tata cara penambaharr/perubahan rumusan Keluaran
sebagaimana . dimaksud pada ayat (3) diatur dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. usulan penambahanZperubahan rumusan Keluaran
diajukan oleh Sekretaris .Jenderaly Sekretaris Utama./
Sekretaris/ Pejabat Eselon I Kementerian/Lembaga
kepada Direktur Jenderal Anggaran;
b. hasil penambahanZperubahan rumusan Keluaran sebagai
dasar untuk melakukan perubahan database
RKA-K/L/DIPA;dan
c. berdasarkan perubahan database RKA-K/L/DIPA menjadi
dasar pengajuan revisi RKA-K/L dan revisi DIPA kepada
Direktur Jenderal Anggaran.
(5) PenambahanZperubahan rumusan selain rumusan Keluaran
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dapat
dilakukan:
a. sebagai akibat adanya reorganisasi atau penyempurnaan
perumusan nomenklatur antara lain nomenklatur
program, indikator kinerja program, kegiatan, indikator
kinerja kegiatan, fungsi, perubahan tugas fungsi unit
darr/utau adanya tambahan penugasan; dan
b. sepanjang tidak mengubah pagu anggaran dan tidak
mengurangi volume Keluaran Kegiatan Prioritas Nasional
dan/ atau Kebijakan Prioritas Pemerintah Yang Telah
Ditetapkan.
(6) Tata cara penambahanyperubahan rumusan selain rumusan
Keluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (5) diatur dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. usulan penarnbahanZperubahan rumusan selain rumusan
Keluaran diajukan oleh Sekretaris Jenderal/ Sekretaris
Utamay Sekretaris /Pejabat Eselon I Kementerian/Lembaga
kepada Direktur Jenderal Anggaran dan Deputi Pendanaan
PembangunanBappenas;
b. penambaharr/perubahan rumusan selain rumusan
Keluaran dapat ditetapkan sepanjang telah disepakati
dalam pertemuan tiga pihak antara Kementerian
Perencanaan, Kementerian Keuangan, dan Kementerian/
Lembaga yang bersangkutan;
c.hasil penambahany perubahan rumusan selain rumusan
Keluaran sebagai dasar untuk melakukan perubahan
database RKA-KL/DIPA; dan
I
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 18 -
d. berdasarkan perubahan database RKA-KL/DIPA menjadi
dasar pengajuan revisi RKA-K/L dan revisi DIPA kepada
Direktur Jenderal Anggaran..
Pasal23
(1) Perubahan komposisi sumber pendanaan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) huruf k dapat dilakukan
dalam rangka efisiensi pendanaan dan/ atau percepatan
pencapaian kinerja sebuah Kegiatan.
(2) Perubahan komposisi sumber pendanaan sebagaimana
dirnaksud pada ayat (I) dapat dilakukan dalam hal:
a. sumber dana yang direncanakan sulit untuk dipenuhi;
b. terdapat sumber dana lain yang biayanya lebih murah;
c. Kegiatan harus segera dilaksanakan; dany atau
d. adanya perubahan kebijakan Pemerintah.
Pasal24
(1) Pergeseran anggaran dari BA BUN Pengelolaan Belanja
Lainnya (BA 999.08) ke Bagian Anggaran K/L sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 ayat (4) huruf a bersifat insidentil
dan menambah pagu anggaran belanja Kementeriarr/Lembaga
Tahun Anggaran 2013 namun tidak menjadi dasar
perhitungan untuk penetapan alokasi anggaran tahun
berikutnya.
(2) Tata cara Revisi Anggaran untuk pergeseran anggaran belanja
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai
ketentuandalam Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur
mengenai tata cara pergeseran anggaran belanja dari
BA 999.08 ke bagian anggaran kementerian/Iembaga,
Pasal25
(1) Pergeseran antar subbagian anggarandalam Bagian Anggaran
999 (BA BUN) sebagaimana dimaksudrlalam Pasal 5 ayat (4)
huruf b merupakan pergeseran anggaran yang dilakukan
dalam rangka memenuhi kewajiban Pemerintah selaku
pengelola fiskal.
(2) Pergeseran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan hanya untuk subbagian Bagian Anggaran 999
(BA BUN) mengenai belanja meliputi BA 999.02, BA 999.07,
BA 999.08, dan BA 999.99.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 19 -
Pasal26
(1) Pergeseran anggaran dan penambahan volume 'Keluaran
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (5) huruf a dapat
dilakukan sepanjang tidak mengurangi volume Keluaran
dalam DIPA termasuk dalam rangka addendum kontrak
sampai dengan 10% (sepuluh persen) dari nilai kontrak.
(2) Pergeseran anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat dipenuhi melalui pergeseran:
a. dalam 1 (satu) Keluaran, 1 (satu) Kegiatan dan 1 (satu)
Satker;
b. antar Keluaran, 1 (satu) Kegiatan dan 1 (satu) Satker;
c. dalam Keluaran yang sama, Kegiatan yang sarna dan antar
Satker;
d. antar Keluaran, Kegiatan yang sama dan antar Satker;
e. antar Kegiatan dalam 1 (satu) Satker; atau
f. antar Kegiatan dan antar Satker.
Pasal27
(1) Pergeseran anggaran dan volume Keluaran tetap sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 ayat (5) huruf b dapat dilakukan
sepanjang tidak mengurangi volume Keluaran dalam DIPA. '
(2) Pergeseran anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat dipenuhi melaluipergeseran:
a. dalam 1 (satu) Keluaran, 1 (satu) Kegiatan dan 1 (satu)
Satker;
b. antar Keluaran, 1 (satu) Kegiatan dan 1 (satu) Satker;
c. dalarn Keluaran yang sarna, Kegiatan yang sama dan antar
Satker;
d. antar Keluaran, Kegiatan yang sama dan antar Satker;
e. antar Kegiatan dalam 1 (satu) Satker; atau
f. antar Kegiatan dan antar Satker.
Pasal28
(1) Pergeseran antar jenis belanja sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 ayat (5) huruf c dapat dilakukan sepanjang tidak
mengurangi volume Keluaran dalam DIPA.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 20 -
(2) Pergeseran anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat dipenuhi melalui pergeseran:
a. dalam I (satu) Keluaran, 1 (satu) Kegiatan dan 1 (satu)
Satker;
b. antar Keluaran, 1 (satu) Kegiatan dan 1 (satu) Satker;
c. dalam Keluaran yang sarna, Kegiatan yang sarna dan antar
Satker; atau
d. antar Keluaran, Kegiatan yang sama dan antar Satker.
Pasal29
(1) Pergeseran anggaran dalam rangka memenuhi kebutuhan
biaya operasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
ayat (5) huruf d dapat dilakukan sepanjang tidak mengurangi
volume Keluaran dalam DIPA.
(2) Pergeseran anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat dipenuhi melalui pergeseran :
a. dalam 1 (satu) Keluaran, 1 (satu) Kegiatan dan I (satu)
Satker;
b. antar Keluaran, 1 (satu) Kegiatan dan 1 (satu) Satker;
c. dalam Keluaran yang sarna, Kegiatan yang sarna dan antar
Satker;
d. antarKeluaran, Kegiatan yang sarna dan antar Satker;
e. antar Kegiatan dalam 1 (satu) Satker; atau
f. antar Kegiatan dan antar Satker.
Pasal30
(1) Pergeseran anggaran dalam rangka memenuhi kebutuhan
selisih kurs sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (5)
huruf e, merupakan pergeseran anggaran rupiah karena
adanya kekurangan alokasi anggaran untuk pembayaran
biaya operasional Satker perwakilan di luar negeri atau
pembayaran sebuah kontrak dalam valuta asing sebagai
akibat adanya selisih kurs.
(2) Pergeseran anggaran dalam rangka memenuhi kebutuhan
selisih leurs sebagaimana dimaksud pada ayat(l) dapat
dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. merupakan selisih antara nilai kurs yang digunakan dalam
APBN dengan nilai kurs pada saat transaksi dilakukan;
b. selisih tersebut terjadi setelah kontrak ditandatangani;
vAjl
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 21 -
c. pergeseran alokasi anggaran yang dilakukan paling tinggi
sebesar nilai kontrak dikalikan dengan selisih kurs
sebagaimana dimaksud pada huruf a; dan
d. kebutuhan anggaran 'untuk mernenuhi selisih kurs
menggunakan alokasi anggaran KementerianjLembaga
yang bersangkutan.
(3) Pergeseran anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat dipenuhi melalui pergeseran :
a. antar Keluaran, 1 (satu) Kegiatan dan 1 (satu) Satker;
b. dalam Keluaran yang sama, Kegiatan yang sarna dan antar
Satker;
c. antar Ke1uaran, Kegiatan yang sarna dan antar Satker;
d. arrtar Kegiatan dalam 1 (satu) Satker; atau
e. antar Kegiatan dan antar Satker.
Pasal31
(1) Pergeseran anggaran dalam rangka penye1esaian tunggakan
tahun yang lalu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (5)
huruf f dapat dilakukan sepanjang tidak mengurangi volume
Keluaran dalam DIPA.
(2) Dalam hal jumlah seluruh tunggakan per DIPA per Satker
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) nilainya
Rp500.QOO.OOO,OO (lima ratus juta rupiah) ke atas, harus
dilampiri hasil verifikasi dad BPKP setempat.
(3) Pergeseran anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat dipenuhi melalui pergeseran :
a. antar Keluaran, 1 (satu) Kegiatan dan 1 (satu) Satker;
b. dalam Keluaran yang sarna, Kegiatan yang sarna dan antar
Satker;
c. antar Ke1uaran, Kegiatan yang sarna dan antar Satker;
d. antar Kegiatan dalam 1 (satu) Satker; atau
e. antar Kegiatan dan antar Satker.
Pasal32
(1) Pergeseran rincian anggaran untuk Satker BLU yang sumber
dananya berasal dad PNBP sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 ayat (5) huruf g dapat dilakukan dalam rangka
mempercepat pencapaian kinerja Satker BLU.
~ I
MENTERI KEUANGAN
REPUBLlI< INDONESIA
- 22 -
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara Revisi Anggaran
mengenai pergeseran rincian anggaran untuk Satker BLU
yang sumber dananya berasal dari PNBP sebagaimaria
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Direktur
Jenderal Perbendaharaan, '
Pasal33
(1)
(2)
Pergeseran dalam satu provlnsi/Jcabupatenykota untuk
Kegiatan dalam rangka Tugas Pembantuan dan Urusan
Bersama, atau dalam satu provinsi untuk Kegiatan dalam
rangka Dekonsentrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
ayat (5) huruf h dapat dilakukan dalam hal terjadi perubahan
prioritas atau kebijakan dari Kementeriarr/Lembaga.
Pergeseran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dilakukan setelah mendapat persetujuan dari Unit Eselon I
Kementeriarr/ Lembaga yang memberi penugasan atau
pelimpahan.
Pasal34
(1) Pergeseran anggaran dalam rangka pembukaan kantor baru
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (5) huruf i dapat
dilakukan dalam hal ketentuan mengenai pembentukan
kantor baru sudah mendapat persetujuan dari Kementerian
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.
(2) Pergeseran anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan melalui pergeseran anggaran dari DIPA Petikan
Satker Induk ke DIPA Petikan Satker baru.
(3) Pergeseran anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat dipenuhi melalui pergeseran :
a. dalam Keluaran yang sarna, Kegiatan yang sarna dan antar
Satker;
b. antar Keluaran, Kegiatan yang sarna dan antar Satker:
atau
c. antar Kegiatan dan antar Si3.tker:' ' "
Pasal35
(1) Pergeserari anggaran dalam rangka penyelesaian Kegiatan-
Kegiatan pembangunan infrastruktur serta rehabilitasi dan
rekonstruksi, bencana alam tahun 2012 sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 ayat (5) huruf j dapat dilakukan
sepanjang tidak mengurangi volume Keluaran dalam DIPA.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 23 -
(2) Pergeseran anggaran sebagairnana dirnaksud pada ayat (1)
pendanaannya bersumber dari pagu ' anggaran
Kernerrteriarry Lerribaga yang bersangkutan Tahun .Anggai-ari
2013,
(3) Tata cara Revisi Anggaran untuk pergeseran anggaran
sebagairnana dirnaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai
ketentuan dalarn Peraturan Menteri Keuangan yang merigatur
mengenai pelaksanaan sisa pekerjaan tahun berkenaan yang
dibebankan pada Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)
tahun anggaran berikutnya.
