Anda di halaman 1dari 13

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG Anak usia di bawah lima tahun (balita) merupakan kelompok yang rentan terhadap kesehatan dan gizi. Kurang Energi Protein (KEP) adalah salah satu masalah gizi utama yang banyak dijumpai pada balita di Indonesia. Dalam Repelita VI, pemerintah dan masyarakat berupaya menurunkan prevalensi KEP dari 40% menjadi 30%. Namun saat ini di Indonesia sedang dilanda krisis ekonomi yang berdampak juga pada status gizi balita, dan diasumsi kecenderungan kasus KEP berat/gizi buruk akan bertambah. Untuk mengantisipasi masalah tersebut diperlukan kesiapan dan pemberdayaan tenaga kesehatan dalam mencegah dan menanggulangi KEP berat/gizi buruk secara terpadu ditiap jenjang administrasi, termasuk kesiapan sarana pelayanan kesehatan seperti Rumah Sakit Umum, Puskesmas perawatan, puskesmas, balai pengobatan (BP), puskesmas pembantu, dan posyandu/PPG (Pusat Pemulihan Gizi). Agar upaya penanggulangan KEP di puskesmas dan rumah tangga dapat mencapai sasaran yang diharapkan secara optimal diperlukan adanya Buku Pedoman sebagai acuan. B. PENGERTIAN, KLASIFIKASI DAN GEJALA KLINIS KURANG ENERGI PROTEIN 1. Pengertian Kurang Energi Protein (KEP) KEP adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG). 2. Klasifikasi KEP Untuk tingkat puskesmas penentuan KEP yang dilakukan dengan menimbang BB anak dibandingkan dengan umur dan menggunakan KMS dan Tabel BB/U Baku Median WHO-NCHS (lampiran 1) 2.1.KEP ringan bila hasil penimbangan berat badan pada KMS terletak pada pita warna kuning 2.2.KEP sedang bila hasil penimbangan berat badan pada KMS terletak di Bawah Garis Merah (BGM).

2.3.KEP berat/gizi buruk bila hasil penimbangan BB/U <60% baku median WHO-NCHS. Pada KMS tidak ada garis pemisah KEP berat/Gizi buruk dan KEP sedang, sehingga untuk menentukan KEP berat/gizi buruk digunakan Tabel BB/U Baku Median WHO-NCHS (lampiran 1) 3. Gejala klinis Balita KEP berat/Gizi buruk Untuk KEP ringan dan sedang, gejala klinis yang ditemukan hanya anak tampak kurus. Gejala klinis KEP berat/gizi buruk secara garis besar dapat dibedakan sebagai marasmus, kwashiorkor atau marasmic-kwashiorkor. Tanpa mengukur/melihat BB bila disertai edema yang bukan karena penyakit lain adalah KEP berat/Gizi buruk tipe kwasiorkor. a. Kwashiorkor Edema, umumnya seluruh tubuh, terutama pada punggung kaki (dorsum pedis) Wajah membulat dan sembab Pandangan mata sayu Rambut tipis, kemerahan seperti warna rambut jagung, mudah dicabut tanpa rasa sakit, rontok Perubahan status mental, apatis, dan rewel Pembesaran hati Otot mengecil (hipotrofi), lebih nyata bila diperiksa pada posisi berdiri atau duduk Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna menjadi coklat kehitaman dan terkelupas (crazy pavement dermatosis) Sering disertai : penyakit infeksi, umumnya akut anemia diare.

b. Marasmus: Tampak sangat kurus, tinggal tulang terbungkus kulit Wajah seperti orang tua Cengeng, rewel Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada (baggy pant/pakai celana longgar) Perut cekung Iga gambang Sering disertai: - penyakit infeksi (umumnya kronis berulang) - diare kronik atau konstipasi/susah buang air

c. Marasmik-Kwashiorkor:

Gambaran klinik merupakan campuran dari beberapa gejala klinik Kwashiorkor dan Marasmus, dengan BB/U <60% baku median WHO-NCHS disertai edema yang tidak mencolok.

