Anda di halaman 1dari 12

Apa Itu Peta Gempa???

Posted on April 23, 2010 | 8 Comments Referensi : Mata Kuliah Dinamika Tanah dan Rekayasa Gempa oleh Prof. Masyhur Irsyam -=Jika pada dua postingan sebelumnya saya membahas mengenai mekanisme rusaknya bangunan terhadap gempa dan pentingnya menaati standard perencanaan gedung, pada postingan ini saya akan membahas mengenai Peta Gempa yang merupakan salah satu elemen utama perencanaan bangunan. Peta ini sangat penting dalam memperkirakan besarnya gaya gempa yang akan menimpa bangunan yang kita rencanakan. Peta gempa adalah peta wilayah yang menunjukan besaran percepatan tanah dasar akibat gempa rencana yang kemungkinan menimpa gedung yang kita bangun. Peta ini merupakan hasil analisis probabilitas dari data-data kejadian gempa yang ada di suatu wilayah. Artinya, data-data kejadian gempa yang ada diolah dan dianalisis untuk menghasilkan niali peluang terjadinya suatu gempa pada masa yang akan datang. Peta gempa di suatu negara selalu berbeda dengan peta gempa di negara lain. Hal ini terjadi karena karakteristik kegempaan suatu wilayah akan berbeda dengan wilayah lain. Selain itu, perbedaan metode analisis karakteristik gempa dan analisis probabilitas gempa pun mempengaruhi bentuk peta gempa yang terjadi. Dengan demikian, tidaklah mengherankan jika peta gempa Indonesia dan peta gempa Jepang yang sama-sama termasuk daerah rawan gempa pun berbeda satu-sama lain. Karena sifatnya yang sangat spesifik terhadap wilayah ini, kita patut berbangga bahwa peta gempa Indonesia merupakan hasil nyata insinyur-insinyur dan peneliti-peneliti Indonesia meskipun masih terdapat kontribusi pihak asing didalamnya. Peta gempa Indonesia berdasarkan SNI Perencanaan Ketahanan Gempa Gedung 1726 tahun 2002 dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Dalam peta ini, Indonesia ditetapkan terbagi dalam 6 Wilayah Gempa di mana Wilayah Gempa 1 adalah wilayah dengan kegempaan paling rendah dan Wilayah Gempa 6 dengan kegempaan paling tinggi. Pembagian Wilayah Gempa ini, didasarkan atas percepatan puncak batuan dasar akibat pengaruh Gempa Rencana dengan perioda ulang 500 tahun, yang nilai rata-ratanya untuk setiap Wilayah Gempa dapat dilihat pada Gambar dibawah.

-=Perlu digarisbawahi bahwa gempa yang diperhitungkan adalah gempa akibat pergeseran pelat tektonik saja dan tidak termasuk gempa vulkanik akibat letusan gunung berapi. Selanjutnya, percepatan ini hanya pada batuan dasar saja. Kecepatan di permukaan tanah dapat berbeda sesuai jenis lapisan tanah seperti data pada tabel dibawah.

-=Peta ini dibuat dengan memperhitungkan 10% kemungkinan terlampaui dalam 50 tahun. Artinya, masih tetap ada kemungkinan 10% percepatan gempa akan lebih besar dari yang terdapat di peta. Selanjutnya, periode ulang gempa adalah 500 tahun yang artinya gempa yang diperhitungkan dalam analisis probabilitas adalah gempa yang terjadi tiap 500 tahun sekali. Semakin lama periode ulangnya, semakin besar gempa yang terjadi. Sebagai contoh, gempa Aceh 2004 lalu memiliki periode ulang selama 200 tahun yang artinya terjadi tiap 200 tahun.