Pasal36
(1) Pergeseran anggaran dalarn rangka tanggap darurat bencana
sebagairnana dirnaksud dalarn Pasal 5 ayat (5) huruf k dapat
digunakan untuk rnendanai pelaksanaan rnitigasi bencana,
tanggap darurat, dan penanganan pasca bencana.
(2) Pergeseran anggaran dalarn rangka tanggap darurat bencana
sebagairnana dimaksud pada ayat (1) diajukan oleh Pengguna
Anggararr/Kuasa Pengguna Anggaran dengan dilerigkapi
alasan yang dapat dipertanggungjawabkan.
(3) Pergeseran anggaran sebagairnana dirnaksud pada ayat (1)
dapat dipenuhi rnelalui pergeseran:
a. dalarn Keluaran yang sarna, Kegiatan yang sarna dan antar
Satker;
b. antar Keluaran, Kegiatan yang sarna dan antar Satker;
atau
c. antar Kegiatan dan antar Satker.
BAB III
KEWENANGAN DAN TATACARA REVISI ANGGARAN
Bagian Kesatu
Revisi Anggaran Pada Direktorat Jenderal Anggaran
Pasal37
(1)' Revisi Anggaran yang dilaksanakan pada Direktorat Jenderal
Anggaran ineliputi:
a. perubahan rincian anggaran yang disebabkan
penarnbahan atau pengurangan pagu anggaran belanja
tcrrriasuk pergeseran rincian anggaran belanjanya;
b. perubahan atau pergeseran rincian anggaran dalarn hal
, pagu anggaran tetap; darr/ atau
c. 'perubahanl ralat karena kcsalahan adrninistrasi.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 24 -
(2) Revisi Anggaran yang dilaksanakan pada Direktorat Jenderal
Anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
sebagai akibat adanya:
a. kelebihan realisasi PNBP di atas target yang direncanakan
dalam APBN;
b. lanjutan pelaksanaan Kegiatan yang dananya bersumber
dari PI-ILN darr/utau PHDN;
c. percepatan Penarikan PHLN dan Zatau PHDN;
d. penerimaan HLN/HDN setelah Undang-Undang mengenai
APBN Tahun Anggaran 2013 ditetapkan;
e. pengurangan alokasi pinjaman proyek luar negeri;
f. perubahan pagu anggaran pembayaran Subsidi Energi;
dan Zatau
g. perubahan pagu anggaran pembayaran bunga utang.
(3) Revisi Anggaran yang dilaksanakan pada Direktorat Jenderal
Anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri
atas:
a. pergeseran antar Keluaran, Kegiatan yang sarna dan antar
Satker dan/ atau pergeseran antar Kegiatan dan antar
Satker;
b. pergeseran anggaran dari BA BUN Pengelolaan Belanja
Lainnya (BA 999.08) ke Bagian Anggaran K/L;
c. pergeseran antar subbagian anggaran dalam Bagian
Anggaran 999 (BA BUN);
d. perubahan karena pencairan blokir/tanda bintang (*)
meliputi:
1. penghapusan blokir / tanda bintang (*) karena telah
dilengkapinya dokumen pendukung yang
dipersyaratkan; atau
2. penghapusan blokiry tanda bintang {"k} terhadap
Kegiatan yang. sudah jelas peruntukannya namun
masih terpusat; ..
e. pergeseran anggaran dalam rangka penyelesaian inkrachi;
f. penggunaan dana Output Cadangan;
g. penambahan/Perubahan Rumusan Kinerja; darr/ atau
h. perubahan komposisi sumber pendanaan.
(4) Revisi Anggaran yang dilaksanakan pada Direktorat Jenderal
Anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
meliputi ralat pencantuman volume, jenis, dan satuan
Keluaran yang berbeda antara RKA-K/L dan RKP atau hasil
kesepakatan DPR-RI dengan Pemerintah.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 25 -
Pasal38
(1) Mekanisme Revisi Anggaran pacta Direktorat Jencteral
Anggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (2) dan
ayat (3) huruf b, huruf c, huruf d, huruf e, huruf f, huruf g,
dan huruf h dapat dilakukan dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. Kuasa Pengguna Anggaran menyampaikan usulan
Revisi Anggaran kepada Sekretar'is .Jcnderal/ Sekretaris
Utamay Sekretaria/Pejabat Eselon I Kemeriteriarr/Lembaga
yang dilampiri dokumen pendukung berupa: '
1. Surat Usulan Revisi Anggaran yang dilampiri matriks
perubahan (semula-menjadi).
2. SPTJM yang ditandatangani oleh KPA;
3. ADK RKA-K/L DIPA Revisi;
4. Surat Pernyataan Penggunaan Hasil Optimalisasi/Sisa
Anggaran Swakelola dalam hal Revisi Anggaran berasal
dari Hasil Optimalisasi/Sisa Anggaran Swakelola;
danZatau
5. dokumen pendukung terkait,
b. Sekretaris Jenderal/ Sekretaris Utama/ Sekretaris /Pejabat
Eselon I Kementerian/Lernbaga meneliti usulan Revisi
Anggaran dan vkelerigkapan dokumen yang disampaikan
oleh Kuasa Pengguna Anggaran.
c. Dalam hal usulanRevisi Anggaran yang diajukan oleh
Kuasa Pengguna Anggaran mengakibatkan perubahan
pagu . anggaran, Sekretaris Jenderal/Sekretaris
Utama/Sekretads/Pejabat Eselon I Kementerian/Lembaga
terlebih dahulu melakukan koordinasi/konsultasi dengan
unit Inspektorat terkait.
d. Berdasarkan hasil koordinasiykonsultasi, Sekretaris
Jenderal/Sekretaris Utamaj'Sekretaria/Pejabat Eselon I
Kementerian/Lembaga menyampaikan usulan Revisi
Anggaran kepada Direktur Jerideral Anggaran dengan
melampirkan dokumen pendukung 'berupa:
1. Surat Usulan Revisi Anggaran yang dilampiri matriks
perubahan (semula-menjadi);
2. SPTJM yang ditandatangani oleh pejabat Eselon I;
3. ADK RKA-K/L DIPA Revisi Satker; dan
4. SPTJM yang ditandatangani oleh KPA.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 26 -
(2) Direktorat Jenderal Anggaran meneliti usulan Revisi Anggaran
serta kelengkapan dokumen yang dipersyaratkan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) lruruf d.
(3) Dalam hal usulan Revisi Anggaran yang disampaikan tidak
sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf d, Direktorat Jenderal Anggaran mengeluarkan surat
penolakan usulan Revisi Anggaran. .
(4) Dalam hal usulan Revisi Anggaran yang disampaikan dapat
disetujui dan tidak mengakibatkan perubahan pagu DIPA
Induk, Direktur Anggaran 1/ Direktur Anggaran II/ Direktur
Anggaran III menetapkan:
a. Revisi DHP RKA-K/L; dan
b. surat pengesahan Revisi Anggaran yang dilampiri notifikasi
dari sistem.
(5) Dalam hal usulan Revisi Anggaran yang disampaikan dapat
disetujui dan mengakibatkan perubahan pagu DIPA Induk,
Direktur Anggaran I/Direktur Anggaran II/Direktur Anggaran
III:
a. menetapkan Revisi DHP RKA-K/L; dan
b. mencetak Revisi DIPA Induk dan disampaikan kepada
Sekretaris Jenderal/ Sekretaris Utama/ Sekretaris/Pejabat
Eselon I Kementeriari/Lembaga untuk ditandatangani.
(6) Berdasarkan Revisi DIPA Induk yang telah ditandatangani
oleh-Sekretaris J enderal / Sekretaris Utama/ Sekretaris /Pejabat
Eselon I Kementerian/Lernbaga sebagaimana dimaksud pada
ayat (5) huruf b, Direktur Jenderal Anggaran atas nama
Menteri Keuangan mengesahkan Revisi DIPA Induk dengan
meriandatangani Revisi SP DIPA Induk.
(7) Berdasarkan Revisi DIPA Induk yang telah disahkan oleh
Direktur Jenderal Anggaran, Direktur Anggaran I/Direktur
Anggaran II/Direktur Anggaran III menetapkan sural
pengesahan Revisi Anggaran yang dilampiri notifikasi dari
sistem.
(8) Proses Revisi Anggaran pada .Jenderal Anggaran
sebagaimana dimaksud pacla ayat (2), ayat (3), ayat (4), ayat
(5), ayat (6), dan ayat (7) diselesaikan paling lambat 5 (lima)
had kerja setelahdokumen diterima secara lengkap.
MENTERIKEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 27 -
Pasal39
(1) Mekanisrne Revisi Anggaran pada Direktorat Jenderal
Anggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal37 ayat (3)
huruf a dan ayat (4) dapat dilakukan dengan ketentuan:
a. Kuasa Pengguna Anggaran menyampaikan usulan Revisi
Anggaran kepada Sekretaris Jenderal/Sekretaris
Utamay Sekretaria/Pejabat Eselon I Kementerian /Lernbaga
dengan melampirkan dokumen pendukung berupa:
1. Surat Usulan Revisi Anggaran yang dilampiri matriks
perubahan [semula-menjadi);
2. SPTJM yang ditandatangani oleh KPA;
3. ADKRKA-K/L DIPA Revisi;
4. Surat Pernyataan Penggunaan Hasil Optimalisasi/Sisa
Anggaran Swakelola dalam hal Revisi Anggaran berasal
dari hasil optimalisasi/ sisa anggaran swake1ola;
darr/ atau
6. dokumen pendukung terkait.
b. Sekretaris .Jenderal/ Sekretaris Utama/ Sekretaris /Pejabat
Eselon I Kementcriarr/Lembaga meneliti usulan Revisi
Anggaran dan kelengkapan dokumen pendukung dari
Kuasa Pengguna Anggaran.
c. Berdasarkan hasil penelitian usulan Revisi Anggaran
Sekretaria J enderal/ Sekretaris UtarnaySekretaris/Pejabat
Eselon I menyampaikan usulan Revisi Anggaran kepada
Direktur Jenderal Anggaran yang dilampiri dokumen
pendukung berupa:
1. Sprat Usulan Revisi Anggaran yang dilampirimatriks
perubahan (semula-menjadi};
2. SPTJM yang ditandatangani oleh pejabat Eselon I;
3. ADK RKA-K/L DIPA Revisi Satker; dan
4. SPTJM yang ditandatangani .oleh Kuasa . Pengguna
Anggaran. .
(2) . Direktorat Jenderal Anggaran meneliti usulan Revisi Anggaran
serta kelengkapan dokumen yang dipersyaratkan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c.
(3) Dalam hal usulan Revisi Anggaran yang disampaikan tidak
sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf c, Direktorat .JenderalAnggaran mengeluarkan surat
penolakan usulan Revisi Anggaran.
--vy/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 28 -
(4) Dalam hal usulan Revisi Anggaran yang disampaikan dapat
disetujui, Direktur Anggaran I/Direktur Anggaran II/Direktur
Anggaran III menetapkan:
a. Revisi DHP RKA-K/L; dan
b. surat pengesahan Revisi Anggaran yang dilampiri notifikasi
dari sistem.
(5) Proses Revisi Anggaran pada Direktorat Jenderal Anggaran
sebagaimana dimakaud pada ayat (2), ayat (3) dan ayat (4)
diselesaikan paling lambat 1 (satu) hari kerja setelah
dokumen diterima secara lengkap.
Pasal4b
Mekanisme Penyelesaian Revisi Anggaran sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 38 dan Pasal 39 tercantum dalam Lampiran II yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal41
(1) Dalam hal usulan Revisi Anggaran yang diajukan oleh
Kementeriarr/Lembaga memuat substansi yang meliputi
kewenangan Direktorat Jenderal Anggaran dan Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Direktorat
Jenderal Anggaran memproses /menyelesalkan Revisi
Anggaran yang diusulkan.
(2) Ketentuan mengenai tata cara pengajuan Revisi Anggaran
pada Direktorat Jenderal Anggaran sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 38 dan Pasal 39 berlaku mutatis mutandis dalam
pengajuan Revisi Anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat
(1). .
