Anda di halaman 1dari 11

I.

Gambaran Umum tentang Brazil Brazil merupakan negara Republik Federatif yang terdiri dari 26 negara bagian dan 1 distrik Federal dikepalai oleh seorang Presiden. Presiden Brazil saat ini adalah Dilma Rousseff. Negara Brazil beriklim tropis, dengan luas wilayah kira-kira 8.511.965 Km 2 berbatasan dengan Venezuela, Guyana Inggris, Suriname, Guyana Perancis di bagian utara, Samudera Atlantik di bagian timur, Uruguay di bagian selatan serta Argentina, Paraguay, Bolivia dan Peru di bagian Barat. Sebagian besar penduduk Brazil yang berjumlah + 185 juta beragama Katolik Roma, hanya 15% diantaranya beragama Protestan dan sisanya 11% beragama lainnya, dan setengah dari jumlah tersebut berkulit putih dan seperempatnya berkulit Mulato dan sisanya adalah bangsa berkulit hitam, Asia dan Indian. Sistem parlemen Brazil adalah sistim dua kamar yaitu Federal Senate dan Chamber of Deputies dengan sistim multipartai seperti di Indonesia. Andalan sumber daya alam Brazil adalah bijih besi dan hasil tambang lain, hasil perkebunan jeruk, kopi, kedelai, jagung, padi, cocoa dan hasil peternakan sapi dan ayam, serta andalan bidang industrinya seperti tekstil, sepatu, bahan-bahan kimia, pesawat terbang dan mesin-mesin. a. Sistem Politik Konstitusi Brazil yang berlaku saat ini disahkan pada tanggal 5 Oktober 1988. Dalam upaya mereformasi konstitusi ini, lima partai besar yaitu, PMDB, PFL, PSDB, PP dan PTB sepakat bahwa hal-hal yang perlu mendapat prioritas untuk dibahas di Kongres adalah masalah imunitas anggota parlemen, pencabutan hak berpolitik, loyalitas kepada partai, sistem pemilu, dan pembatasan waktu mandat presiden. Hal ini semua merupakan bagian dari yang disebut Reformasi Politik, yang hingga saat ini masih belum dirampungkan dan terus dalam prosesnya. Parlemen Brazil disebut Kongres terdiri dari 81 anggota Senat (Senator), yang terdiri dari tiga orang dari setiap negara bagian dan distrik federal, serta 513 anggota DPR. Masa jabatan anggota Senat adalah 8 tahun, sedangkan masa jabatan DPR adalah 4 tahun. Baik anggota Senat maupun anggota DPR dipilih secara langsung oleh rakyat melalui Pemilu.

a. Dalam Kongres Brazil, terdapat 15 partai yang mewakili golongan di dalam masyarakat. Karena perpindahan partai merupakan hal yang biasa, maka jumlah proporsi kursi di dalam Kongres yang dimiliki oleh partai tertentu sering berubah. Partai-partai besar yang ada dalam politik Brazil antara lain: i. PFL ii. PMDB iii. PPB iv. PT v. PDT vi. PTB vii. PSB viii. PcdoB ix. PL : Liberal Front Party (tengah kanan) : Brazilian Democratic Movement Party (tengah) : Brazilian Social Democratic Party (tengah kiri) : Brazilian Progressive Party (tengah kanan) : Workers Party (kiri) : Democratic Labor Party ( tengah kanan) : Brazilian Socialist Party (kiri) : Communist Party of Brazil (kiri) : Liberal Party (tengah kanan)

Menurut Konstitusi Brazil yang berlaku saat ini yang lebih dikenal sebagai Konstitusi 1988 (karena disahkan pada tanggal 5 Oktober 1988), negara Brazil berbentuk Republik Federasi dengan kabinet Presidentil. Brazil memiliki 26 Negara Bagian dan 1 (satu) Distrik Federal. Konstitusi 1988 menjamin kekuasaan yang luas kepada pemerintah federal yang terdiri dari eksekutif, legislatif dan yudikatif. Mahkamah Agung Federal terdiri dari 11 hakim, dan bertemu secara rutin di ibukota Brazilia. Pengadilan Federal berkedudukan di setiap negara bagian dan di Distrik Federal. Jenis pengadilan lain adalah pengadilan Pemilihan Federal untuk melindungi Pemilu dan Pengadilan Pekerja/Buruh. Hakim-hakim Federal diangkat untuk seumur hidup. Pengadilan di negara bagian dilakukan dengan koordinasi dengan Pengadilan Pusat. b. Sistem Pemerintahan Presiden berfungsi sebagai Kepala Negara dan Pemerintahan. Periode pemerintahan seorang Presiden adalah menjabat selama 4(empat) tahun dan hanya berhak dipilih selama 2(dua) kali berturut-turut. Presiden memiliki wewenang penuh untuk memilih anggota kabinetnya, namun tetap berupaya mengakomodasi kekuatan partai politik yang menguasai parlemen. c. Perekonomian Brazil