BAB II TATA LAKSANA PELAYANAN KEP BERAT/GIZI BURUK DI PUSKESMAS


A. PRINSIP DASAR PELAYANAN RUTIN KEP BERAT/GIZI BURUK Pelayanan rutin yang dilakukan di puskesmas berupa 10 langkah penting yaitu: 1. Atasi/cegah hipoglikemia 2. Atasi/cegah hipotermia 3. Atasi/cegah dehidrasi 4. Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit 5. Obati/cegah infeksi 6. Mulai pemberian makanan 7. Fasilitasi tumbuh-kejar (catch up growth) 8. Koreksi defisiensi nutrien mikro 9. Lakukan stimulasi sensorik dan dukungan emosi/mental 10. Siapkan dan rencanakan tindak lanjut setelah sembuh. Dalam proses pelayanan KEP berat/Gizi buruk terdapat 3 fase yaitu fase stabilisasi, fase transisi, dan fase rehabilitasi . Petugas kesehatan harus trampil memilih langkah mana yang sesuai untuk setiap fase. Tata laksana ini digunakan pada pasien Kwashiorkor, Marasmus maupun MarasmikKwashiorkor. Bagan dan jadwal pengobatan sebagai berikut:
No 1 2 3 4 5 6 7 8 FASE Hipoglikemia Hipotermia Dehidrasi Elektrolit Infeksi MulaiPemberian makanan Tumbuh kejar (Meningkatkan Pemberian Makanan) Mikronutrien STABILISASI Hari ke 1-2 Hari ke 2-7 TRANSISI Minggu ke-2 REHABILITASI Minggu ke 3-7

Tanpa Fe

dengan Fe

9 10

Stimulasi Tindak lanjut

B. SEPULUH LANGKAH UTAMA PADA TATA LAKSANA KEP BERAT/GIZI BURUK 1. Pengobatan atau pencegahan hipoglikemia (kadar gula dalam darah rendah) Hipoglikemia merupakan salah satu penyebab kematian pada anak dengan KEP berat/Gizi buruk. Pada hipoglikemia, anak terlihat lemah, suhu tubuh rendah. Jika anak sadar dan dapat menerima makanan usahakan memberikan makanan saring/cair 2-3 jam sekali. Jika anak tidak dapat makan (tetapi masih dapat minum) berikan air gula dengan sendok. Jika anak mengalami gangguan kesadaran, berikan infus cairan glukosa dan segera rujuk ke RSU kabupaten. 2. Pengobatan dan pencegahan hipotermia (suhu tubuh rendah) Hipotermia ditandai dengan suhu tubuh yang rendah dibawah 360 C. Pada keadaan ini anak harus dihangatkan. Cara yang dapat dilakukan adalah ibu atau orang dewasa lain mendekap anak di dadanya lalu ditutupi selimut (Metode Kanguru). Perlu dijaga agar anak tetap dapat bernafas. Cara lain adalah dengan membungkus anak dengan selimut tebal, dan meletakkan lampu didekatnya. Lampu tersebut tidak boleh terlalu dekat apalagi sampai menyentuh anak. Selama masa penghangatan ini dilakukan pengukuran suhu anak pada dubur (bukan ketiak) setiap setengah jam sekali. Jika suhu anak sudah normal dan stabil, tetap dibungkus dengan selimut atau pakaian rangkap agar anak tidak jatuh kembali pada keadaan hipothermia.

Tidak dibenarkan penghangatan anak dengan menggunakan botol berisi air panas
3. Pengobatan dan Pencegahan kekurangan cairan Tanda klinis yang sering dijumpai pada anak penderita KEP berat/Gizi buruk dengan dehidrasi adalah : Ada riwayat diare sebelumnya Anak sangat kehausan Mata cekung Nadi lemah Tangan dan kaki teraba dingin Anak tidak buang air kecil dalam waktu cukup lama. Tindakan yang dapat dilakukan adalah : Jika anak masih menyusui, teruskan ASI dan berikan setiap setengah jam sekali tanpa berhenti. Jika anak masih dapat minum, lakukan tindakan

rehidrasi oral dengan memberi minum anak 50 ml (3 sendok makan) setiap 30 menit dengan sendok. Cairan rehidrasi oral khusus untuk KEP disebut ReSoMal (lampiran 4). Jika tidak ada ReSoMal untuk anak dengan KEP berat/Gizi buruk dapat menggunakan oralit yang diencerkan 2 kali. Jika anak tidak dapat minum, lakukankan rehidrasi intravena (infus) cairan Ringer Laktat/Glukosa 5 % dan NaCL dengan perbandingan 1:1. KEP BERAT/GIZI BURUK YANG DIRUJUK KE RSU HARUS DILAKUKAN TINDAKAN PRA RUJUKAN UNTUK MENGATASI HIPOGLIKEMI, HIPOTERMIA, DAN DEHIDRASI

4. Lakukan pemulihan gangguan keseimbangan elektrolit Pada semua KEP berat/Gizi buruk terjadi gangguan keseimbangan elektrolit diantaranya : Kelebihan natrium (Na) tubuh, walaupun kadar Na plasma rendah. Defisiensi kalium (K) dan magnesium (Mg)

Ketidakseimbangan elektrolit ini memicu terjadinya edema dan, untuk pemulihan keseimbangan elektrolit diperlukan waktu paling sedikit 2 minggu.