Bagian Kedua
Revisi Anggaran Pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan
Pasal42
(1) Revisi Anggaran yang dilaksanakan pada Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Perbendaharaan nieliputi:
a. perubahan rincian anggaran yang disebabkan
penambahan atau pengurangan pagu anggaran belanja
termasuk pergeseran rincian anggaran belanjanya;
b. perubahan atau pergeseran rincian anggaran dalam hal
pagu anggaran tetap; dan/ atau
c. perubaharr/ralar karena kesalahan administrasi.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK iNDONESIA
- 29 -
(2) Revisi Anggaran yang dilaksanakan pada Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Perbendaharaan sebagaimanadimaksud
pada ayat (1) huruf a terdiri atas:
a. penerimaan hibah langsung dalam bentuk uang; dan/ atau
b. penggunaan anggaran belanja yang bersumber dari PNBP
di atas pagu APBNuntuk Satker BLU.
(3) Revisi Anggaran yang dilaksanakan pada Kantor Wilayah
Direktorat .Jerideral Perbendaharaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) hurufb terdiri atas:
a. pergeseran dalam 1 (satu) Keluaran, 1 (satu) Kegiatan dan
1 (satu) Satker;
b.' pergeseran antar Keluaran, 1 (satu) Kegiatan dan 1 (satu)
Satker; dan
c. pergeseran antar Kegiatan dalam 1 (satu) Satker.
(4) Revisi Anggaran yang 'dilaksanakan pada Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Perbendaharaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf c meliputi:
a. ralat kode akun sesuai kaidah akuntansi sepanjang dalam
peruntukan dan sasaran yang sarna;
b. ralat kcde Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara
(KPPN);
c. perubahan nomenklatur bagian anggaran dan/ atau Satker
sepanjang kode tetap;
d. ralat kode nomor register PI-ILN/PHDN;
e. ralat kode kewenangan;
f. ralat kcde lokasi; dan/ atau
g. ralat cara penarikan PHLN/PHDN.
Pasal43
(1) Kuasa Pengguna Anggaran menyampaikan usulan Revisi
Anggaran kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Perbendaharaan dilengkapi dokumen pendukung berupa:
a. Surat Usulan Revisi Anggaran yang dilampiri matriks
perubahan (semula-menjadi};
.b. SPTJM yang ditandatangani oleh Kuasa Pengguna
Anggaran; dan
c. ADK RKA-K/L DIPA Revisi.
MENTERIKEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 30 -
(2) Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan
meneliti usulan Revisi Anggaran serta kelengkapan dokumen
yang dipersyaratkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Dalam hal usulan Revisi Anggaran yang disampaikan tidak
sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dan ayat (2), Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Perbendaharaan mengeluarkan surat penolakan usulan Revisi
Anggaran,
(4) Dalam hal usulan Revisi Anggaran yang disampaikan dapat
disetujui, Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Perbendaharaan menetapkan surat pengesahan Revisi
Anggaran yang dilampiri notifikasi dari sistem, paling lambat
1 (satu) hari kerja setelah dokumen diterima secara lengkap.'
(5) Mekanisme penyelesaian Revisi Anggaran sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) tercantum
dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Menteri ini.
Bagian Ketiga
Revisi Anggaran Pada Unit Eselon I Kementerian/Lembaga
Pasal44
(1) Revisi Anggaran yang dilaksanakan pada Unit Eselon I
Kementerian/Lembaga meliputi:
a. pergeseran dalam Keluaran yang sama, Kegiatan yang
sarna dan antar Satker;
b. pergeseran antar Keluaran, Kegiatan yang sama dan antar
Satker; dan/ atau
c. pergeseran antar Kegiatan dan antar Satker.
(2) Revisi Anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat
disampaikan kepada Direktorat Jenderal .Anggaran.
Pasal45
(1)
,
(1) Kuasa Pengguna Anggaran menyampaikan usulan Revisi
. Anggaran kepada Unit Eselon I Kementerian /Lernbaga
dilengkapi dokumen pendukung berupa:
a. Surat Usulan Revisi Anggaran yang dilampiri matriks
perubahan (sernula-menjadi].
b. SPTJM yang ditandatangani oleh Kuasa Pengguna
Anggaran;
c. ADK RKA-K/L DIPA Revisi;
MENTERIKEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 31 -
d. TOR dan RAB; dan
e. Surat Pernyataan Penggunaan Hasil Optimalisasi/Sisa
Anggaran Swakelola dalam hal Revisi Anggaran berasal
dari Hasil Optimalisasi/Sisa Anggaran Swakelola.
(2) Unit Eselon I. Kementeriarr/Lembaga meneliti usulan Revisi
Anggaran dan memeriksa kelengkapan dan kebenaran
dokumen pendukung yang disampaikan.
(3) Berdasarkan hasil penelitian dan pemeriksaan usulan Revisi
Anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Eselon I
Kementerian/Lembaga menyampaikan usulan Revisi
Anggaran kepada Direktorat Jenderal Anggaran untuk
mendapat pengesahan.
(4) Ketentuan mengenai tata cara pengajuan Revisi Anggaran
pada Direktorat Jenderal Anggaran sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 39 berlaku mutatis mutandis dalam pengajuan
Revisi Anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (3).
(5) Mekanisme penyelesaian Revisi Anggaran sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (5)
tercantum dalam Lampiran IV yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Bagian Keempat
Revisi Anggaran Pada Kuasa Pengguna Anggaran
Pasal46
(1) Revisi Anggaran yang dilaksanakan pada Kuasa Pengguna
Anggaran merupakan Revisi Anggaran dalam hal pagu
a n g ~ a r a n tetap meliputi: .
a. pergeseran dalam 1 (satu) Keluaran, 1 (satu) Kegiatan dan.
1 (satu) Satker; dan/ atau
b. pergeseran antar Keluaran, 1 (satu) Kegiatan dan 1 (satu]
Satker.
(2) Revisi Anggaran sebagaimana dirnaksud pada ayat (1)
dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut: '
. a. dalam hal Revisi Anggaran mengakibatkan perubahan
DIPA Petikan.. Kuasa Pengguna Anggaran menyampaikan
usul Revisi Anggaran kepada Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Perbendaharaan; dan
b. dalam hal Revisi Anggaran tidak mengakibatkan
perubahan DIPA Petikan;: Kuasa Pengguna Anggaran
mengubah ADK RKA-Satker berkeriaan melalui aplikasi
.RKA-K/L-DIPA, mencetak Petunjuk Operasional Kegiatan
(POK), dan Kuasa Pengguna Anggaran menetapkan
perubahan POE:.
fJ
""'"


MENTERI KEUANGAN
REPUBLII< INDONESIA
- 32 -
(3) Ketentuan mengenai tata cara pengajuan Revisi Anggaran
pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan
sebagaimana dimaksud dalarn Pasal 43 berlaku mutatis
mutandis dalam pengajuan Revisi Anggaran sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf a. .
(4) Mekanisme penyelesaian Revisi Anggaran pada Kuasa
Pengguna Anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
ayat (2), dan ayat (3) tercantum dalam Lampiran V yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri
1n1,
Bagian Kelima
Revisi Anggaran Yang Memerlukan Persetujuan DPR-RI
Pasa147
(1) Revisi Anggaran yang memerlukan persetujuan DPR-RI
meliputi:
a. tambahan Pinjaman Proyek Luar NegerijPinjaman Dalam
Negeri baru setelah Undang-Undang mengenai APBN
Tahun Anggaran 2013 ditetapkan;
b. pergeseran anggaran antar Program selain untuk
memenuhi kebutuhan Biaya Operasional dan penyelesaian
inlcracht;
c. perges.eran anggaran antar Kegiatan yang tidak berasal dari
Hasil Optimalisasi danj atau Sisa Anggaran Swakelola;
d. pergeseran anggaran yang mengakibatkan perubahan Hasil
Program;
e. penggunaan anggaran yang harus mendapat persetujuan
DPR-RI terlebih dahulu;
f. pencairan blokirjtanda bintang (*) yang dicantumkan oleh
DPR-RI termasuk pencairan blokir yang tidak sesuai
dengan rencana peruntukanrpenggunaannya; danjatau
g. pergeseran antar provinsijkabupatenjkota untuk Kegiatan
dalam rangka Tugas Pembantuan dan Urusan Bersama,
atau antarprovinsi untuk Kegiatan dalam rangka
Dekonsentrasi.
(2) Revisi Anggaran yang memerlukan persetujuan DPR"RI
diajukan oleh Sekretaris Jenderalj Sekretaris Utamaj
SekretarisjPejabat Eselon I KementerianjLembaga kepada
Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Anggaran untuk
selanjutnya dimintakan persetujuan dari DPR-RI.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 33 -
(3) Revisi Anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan o!eh Menteri Keuangan c.q. Direktur Jendera!
Anggaran sete!ah mendapat persetujuanDPR-RI.
(4) Ketentuan mengenai tata cara pengajuan Revisi Anggaran
pada Direktorat Jendera! Anggaran sebagaimana dimaksud
dalam Pasa! 38 dan Pasa! 39 berlaku mutatis mutandis da!am
pengajuan Revisi Anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat
(1). .
Pasa!48
Daftar rincian ruang !ingkup, kewenangan penye1esaian Revisi
Anggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasa! 4, Pasa! 5, dan
Pasa! 6 serta persyaratan Revisi Anggaran sebagaimana dimaksud
da!am Pasa! 38, Pasa! 39, dan Pasa! 45 tercantum da!am
. Lampiran VI yang merupakan bagian tidak terpisahkan dad
Peraturan Menteri ini.
Pasa!49
Format surat usu!an Revisi Anggaran sebagaimana dimaksud
da!am Pasa! 38, Pasa! 39, Pasa! 43, Pasa! 45, dan Pasa! 47
tercantum da!am Lampiran VII yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasa!50
Format SPTJM sebagaimana dimaksud da!am Pasa! 38, Pasa! 39,
Pasa! 43, Pasa! 45, dan Pasa! 47 tercantum da!am Lampiran VIII
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri
ini. . .
Pasa! 51
Format Surat Pengesahan Revisi
dimaksud da!am Palm! 38, Pasa! 39,
da!am Lampiran IX yang vrnerupakan
dari Peraturan Menteri ini.
,
Anggaran sebagaimana
dan Pasa! 43 tercantum
bagian tidak terpisahkan
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 34 -
Bagian Keenam
Batas Akhir Penerimaan Usul Revisi Anggaran
Pasal52
(1) Batas akhir penerimaan usul Revisi Anggaran untuk
Tahun.Anggaran 2013 ditetapkan sebagai berikut:
a. tangga1 11 Oktober 2013, untuk 'Revisi Anggaran pada
Direktorat Jenderal Anggaran; dan
b. tangga1 18 Oktober 2013, untuk Revisi Anggaran pada
Kantor Wilayah Direktorat Jendera1 Perbendaharaan.
(2) Dalam hal Revisi Anggaran berkenaan dengan:
a, Kegiatan yang dananya bersumber dari PLN, HLN, dan HDN
serta Pinjaman Dalam Negeri;
b. Kegiatan dalam lingkup BA BUN termasukpergeseran
anggaran dari BA 999.08 ke Bagian Anggaran K/L dan
pergeseran antar subbagian anggaran dalam Bagian
Anggaran 999 (BABUN); dany atau
c. Kegiatan-Kegiatan yang membutuhkan dataj dokumen yang
harus mendapat persetujuan dari unit eksternal
KementerianyLembaga seperti persetujuan DPR,
persetujuan Menteri Keuangan, hasil audit eksterna1, dan
sejenisnya,
batas akhir penerimaan usu1 Revisi Anggaran oleh Direktorat
Jendera1 Anggaran ditetapkan 5 (lima) hari kerja sebe1um
batas akhir pengajuanpencairan anggaran sebagaimana diatur
da1am ketentuan . mengenai 1angkah-1angkah akhir Tahun
Anggaran 2013.
(3) Da1am hal ketentuanmengenai 1angkah-1angkah akhir Tahun
Anggaran 2013 sebagaimana dimaksud pada ayat (2) be1um
diterbitkan, batas akhir penerimaan usu1 Revisi Anggaran oleh
Direktorat .Jenderal Anggaran ditetapkan paling lambat tangga1
16 Desember 2013.
(4) Pada saat penerimaan usu1 Revisi Anggaran sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), seluruh dokumen te1ah
diterima secara 1engkap.