Perekonomian Brazil selama pemerintahan Presiden Lula dapat dikatakan berhasil meskipun di awal pemerintahan Presiden Lula, masyarakat Brazil dan mula-mula para pengamat internasional pada umumnya kurang menaruh kepercayaan dan khawatir terhadap kemampuan Presiden Lula dari Partai Pekerja (PT) yang cukup lama berperan sebagai oposisi dalam pemerintahan Brazil. Namun, proses pembenahan yang dilancarkan oleh pemerintahan Presiden Lula ternyata berdampak sangat positif dalam perekonomian Brazil. Salah satu bukti nyata keberhasilan kinerja perekonomian Brazil selama pemerintahan Presiden Lula ialah pelunasan hutang Brazil kepada IMF (Dana Moneter Internasional) sehingga Brazil dapat lebih leluasa mengatur sendiri perekonomiannya. Kenyataan lain berhasilnya kinerja perekonomian pemerintah Presiden Lula ialah sejak awal pemerintahannya tahun 2003 hingga April 2007, nilai mata uang yang semakin kokoh dimana nilai tukar mata uang Brazil, yaitu Real (R$) terhadap US$ semakin kuat. Sebagai perbandingan nilai tukar mata uang Real (R$) terhadap mata uang USD pada bulan Januari 2003 (awal pemerintahan Presiden Lula) adalah USD 1 = R$ 3,52 dan pada Desember 2008, USD 1 = R$ 2,30. Nilai tukar saat ini per Oktober 2009 adalah USD 1 = R$ 1,77. c.1 Kinerja Ekspor - Impor Brazil tahun 2008 Neraca perdagangan Brazil pada tahun 2008 tercatat nilai total sebesar US$ 370.918.015.701 dengan saldo positif sebesar US$ 24.966.015.701 yang merupakan hasil dari : - Total ekspor - Total impor : US$ 197.942.442.909 : US$ 172.976.427.208

Surplus sebesar US$ 24.966.015.701 (2008) sebagaimana tersebut di atas adalah 37% lebih kecil dari surplus sebesar US$ 40.031.626.580 milyar pada tahun 2007. c.2 Kinerja Ekspor - Impor Brazil (Januari s/d Agustus 2009) Pada periode Januari s/d Agustus 2009, total neraca perdagangan Brazil tercatat sebesar US$ 175.894.084.756 dengan surplus (saldo positif) sebesar US$ 19.944.521.064 yang merupakan hasil dari : Total ekspor Total impor : US$ 97.919.302.91 : US$ 77.974.781.94