JANGAN OBATI EDEMA DENGAN PEMBERIAN DIURETIKA Berikan : Makanan tanpa diberi garam/rendah garam Untuk rehidrasi, berikan cairan oralit 1 liter yang diencerkan 2 X (dengan penambahan 1 liter air) ditambah 4 gr KCL dan 50 gr gula atau bila balita KEP bisa makan berikan bahan makanan yang banyak mengandung mineral ( Zn, Cuprum, Mangan, Magnesium, Kalium) dalam bentuk makanan lumat/lunak

Contoh bahan makanan sumber mineral Sumber Zink Sumber Mangan Sumber Magnesium Sumber Kalium : daging sapi, hati, makanan laut, kacang tanah, telur ayam : beras, kacang tanah, kedelai. : kacang-kacangan, bayam. : jus tomat, pisang, kacang2an, apel, alpukat, bayam, daging tanpa lemak.

5. Lakukan Pengobatan dan pencegahan infeksi

Pada KEP berat/Gizi buruk, tanda yang umumnya menunjukkan adanya infeksi seperti demam seringkali tidak tampak, oleh karena itu pada semua KEP berat/Gizi buruk secara rutin diberikan antibiotik spektrum luas dengan dosis sebagai berikut :
UMUR ATAU BERAT BADAN KOTRIMOKSASOL (Trimetoprim + Sulfametoksazol) Beri 2 kali sehari selama 5 hari Tablet dewasa 80 mg trimeto prim + 400 mg sulfametok sazol 2 sampai 4 bulan (4 - < 6 kg) 4 sampai 12 bulan (6 - < 10 Kg) 12 bln s/d 5 thn (10 - < 19 Kg) 1 Tablet Anak 20 mg trimeto prim + 100 mg sulfametok sazol 1 2 3 Sirup/5ml 40 mg trimeto prim + 200 mg sulfametok sazol 2,5 ml 5 ml 7,5 ml AMOKSISILIN Beri 3 kali sehari untuk 5 hari

Sirup 125 mg per 5 ml


2,5 ml 5 ml 10 ml

Catatan : Mengingat pasien KEP berat/Gizi buruk umumnya juga menderita penyakit infeksi, maka lakukan pengobatan untuk mencegah agar infeksi tidak menjadi lebih parah. Bila tidak ada perbaikan atau terjadi komplikasi rujuk ke Rumah Sakit Umum. Diare biasanya menyertai KEP berat/Gizi buruk, akan tetapi akan berkurang dengan sendirinya pada pemberian makanan secara hati-hati. Berikan metronidasol 7,5 mg/Kgbb setiap 8 jam selama 7 hari. Bila diare berlanjut segera rujuk ke rumah sakit BILA DIARE BERLANJUT ATAU MEMBURUK ANAK SEGERA DIRUJUK KE RUMAH SAKIT 6. Pemberian makanan balita KEP berat/Gizi buruk Pemberian diet KEP berat/Gizi buruk dibagi dalam 3 fase, yaitu : Fase Stabilisasi, Fase Transisi, Fase Rehabilitasi Fase Stabilisasi ( 1-2 hari) Pada awal fase stabilisasi perlu pendekatan yang sangat hati-hati, karena keadaan faali anak sangat lemah dan kapasitas homeostatik berkurang.