(5) Ketentuan mengenai tata cara pengajuan Revisi Anggaran pada
Direktorat Jendera1 Anggaran sebagaimana dimaksud dalam
Pasa1 38 dan Pasa1 39 ber1aku mutatis mutandis da1am
pengajuan Revisi Anggaran sebagaimana dimaksud pada
ayat (2).
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 35 -
BABIV
PENYAMPAIAN PENGESAHAN REVISI ANGGARAN
Pasal53
Penyampaian Pengesahan Revisi Anggaran diatur dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. Pengesahan Revisi Anggaran yang ditetapkan oleh Direktur
Jenderal Anggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 dan
Pasal 39, disampaikan kepada Kuasa Pengguna Anggaran yang
bersangkutan dan KPPN terkait dan tembusan kepada;
1. MenterijPimpinan Lembaga;
2. Ketua Badan Pemeriksa Keuangan;
3. Gubernur;
4. Direktur Jenderal Perbendaharaan c.q. Direktur Akuntansi
dan Pelaporan Keuangan dan Direktur Pelaksanaan
Anggaran; dan
5. Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan
terkait.
b. Pengesahan Revisi Anggaran yang ditetapkan oleh Kepala
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43, disampaikan kepada
Kuasa Pengguna Anggaran yang bersangkutan dan KPPN
terkait dan tembusan kepada:
1. MenterijPimpinan Lembaga;
2. Ketua Badan Pemeriksa Keuangan;
3. Gubern'ur;
4. Direktur Jenderal Anggaran; dEl.11
5. Direktur Jenderal Perbendaharaan c.q. Direktur Akuntansi
dan Pelaporan Keuangan . dan Direktur P e l a k s a n a a ~
Anggaran.
BABV
PELAPORAN REVISI ANGGARAN KEPADA DPR-RI
Pasal54
(1) Setiap Revisi Anggaran yang ditetapkan dalam perubahan
DHP RKA-K/L dan DIPA Induk sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 38 dan Pasal 39 tembusannya disarnpaikan kepada
DPR-RI oleh Direktur Jenderal Anggaran atas nama Meriteri
Keuangan.
vfl
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 36 -
(2) Seluruh Revisi Anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaporkan kepada DPR-RI dalam APBN-Perubahan danj atau
Laporari Keuangan PemerintahPusat (LKPP).
(3) Revisi Anggaran yang dilaporkan dalam APBN-Perubahan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan Revisi
Anggaran yang dilakukan sebelum APBN-Perubahan diajukan
kepada DPR-RI.
(4) Revisi Anggaran yang dilaporkan dalam LKPP sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) merupakan seluruh Revisi Anggaran
yang dilakukan sepanjang Tahun Anggaran 2013.
BAB VI
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal55
(1) Dalam hal terdapat paket pekerjaan yang alokasi anggarannya
diblokir/ dibintang (*) sebagai akibat belum dilengkapi
TOR/RAB dan sampai dengan akhir bulan Maret 2013 Kuasa
Pengguna Anggaran tidak melengkapi dokumen yang
dipersyaratkan, alokasi anggaran yang diblokir/ dibintang (*)
tersebut tidak dapat digunakan sampai dengan akhir Tahun
Anggaran 2013.
(2) Paket pekerjaan yang alokasi anggarannya diblokir/ dibintang
(*) sebagairnana dimaksud pada ayat (1) tidak termasuk paket
. pekerjaan yang sudah jelas peruntukannya namun
pelaksanaannya memerlukan syarat dan kondisi tertentu.
Pasal56
(1) Dalam hal terdapat pagu minus terkait pembayaran gaji dan
tunjangan yang melekat pada gaji untuk Tahun Anggaran
2013, pagu minus tersebut harus diselesaikan melalui
mekanisme revisi DIPA. '
'(2) Penyelesaian pagu minus melalui mekanisme revisi DIPA
Tahun Anggaran 2013' sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan penyesuaian administratif. '
(3) Penyelesaian pagu minus sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diatur dengan .ketentuan sebagai berikut:
a. selisih minus dipenuhi melalui pergeseran anggaran dari
sisa anggaran pada Satker yang bersangkutan;
b. dalam hal sisa anggaran pada Satker yang bersangkutan
tidak mencukupi, selisih minus dipenuhi, melalui
pergeseran anggaran antar Satker dalam satu Program;
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 37 -
c. dalam hal selisih minus tidak dapat. dipenuhi melalui
pergeseran anggaran antar Satker dalam satu Program,
selisih minus dipenuhi rnelalui pergeseran anggaran antar
Program dalam satu bag,ian anggaran; dan/ atau
d. dalam hal selisih minus tidak dapat dipenuhi melalui
pergeseran . anggaran antar Program dalam satu bagian
anggaran, selisih minus dipenuhi melalui BA 999.0"8.
(4) Mekanisme penyelesaian pagu minus sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) huruf a dan huruf b diajukan kepada Kepala
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan dengan
ketentuan mengikuti tata tara pengajuan Revisi Anggaran
pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43. .
(5) Mekanisme penyelesaian pagu minus sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) huruf c dan huruf d diajukan kepada Direktur
Jenderal Anggaran dengan ketentuan mengikuti tata cara
pengajuan Revisi Anggaran pada Direktorat Jenderal
Anggaran sebagaimana dimaksud dalam .Pasal 38 dan
Pasal39.
(6) Batas akhir penyelesaian pagu minus sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) paling lambat tanggal 30 Desember 2013.
Pasal57
Dalam rangka memperoleh data yang akurat, Direktorat Jenderal
Anggaran. dan Direktorat Jenderal Perbendaharaan melakukan
pernutakhiran data anggaran (rekonsiliasi) berdasarkan revisi
DIPA yang telah disahkan paling sedikit 3 (tiga) bulan sekali.
BAB VII
KETENTUAN PENUTUP
Pasa158
Ketentuan teknis yang diperlukan dalarn rangka pe1aksanaan
Revisi Anggaran Tahun Anggaran 20 13sebagaimana diatur dalam
Peraturan Menteri ini diatur lebih Ianjut oleh Direktirr Jenderal
Anggaran dan Direktur Jenderal Perbendaharaan secara bersama-
sama maupun sendiri-sendiri sesuai dengan kewenangannya.
Pasal59
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 49/PMK.02/2012 tentang Tata Cara Revisi
Anggaran Tahun Anggaran 2012, dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku.
MENTERlI<EUANGAN
REPUBLlI< INDONESIA
- 38 -
Pasal 60
Ketentuan mengenai tata cara Revisi Anggaran yang diatur dalam
Peraturan Menteri ini masih tetap berlaku sebagai acuan tata cara
Revisi Anggaran untuk Tahun Anggaran 2014, sampai dengan
ditetapkannya pengganti Peraturan Menteri ini.
Pasal61
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita
Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal6 Februari 2013
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
AGUS D.W. MARTOWARDOJO
Diundangkan di .Jakarta
pada tanggal6 Februari 2013
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIATAHUN 2013 NOMOR 212
LAMPIRAN I
PERATURAN MENTERI l{(WANGAN REPUBLll{ INDONESIA
NOMOR 32/PMK.02/2013
TENTANG
TATA CARA REVISI ANGGARAN TAHVN ANGGARAN 2013
MENTEni J(EUANGAN
HEPUBUI\ INDONESIA
FORMAT SURAT PERNYATAAN PENGGUNAAN HASIL OPTIMALISASI
ATAU SISA ANGGARAN SWAKELOLA
LOGO (I) KEMENTERIAN/LEMBAGA (2)}
UNIT ESELON I (3) KOP Kementeriany Lembaga
Alamat (4)
SURAT PERNYATAAN PENGGUNAAN HASIL OPTIMALISASI
ATAU SISA ANGGARAN SWAKELOLA
NOMOR: (5)
r Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : (6)
NIP/NRP : (7)
Jabatan : Kuasa Pengguna Anggaran
Dengan ini menyatakan dan bertanggungjawab secara penuh atas hal-hal sebagai
berikut:
1. Berdasarkan Kontrak nomor........ tanggaI....... atau Kegiatan
Swakelola (8) terdapat Hasil Optimalisasi/Bisa Anggaran Swakelola
sebesar Rp (9)
2. Hasil Optimalisasi /Sisa Anggaran Swakelola sebesar Rp (10) akan
digunakan untuk mendanai Kegiatan yang bersifat (11) sebagaimana
...- diusulkan melalui surat Nomor: S- / /2013 tanggaI 2013 sebagai
tindak lanjut ....... (12)
Dernikian pernyataan ini dibuat dengan penuh tanggung jawab, Apabila
dikemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar dan menimbulkan kerugian
negara, saya bertanggung jawab dan bersedia menyetorkan kerugian negara
tersebut ke Kas Negara.
.. , 2013 (13)
Yang Membuat Pernyataan
Kuasa Pengguna Anggaran
(nama lengkap) (14)
N1P/NRP .
MENTEI11 KEUANGAN
REI'UBLlI( INDONESIA-
- 2 -
Keterangan:
1. Diisi dengan logo KementerianjLembaga.
2. Diisi dengan nomenklatur KementerianjLembaga.
3. Diisi dengan Unit Eselon I pengusul revisi.
4. Diisi dengan alamat KementerianjLembaga.
5. Diisi dengan nomor surat pernyataan.
6. Diisi dengan nama Kuasa Pengguna Anggaran.
7. Diisi dengan NIPjNRP Kuasa Pengguna Anggaran.
8. Diisi dengan rumusan Kegiatan yang dikontrakan, nomor dan tanggal kontrak
atau rumusan Kegiatan Swakelola, yang menghasilkan Hasil OptimalisasijSisa
Anggaran.
9. Diisi dengan total Hasil Optimalisasij Sisa Anggaran Swakelola.
10. Diisi dengan jumlah anggaran yang berasal dari Hasil OptimalisasijSisa
Anggaran Swakelola yang akan digunakan.
11. Diisi dengan PRIORITAS, MENDESAK, KEDARURATAN, danjatau YANG TIDAK
DAPAT DITUNDA sesuai kriteria penggunaan Hasil OptimalisasijSisa Anggaran
Swakelola.
12. Diisi dengan alasanjpertimbanganjdasar kebijakan penggunaan Hasil
OptimalisasijSisa Anggaran Swakelola sebagaimana diatur dalam ketentuan
Pasal 9 ayat (1) Peraturan Menteri Keuangan ini, contoh: Keputusan sidang
kabinet tanggal. ..... atau Keputusan rapat yang dipimpin oleh Menteri
Koordinator Bidang PerekonomianjKesejahteraan
13. Diisi dengan tempat dan tanggal surat pernyataan.
14. Diisi dengan nama lengkap KPA dan NIPjNRP.
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
AGUS D.W. MARTOWARDOJO
LAMPIRAN lJ
PERATURAN MENTERl KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 32/PMK.02/2013
TENTANG
TATA CARA REVISl ANGGARAN TAHUN ANGGARAN 2013
MENTERlI<ElJANGAN
REPUBLlI( INDONESIA
MEKANISME PENYELESAIAN REVISI ANGGARAN
PADA DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN
.. Pencetakau
DHPRt\A-
K!L.
y
l'!l:)tlfik"si darl ststem l
"" lHH'setllju.\u revlsh
11 Rode- dig.iti\I st'l.lttP yg
bam.
" D:\I'.\mh111):lt'-'\
hel1.lb:1h:
... Cet:\k DWA rltdttl: 4--"
DIP:!!
uulul(
.. SUI'>\t VN':Htlllu'ot"
llllmnptfl
NiI\ifiltl\,,1.
N
Keterangan:
1. Eselon I menyiapkan usulan-usulan Revisi Anggaran dan melengkapi
dokumen pendukung.
2. DJA meneliti surat usulan Revisi Anggaran dan kelengkapan dokumen
pendukung.
3. DJA meneliti apakah usulan Revisi Anggaran K/L memerlukan persetujuan
DPR. Jika memerlukan persetujuan akan diajukan ke DPR melalui Menteri
Keuangan untuk mendapat persetujuan.
4. DalaITI hal Revisi Anggaran tidak memerlukan persetujuan DPR atau hanya
kewenangan DJA, dilakukan pengecekan jenis revisi apakah mengubah pagu
anggaran Kementeriarr/Lembaga. DalaITI hal tidak mengubah pagu anggaran
Kementeriarr/Lembaga (Pasal 5 ayat (2) huruf d dan f), tidak dilakukan
penelaahan.