2. Hubungan Bilateral Indonesia dengan Brazil a. Hubungan Politik

Indonesia dan Brazil menjalin hubungan diplomatik pada tahun 1953. Hubungan bilateral antara Indonesia dan Brazil secara umum berlangsung baik. Kesamaan kebijakan luar negeri kedua negara yang mengutamakan mekanisme multilateral dalam penanganan berbagai masalah internasional telah memperkuat hubungan dan koordinasi serta saling mendukung antara kedua negara dalam forum kerjasama bilateral, regional dan multilateral. Hubungan bilateral antara Indonesia dan Brazil secara umum berlangsung baik dan saat ini memasuki tahapan yang krusial dan strategis. Disamping kesamaan wilayah yang luas dan jumlah penduduk yang banyak, kedua negara memiliki kesamaan pandangan dalam berbagai isu regional dan multilateral, usaha penegakan demokrasi dan HAM. Selain itu, pemerintah kedua negara juga sedang melakukan reformasi di berbagai bidang dan oleh karena itu kedua negara saling memahami tantangan yang dihadapi masing-masing dalam proses reformasi tersebut. Brazil menilai Indonesia sebagai negara yang memiliki peranan penting bagi stabilitas di kawasan Asia Tenggara dan kawasan Asia Pasifik. Sejalan dengan politik luar negeri yang tidak mencampuri urusan dalam negeri negara lain, Pemerintah Brazil mendukung integritas wilayah NKRI dan langkah-langkah reformasi yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia dalam pemajuan HAM dan demokrasi. Terdapat keinginan kuat dari kedua negara untuk terus berupaya meningkatkan hubungan kerjasamanya di berbagai bidang. Hal ini dapat dilihat dari antara lain kegiatan saling kunjung antara kepala negara, pejabat, anggota parlemen, pelaku ekonomi dan masyarakat kedua negara. Kunjungan kenegaraan Presiden Brazil, Liuz Incio Lula da Silva ke Indonesia pada tanggal 12 Juli 2008 yang merupakan kunjungan pertamanya sejak menjabat sebagai Kepala Negara Brazil dan merupakan kunjungan Kepala Negara Brazil yang kedua setelah kunjungan Presiden Fernando Henrique Cardoso pada bulan Januari 2001 mempunyai arti penting bagi peningkatan hubungan bilateral kedua negara. Sementara itu Presiden RI melakukan kunjungan balasan ke Brazil pada tanggal 18 November 2008 dalam rangkaian menghadiri pertemuan puncak negara anggota APEC di Lima, Peru. Kegiatan saling kunjung antara Kepala Negara ini memiliki arti penting tersendiri bagi peningkatan hubungan bilateral Indonesia Brazil, mengingat pada tahun 2008 hubungan diplomatik Indonesia - Brazil memasuki usia 55 tahun. Kunjungan tersebut akan memberikan dampak yang positif bagi peningkatan dan memperkuat kerjasama Indonesia Brazil baik dalam forum multilateral maupun bilateral yang pada akhirnya mendorong serta meningkatkan

kerjasama kedua negara yang saling menguntungkan di berbagai bidang khususnya ekonomi, perdagangan, investasi, pariwisata, ilmu pengetahuan dan teknologi termasuk promosi citra Indonesia di Brazil. Sebagai tindak lanjut penandatanganan Kemitraan Strategis Indonesia - Brazil pada saat kunjungan resmi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke Brazil pada 18 November 2009, pada tanggal 14 16 Oktober 2009 telah dilangsungkan Sidang Ke 1 Komisi Bersama Indonesia Brazil yang dikhususkan untuk membahas Rencana Aksi dari Kemitraan Strategis yang telah disepakati sebelumnya. Selain menyepakati Rencana Aksi Kemitraan Strategis, dalam kesempatan pertemuan tersebut delegasi Indonesia yang dipimpin oleh Direktur Jenderal Amerika dan Eropa, Deplu Duta Besar Retno L.P. Marsudi dan Brasil dipimpin oleh Duta Besar Roberto Jaguaribe, telah membahas prioritas hubungan bilateral kedua negara utamanya dalam upaya memajukan investasi, pedagangan, pertanian dan energi. b. Hubungan Ekonomi dan Perdagangan Di bidang ekonomi, hubungan kedua negara berjalan cukup baik. Neraca perdagangan kedua negara masih relatif kecil bila dibandingkan dengan potensi yang dimiliki oleh kedua negara, namun pada tahun-tahun terakhir ini tercatat peningkatan yang signifikan dalam hubungan perdagangan Brazil merupakan mitra dagang utama Indonesia di kawasan Amerika Selatan. Ekspor utama Indonesia ke Brazil antara lain : karet alam dan produk karet, benang tekstil polyester, kakau, minyak kelapa sawit, tembaga dan spare-parts mobil. Sedangkan impor utama dari Brazil antara lain biji besi, kedelai, pulp, kapas, gula tebu, tembakau, suku cadang kendaraan bermotor, lem kayu dan kulit. Untuk mempromosikan hubungan dagang, ekonomi dan pariwisata antara kedua negara telah dilakukan upaya antara lain mengangkat beberapa Konsul Kehormatan RI di beberapa kota besar Brazil yakni, So Paulo, Rio de Janeiro, Belo Horizonte dan Recife. Disamping itu, telah diresmikan Camara de Comrcio IndonesiaBrazil (Kamar Dagang IndonesiaBrazil) di So Paulo. Dalam upaya meningkatkan kegiatan promosi dagang Indonesia di Brazil maka telah didirikan ITPC (Indonesian Trade Promotion Center) di So Paulo. Pendirian ITPC di So Paulo tersebut berdasarkan Surat Keputusan Menteri Luar Negeri RI No.168/PO/X/97/01 tahun 1997