Pemberian makanan harus dimulai segera setelah anak dirawat dan dirancang sedemikian rupa sehingga energi dan protein cukup untuk memenuhi metabolisma basal saja. Formula khusus seperti Formula WHO 75/modifikasi/Modisco yang dianjurkan dan jadwal pemberian makanan harus disusun sedemikian rupa agar dapat mencapai prinsip tersebut diatas dengan persyaratan diet sebagai berikut : - Porsi kecil, sering, rendah serat dan rendah laktosa - Energi : 100 kkal/kg/hari - Protein : 1-1.5 gr/kg bb/hari - Cairan : 130 ml/kg bb/hari (jika ada edema berat 100 ml/Kg bb/hari) - Bila anak mendapat ASI teruskan , dianjurkan memberi Formula WHO 75/pengganti/Modisco dengan menggunakan cangkir/gelas, bila anak terlalu lemah berikan dengan sendok/pipet - Pemberian Formula WHO 75/pengganti/Modisco atau pengganti dan jadwal pemberian makanan harus disusun sesuai dengan kebutuhan anak Pantau dan catat : Jumlah yang diberikan dan sisanya Banyaknya muntah Frekwensi buang air besar dan konsistensi tinja Berat badan (harian) selama fase ini diare secara perlahan berkurang pada penderita dengan edema , mula-mula berat badannya akan berkurang kemudian berat badan naik 7. Perhatikan masa tumbuh kejar balita (catch- up growth) Pada fase ini meliputi 2 fase yaitu fase transisi dan fase rehabilitasi : Fase Transisi (minggu ke 2) Pemberian makanan pada fase transisi diberikan secara berlahan-lahan untuk menghindari risiko gagal jantung, yang dapat terjadi bila anak mengkonsumsi makanan dalam jumlah banyak secara mendadak. Ganti formula khusus awal (energi 75 Kkal dan protein 0.9-1.0 g per 100 ml) dengan formula khusus lanjutan (energi 100 Kkal dan protein 2.9 gram per 100 ml) dalam jangka waktu 48 jam. Modifikasi bubur/makanan keluarga dapat digunakan asalkan dengan kandungan energi dan protein yang sama. Kemudian naikkan dengan 10 ml setiap kali, sampai hanya sedikit formula tersisa, biasanya pada saat tercapai jumlah 30 ml/kgbb/kali pemberian (200 ml/kgbb/hari). Pemantauan pada fase transisi: 1. frekwensi nafas 2. frekwensi denyut nadi

Bila terjadi peningkatan detak nafas > 5 kali/menit dan denyut nadi > 25 kali /menit dalam pemantauan setiap 4 jam berturutan, kurangi volume pemberian formula. Setelah normal kembali, ulangi menaikkan volume seperti di atas. 3. Timbang anak setiap pagi sebelum diberi makan Setelah fase transisi dilampaui, anak diberi: Formula WHO 100/pengganti/Modisco 1 dengan jumlah tidak terbatas dan sering. Energi : 150-220 Kkal/kg bb/hari Protein 4-6 gram/kg bb/hari Bila anak masih mendapat ASI, teruskan, tetapi juga beri formula WHO 100/Pengganti/Modisco 1, karena energi dan protein ASI tidak akan mencukupi untuk tumbuh-kejar.

Setelah fase rehabilitasi (minggu ke 3-7) anak diberi : Formula WHO-F 135/pengganti/Modisco 1 dengan jumlah tidak terbatas dan sering Energi : 150-220 kkal/kgbb/hari Protein 4-6 g/kgbb/hari bila anak masih mendapat ASI, teruskan ASI, ditambah dengan makanan Formula ( lampiran 2 ) karena energi dan protein ASI tidak akan mencukupi untuk tumbuhkejar. Secara perlahan diperkenalkan makanan keluarga

Pemantauan fase rehabilitasi Kemajuan dinilai berdasarkan kecepatan pertambahan badan : - Timbang anak setiap pagi sebelum diberi makan. - Setiap minggu kenaikan bb dihitung. Baik bila kenaikan bb 50 g/Kg bb/minggu. Kurang bila kenaikan bb < 50 g/Kg bb/minggu, perlu re-evaluasi menyeluruh.
TAHAPAN PEMBERIAN DIET : FORMULA WHO 75 ATAU PENGGANTI : FORMULA WHO 75 FORMULA WHO 100 ATAU PENGGANTI FASE REHABILITASI : FORMULA WHO 135 (ATAU PENGGANTI) MAKANAN KELUARGA FASE STABILISASI FASE TRANSISI

8. Lakukan penanggulangan kekurangan zat gizi mikro Semua pasien KEP berat/Gizi buruk, mengalami kurang vitamin dan mineral. Walaupun anemia biasa terjadi, jangan tergesa-gesa memberikan preparat besi (Fe). Tunggu sampai anak mau makan dan berat badannya mulai naik (biasanya

pada minggu ke 2). Pemberian besi pada masa stabilisasi dapat memperburuk keadaan infeksinya.