5. DJA melakukan penelaahan dengan Kementeriany l.embaga untuk usulan
revisi yang menyebabkan pagu anggaran Kementeriau/Lembaga berubah.
MENTERlI(EUANGAN
REPUGLII( INDONESIA
- 2 -
6. Dalam hal:
1. dokumen pendukung tidak lengkap;
2. penelaahan Revisi Anggaran ditolak; atau
3. DPR tidak menyetujui usulan Revisi Anggaran
DJA akan menetapkan Surat Pemberitahuan Penolakan Revisi Anggaran dan
menyampaikannya ke Eselon I.
7. Dalam hal:
1. penelaahan atau penelitian kelengkapan Revisi Anggaran disetujui; atau
2. DPR menyetujui usulan Revisi Anggaran
DJA Wean menerbitkan DHP RKA-K/L Revisi.
8. Berdasarkan DHP RKA-K/L Revisi, DJA akan mengunggah ADK RKA-K/L-
DIPA Revisi untuk memperbarui database.
9. Setelah di upload, server akan memberikan notifikasi persetujuan revisi dan
menerbitkan kode digital stamp barn.
10. Dalam hal Revisi Anggaran menyebabkan Pagu Anggaran berubah diterbitkan
DIPA Induk baru dan disahkan Direktur Jenderal Anggaran atas nama
Menteri Keuangan.
11. DJA menerbitkan surat persetujuan revisi yang dilampiri notifikasi sistem.
12. Eselon I menerima persetujuan revisi dari DJA dan melaksanakan kegiatan
sesuai persetujuan revisi.
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
AGUS D.W. MARTOWARDOJO
LAMf'I.Ri\N IU
PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 32/PMK.02/2013
TENTANG
TATA CARA REVISI ANGGARAN TAHUN ANGGARAN 2013
MENTERlI(EUANGAN
REPUBUI( INDONESIA
MEKANISME PENYELESAIAN REVISI ANGGARAN
PADA KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN
Menelltl Surat usnlau revlsl
enggarau dan kelengkapau
Dokumeu pendukuugr
Surnt Usulan Revlsi Anggaranr
S P T J ~ I ,
ADK RKA-K/L DIPA RevIs!,
Surat pernyatann Penggnnaan
HO <10m Slsa Auggarnu Swakelola
i
1iI Upload ke sei...E."1'
RIVI-K/lrDIPA
Suratpengesnhan revlsi,
dllamphf Notfffkast.
Norifikasl dart slstem : 'IjiIiJ'
peugesahan revlsf
Kode digital stamp yg baru.
Keterangan:
1. KPA/Eselon I menyiapkan usulan Revisi Anggaran yang menjadi kewenangan
Kanwil DJPBN dengan dilengkapi dokumen pendukung.
,,,,--
2. Kanwil DJPBN meneliti usulan Revisi Anggaran dan kelengkapan dokumen
pendukung.
3. Dalam hal Revisi Anggaran ditolak, Kanwil DJPBN akan menerbitkan surat
penolakan Revisi Anggaran.
4. Dalam hal Revisi Anggaran disetujui, Kanwil DJPBN akan me1akukan upload
ADK RKA-K/L DIPA ke server.
5. Setelah ADK RKA-K/L DIPA divalidasi oleh sistem, secara otomatis akan
diterbitkan notifikasi dan kode digital stamp baru sebagai tanda pengesahan
Revisi Anggaran.
6. Kanwil DJPBN menyampaikan surat persetujuan yang dilampiri notifikasi
pengesahan Revisi Anggaran.
7. KPA me1aksanakan kegiatan berdasarkan pengesahan Revisi Anggaran dari
Kanwil DJPBN
MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
AGUS D.W. MARTOWARDOJO
LAMPrRAN IV
PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA'
NOMOR 32jPMK.02j2013
TENTANG
TATACARA REVISI ANGGARAN TAHUN ANGGARAN 2013
MENTER! I<EUANGAN
REPUBLII( INDONESIA
MEKANISME PENYELESAIAN REVISI ANGGARAN
PADA UNIT ESELON I KEMENTERIAN/LEMBAGA
-t-felnmpil'an: 0
II Surat Usulanrevlsl.;
SPTjN,
ADK RKA-K/L DIPA
Revtsf
II TOR dan RAB
Surar pernyataau
Penggunaan HO dan Sisa
Anggarnn Swakelolu
Menelltt Surat nsulau
I'evlsi;
Mengecek keweuaugau,
II Nemeriksa keleugkapau
Dokumeu pendukungr
Bselou I menylapkatu
Surat usulau revlsl,
Upd"teADKRKA-K/l.;
SPTjlol.
Surat pernyataau Pengguuaan HO
dan stsn Auggaran Swakelola
Keterangan:
1. KPA menyiapkan usulan Revisi Anggaran yang menjadi kewenangan Eselon I
beserta data dukung.
2. Eselon I menerima usulan Revisi Anggaran meneliti surat usulan, mengecek
kewenangan Revisi Anggaran, serta memeriksa kelengkapan dokumen
pendukung.
3. Eselon I menyiapkan surat usulan Revisi Anggaran yang dilengkapi dokumen
pendukung sebagai dasar bagi DJA untuk mengesahkan dan meng-update
sistem database.
4. Berdasarkan usulan Revisi Anggaran Eselon I, DJA melakukan update
database RKA-K/L DIPA dan mengesahkan Revisi Anggaran.
MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
AGUS D.W. MARTOWARDOJO
LAMPlRA.N V
PERATURAN MENTERl KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 32/PMK.02/2013
TENTANG
TATACARAREVISl ANGGARAN 'rABUN ANGGARAN 2013
MENTERlI\EUANGAN
REPUBUK INDONESIA
MEKANlSME PENYELESAIAN REVISl ANGGARAN
PADA KUASA PENGGUA ANGGARAN
_41
Melakuknn revtsi 'i .
auggaran. _-
Update ADK RKA-K/L;
Cet"kPOK;
Menetapkau POl\.
y
.....,.
y
<E--
KPA uienytepkam
Suratnsulau revlsh

K/L. uut tuenyusuu
Narriks Semula-
Menladl;
Update ADK RKA-K/L;
Dokumen pendukuugi
SPTIM.
.j,N
y
.....,.
N
Keterangan:
1. KPA melakukan Revisi Anggaran sesuai dengan kewenangannya.
2. KPA meneliti apakah Revisi Anggaran yang dilakukan KPA mengubah DIPA
Petikan atau tidak.
3. Dalam hal DIPA Petikan tidak berubah, KPA meng-update ADK RKA-K/L DIPA
serta mencetak dan menetapkan POJ(. Dalam hal Revisi Anggaran
mengakibatkan perubahan DlPA Petikan, KPA menyiapkan usulan Revisi
Anggaran beserta dokumen pendukungnya.
4. Dalam hal Satker yang direvisi merupakan Satker BLU dan pagu Satker tidak
berubah, Kanwil DJPBN akan langsung menyelesaikan revisi RKA-K/L DlPA.
5. Dalam hal Satker yang direvisi bukan merupakan Satker BLU dan pagu
Satker berubah, revisi RKA-K/L DlPA diteruskan ke Eselon I untuk diproses
lebih lanjut.
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
AGUSD.W. MARTOWARDOJO
LAMPIRAN III
PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLlK INDONESIA
NOMOR 32jPMK.02j2013
TENTANG
TATA CARA REVISI ANGGARAN TAHUN ANGGARAN 2013
MENTERII<EUANGAN
REPUBLlI( INDONESIA
MEKANISME PENYELESAIAN REVISI ANGGARAN
PADA KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN
Surat Usulau Revisi Anggaram
SPTIM:
ADK DIPARevlsl;
Surnt pernyataan Peuggunaan
HOdanSlsn Anggarnn Swakeloln
sumr peuolakan revlsl,
Nenelltt Surat usulau revlsl
nnggamu dimkelengknpan
Dokmuen pendukungr
1
upload k('sen'el'
'L-EHPA
Suratpengesahan revtsl,
dtlamplrt Notfflkasl.
Noriflkasl dart stsrem :
pengesahau revlsh
Kode digital stamp yg barn.
Keterangan:
1. KPA/Eselon I menyiapkan usulan Revisi Anggaran yang menjadi kewenangan
Kanwil DJPBN dengan dilengkapi dokumen pendukung.
2. Kanwil DJPBN meneliti usulan Revisi Anggaran dan kelengkapan dokumen
pendukung.
3. Dalam hal Revisi Anggaran ditolak, Kanwil DJPBN akan menerbitkan surat
penolakan Revisi Anggaran.
4. Dalam hal Revisi Anggaran disetujui, Kanwil DJPBN akan melalrukan upload
ADK RKA-K/L DIPA ke server.
5. Setelah ADK RKA-K/L DIPA divalidasi oleh sistern, secara otomatis akan
diterbitkan notifikasi dan kode digital stamp baru sebagai tanda pengesahan
Revisi Anggaran:
6. Kanwil DJPBN menyampaikan surat persetujuan yang dilampiri notifikasi
pengesahan Revisi Anggaran.
7. KPA melaksanakan kegiatan berdasarkan pengesahan Revisi Anggaran dari
Kanwil DJPBN
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
AGUS D.W. MARTOWARDOJO
LAMPlRAN VI
PEHATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 32/PMIC02/2013
mNTANG
TATA CARA REVISI ANGGARAN TAHUN ANGGARAN 2013
MENTERI ICEUANGAN
REPUBLlIC INDONESIA
DAFTAR RINCIAN RUANG LINGKUP, KEWENANGAN PENYELESAIAN DAN
PERSYARATAN REVISI ANGGARAN
1. DAFTAR REVISI ANGGARAN YANG DISEBABKAN PENAMBAHAN ATAU
PENGURANGAN PAGU ANGGARAN BELANJA TERMASUK PERGESERAN
RINCIAN ANGGARAN BELANJANYA
Kelebihan reaIisasi PNBP di atas target yang PasaI 4
direncanakan daIam APBN. Persyaratan yang ayat (1)
harus diIampirkan yaitu:
a. Surat usuIan Revisi Anggaran yang dilampiri
matriks perubahan (semuIa-menjadi)
termasuk matriks perubahan target PNBP;
b. SPTJM;
c. Copy DIPA terakhir;
d. Revisi RKA-K/L;
e. ADK RKA-K/L DIPA;
f. TOR dan RAB; dan
SSBP dan NTPN.
2.
3.
Lanjutan pelaksanaan Kegiatan y811g dananya
bersumber dari PHLN danyatau PHDN.
Persyaratan yang h81'uS dilampirkan yaitu:
a. Surat usulan Revisi Anggaran yang dilampiri
Matriks perubahan (semula-menjadi);
b. SPTJM;
c. Copy DIPA terakhir;
d. Revisi RKA-K/L;
e. ADK RKA-K/L DIPA; dan
f. Sisa PHLN dan/atau PHDN y811g ditanda
tangani kepaIa KPPN.
Percepatan penarikan PHLN darr/atau PHDN.
Persyaratan yang harus diIampirkan yaitu:
a. Surat usulan Revisi Anggaran yang diIampiri
Matriks perubahan (semula-menjadi);
b. SPTJM;
c. Copy DIPA terakhir;
d. Revisi RKA-K/L;
e. ADK RKA-K/L DIPA; dan
f. AWP yang disetujui Lender.
PasaI 4
ayat (1)
PasaI 4
ayat (1)
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIKINDONESIA
- 2 -
4. Penerimaan HLN/HDN setelah Undang-Undang Pasal4 .y
mengenai APBN Tahun Anggaran 2013. ayat (1)
Persyaratan yang harus dilarnpirkan yaitu:
, a. Surat usulan Revisi Anggaran dilampiri .
Matriks perubahan (semula-menjadi);
b. SPTJM;
c. ADK RKA-K/L DIPA; dan
d. Nomor register.
5.
6.
7.
8.
Penerimaan hibah langsung dalam bentuk uang.
Persyaratan yang harus dilampirkan yaitu:
a. Surat usulan Revisi Anggaran dilampiri
Matriks perubahan (semula-menjadi];
b. SPTJM; dan
c. ADK RKA-K/L DIPA.
Penggunaan anggaran belanja yang bersumber
dari PNBP di atas pagu APBN untuk Satker BLU.