dan Surat Kepala BPEN No.489/BPEN/XI/2003 dan mendapat autorisasi atau ijin untuk beroperasi dari Pemerintah Brazil berdasarkan Nota Dinas dari Kementerian Luar Negeri Brazil No. : CGPI/DAOCII/DAC/DIM/008/DIMU-BRAS-INDO tertanggal 17 Desember 2003. Selama kurun waktu 55 tahun, hubungan bilateral kedua negara secara umum berlangsung cukup baik. Dalam bidang ekonomi, Brasil memiliki posisi penting bagi Indonesia. Saat ini Brasil bersama dengan Rusia, India, dan China (BRIC) merupakan new emerging market yang akan menjadi kekuatan kekuatan ekonomi baru yang akan menggantikan pasarpasar tradisional seperti Amerika Serikat dan negara-negara Eropa. Berdasarkan hal tersebut, penting kiranya bagi Indonesia untuk dapat memanfaatkan potensi new emerging market ini melalui peningkatan hubungan perdagangan bilateral dan kegiatan promosi dagang di empat negara tersebut. Banyak pihak memprediksikan bahwa Brasil akan menjadi salah satu global player pada tahun-tahun mendatang, terkait dengan kekuatan perekonomian yang dimilikinya serta upaya perwujudan keinginan Brasil untuk menjadi anggota dewan keamanan PBB. Salah satu faktor utama yang membuat perekonomian Brasil mengalami kemajuan pesat pada beberapa tahun terakhir adalah, gencarnya upaya pemerintah dalam mengalokasikan anggaran pembangunan fasilitas Research and Development (R&D) dalam upaya mengembangkan perekonomian berbasis kreativitas (innovative economy). Sebagai negara kawasan, Amerika Latin merupakan pasar alternatif yang cukup potensial bagi produk-produk Indonesia. Hal ini dilihat dari populasi (jumlah penduduk) di kawasan Amerika Latin yang cukup besar yaitu lebih dari sekitar 562 juta jiwa (tahun 2010) dan pendapatan perkapitanya yang tinggi hingga mencapai rata-rata di atas US$ 7.000. Jumlah penduduk Brasil pada tahun 2010 diperkirakan mencapai sekitar 201,1 juta orang, dan GDP per kapita sebesar US$ 10.900 (2010). Potensi tersebut menjadikan Brasil sebagai pasar alternatif yang berpeluang bagi pemerintah, pengusaha Indonesia,serta mitra dagang utama bagi Indonesia guna menggarap pasar-pasar yang ada di kawasan Amerika Latin. Brasil adalah negara termaju di antara negara-negara di Amerika Latin, dan negara terbesar ke-5 di dunia setelah negara Federasi Rusia, Kanada, China, dan Amerika Serikat. Nilai pertumbuhan ekonomi Brasil pada tahun 2010 memperlihatkan Gross National Product (GNP) sebesar US$ 2,013 trilliun; GNP per kapita sebesar US$. 10.200 dan GNP Real Growth Rate

