Anda di halaman 1dari 39

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Mata adalah salah satu indera yang paling penting bagi manusia.

Kelainan pada mata akan sangat mengganggu aktivitas hidup sehari-hari. Oleh karena pentingnya mata sebagai fungsi penglihatan dalam seluruh aspek kehidupan membuatnya menjadi salah satu faktor yang berperan penting dalam proses pendidikan. Seorang siswa tanpa penglihatan yang baikakan sulit menyerap dan memahami pelajaran yang diberikan oleh gurunya dalam proses kegiatan belajar mengajar. Penurunan tajam penglihatan yang minimal mungkin tidak disadari oleh siswa tersebut karena kemampuan pemahaman siswa tersebut terhadap proses yang terjadi pada dirinya belum maksimal. Para guru juga kadang tidak memahami kondisi yang terjadi pasa siswa tersebut. Penurunan tajam penglihatan kalau dibiarkan dapat berakibat pada beberapa hal: a) kerusakan mata akan semakin parah; dan b) prestasi belajar siswa akan manurun (EM. Sutrisna, dkk, 2007). Kecendrungan bekerja didalam ruangan akan memicu kerja mata untuk melihat sangat dekat, misalnya ketika bekerja menggunakan komputer, bermain play station, juga menyaksikan acara televisi. Dalam hal ini ganggun pada mata disebabkan adanya kejadian berulang yang menyebabkan bayangan tidak jatuh pada retina sehingga mengakibatkan

seseorang mengalami penurunan ketajaman penglihatan. Apabila seseorang berada di tempat yang sangat terang untuk waktu yang lama, maka banyak sekali fotokimiawi yang terdapat didalam sel batang dan sel kerucut diubah menjadi retinal dan opsin. Selanjutnya sebagian besar retinal dalam sel batang dan sel kerucut akan banyak berkurang, akibatnya sensitivitas terhadap cahaya juga turut berkurang (Guyton & Hall, 1997). Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mampu meningkatkan kemajuan hidup manusia, namun disisi lain dapat menyesatkan hasil peradaban dan kebudayaan yang tercipta. Salah satu teknologi yang dimaksud adalah komputer. Dengan kata lain bahwa kemajuan komputer selain berdampak positif bagi manusia, dapat pula berdampak negatif pada pemakainya. Salah satu hal yang paling mudah diamati adalah dampak komputer bagi kesehatan individu pemakainya. Hal itu salah satunya karena monitor komputer memiliki radiasai elektromagnetik. Walaupun radiasai yang ditimbulkan oleh layar computer sifatnya kecil. Yang perlu diperhatikan adalah intensitas, durasi dan frekuensi radiasai tersebut menyinari tubuh khususnya mata. Secara luas, memang dikenal berbagai gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh pemakaian komputer, antara lain Repetitive Stress/Strain Injury (RSI), kelelahan mata dan sakit kepala, sakit punggung dan leher. Kelelahan mata dan sakit kepala merupakan keluhan yang paling banyak dikeluhkan para pemakai computer.Computer Vision Vyndrome (CVS) juga telah dikenal sebagai dampak negatif dari pemakaian
2

komputer.

CVS

sendiri

merupakan

kelelahan

mata

yang

dapat

mengakibatkan sakit kepala, penglihatan ganda (diplopia), penglihatan silau, dan berbagai masalah lainnya (Dahlan, 2006). Saat ini computer banyak digunakan sebagai alat bantu dalam sektor pendidikan. Dalam masa pakai yang lama, radiasi yang ditimbulkan oleh layar monitor komputer dapat menyebabkan masalah kesehatan mata yaitu penurunan ketajaman penglihatan (Sartono, 1999). Dengan adanya pemanfaatan komputer sebagai alat bantu dalam sektor pendidikan yang memberikan dampak positif dan negatif bagi pemakainya, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Hubungan Pemakaian Komputer Dengan Gangguan Tajam Penglihatan Pada Siswa Teknik Informatika Komputer dan Jaringan di SMK Negeri 3 Mataram 1.2. RUMUSAN MASALAH Apakah ada hubungan pemakaian komputer dengan gangguan tajam penglihatan pada siswa teknik informatika komputer dan jaringan di SMK Negeri 3 Mataram?