Persyaratan yang harus dilampirkan yaitu:
a. Surat usulan Revisi Anggaran dilampiri
Matriks perubahan (semula-menjadi);
b. SPTJM; dan
c. ADK RKA-K/L DIPA.
Pengurangan alokasi PHLN darr/ atau PHDN.
Persyaratan yang harus dilampirkan yaitu:
a. Surat usulan Revisi Anggaran dilampiri
Matriks perubahan (sernula-menjadi};
b. SPTJM;
c. Copy DIPA terakhir;
d. Revisi RKA-K/L; dan
e. ADK RKA-K/L DIPA.
Perubahan pagu anggaran pembayaran Subsidi
Energi. Persyaratan yang harus dilampirkan
yaitu:
a. Surat usulan Revisi Anggaran dilampiri
Matriks perubahan (semula-menjadi);
b. SPTJM;
c. Copy DrPA terakhir;
d. Revisi RKA-K/L;
e. ADK RKA-K/L DIPA; dan
f. Surat persetujuan Menteri Keuangan.
Pasal4
ayat (1)
Pasa14
ayat (1)
Pasal4
ayat (1)
..y
I'
. ,
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK iNDONESIA
- 3 -
.
9. Perubahan pagu anggaran pernbayaran bunga
utang. Persyaratan yang harus dilampirkan
yaitu:
a. Surat usulan Revisi Anggaran dilampiri
Matriks perubahan (semula-menjadi);
b. SPTJM;
c. Dokumen nilai tukar rupiah terhadap valuta
asing sesuai kurs tengah Bank Indonesia;
... d. Copy DIPA terakhir;
e. Revisi RKA-K/L; dan
f. ADK RKA-K/L DIPA.
Pasal4
ayat (1)
~ I
MENTERIKEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 4 -
II. DAF'TAR REVISI ANGGARAN DALAM HAL PAGU ANGGARAN TETAP
A. KEWENANGAN REVISI
1. Pergeseran dalam satu Keluaran,
Kegiatan, dan satu Satker.
2. Pergeseran antar Keluaran,
Kegiatan, dan satu Satker.
satu Pasal 5 ayat (3)
pengeeahen
3. Pergeseran dalam Keluaran yang sarna, Pasal 5 ayat (3) pengesahen
Kegiatan yang sama, dan antar Satker.
4. Pergeseran antar Keluaran,
ang sarna, dan antar Satker.
Kegiatan Pasal 5 ayat (3)
Pengesahan
5. Pergeseran antar Kegiatan dalam satu Pasal 5 ayat (3)
Satker.
6. Pergeseran antar Kegiatan dan antar Pasal 5 ayat (3)
Satker.
Pengesahan
pengesahan
7. Pencairan blokirI tanda bintang ("k).
, Pasal 5 ayat (3)
8. Pergeseran anggaran
penyelesaian inkrachi.
dalam rangka Pasal 5 ayat (3)
dan ayat (4)
rumusan Pasal 5 ayat (3)
9. Penggunaan dana Output Cadangan.
10. Penambaharr/ perubahan
kinerja.
Pasal 5 ayat (3)
11. Perubahan
pendanaan.
komposisi
sumber Pasal 5 ayat (3)
12. Pergeseran anggaran dari BA BUN Pasal 5 ayat (4)
Pengelola Belanja Lainnya (BA 999.08)
ke Bagian Anggaran K/L.
13. Pergeseran antar subbagian anggaran Pasal 5 ayat (4) , .y
dalam Bagian Anggaran 999 (BA BUN).
~ I
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 5 -
B. PERSYARATAN REVISI
Pergeseran anggaran dan volume a.
Keluaran tetap.
2.
3.
Pergeseran anggaran "
penambahan volume Keluaran.
Pergeseran antarjenis belanja,
dan a. Surat usulan Revisi
dilampiri Matriks
(semula-menj adi);
b. SPTJM;
c. Usulan revisi DIPA;
d. ADK RKA-K/L DIPA; dan
e. Adendum kontrak.
Surat usulan Revisi
dilampiri Matriks
(semula-menjadi};
b. SPTJM;
c. Usulan revisi DIPA; dan
d. ADK RKA-K/L DIPA.
a. Surat usulan Revisi
dilampiri Matriks
(semula-menj adi) ;
b. SPTJM;
c. Usulan revisi DlPA; dan
d. ADK RKA-K/L DIPA.
Anggaran
perubahan
Anggaran
perubahan
Anggaran
perubahan
4. Pergeseran
memenuhi
operasional.
anggaran dalarn
kebutuhan
rangka
"biaya
a. Surat usulan Revisi
dilainpiri " Matriks
(semula-menjadi}:
b. SPTJM;
c. Usulan revisi DIPA; dan
d. ADK RKA-K/L DIPA:
Anggaran
perubahan
5. Pergeseran anggaran dalam rangka a. Surat usulan Revisi Anggaran
memenuhi kebutuhan selisih kurs. dilampiri Matriks perubahan "
(semula-menjadi);
b. SPTJM;
c. Usulan revisi DIPA;
d. ADK RKA-K/L DIPA; dan
e. Surat pernyataan mengenai kurs
yang dipakai dan dasar penetapan
kurs. "
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 6 -
Anggaran]
perubahan
6. Pergeseran anggaran dalam rangka
penyelesaian tunggakan tahun yang
lalu.
a. Surat usulan .Revisi
dilampiri Matriks
(semula-menjadi);
b. Sl?TJM;
c. Usulan revisi DIPA;
d. ADK RKA-K/L DIPA; dan
e. Hasil audit BPKP untuk di atas
Rp500juta per masing-masing
Satker.
Anggaran
perubahan
termasuk
Surat usulan Revisi
dilampiri Matriks
(semula-menjadi)
perubahan target PNBP;
b. SPTJM;
Pergeseran rineian anggaran untuk a.
Satker BLU yang sumber dananya
berasal dari PNBP.
7.
e. Surat pernyataan penggunaan Hasil
Optimalisasi;
d. Usulan revisi DIPA;
e. ADK RKA-K/L DIPA; dan
f. SSBP dan NTPN.
8. Pergeseran dalam satu a. Surat usulan Revisi
provinsi/kabupaterr/kota untuk dilampiri Matriks
Kegiatan dalam rangka Tugas (semula-menjadi);
Pembarituan dan Urusan Bersama,b. SPTJM;
atau dalam satu provmsi untuk e. Usulan revisi DIPA;
Kegiatan dalam rangka d. ADK RKA-K/L DIPA; dan
Dekonsentrasi. e. Persetujuan Eselon 1.
Anggaran
perubahan
9. Pergeseran anggaran dalam rangka a. Surat usulan Revisi
pembukaan kantor baru. dilampiri Matriks
(semula-menjadi];
b. SPTJM;
e. Usulan revisi DIPA; dan
d. ADK RKA-K/L DIPA.
Anggaran
perubahan
10. Pergeseran anggaran dalam rangka
penyelesaian kegiatan-kegiatan
pembangunan infrastruktur serta
rehabilitasi dan rekonstruksi
beneana alam tahun 2012.
a. Surat usulan Revisi
dilampiri Matriks
(semula-menjadi);
b. SPTJM;
e. Copy DIPA terakhir;
d. Revisi RKA-K/L;
e. ADK RKA-K/L DIPA; dan
f. TOR dan RAB.
Anggaran
perubahan
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 7 -
Anggaran
perubahan
Surat usulan .Revisi
dilampiri Matriks
(semula-menjadi) ;
b. SJ?TJM;
e. Copy DIPA terakhir;
d. Revisi RKA-K/L;
e. ADK RKA-K/L DIPA;
f. TOR dan RAB; dan
g. Surat pernyataan Pengguna
Anggaran tentang keadaan darurat
beneana.
rangka a, Pergeseran anggaran dalam
tanggap darurat beneana.
11.
12. Pergeseran anggaran
penye1esaian inkrachi.
dalam rangka a. Surat usulan Revisi Anggaran
dilampiri Matriks perubahan
(semula-menjadi);
b. SPTJM;
e. Copy DIPA terakhir:
d. Salinan putusan pengadilan yang
telah berkekuatan hukumtetap; dan
e. ADK RKA-K/L DIPA.
Anggaran
perubahan
Surat usulan Revisi
dilampiri Matriks
(semula-menj adi);
b. SPTJM;
e. ADK RKAcK/L DIPA;
d. TOR/RAB; dan
e. Data dukung lain scsuar tujuan
penggunaan output eadangan.
13. Penggunaan dana Output Cadangan. a.
rumusan a.
14. Penambahan/perubahan
kinerja,
Surat usulan Revisi Anggaran
dilampiri Matriks perubahan
(semula-menjadi);
b. SPTJM; dan
e. ADK RKA-K/L DIPA.
15. Perubahan
pendanaan.
komposisi sumber a. Surat usulan Revisi
dilampiri Matriks
(semula-menjadi);
b. SPTJM; dan
e. ADK RKA-K/L DIPA.
Anggaran
. perubahan
I
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 8 -
16. Pergeseran anggaran dari BA BUN
Pengelola Belanja Lainnya (BA 999.08)
ke Bagian Anggaran K/L.
a. Surat usulan .Revisi . Anggaran .
Matriks perubahan (semula-menjadi);
b. SPTJM; dan
c. ADK RKA-K/L DIPA.
a. Pencairan blokir/ tanda bintang
(,x) karena telah clilengkapinya
syarat administratif.
17. Pergeseran antar subbagian anggaran a. Surat usulan Revisi Anggaran
dalam Bagian Anggaran 999 (BA BUN). dilampiri Matriks perubahan
(semula-menjadi);
b. Usulan revisi DIPA;
c. Matriks perubahan (semula-rnenjadi);
dan
d. ADK RKA-K/L DIPA.
18. Pencairan blokir /tanda bintang (*) a. Surat usulan revisi dilampiri Matriks
terdiri atas: perubahan [semula-menjadi);
b. SPTJM;
c. Revisi RKA-K/L;
d. ADK RKA-K/L DIPA; dan
e. Dokumen penyebab blokir sesuai
keperluan.
Anggaran
perubahan
b. Pencairan blokir terhaclap
kegiatan yang suclah jelas
peruntukannya namun masih
terpusat.
a. Surat usulan Revisi
dilampiri Matriks
(semula-rnenjadi);
b. SPTJM;
c. Daftar distribusi alokasi anggaran;
d. Revisi RKA-K/L; dan
e. ADK RKA-K/L DIPA.
MENTERIKEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 9 -
III. DAFTAR REVISI ANGGARAN KARENA KESALAI-IAN ADMINISTRASI
1.
Ralat kode akun sesuai kaidah akuntansi
sepanjang dalam peruntukan dan sasaran
yang sama. Persyaratan yang harus
dilampirkan yaitu:
a. Surat usulan Revisi Anggaran dilampiri
matriks perubahan (semula-menjadi).
b. SPTJM.
c. UsuIan revisi DIPA.
d. ADK RKA-K/L DIPA.
Pasa16
huruf a
2. Ralat kode Kantor Pe1ayanan Perbendaharaa
Negara (KPPN). Persyaratan yang haru
dilampirkan yaitu:
Pasa16
hurufb
a. Surat usulan Revisi Anggaran
Matriks perubahan . Kode
Pe1ayanan Perbendaharaan
(semula-menjadi);
b. SPTJM;
c. Usulan revisi DIPA; dan
d. ADK RKA-K/L DIPA.
dilampiri
Kantor
Negara
3.
4.
Perubahan nornenklatur bagian anggaran
dan/ atau Satker sepanjang kode tetap.
Persyaratan yang harus dilampirkan yaitu:
a. Surat usulan Revisi Anggaran dilampiri
matriks perubahan nomenklatur BA
dan/ atau Satker (semula-menjadi);
b. SPTJM;
c. Usulan revisi DIPA; dan
d. ADK RKA-K/L DIPA.
Ralat kode nomor register PHLN/PHDN.
Persyaratan yang harus dilampirkan yaitu:
a. Surat usulan Revisi Anggaran dilampiri
matriks perubahan' nomor register
PHLN/PHDN (semula-menjadi);
b. SPTJM;
c. Usulan revisi DIPA; dan
d. ADK RKA-K/L DIPA.
Pasa16
hurufc
Pasa16
hurufd
5.