-=Selanjutnya, wilayah gempa terbagi menjadi 6 wilayah. Dari peta gempa Indonesia kita dapat melihat sebaran percepatan gempa di wilayah Indonesia. Daerah berwarna putih adalah daerah dengan percepatan gempa terkecil dan wilayah berwarna merah adalah daerah dengan percepatan gempa terbesar. Dari peta tersebut kita dapat melihat bahwa seluruh wilayah Indonesia kecuali sebagian besar daerah Kalimantan memiliki potensi terjadinya gempa dengan percepatan yang besar. Hal ini sudah terbukti dengan terjadinya gempa-gempa besar di Aceh, Padang, Jawa Barat, Yogyakarta, NTB, bahkan hingga ke Papua. Tidak mengherankan pula jika daerah Sumatra bagian pesisi barat sering dilanda gempa besar dalam beberapa dekade terakhir ini. Bagaimana dengan jalur Jakarta hingga bandung dimana saya tinggal? Dari peta dapat kita lihat bahwa Jakarta berada pada zona 3 dengan percepatan gempa sebesar 0.15 g dan Bandung berada pada zona 4 dengan percepatan gempa sebesar 0.2 g. Artinya, untuk kondisi tanah yang sama, gaya gempa yang menimpa bangunan di Bandung harus direncanakan lebih besar dibanding bangunan di Jakarta. Selain itu untuk kondisi tanah yang sama, akan lebih mudah dalam membangun bangunan tingkat tinggi di Jakarta dibanding di Bandung karena gaya gempa rencana di Jakarta lebih kecil dari gaya gempa di Bandung.

-=Peta gempa ini seharusnya menjadi acuan dalam membangun suatu bangunan karena menyangkut beban rencana yang digunakan dalam merancang struktur bangunan. Dengan perhitungan beban gempa yang lebih akurat, keruntuhan bangunan akibat gempa dapat dihindari.

Pada halaman ini pernah diulas mengenai peta hazard gempa (2010). Nah kalau yang ini adalah untuk membantu perhitungan data grafik spektrum respons menurut SNI Gempa kita yang terbaru (masih draft) resmi dari Puskim. Data grafik faktor-faktor koefisien dalam peta hazard tersebut juga bisa dilihat pada tab-tab yang ada di bagian atas (Peta MCEG, Peta MCER, dst.).

Dalam SNI Gempa 2002, grafik spektrum respons tinggal dilihat yang tercantum di peraturan terkait, disesuaikan dengan Wilayah Gempa dan jenis tanahnya. Misal kota Yogyakarta kalau dilihat terletak di Wilayah 3, jadi dapat grafik seperti ini :

Ingat, itu grafik yang 2002 lho Secara umum dalam peraturan baru nanti proses garis besarnya masih sama, namun zonasi gempanya sudah lebih detail (halus) dibandingkan peraturan 2002,

plus ada lebih banyak faktor yang akan terlibat dalam perhitungan. Oleh karena itu, tiap kota atau tempat di Indonesia akan memiliki grafik spektrum respons masing-masing, tidak hanya terbatas pada 6 Wilayah Gempa seperti sebelumnya. Misalnya, untuk kota Yogyakarta wilayah Sleman (utara) dan Bantul (selatan) nilai percepatan puncaknya akan menghasilkan nilai berbeda, sedangkan menurut peraturan lama nilainya akan sama karena terletak di Wilayah Gempa yang sama pula. Lebih akurat, tapi lebih pusing juga, kan Intinya, untuk menyederhanakan (membantu) perhitungan maka itulah fungsi utama dari program online ini. Oke, sekarang mari kita coba pakai programnya. Seperti disebutkan sebelumnya, bahwa masingmasing kota atau tempat akan memiliki grafik spektrum responsnya sendiri, tergantung lokasinya. Kalau dilihat di sebelah kiri atas, di bawah kotak judul Desain Spektra Indonesia, tercantum keterangan Jenis Input. Jadi, tempat yang akan dihitung grafik spektrum responsnya bisa dimasukkan berdasar koordinat (lintang dan bujur) atau nama kota atau tempat yang bersangkutan.

Kita coba masukkan berdasar nama kota saja dulu supaya mudah. Klik saja pilihannya lalu pilih Nama Kota, dan ketik nama kota dimaksud. Setelah itu, klik tombol Hitung.

Pada peta Google di samping akan otomatis menuju (terlihat) posisi tempat kotanya dan muncul kotak keterangan. Klik Lihat Hasil lalu akan ditampilkan pop-up yang memuat tabel hasil perhitungan dan grafiknya.