1.3. TUJUAN PENELITIAN 1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan pemakaian komputer dengan gangguan tajam penglihatan pada siswa Teknik Informatika Komputer Dan Jaringan di SMK Negeri 3 Mataram. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui intensitas lama pemakain komputer pada siswa Teknik Informatika Komputer Dan Jaringan di SMK Negeri 3 Mataram. 2. Untuk mengetahui cara pemakain komputer pada siswa Teknik Informatika Komputer Dan Jaringan di SMK Negeri 3 Mataram. 3. Untuk mengetahui gangguan tajam penglihatan yang terjadi pada siswa Teknik Informatika Komputer Dan Jaringan di SMK Negeri 3 Mataram.

1.4.

MANFAAT PENELITIAN 1.4.1. Bagi peneliti 1. Memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan penelitian. 2. Meningkatkan kemampuan dalam mengaplikasikan pengetahuan statistik kedokteran kedalam penelitian. 1.4.2. Bagi Pemakai Komputer Dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang dampakdampak pemakaian computer terhadap kesehatan mata sehingga
4

pemakai komputer dapat mengantisipasi terjadinya gangguan mata akibat pemakaian computer. 1.4.3.Bagi SMK Negeri 3 Mataram Hasil penelitian ini dapat membanntu pihak pendidikan dalam membuat kebijakan baru dalam hal menggunakan komputer sebagai upaya untuk menghindari atau meminimalkan dampak pemakaian computer sehingga dapat dicapai tujuan pendidikan dengan tetap memperhatikan kesehatan siswa. 1.4.4.Bagi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Al-Azhar Mataram Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai acuan penelitian lanjutan dan untuk memberikan tambahan kepustakaan karya tulis ilmiah yang bermanfaat bagi institusi dan mahasiswa. 1.4.5.Bagi Cabang Ilmu Oftalmologi Sebagai sumbangan pada cabang ilmu oftalmologi yaitu dengan membuktikan pamakaian computer dapat mengakibatkan gangguan tajam penglihatan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 ANATOMI 2.1.1 STRUKTUR MATA DAN AKSESORINYA Mata merupakan organ penglihatan yang dimiliki manusia. Mata

dilindungi oleh tulang orbit yang disusun oleh berbagai tulang seperti tulang frontal, sphenoid, maxilla, zygomatic, greater wing of sphenoid, lacrimal, dan ethmoid (Rizzo, 2001). Sebagai struktur tambahan mata, dikenal berbagai struktur aksesori yang terdiri dari alis mata, kelopak mata, bulu mata, konjungtiva, aparatus lakrimal, dan otot-otot mata ekstrinsik. Alis mata dapat mengurangi masuknya cahaya dan mencegah masuknya keringat yang dapat menimbulkan iritasi ke dalam mata. Kelopak mata dan bulu mata

mencegah masuknya benda asing ke dalam mata. Konjungtiva merupakan suatu membran mukosa yang tipis dan transparan. Konjungtiva palpebra melapisi bagian dalam kelopak mata, dan konjuntiva bulbar melapisi bagian anterior permukaan mata yang berwarna putih. Titik pertemuan antara konjungtiva palpebra dan bulbar disebut sebagai conjunctival fornices (Seeley, 2006).
6