6.
7.
8.
MENTER! I<EUANGAN
AEPUBLlI( INDONESIA
- 10 -
Ralat kode kewenangan, Persyaratan yang
harus dilampirkan yaitu:
a. Surat usulan Revisi Anggaran dilampiri
matriks perubahan kode kewenangan
(semula-menjadi);
b. SPTJM;
c. Usulan revisi DIPA; dan
d. ADK RKA-K/L DIPA.
Ralat kode lokasi, Persyaratan yang harus
dilampirkan yaitu:
a. Surat usulan Revisi Anggaran dilampiri
matriks perubahan kode lokasi (semula-
menjadi);
b. SPTJM;
c. Usulan revisi DIPA; dan
d. ADK RKA-K/L DIPA.
Ralat cara penarikan PHLN/PHDN.
Persyaratan yang harus dilampirkan yaitu:
a. Surat usulan Revisi Anggaran dilampiri
matriks perubahan cara penarikan
PHLN/PHDN (semula-menjadi);
b. SPTJM;
c. Usulan revisi DIPA; dan
d. ADK RKA-K/L DIPA.
Ralat pencantuman volume, jenis, dan
satuan Keluaran yang berbeda antara RKA-
K/L dan RKP atau hasil kesepakatan DPR.
Persyaratan yang harus dilampirkan yaitu:
a. Surat usulan Revisi Anggaran dilampiri
matriks perubahan volume keluaran
(semula-menjadi] ;
b. SPTJM;
c. Revisi RKA-K/L; dan
d. ADK RKA-K/L DIPA.
Pasal6
huruf e
Pasal6
huruff
Pasal6
hurufg
Pasal6
hurufh
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
AGUS D.W. MARTOWARDOJO
MENTER! I<EUANGAN
REPUBUIC INDONESIA
LAMPIRAN VII
PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESJ
NOMOR 32/PMIC02/2013
TENTANG
TATA CARA REVISI ANGGARAN TAHUN ANGGARAN 2013
LOGO (1)
FORMAT SURAT USULAN REVISI ANGGARAN DARI KPA
KEPADA KANWIL DJPBN
KEMENTERIAN/LEMBAGA (2)}
UNIT ESELON I (3) KOP Kementerian/Lembaga
SATKER (4)
AIamat (5)
Nornor
Sifat
Lampiran
Hal
: S- / /2013
: Segera
: Satu Berkas
: UsuIan Revisi Anggaran
(tanggal-bulan] 2013
/PMK.02/2013
Yth. Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan (6)
Di
................. (7)
1. Dasar Hukum:
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor
tentang Tata Cara Revisi Anggaran Tahun Anggaran 2013.
b (8)
c. DlPA Petikan No. Tanggal
kode digital stamp ..
2. Alasan/perttmbangan perlunya Revisi Anggaran:
a (9)
b (10)
3. Bersama ini diusulkan Revisi Anggaran dengan rincian sebagai berikut:
a. Kategori revisi., .... (11)
b. Jenis revisi.. .... (12)
4. Sebagai bahan pertimbangan, dengan ini dilampirkan data dukung berupa:
a. Matriks perubahan [semula-menjadi] sebagaimana daftar terlampir.
b. SPTJM.
c. ADK RKA-K/L DlPA Revisi.
d (13)
Demikian kami sarnpaikan, atas kerja samanya diucapkan terima kasih.
Kuasa Pengguna Anggaran
........................................ (14)
NIP/NRP .
MENTERlI<EUANGAN
I1EPUBI.II< INDONESIA
- 2 -
Keterangan:
1. Diisi dengan Logo KementerianjLembaga.
2. Diisi dengan nomenklatur KementerianjLembaga.
3. Diisi dengan Unit Eselon I pengusuI revisi anggaran.
4. Diisi dengan Satker pengusul revisi anggaran
5. Diisi dengan alamat KementerianjLembaga.
6. Diisi dengan tujuan (Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan)
7. Diisi dengan alamat Kanwil DJPBN.
8. Diisi dengan peraturan-peraturan lain sebagai dasar hukum revisi (jika ada).
9. Diisi dengan alasanjpertimbangan yang menjadi penyebab dilakukannya Revisi
Anggaran dari sisi perubahan kebijakan atau aela penugasan baru.
10. Diisi dengan alasanjpertimbangan elari sisi tujuan Revisi Anggaran, antara lain:
antisipasi terhadap perubahan kondisi dan prioritas kebutuhan, mempercepat
pencapaian kinerja KementerianjLembaga, danjatau meningkatkan efektivitas,
kualitas belanja dan optimalisasi penggunaan anggaran yang terbatas (pilih
sesuai keperluan],
11. Diisi elengan kategori Revisi Anggaran yaitu: perubahan rincian anggaran yang
disebabkan penambahan atau pengurangan pagu anggaran belanja termasuk
pergeseran rincian anggaran belanjanya, perubahan atau pergeseran rincian
anggaran dalam hal pagu anggaran tetap, elanjatau perubahanjralat karena
kesalahan administrasi (pilih sesuai keperluan)
12. Diisi dengan jenis Revisi Anggaran, contoh antara lain : pergeseran antar
keluaran dalam satu kegiatan dan satu Satker dalam rangka memenuhi
kebutuhan biaya operasional.
13. Diisi dengan dokumen pendukung lainnya terkait dilakukan Revisi Anggaran
yang dilakukan (contoh: Surat Pernyataan Penggunaan Hasil OptimalisasijSisa
Anggaran Swakelola].
14. Diisi elengan nama lengkap elan NIPj NRP Kuasa Pengguna Anggaran.
MENTERlI<EUANGAN
REPUGLlI( INDONESIA
- 3 -
MATRIKS PERUBAHAN (SEMULA-MENJADI)
SATKER. (1)
No. Uraian Semula Menjadi
+I-
I. Program ... (2)
2. Kegiatan ... (3)
3. Keluaran ... (4)
Volume aaa (5) bbb (6) ccc(7)
Rupiah Rp.xxx.xxx (8) Rp.yyy.yyy (9) Rp.zzz.zzz( 10)
4. Kode Digital Stamp
9999.9999.9999.9999 --
Keterangan:
1. Diisi dengan nomenklatur Satker pengusul Revisi Anggaran.
2. Diisi dengan Program yang direvisi.
3. Diisi dengan Kegiatan yang direvisi.
4. Diisi dengan Keluaran yang direvisi (tennasuk apabila terjadi perubahan jenis
Keluaran).
5. Diisi dengan volume Keluaran awal sebelum Revisi Anggaran.
6. Diisi dengan volume Keluaran akhir setelah Revisi Anggaran.
7. Diisi dengan penarnbeharr/pengurangan volume Keluaran sete1ah Revisi
Anggaran.
8. Diisi dengan alokasi anggaran awal sebelum Revisi Anggaran.
9. Diisi dengan alokasi anggaran akhir setelah Revisi Anggaran.
10. Diisi dengan penambahanZpengurangan alokasi anggaran setelah Revisi
Anggaran.
MENTERlI<EUANGAN
REPUBLlI( INDONESIA
- 4 -
FORMAT SURAT USULAN REVISI ANGGARAN DARI ESELON I
KEPADA DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN
LOGO (1) KEMENTERIAN/LEMBAGA (2) }
UNIT ESELON I (3) KOP Kementerian/Lembaga
Alamat (4)
Nomor
Sifat
Lampiran
Hal
: S- / /2013
: Segera
: Satu Berkas
: Usulan Revisi Anggaran
(tanggal-bulan) 2013
Yth. Direktur Jenderal Anggaran
Di
jakarta
1. Dasar Hukum:
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor /PMK.02/2013
tentang Tata Cara Revisi Anggaran Tahun Anggaran 2013.
b (5)
c. DHP RKA-K/L Ditjen No Tanggal .
d. DIPA Induk No Tanggal kode Digital Stamp .
e. DIPA Petikan No Tanggal kode Digital Stamp .
f. DIPA Petikan No Tanggal kode Digital Stamp .
2. Alasan/pertimbangan perlunya Revisi Anggaran:
a (6)
b (7)
3. Bersama ini diusulkan Revisi Anggaran dengan rincian sebagai berikut:
a. Kategori revisi (8)
b. Jenis revisi. (9)
4. Berkenaan dengan usulan Revisi Anggaran tersebut di atas dilampirkan data
dukung berupa:
a. Matriks perubahan (semula-menjadi) sebagaimana daftar terlampir.
b. SPTJM.
c. ADK RKA-K/L DIPA Revisi.
d (10)
Dernikian kami sampaikan, atas kerja samanya diucapkan terima kasih.
(Sekretaris .Jenderal /Sekretaris Utama/
Selcrctaris /Pejabat Eselon I
Kementerian/ Lembaga)
....................................... (11)
NIP/NRP .
MENTER! I<EUANGAN
REPUGLlI< INDONESIA
- 5 -
Keterangan:
1. Diisi dengan Logo Kementeriarr/Lernbaga.
2. Diisi dengan nomenklatur Kernenterian/Lembaga.
3. Diisi dengan Unit Eselon I pengusul revisi anggaran.
4. Diisi dengan alamat Kementerian/Lembaga.
5. Diisi dengan dasar hukum lainnya (seperti : UU, PP, Perpres] atau keputusan
sidang kabinet atau keputusan rapat yang dipimpin menteri koordinator,
6. Diisi dengan alasanZpertimbangan yang menjadi penyebab dilakukannya Revisi
Anggaran dari sisi perubahan kebijakan atau ada penugasan baru,
7. Diisi dengan alasanZpertimbangan dari sisi tujuan Revisi Anggaran, antara lain:
antisipasi terhadap perubahan kondisi dan prioritas kebutuhan, mernpercepat
pencapaian kinerja Kementerian/Lembaga, dau/atau meningkatkan efektivitas,
kualitas belanja dan optimalisasi penggunaan anggaran yang terbatas (pilih
sesuai keperluan).
8. Diisi dengan kategori revisi yaitu: perubahan rincian anggaran yang disebabkan
penambahan atau pengurangan pagu anggaran belanja termasuk pergeseran
rincian anggaran belanjanya, perubahan atau pergeseran rincian anggaran
dalam hal pagu anggaran tetap, dari/atau perubahanj'ralat karena kesalahan
administrasi (pilih sesuai keperluan).
9. Diisi dengan jenis Revisi Anggaran, contoh antara lain : pergeseran antar
keluaran dalam satu kegiatan dan satu Satker dalam rangka memenuhi
kebutuhan biaya operasional.
10. Diisi dengan dokumen pendukung lainnya terkait dilakukan Revisi Anggaran
yang dilalmkan (contoh: Surat Pernyataan Penggunaan Hasil Optimalisasi/Sisa
Anggaran Swakelola).
11. Diisi dengan nama lengkap dan NIP/NRP Pejabat Eselon I K/L.
MENTERJ I<EUANGAN
flEPUBUI< INDONESIA
- 6 -
MATRIKS PERUBAHAN (SEMULA-MENJADI)
ESELON 1. (1)
No. Uraian Semula Menjadi +j-
A. Satker. ...... (2)
(kode Digital
Stamp)(12)
1. Program ... (3)
2. Kegiatan '" (4)
3. Keluaran ' .. (5)
Volume aaa (6) bbb (7) ccc(8)
Rupiah Rp.xxx.xxx (9) Rp.yyy.yyy (10) Rp.zzz.zzz(11)
B. Satker....... (2)
(kode Digital
Stamp)(12)
1. Program ... (3)
2. Kegiatan ... (4)
3. Keluaran ... (5)
Volume aaa (6) bbb (7) ccc(8)
Rupiah Rp.xxx.xxx (9) Rp.yyy.yyy (10) Rp.zzz.zzz( 11)
Keterangan:
1. Diisi dengan nomenklatur Eselon I pengusul Revisi Anggaran.
2. Diisi dengan Nomenklatur Satker yang direvisi.
3. Diisi dengan Program yang direvisi.
4. Diisi dengan Kegiatan yang direvisi.
5. Diisi dengan Keluaran yang direvisi (termasuk apabila terjadi perubahan jenis
Keluaran] .