Di sebelah kanan tertampil grafik spektrum respons untuk tanah keras, sedang, lunak, dan batuan. Tampilan bisa disesuaikan untuk semua atau jenis tanah tertentu saja, termasuk rentang waktu, lewat pilihan di bagian kanan atas. Sedangkan pada bagian kiri, tercantum dua buah tabel. Tabel sebelah atas mencantumkan data faktor-faktor koefisien, sedangkan tabel bawah adalah data koordinat untuk grafik spektrum respons (pasangan nilai waktu dalam detikdan koesifien percepatan dalam g). Kedua tabel tersebut juga bisa disesuaikan tampilannya untuk tiap jenis tanah atau batuan. Untuk tabel tersebut, data yang ada juga bisa disalin dalam bentuk lain, misal ke format Excel. Tinggal klik saja tombol Excel di bagian atas tabel, lalu pilih nama dan lokasi penyimpanan. Mungkin ada baiknya juga di belakang nama file diberikan sekalian ekstensinya (.xls atau .xlsx).

Cuma sayangnya nilai waktu (T0 dan TS) untuk tabel koordinat grafik (bawah) masih dalam bentuk notasi, belum disesuaikan dengan hasil perhitungannya (tabel atas), jadi perlu ditambahkan atau diganti sendiri semisal akan diolah lebih lanjut. Selain itu data grafiknya tidak bisa di-save secara langsung, mesti dengan capture manual misal lewat print screen atau bantuan program screen capture. Mudah-mudahan bisa dikembangkan lagi. Tapi lumayanlah setidaknya perhitungan bisa menjadi jauh lebih ringkas dan sangat menghemat waktu. Jika memerlukan data untuk input response spectrum function di SAP2000 misalnya, tinggal pakai saja hasil data dari tabel koordinat grafiknya. Nah, sekarang coba utak-atik lebih lanjut. Misalnya pada contoh di atas adalah data untuk kota Yogyakarta, maka jika dilihat lebih detail koordinat lintang dan bujur ada di wilayah sekitar Kraton (pusat kota). Mari coba lihat untuk data tempat lain namun masih di wilayah Yogyakarta.

Ambil contoh di lokasi sekitar bandara Adisucipto. Untuk melihat data suatu lokasi, saat input jenis data pilih Koordinat (sebelah kiri atas) dalam tampilan peta sebelumnya. Setelah itu bisa geser dan zoom pada peta untuk menuju suatu lokasi tertentu. Klik saja pada lokasi yang dikehendaki, maka di bagian kiri akan otomatis tertera koordinat Lintang dan Bujur tempat yang bersangkutan. Selanjutnya klik tombol Hitung dan Lihat Hasil.

Misal kita lihat data untuk jenis tanah lunak.

Nilai percepatan tanah puncak adalah 0,788g. Sekarang kita coba lihat lokasi di sebelah selatan, tepatnya sekitar daerah Bantul yang terkena dampak paling parah pada gempa tahun pertengahan 2006 silam. Data dilihat jenis tanah yang sama (tanah lunak).

Nilai percepatan puncaknya sebesar 0,929g, lebih besar daripada di lokasi airport . Berikutnya untuk lokasi di utara, misal daerah Kaliurang, yang dulu juga sempat heboh akibat erupsi gunung Merapi akhir tahun 2010, untuk jenis tanah lunak juga.

Tertera nilai percepatan puncak 0,609g. jadi nilai terbesar ada di wilayah selatan. Harap diingat, ini hanya sekadar untuk contoh saja, karena jenis tanah sebenarnya di lokasi tersebut bisa saja berbeda. Misal untuk daerah utara jenis tanahnya bisa lebih keras atau padat daripada di belahan selatan atau lainnya, sehingga nilai perbandingan percepatan mungkin sebenarnya tidak seperti selinier yang tersebut di atas. Dari contoh tersebut terlihat bahwa untuk tiap lokasi memang memiliki grafik spektrum responsnya masing-masing, walaupun masih dalam satu kota/wilayah yang sama. Hmm jadi penasaran, apa jadinya kalau kita klik wilayah di luar Indonesia? Oh, ternyata kebanyakan tidak bisa (nilai koordinat lintang dan bujur tidak berubah), kecuali tetangga dekat kita. Oke, coba saja klik di wilayah tersebut, yang terakhir lalu sempat (hampir) bikin ribut lagi gara-gara perkara tari Tor-tor.

Nilainya kecil, hanya 0,102g. Mungkin saja itu sebatas karena interpolasi atau ekstrapolasi, ya? Waduh kok pakai aneh-aneh lihat negeri seberang segala. Sudahlah mending mengurusi negeri sendiri dulu. Grafiknya sudah keluar tapi peraturannya kok masih draft juga. Semoga bisa cepat sah lah Amiin.

Anda mungkin juga menyukai