Apparatus lakrimal terdiri dari kelenjar lakrimal yang terletak di sudut anterolateral orbit dan sebuah duktus nasolakrimal yang terletak di sudut inferomedial orbit. Kelenjar lakrimal diinervasi oleh serat-serat

parasimpatis dari nervus fasialis. Kelenjar ini menghasilkan air mata yang keluar dari kelenjar air mata melalui berbagai duktus nasolakrimalis dan menyusuri permukaan anterior bola mata. Tindakan berkedip dapat membantu menyebarkan air mata yang dihasilkan kelenjar lakrimal (Seeley, 2006). Air mata tidak hanya dapat melubrikasi mata melainkan juga mampu melawan infeksi bakterial melalui enzim lisozim, garam serta gamma globulin. Kebanyakan air mata yang diproduksi akan menguap dari permukaan mata dan kelebihan air mata akan dikumpulkan di bagian medial mata di kanalikuli lakrimalis. Dari bagian tersebut, air mata akan mengalir ke saccus lakrimalis yang kemudian menuju duktus

nasolakrimalis.

Duktus nasolakrimalis berakhir pada meatus inferior Struktur

kavum nasalis dibawah konka nasalis inferior (Rizzo, 2001). aksesoris mata dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 2.1 Struktur Aksesori Mata (Saladin, 2006) Mata dilengkapi dengan enam otot ekstrinsik untuk menggerakkan bola mata. Otot-otot tersebut yaitu superior rectus muscle, inferior rectus muscle, medial rectus muscle, lateral rectus muscle, superior oblique muscle, dan inferior oblique muscle. Pergerakan bola mata dapat

digambarkan secara grafik menyerupai huruf H sehingga uji klinis yang digunakan untuk menguji gerakan bola mata disebut sebagai H test. Superior oblique muscle diinervasi oleh nervus troklearis. Lateral rectus muscle diinervasi oleh nervus abdusen. Keempat otot mata lainnya diinervasi oleh nervus okulomotorius (Seeley, 2006). Otot-otot ekstrinsik bola mata dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 2.2. Otot-otot Ekstrinsik Bola Mata (Saladin, 2006) Mata mempunyai diameter sekitar 24 mm dan tersusun atas tiga lapisan utama, yaitu outer fibrous layer, middle vascular layer dan inner layer. Outer fibrous layer (tunika fibrosa) dibagi menjadi dua bagian yakni sklera dan kornea. Sclera (bagian putih dari mata) menutupi sebagian besar permukaan mata dan terdiri dari jaringan ikat kolagen padat yang ditembus oleh pembuluh darah dan saraf. Kornea merupakan bagian

transparan dari sklera yang telah dimodifikasi sehingga dapat ditembus cahaya (Saladin, 2006).

Middle vascular layer (tunica vasculosa) disebut juga uvea. Lapisan ini terdiri dari tiga bagian yaitu khoroid, badan ciliar, dan iris. Khoroid merupakan lapisan yang sangat kaya akan pembuluh darah dan sangat terpigmentasi. Lapisan ini terletak di belakang retina. Badan ciliar merupakan ekstensi choroid yang menebal serta membentuk suatu cincin muskular disekitar lensa dan berfungsi menyokong iris dan lensa serta mensekresi cairan yang disebut sebagai aqueous humor (Saladin, 2006). Iris merupakan suatu diafragma yang dapat diatur ukurannya dan lubang yang dibentuk oleh iris ini disebut sebagai pupil. Iris memiliki dua lapisan berpigmen yaitu posterior pigment epithelium yang berfungsi menahan cahaya yang tidak teratur mencapai retina dan anterior border layer yang mengandung sel-sel berpigmen yang disebut sebagai chromatophores. Konsentrasi melanin yang tinggi pada chromatophores inilah yang memberi warna gelap pada mata seseorang seperti hitam dan coklat. Konsentrasi melanin yang rendah memberi warna biru, hijau, atau abu-abu. Inner layer (tunica interna) terdiri dari retina dan nervus optikus (Saladin, 2006) . Struktur anatomi yang telah dijelaskan sebelumnya dapat dilihat pada gambar berikut.