Dosis Pemberian Tablet Besi Folat dan Sirup Besi


UMUR DAN BERAT BADAN 6 sampai 12 bulan (7 - < 10 Kg) 12 bulan sampai 5 tahun TABLET BESI/FOLAT Sulfas ferosus 200 mg + 0,25 mg Asam Folat Berikan 3 kali sehari tablet tablet SIRUP BESI Sulfas ferosus 150 ml Berikan 3 kali sehari 2,5 ml (1/2 sendok teh) 5 ml (1 sendok teh)

Bila anak diduga menderita kecacingan berikan Pirantel Pamoat dengan dosis tunggal sebagai berikut : UMUR ATAU BERAT BADAN
4 bulan sampai 9 bulan (6-<8 Kg) 9 bulan sampai 1 tahun (8-<10 Kg) 1 tahun sampai 3 tahun (10-<14 Kg) 3 Tahun sampai 5 tahun (14-<19 Kg)

PIRANTEL PAMOAT (125mg/tablet) (DOSIS TUNGGAL)


tablet tablet 1 tablet 1 tablet

Vitamin A oral berikan 1 kali dengan dosis Umur Kapsul Vitamin A 200.000 IU 1 kapsul Kapsul Vitamin A 100.000 IU 1 kapsul -

6 bln sampai 12 bln 12 bln sampai 5 Thn

Dosis tambahan disesuaikan dengan baku pedoman pemberian kapsul Vitamin A

9. Berikan stimulasi sensorik dan dukungan emosional Pada KEP berat/gizi buruk terjadi keterlambatan perkembangan mental dan perilaku, karenanya berikan : - Kasih sayang - Ciptakan lingkungan yang menyenangkan - Lakukan terapi bermain terstruktur selama 15 30 menit/hari - Rencanakan aktifitas fisik segera setelah sembuh - Tingkatkan keterlibatan ibu (memberi makan, memandikan, bermain dsb)

10. Persiapan untuk tindak lanjut di rumah Bila berat badan anak sudah berada di garis warna kuning anak dapat dirawat di rumah dan dipantau oleh tenaga kesehatan puskesmas atau bidan di desa. Pola pemberian makan yang baik dan stimulasi harus tetap dilanjutkan dirumah setelah pasien dipulangkan dan ikuti pemberian makanan seperti pada lampiran 5, dan aktifitas bermain. Tabel 1 : KEBUTUHAN GIZI MENURUT FASE PEMBERIAN MAKAN FASE TRANSISI
150 Kkal/kgbb/hr 2-3 g/kgbb/hr Lihat langkah 8 Idem Idem Idem Idem 150 ml/Kgbb/hr

ZAT GIZI
Energi Protein Vitamin A Asam Folat Zink Cuprum Fe Cairan

STABILISASI
100 Kkal/kgbb/hr 1-1,5 g/kgbb/hr Lihat langkah 8 Idem Idem Idem Idem 130 ml/Kgbb/hr atau 100 ml/kgbb/hr bila ada edema

REHABILITASI
150-200 Kkal/kgbb/hr 4-6 g/kgbb/hr Lihat langkah 8 Idem Idem Idem Idem 150-200 ml/Kgbb/hr

Tabel 2 JADWAL, JENIS, DAN JUMLAH MAKANAN YANG DIBERIKAN


JUMLAH CAIRAN (ml) SETIAP MINUM MENURUT BB ANAK 4 Kg 6 Kg 8 Kg 10 Kg 45 45 65 65 65 65 100 100 90 130 110 160

FASE Stabilisasi

WAKTU PEMBERIAN Hari 1-2

JENIS MAKANAN F75/modifikasi/ Modisco F75/modifikasi/ Modisco

FREKWENSI 12 x ( dg ASI ) 12 x ( tanpa ASI) 8 x ( dg ASI) 8 x (tanpa ASI)

Hari 3-4

10

6 x (dg ASI) 6 x (Tanpa ASI) Hari 5-7 Transisi Rehabilita Si BB < 7 Kg Minggu 2-3 Minggu 3-6 F75/Modifikasi/ Modisco F100/modifi kasi/Modisco I Atau II F135/modifi kasi/Modisco III, ditambah Makanan lumat/makan lembik sari buah Makanan lunak/makan An biasa Buah 4 x ( dg ASI ) 6 x ( tanpa ASI) 3 x ( dg/tanpa ASI ) 3 x 1 porsi 1x 3 x 1 porsi 1 2 x 1 buah 90 90 130 90 90 130 130 195 130 100 175 175 150 220 220 175