6. Diisi dengan volume Keluaran awal sebelum Revisi Anggaran.
7. Diisi dengan volume Keluaran akhir setelah Revisi Anggaran,
8. Diisi dengan penambahanjpengurangan volume Keluaran setelah Revisi
Anggaran,
9. Diisi dengan alokasi anggaran awal sebelum Revisi Anggaran.
10. Diisi dengan alokasi anggaran akhir setelah Revisi Anggaran.
11. Diisi dengan penambahanjpengurangan alokasi anggaran setelah Revisi
Anggaran.
12. Diisi dengan Digital stamp Semula.
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
AGUS D.W. MARTOWARDOJO
LAMPIRAN VIII
PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIi
NOMOR 32/ PMK.02/2013
TENTANG
TATA CARAREVISI ANGGARAN'l'AHUN ANGGARAN 2013
MENTERI KEUANGAN
REPUBlIi( INDONESIA
FORMAT SURAT PERNYATAAN TANGGUNGJAWAB MUTLAK
LOGO (1) KEMENTERIAN/LEMBAGA (2)}
UNIT ESELON I (3) KOP Kementcriarr/ l.embaga
SatuanKerja (4)
Alamat (5)
SURAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB MUTLAK
NOMOR: (6)
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : (7)
NIP/NRP : (8)
Jabatan : KuasaPenggunaAnggaran
Dengan ini menyatakan dan bertanggung jawab secara penuh atas hal-hal
sebagai berikut:
1. Usulan Revisi Anggaran telah disusun sesuai ketentuan sebagaimana diatur
dalam Peraturan Menteri Keuangan tentang Tata Cara Revisi Anggaran
Tahun 2013.
2. Dokumen-dokurnen yang
dipersyaratkandalamrangkaRevisiAnggarantelahdisusundenganlengkapdanbe
nar, disimpanolehSatuanKerja, dansiapuntukdiauditsewaktu-waktu.
3. Perhitungankebutuhananggaran yang dituangkandalam TOR/RAB
telahdisusunmengikutiketentuandanmerupal{anharga yang paling ekonomis.
4. Kuasa Pengguna Anggaran bertanggung jawab atas kebenaran formil dan
materil usulan RevisiAnggaranyang diajukan,
5. Apabiladikemudianhariterbuktipernyataaninitidakbenardanmenimbulkanker
ugiannegara, sayabersediamenyetorkankerugiannega.ratersebutke Kas
Nega.ra.
6. Dalamhalterjadipermasalahanhukum yang
diakibatkanRevisiAnggaraninimenjaditanggungjawabKuasaPenggunaAnggara
n.
Dernikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya, dalam keadaan
sadar, dan tidak dibawah tekanan,
. , (9)
Kuasa Pengguna Anggaran
Materai
6000
............................................................. (10)
NIP/NRP (11)
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 2 -
Keterangan:
. L Diisi dengan logo Kementeriarr/Lernbaga.
", 2. Diisi dengan uraian nama Kementeriarr/Lembaga,
3. Diisi dengan uraian nama unit Eselon 1.
4. Diisi dengan uraian nama Satker.
5. Diisi dengan alamat.
6. Diisi dengan nomor Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak.
7. Diisi dengan nama pejabat penanda tangan SUI-at Pernyataan 'Tanggung
Jawab Mutlak.
8. Diisi dengan NIP/NRP.
9. Diisi dengan tempat dan tanggal.
10. Diisi dengan nama Kuasa Pengguna Anggaran.
11. Diisi dengan NIP/NRP.
~ I
MENTERIKEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 3 -
FORMAT SURAT PERNYATAANTANGGUNG JAWAB MUTLAK
LOGO (1) KEMENTERIAN/LEMBAGA , (2)}
UNIT ESELON 1. ,(3) KOP Kementeriau/Lembaga
Alamat (4)
SURAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB MUTLAK
NOMOR : (5)
,.- Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : (6)
NIP : (7)
.Jabatan : Sekretaris Jenderal/Sekretaris Utama/Bekretaria/Pejabat Eselon 1(8)
Dengan ini menyatakan dan bertanggung jawab secara penuh atas hal-hal
sebagai berikut:
1. Usulan Revisi Anggaran yang diajukan oleh Kuasa Pengguna Anggaran telah
diteliti, diperiksa kebenaran dan kelengkapan dokumen pendukung yang
disampaikan.
2. Dokumen-dokumen yang dipersyaratkan dalam rangka Revisi Anggaran telah
disusun dengan lengkap dan benar, disimpan oleh Satuan Kerja dan unit
Eselon I, dan siap untuk diaudit sewaktu-waktu.
,-
3. Dalam hal pagu anggaran berubah, usul Revisi Anggaran telah dibahas
dengan unit Inspektorat terkait.
4. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan Jill tidak benar dan
menirnbulkan kerugian negara, saya bersedia menyetorkan kerugian negara
tersebut ke Kas Negara.
Dernikian .surat pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya, dalam keadaan
sadar, dan tidak di bawah tekanan.
.. , (9)
Sekretaris Jenderal/ Sekretaris Utama./
Sckretaria/Pejabat Eselon I
,Materai
6000
............. : (10)
NIP/NRP (11)
~ I
MENTER! KEUANGAN
REPUBLlI( INDONESIA
- 4 -
Keterangan:
1. Diisi denganlogo KementerianjLembaga.
2. Diisi denganuraian nama KementerianjLembaga.
3. Diisi denganuraian nama unit Eselon I.
4. Diisi denganalamat Eselon I.
5. Diisi dengannomor Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak.
6. Diisi dengannama pejabat penanda tangan Surat Pernyataan Tanggung
Jawab Mutlak,
7. Diisi denganNIPjNRP.
8. Diisi denganuraian jabatan penanda tangan Surat Pernyataan
Tanggung Jawab Mutlak sesuai keperluan,
9. Diisi dengantempat dan tanggal.
10. Diisi dengannama pejabat penanda tangan.
11. Diisi dengan NIPj NRP

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,


ttd.
AGUS D.W. MARTOWARDOJO
MENTEHII(EUANGAN
AEI'UBLlI(INDONESIA
LAMPIRAN IX
PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLJI< INOONE
NOMOR 32/PMK.02/2013
TENTANG
TATA CARA REVISI ANGGARAN TABUN ANOGARAN 2013
SFORMAT SURAT PENGESAI-IAN REVISI ANGGARAN OLEI-I
KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORATJENDERALPERBENDAHARAAN
KANWIL DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN (1)
Alamat... (2)
Nomor
Sifat
Lampiran
Hal
: S- 1 12013
: Segera
: Satu Berkas
: Pengesahan Revisi Anggaran
(tanggal-bulan) 2013
Yth. 1. Kuasa Pengguna Anggaran Satker (3)
2. Kepala KPPN (4)
3. Kepala KPPN (4)
Di
Tempat
Sehubungan dengan surat usulan Revisi Anggaran nomor. (5) Tanggal. (6) dengan
ini disampaikan:
1. Usulan Revisi Anggaran telah disahkan dan Database RKA-KIL DIPA pada Kementerian
Keuangan telah diperbaharui.
2. Dengan pengesahan Revisi Anggaran ini Kode Pengaman (Digital Stamp) DIPA Petikan yang
digunakan sebagai dasar transaksi berubah menjadi (7)
3. Dalam rangka memenuhi kebutuhan administrasi, Kuasa Pengguna Anggaran dan Kepala KPPN
agar mengunduh PDF File DIPA Petikan Revisi sebagai dasar untuk mencetak DIPA Pelikan
Revisi sebagaimana tercantum dalam nolifikasi terlampir.
Demikian disampaikan, untuk dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab.
a.n. Menteri Keuangan RI
Kepala Kantor Wilayah
Direklorat Jenderal Perbendaharaan (8)
........................................ (9)
NIP (10)
Tembusan:
1. Menteri/Pimpinan Lembaga (11);
2. Ketua Badan Pemeriksa Keuangan;
3. Gubernur. (12);
4. Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan;
5. Direktur Jenderal Perbendaharaan c.q. Direktur Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
dan Direktur Pelaksanaan Anggaran.
MENTERIKEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 2 -
Keterangan:
1. Diisi dengan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang
mengesahkan Revisi Anggaran.
2. Diisi dengan alamat Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang
';;mengesahkan Revisi Anggaran. .
3. Diisi dengan nama dan kode Satker yang direvisi.
4. Diisi dengan KPPN yang yang melakukan pernbayaran.
5. Diisi dengan nomor surat usulan Revisi Anggaran.
6. Diisi dengan tanggal surat usulan Revisi Anggaran.
7. Diisi dengan kode Digital Stamp baru.
8. Diisi dengan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang
melakukan Revisi Anggaran.
.9. Diisi dengan nama Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan
yang mengesahkan Revisi Anggaran.
10. Diisi dengan NIP Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan
yang mengesahkan Revisi Anggaran.
11. Diisi dengan Menteri atau Pimpinan Lembaga Satker yang direvisi.
12. Diisi-dengan Gubenur terkait.
MENTERI I<EUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 3 -
FORMAT SURAT PENGESAHAN REVISI ANGGARAN OLEH
DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN
Gedung Soelikno Slamel Lanlal4, Jatan Dr.Wahldin No.1, Jakarta Pusat 10710, Kalak Pas 2435 JKP 10024
TELEPON (021) 3849315 FAKSIMILE (021) 3847157; SITUS www.anggaran.depkeu.go.id
Nomor
Sifat
Lampiran
Hal
: S- I /2013
: Segera
: Satu Berkas
: Pengesailan Revisi Anggaran
(tanggal-bulan) 2013
Yth, 1. Kuasa Pengguna Anggaran Satker , (1)
2. Kuasa Pengguna Anggaran Satker (1)
3. Kepala KPPN (2)
4. Kepala KPPN (2)
Di
Tempat
Seilubungan dengan surat usulan Revisi Anggaran nomor (3) Tanggal. (4) dengan
ini disampaikan:
1. Usulan Revisi Anggaran telah disailkan dan Database RKA-KfL DIPA pada Kementerian
Keuangan telah diperbailarui.
2. Dengan pengesailan Revisi Anggaran ini Kode Pengaman (Digital Stamp) DIPA Petikan yang
dlqunakansebaqai dasar transaksi berubail menjadi sebagai berikut:
a. Satker. Kode Pengaman (Digital Stamp) (5)
b. Satker Kode Pengaman (Digital Stamp) (5)
3. Dalam rangka rnernenuhi kebutuilan administrasi, Kuasa Penqquna Anggaran dan Kepala KPPN
agar mengunduil PDF File DIPA Petikan Revisi sebagai dasar untuk mencetak DIPA Petikan
Revisi sebagaimana tercantum dalam notifikasi terlampir.
Demikian disampaikan, untuk dilaksanakan dengan penuil tanggung jawab.
a.n. Menteri Keuangan RI
Direktur Jenderal Anggaran
u.b
Direktur Anggaran I/Anggaran IIfAnggaran III
.......... , , (6)
NiP , (7)
Tembusan:
1. MenterilPimpinan Lembaga ......... (8);
2. Ketua Badan Pemeriksa Keuangan;
3. Gubernur (9);
4. Eselon I (10);
5. Direktur Jenderal Perbendailaraan c.q. Direktur Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
dan Direktur Pelaksanaan Anggaran;
6. Kepala Kantor Wilayail Direktorat Jenderal Perbendailaraan ........ (11).
,
~ ,1
MENTERlI(EUANOAN
HEPUBUf( INDONESiA
- 4 -
Keterangan:
1. Diisi dengan nama dan kode Satker yang direvisi.
2. Diisi dengan KPPNyang yang melakukan pembayaran.
3. Diisi dengan nomor surat usulan Revisi Anggaran.
4. Diisi dengan tanggal surat Usulan Revisi Angga.ran.
5. Diisi dengan kode Digital Stamp baru per masing-masing Satker.
6. Diisi dengan nama Direktur Anggaran II Anggaran III Anggaran III yang
mengesahkan Revisi Anggaran.
7. Diisi dengan NIP Direktur Anggaran I/Anggaran II/Anggaran III yang
mengesahkan Revisi Anggaran.
8. Diisi dengan Menteri atau Pimpinan Lembaga Satker yang direvisi.
9. Diisi dengan Gubenur terkait.
10. Diisi dengan Eselon I tempat Satker.
11. Diisi dengan Kepala Kantor Wilayah Direktorat J enderal Perbendaha.raan
terkait.
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
AGUS D.W. MARTOWARDOJO

Anda mungkin juga menyukai