10

Gambar 2.3. Anatomi Bola Mata (Khurana, 2007) 2.2 KOMPONEN OPTIK MATA Komponen optik dari mata adalah elemen transparan dari mata yang tembus cahaya serta mampu membelokkan cahaya (refraksi) dan memfokuskannya pada retina. Bagian-bagian optik ini mencakup kornea, aqueous humor, lensa, dan badan vitreus. Aqueous humor merupakan cairan serosa yang disekresi oleh badan ciliar ke posterior chamber, sebuah ruang antara iris dan lensa. Cairan ini mengalir melalui pupil menuju anterior chamber yaitu ruang antara kornea dan iris. Dari area ini, cairan yang

11

disekresikan akan direabsorbsi kembali oleh pembuluh darah yang disebut sklera venous sinus (canal of Schlemm) (Saladin,2006). Lensa tersuspensi dibelakang pupil oleh serat-serat yang membentuk cincin yang disebut suspensory ligament, yang menggantungkan lensa ke badan ciliar. Tegangan pada ligamen memipihkan lensa hingga mencapai ketebalan 3,6 mm dengan diameter 9,0 mm. badan vitreus (vitreous humor) merupakan suatu jeli transparan yang mengisi ruangan besar dibelakang lensa. Sebuah kanal (hyaloids canal) yang berada disepanjang jeli ini

merupakan sisa dari arteri hialoid yang ada semasa embrio (Saladin, 2006). 2.3 KOMPONEN NEURAL MATA Komponen neural dari mata adalah retina dan nervus optikus. Retina merupakan suatu membran yang tipis dan transparan dan tefiksasi pada optic disc dan ora serrata. Optic disc adalah lokasi dimana nervus optikus

meninggalkan bagian belakang (fundus) bola mata. Ora serrata merupakan tepi anterior dari retina. Retina tertahan ke bagian belakang dari bola mata oleh tekanan yang diberikan oleh badan vitreus. Pada bagian posterior dari titik tengah lensa, pada aksis visual mata, terdapat sekelompok sel yang disebut makula lutea dengan diameter kira-kira 3 mm. Pada bagian tengah dari makula lutea terdapat satu celah kecil yang disebut fovea centralis, yang menghasilkan gambar/visual tertajam. Sekitar 3 mm pada arah medial dari

12

makula lutea terdapat optic disc. Serabut saraf dari seluruh bagian mata akan berkumpul pada titik ini dan keluar dari bola mata membentuk nervus optikus. Bagian optic disc dari mata tidak mengandung sel-sel reseptor sehingga dikenal juga sebagai titik buta (blind spot) pada lapangan pandang setiap mata (Saladin, 2006). 2.4 MEKANISME MELIHAT Cahaya Ke Retina Melalui Kornea Aquous Humor Pupil Lensa Vitreous Humor Ke Fotoreseptor Di Retina Serabut Saraf Saraf Optik otak Sensasi Penglihatan. Pembentukan bayangan di retina sama seperti pembentukan bbayangan oleh lensa kaca pada secarikkertas, susunan lensa mata juga dapat membentuk bayangan di retina. Bayangan ini terbalik dari benda aslinya, namun demikian persepsi otak terhadap enda tetap dalam keadaan tegak, tidak terbalik seperti bayangan yang terjadi di retina, karena otak sudah dilatih untuk menangkap bayangan yang terbalik itu sebagai kkeadaan yang normal (Eva, 2000) Mekanisme adaptasi terang dan gelap ada dua macam yaitu : 1) Pengaturan Otomatis Kepekaan Retina Apabila seseorang berada ditempat yangsangat terang untuk waktu yang lama, maka banyak sekali fotokimiawi yang terdapat di