sebesar 7,3%, sedangkan tingkat inflasi tahun 2010 adalah sebesar 4,9 % (dibandingkan dengan tahun 1993, tingkat inflasi Brasil hampir mencapai 2.500%). Ekspor Brasil ke Indonesia periode Januari-Nopember 2011 sebesar US$ 1.551,32 juta, atau meningkat 6,24% apabila dibandingkan dengan nilai ekspor periode Januari-Nopember 2010, sedangkan impor Brazil dari Indonesia sebesar US$ 1.800,99 juta, meningkat 31,17% bila dibandingkan dengan periode Januari-Nopember 2010. Sehingga, dalam neraca perdagangan periode Januari-Nopember 2011 ini, Indonesia mencapai surplus sebesar US$ 249,67 juta. Komoditi ekspor Indonesia ke Brazil pada periode Januari-Nopember 2011 ini, antara lain: Rubber Granulated atau Compressed, Technically specified natural rubber (TSNR), kernel oil, palm oil, kandungan Single Yarn, bahan dengan kandungan 85% atau lebih Nylon atau Poly lainnya. Sementara itu, impor Indonesia dari Brasil antara lain: Cane Sugar, iron ores dan produk turunannya, roasted Iron, cotton not further prepared than ginned, kandungan < 0,25%, atau lebih weight of carbon, flue cured, Virginia Type, soy cake dan residunya, Corn In Grains. Importir Brasil memperoleh keuntungan dari pajak insentif melalui kesepakatan yang ditandatangani pemerintah Brasil dengan negara lain, dan blok ekonomi. Preferensi tarif hanya mencakup pajak impor, dan tidak berlaku untuk bea masuk lainnya yang diberlakukan c. Hubungan Pendidikan dan Sosial Budaya Pada saat ini Indonesia dan Brazil telah memiliki payung kerjasama pendidikan dan dengan kesepakatan tersebut maka kerjasama dalam bidang pendidikan utamanya pertukaran pengajar, peneliti dan siswa ; proyek penelitian bersama untuk mengembangkan sumber daya manusia di universitas ; pertukaran dokumen dan publikasi dari hasil penelitian bersama; bantuan teknis bagi pengembangan dan pelatihan pengajar dan sebagainya dapat meningkat secara lebih signifikan di masa depan. Sebagian besar berita tentang Indonesia yang dimuat pada beberapa media massa Brazil umumnya diambil dari kantor-kantor berita asing dan cukup positif dan faktual. Dengan adanya partisipasi beberapa jurnalis dari beberapa media terkemuka di Brazil dalam kegiatan JVP FEALAC di Indonesia selama 2 tahun terakhir maka diharapkan akan menciptakan opini yang positif tentang Indonesia di Brazil. Selain itu, guna meningkatkan hubungan bilateral Indonesia Brazil di bidang sosial budaya, khususnya people to people, makan bersama pada saat peringatan 55 tahun hubungan

diplomatik Indonesia Brazil, yang diselenggarakan pada bulan November 2008, maka telah diselenggarakan serangkaian kegiatan yang akan dipusatkan di kota Rio de Janeiro, Sao Paulo dan Recife. Tujuannya adalah dengan semakin dikenalnya Indonesia di Brazil maka akan mendorong minat wisatawan Brazil untuk berkunjung ke Indonesia mengingat pada saat ini nilai mata uang setempat (Real) terhadap Dolar Amerika cenderung semakin menguat. d. Hubugan Kekonsuleran Berdasarkan catatan KBRI jumlah warga negara Brazil yang melakukan kunjungan ke Indonesia rata-rata setiap tahunnya sekitar 300 orang. Jumlah ini kemungkinan akan terus meningkat oleh karena pemerintah Indonesia telah memberikan kemudahan kepada warga negara Brazil dalam proses aplikasi visa dengan memasukkan Brazil dalam daftar negara yang mendapatkan fasilitas Visa Saat Kedatangan berdasarkan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia No. M.01.IZ.01.10 Tahun 2005. Saat ini Indonesia dan Brazil telah memiliki kesepakatan dalam hal Visa Exemption untuk paspor diplomatik atau dinas (untuk kunjungan sampai dengan 14 hari) yang ditanda tangani pada tanggal 12 Juli 2008 di Jakarta, pada saat kunjungan Presiden Lula ke Indonesia. e. Hubungan Pertahanan dan Keamanan Di bidang hankam, hubungan bilateral antara Indonesia-Brazil pada umumnya berlangsung baik. Secara resmi hubungan di bidang hankam telah dimulai sejak tahun 1978 dengan menempatan Atase Pertahanan secara resiprokral. Namun demikian, potensi peluang kerjasama di bidang hankam antara kedua negara belum dimanfaatkan secara optimal. Di wilayah Amerika Selatan, Brazil memiliki kekuatan militer terbesar dengan jumlah 673.470 personil aktif yang terdiri dari AD, AL dan AU. Industri pertahanan Brazil seperti Embraer, Emgepron, Imbel, Avinras, Mectron, Britannite, Forjas, Taurus, CBC dan Aeroelectronica merupakan industri pertahanan yang kuat di kawasan. Brazil memiliki keunggulan dalam teknologi bidang kedirgantaraan, persenjataan dan amunisi, informatika, eletronika, bio-teknologi. Brazil sebagai salah satu negara yang memiliki industri pertahanan cukup maju, kiranya dapat menjadi salah satu alternatif dalam pengadaan perlengkapan TNI. a. Hubungan kerjasama bilateral dibidang militer dan pertahanan antara Indonesia dan Brazil saat ini diwujudkan dengan menempatkan Atase Pertahanan di masing-masing negara akreditasi. Penempatan Athan RI di Brasilia DF menunjukkan kepentingan