100 -

100 -

100 -

100 -

BB >7 Kg

*) 200 ml = 1 gelas Contoh : Kebutuhan anak dengan berat badan 6 Kg pada fase rehabilitasi diperlukan : Energi : 1200 Kkal 400 kalori dipenuhi dari 3 kali 100 cc F 135 ditambah 800 kalori dari 3 kali makanan lumat/makanan lembik dan 1 kali 100 cc sari buah Tabel 3 FORMULA WHO Bahan FORMULA WHO
Susu skim bubuk Gula pasir Minyak sayur Larutan elektrolit Tambahan air s/d

Per 100 ml
g g g Ml Ml Kalori g g Mmol Mmol Mmol Mg Mg Mosm/l

F 75
25 100 30 20 1000 750 9 13 36 6 4.3 20 2.5 5 36 413

F 100
85 50 60 20 1000 1000 29 42 59 19 7.3 23 2.5 12 53 419

F 135
90 65 75 27 1000 1350 33 48 63 22 8 30 3.4 10 57 508

NILAI GIZI
Energi Protein Lactosa Potasium Sodium Magnesium Seng Copper % energi protein % energi lemak Osmolality

Tabel 4 MODIFIKASI FORMULA WHO FASE STABILISASI

TRANSISI

REHABILITASI

11

Bahan Makanan Susu skim bubuk (g) Susu full cream (g) Susu sapi segar (ml) Gula pasir (g) Tepung beras (g) Tempe (g) Minyak sayur (g) Margarine (g) Lar. Elektrolit (ml) Tambahan air (L)

F75 I 25 70 35 27 20 1

F75 II 35 70 35 17 20 1

F75 III 300 70 35 17 20 1

M 100 50 25 1

F100 110 50 30 20 1

M1 100 50 50 1

MII 100 50 50 1

F135 25 75 50 150 60 27 1

MIII 120 75 50 1

*) M : Modisco

Daftar Kepustakaan
1. Direktorat Bina Gizi Masyarakat. Hasil Penataran Petugas Kesehatan Dalam Rangka Pelayanan Gizi Buruk di Puskesmas dan Rumah Sakit , BLK Cimacan, Oktober 1981. Departemen Kesehatan RI, WHO, Unicef. Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) Indonesia, Jakarta 1997 Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Ditjen Binkesmas Depkes. Pedoman Penanggulangan Kekurangan Energi Protein (KEP) dan Petunjuk Pelaksanaan PMT pada Balita, Jakarta 1997. London School of Hygiene and Tropical Medicine. Dietary Management of PEM (Not Published, 1998) WHO. Guideline for the Inpatient Treatment of Severely Malnourished Children, WHO Searo, 1998. Departemen Kesehatan RI, Pedoman Pelaksanaan Pojok Gizi (POZI) di Puskesmas, Jakarta 1997 Waterlaw JC. Protein Energy Malnutrition, Edward Arnold , London, 1992

2. 3.

4. 5. 6. 7.

12

Penasehat :
Dr. Dini Latief MSc (Kepala Direktorat Bina Gizi Masyarakat) Dr. Muharso SKM (Kepala Pusat Data Dep.Kesehatan) Dr. Bambang G. Hamurwono SpM (Kepala Direktorat RS Umum dan Swasta)

Tim Penyusun
1. Dr. Sri S. Nasar, SpAK 2. Dr. Emelia Soeroto Hamzah, SpAK 3. Budi Hartati SKM, Mkes 4. Dr.Endang Peddyawati, MSc 5. Bambang Harianto, SKM. M.Sc. 6. Nursiah A. Ganie, M.Sc 7. Ir. Martini, MCN 8. Rita Kemalawati, MCN 9. Dr. Kirana Pritasari, M.Sc 10. Dr. Anie Kurniawan M.Sc 11. Ida Pasaribu MPH 12. Drs. Arizal, MCN 13. Minarto, MPS 14. Dr. Wistianto, MPH 15. Sunawang, M.Sc 16. Evarini Ruslina, SKM 17. Ichwan Arbie, SKM 18. UKK dan UK Gizi 19. Ferina Darmarini, DCN IDAI IDAI Persagi PDGMI Dit Bina Gizi Masyarakat Dit Bina Gizi Masyarakat Dit Bina Gizi Masyarakat Dit Bina Gizi Masyarakat Dit. Bina Kesehatan Keluarga Dit Bina Gizi Masyarakat Dit. Bina Upaya Kes. Puskesmas Dit Bina Gizi Masyarakat Dit Bina Gizi Masyarakat Pusat Data Kesehatan Unicef Dit Bina Gizi Masyarakat Dit Bina Gizi Masyarakat IDAI RSCM

13

Anda mungkin juga menyukai