13

dalam sel batang dan kerucut menjadi berkurang karena diubah menjadiretinal dan opsin. Selanjutnya, sebagian besar retinal dalam sel batang dan kerucut akan diubah menjadi vitamin A. oleh karena kedua efek ini, maka konsentrasi bahan kimiawi fotosensitif yang menetap dalam sel batang dan kerucut akan banyak sekali berkurang, akibatnya sensitivitas mata terhadap cahaya juga turut berkurang, keadaan ini disebut adaptasi terang. Sebaliknya.bila orang tersebut terus berada di tempat gelap untuk waktu yang lama, maka retinal dan opsin yang ada dalam sel batang dan kerucut diubah kembali nmenjadi pigmen yang peka terhadap cahaya. Selanjutnya vitamin A diubah kembali menjadi retinal untuk terus menyediakan jumlah opsin yang ada di dalam sel batang dan kerucut. Keadaan ini dinamakan adaptasi gelap. 2). Mekanisme Lain Adaptasi Terang Dan Gelap Sebagai tambahan pada proses adaptasi yang disebabkan oleh perubahan konsentrasi rodopsi atau fotokimiawi warna, mata mempunyai dua mekanisme lain untuk adaptasi terang dan gelap. a. Perubahan pada ukuran pupil. Ini dapat menimbulkan tingkat adaptasi sekitar 30 kali lipat dalam waktu persekian detik karena adanya perubahan pada jumlah cahaya yang masuk melalui pelebaran pupil tersebut.

14

b. Adaptasi sel sarafyang melibatkan sel saraf yang bekerja pada rangkaian tahapan penglihatan di dalam retina sendiri dan di otak. Jadi bila mula-mula intensitas cahaya itu meningkat maka intensitas sinyal yang dijalarkan oleh sel-sel bipolar, sel horizontal, sel amaliran, dan sel ganglion tersebut besar. Namun intensitas sinyal ini semia dengan cepat akan berkurang pada berbagai tingkat penjalaran warna misalnya design, sangat bergantung pada brightness dan contrast monitor; dari hasil penelitian makin tinggi set brightness dan contrast, maka makin tinggi radiasinya. Setiap mata orang memiliki daya tahan yang berbeda; perih, keluar air mata, iritasi, dll, yang merupakan akibat dari hal tersebut. Apabila ini terus-menerus dialami dalam jangka waktu yang cukup lama, maka salah satu akibatnya adalah menderita Ashtenopia (pupil mata menjadi lambat bereaksi terhadap cahaya), karena intensitas cahaya seperti radiasi computer, brightness contrast, cahaya matahari yang berlebihan (Mustopo, 2005).

3.5 TAJAMAN PENGLIHATAN Ketajaman penglihatan adalah derajat kemampuan menentukan cirri dan bentuk benda. Ketajaman penglihatan adalah fenomena yang kompleks dan dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor. Factor tersebut termasuk factor
15

optic, missal keadaan mekanisme pembentukan bayangan di mata atau factor retina misalnya keadaan sel kerucut dan faktor ransangan termasuk penerangan, terangnya ransang dan latar belakang, serta lama waktu ransang (William F. Ganong, 2003) Visus (vision) adalah tajam penglihatan atau kemampuan melihat mata (Ilyas, 1988). Menrut Cowan (1948), pemeriksaan dengan optotip snellen menghasilkan visus yang dituliskan dengan sebuah bilangan pecahan, pembilangnya adalah jarak antara orang yang membaca dengan optotip, sedangkan penyebutnya merupakan jarak orang normal dapat membaca dengan jelas huruf optotip, untuk persamaan visus dapat di tulis sebagai berikut : Visus : d/D Keterangan : d = jarak antaraorang yang membaca dengan optotip D = jarak orang normal dapat membaca dengan jelas huruf optotip

Tajam penglihatan normal rata-rata bervariasai antara 6/4 hingga 6/6. Tajam penglihatan maksimum berada pada daerah fovea, sedangkan beberapa factor seperti penerangan umum, kontras berbagai uji warna, warna paparan, dan kelainan refraksi mata dapat mengubah tajam penglihatan (Ilyas, 1997).