Departemen Pertahanan RI, Mabes TNI dan Angkatan terhadap Brazil di bidang pertahanan dan militer cukup besar dan prospektif. Dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya Athan RI di Brazil diakreditasikan pada institusi Departemen Pertahanan, Mabes AD, AL dan AU. Dengan demikian Athan RI Brasilia mendapatkan sebutan fungsi sebagai Adido de Defesa, Naval, Exercito e Aeronautica (Atase Pertahanan merangkap Atase Laut, Darat dan Udara). Konsekuensinya dalam pelaksanaan tugas menyesuaikan dengan fungsi dan jabatan tersebut. Sementara Athan Brazil berkedudukan di Tokyo yang diakreditasikan ke Indonesia. Terdapat perbedaan dengan Athan Brazil, dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya disebut sebagai Adido de Defesa, Naval, Exercito (Atase Pertahanan merangkap Atase Laut dan Darat). Mabesau Brazil menjelaskan bahwa Athan Brazil belum diberikan tugas dan fungsi merangkap sebagai Atase Udara di Indonesia sehingga tugas-tugas Angkatan Udara langsung ditangani Mabesau di Brasilia DF. b. Dibidang pengadaan barang produk industri pertahanan Brazil, TNI pada bulan April 2001 telah menugaskan Mayjen TNI Herman LD beserta 4 pamen untuk melaksanakan tugas inspeksi pengadaan amunisi kaliber 90 mm TK Cockerill HE-T dab Kaliber 90 mm TK HEAT-T. Amunisi tersebut dibuat oleh pabrik industri persenjataan, amunisi dan alat peralatan termpur BUMN AD Brazil, IMBEL. Pengadaan amunisi dari perusahaan IMBEL untuk mendukung kebutuhan TNI Masih berlangsung sampai saat ini. Selain pengadaan senjata dan amunisi, program upgrade mesin pesawat F-5 TNI AU dikerjakan oleh perusahaan Brazil. c. Pada bulan September 2006 tim perusahaan pabrik pesawat terbang Brazil Embraer melaksanakan presentasi di Mabes TNI AU tentang pesawat tempur ringan jenis A-29 Super Tucano. Sebagai user TNI AU melihat pesawat Super Tucano sebagai alternatif untuk menggantikan pesawat TNI AU OV-10 yang dalam waktu dekat akan di phase out. Pada kesempatan tersebut delegasi Embraer mengadakan kunjungan kehormatan kepada Wakasau dan pejabat TNI AU terkait. Kunjungan tim Embraer ini merupakan momentum yang akan memberikan bobot bagi peningkatan hubungan AB Brazil dan TNI khususnya TNI AU. Ke depan pelaksanaan fungsi pertahanan dan militer dengan Negara akreditasi dapat dikembangkan kerjasama pada bidang-bidang, antara lain:

1. Pengembangan teknologi kedirgantaraan, ruang angkasa, teknologi rudal, air law enforcement, ISR, persenjataan dan amunisi, informatika, elektronika dan bioteknologi. Saat ini Brazil sedang mengembangkan kerjasama program ruang angkasa dengan China. 2. Area kerjasama (area of cooperation) lain yang dapat dikembangkan ke depan antara Indonesia dan Brazil, antara lain kerjasama pemanfaatan hasil industri pertahanan Brazil untuk kepentingan TNI AD, TNI AL dan TNI AU. Demikian juga kerjasama di bidang R&D, transfer of technology dan pendidikan.

Daftar Pustaka Laporan Kunjungan Delegasi Komisi I DPR-RI ke Negara Brazil tanggal 31 Juli 10 Agustus 2007 http://www.tabloiddiplomasi.org/previous-isuue/170-april-2012/1393-mengalami-peningkatanperdagangan-indonesia-brazil.html http://ditjenkpi.kemendag.go.id/website_kpi/Umum/Setditjen/Buletin%202011/buletin%20edisi %20II%20final.pdf

Anda mungkin juga menyukai