16

Metode

klinis

untuk

menyatakan

besarnya

tajam

penglihatan

menggunakan kartu uji visus Snellen. Biasanya uji yang dipakai untuk memeriksa mata diletakkan 20 kaki jauhnya dari orang yang diuji, dan bila orang tersebut dapat melihat huruf-huruf dengan ukuran yang memang seharusnya dapat dilihat pada jarak 20 kaki, maka dikatakan penglihatan orang tersebut 20/20 yang merupakan penglihatan normal. Bila ia hanya dapat melihat huruf-huruf yang seharusnya mampu dilihat pada jarak 200 kaki, maka dikatakan penglihatan orang tersebut sebesar 20/200, dengan kata lain metode klinis yang dipakai untuk menyatakan besarnya tajam penglihatan dapat menggunakan angka pecahan yang menyatakan rasio antara kedua jarak, yang juga merupakan rasio tajam penglihatan seseorang dibandingkan dengan tajam penglihatan pada orang normal. Ada banyak al yang mempengaruhi gangguan bahkan panurunan ketajaman penglihatan (Anonim, 2007) 1. Genetik Gangguan atau penurunan ketajaman penglihatan dapat di sebabkan oleh faktor genetik atau keturunan. Cara pewarisannya kompleks karena melibatkan banyak variable. Penurunan ketajaman penglihatan akan bertambah samasa remaja dan tidak berkurang seiring usia. Hal ini terletak pada bentuk dan fungsi organ penglihatan. Diketahui bahwa orang tua yang memiliki sumbu bola mata panjang, kemungkinan besar akan melahirkan anak-anak yang memiliki sumbu bola mata yang lebih
17

panjang pula dari anak-anak pada umumnya. Bayangan dari benda yang terletak jauh akan berfokus di depan retina karena sumbu bola mata lebih panjang. Untuk setiap mili meter tambahan panjang sumbu, mata lebih miopik sebesar 3 D (Daniel G. Voughan, 2000). 2. Pengalaman visual Dalam hal ini adanya kejadian berulang yang menyebabkan bayangan tidak jatuh pada retina, misalnya kebiasaan melihat benda pada jarak yang terlalu dekat. Melihat disini termasuk saat membaca, menonton televise atau bekerja di depan computer. Pada anak-anak sebenarnya mata masih memiliki kemampuan akomodasi, dimana sekalipun tengah melihat dekat mata akan menyesuaikan diri untuk tetap dapat malihat secara focus. Namun, bila hal ini dilakukan secara berulang dan terus-menerus tubuh sendiri akan memunculkan sinyal kimiawi yang akan memacu perubahan arah pertumbuhan struktur bola mata. Feknya dinding bila mata anak menjadi lebih lemah dan akhirnya mudah memanjang. Bila ini terjadi anak akan rentan mengalami miopi atau dengan bahasa awam mengalami minus. 3. Etnik Etnis china atau tionghoa diketahui lebih rentan mengalami miopi. Tak heran hamper 40-50% anak-anak di singapura berkaca mata. Bahkan, sampai untuk tingkat mahasiswa, 70% mahasiswa singapura

menggunakan kaca mata.


18

Pemeriksaan tajam penglihatan merupakan pemeriksaan fungsi mata. Gangguan penglihatan memerlukan pemeriksaan untuk mengetahui sebab kelainan mata yang menyebabkan turunnya tajam penglihatan. Tajam penglihatan perlu di catat pada setiap mata yang memberikan keluhan gangguan pada mata. Untuk mengetahui tajam penglihatan seseorang, dapat dilakukan menggunakan kartu snellen. Ukuran besarnya kemampuan mata untuk membedakan bentuk dan rincian benda ditentukan dengan kemampuan melihat benda terkecil yang masih bias dilihat pada jarak tertentu. Biasanya pemeriksaan tajam penglihatan ditentukan dengan melihat kemampuan mata membaca hurufhuruf berbagai ukuran pada jarak baku untuk kartu. Hasilnya dinyatakan dengan angka pecahan seperti 20/20 untuk penglihatan normal. Pada keadaan ini mata dapat melihat huruf pada jarak 20 kaki yang seharusnya dapat dilihat pada jarak tersebut. Mata lelah atau pegal adalah gangguan yang dialami mata karena otot-ototnya dipaksa bekerja keras terutama saat harus melihat objek dekatdalam jangka waktu lama. Otot mata sendiri terdiri dari tiga sel-sel otot eksternal yang mengatur gerakan bola mata, otot ciliaryang berfungsi memfokuskan lensa mata dan otot iris yang mengatur sinar yang masuk ke dalam mata. Semua aktivitas yang berhubungan dengan pemaksaan otot-otot tersebut untuk bekerja keras, sebagaimana otot-otot yang lain akan bias mebuat mata mengalami gangguan ini. Gejala mataakan terasa
19

pegal biasanya muncul setelah beberapa jam kerja. Pada saat oto mata menjadi letih, mataakan menjadi tidak nyaman atau sakit. Ini akan dapat mempengaruhi pandangan yang bias menjadi samar karna terganggu kemampuan untuk focus. Melihat suatu objek pada jarak yang sama terusmenrus akan dapat menyebabkan otot-otot mata menjadi lelah, terutama pada orang yang berkerja pada jarak yang sangat dekat dengan monitor computer. Beberapa factor penyebab lain yang bias menyebabkan hal ini adalah kesalahan menggunakan kaca mata atau menggunakan kaca mata yang tidak sesuai, pencahayaan yang kurang mendukung, masalahmasalah alergi atau mata kering dan ketidak seimbangan susunan otot mata yang mengakibatkan mata harus bekerja lebih keras untuk dapat menangkap objek. Sebuah survey yang di lakukan di AS pernah menemukan sekitar 90% pengguna komputersecara terus-menerus dengan rata-rata 3 jam seharipernah mengalami mata lelah (Anonim, 2007) Computer Vision Syndrome (CVS) adalah salah satu dampak negative dari pamakaian computer. Menurut The American Optometric Association gejala yang ditimbulkan oleh CVS terbagi atas ocular dan non-okular yag timbul setelah bekerja di depan computer. Gejala CVS yang melibatkan ocular adalah Asthenopia (Mata lelah), Dry Eye (Mata kering), iritasi mata (Mata merah dan rasa terbakar), penglihatan buram. Sedangkan gejala non-okuler berupa sakit kepala, nyeri otot leher dan punggung.
20

Pathogenesis terjadinya CVS belum sepenuhn ya di ketahui tetapi secara garis besar dibagi menjadi 3 bagian: mekanisme yang berkaitan dengan perubahan permukaan ocular, mekanisme akomodatif, dan mekanisme yang berkaitan dengan ekstraokular. Pengguna computer sering mengeluhkan gejala mata kering (dry eye), mata seperti berpasir dan mata terasa berat setalah berkerja beberapa waktu didepan computer. Pada CVS, mata kering adalah penyebab utama kelelahan pada mata. Beberapa factor yang mempengaruhi terjadinyamatakering diantaranya adalah; factor lingkungan, seperti penggunaan air kondisioner, kipas angin, debu, penurunan reflex berkedip, peningkatan paparan permukaan okuler, produksi air mata yang menurun, penyakit sistemik atau local yang berkaitan dengan mata kering, penggunaan lensa kontak dalam waktu yang lama. Huruf pada layar computer sangat berbeda dengan teks pada kertas karena terbentuk dari titik-titik kecil yang tersususn membentuk huruf dan angka, telah dibuktikan bahwa mata lebih sulit focus pada tulisan ini sehingga mata akan terus berakomodasi secara berulang-ulang agar tulisan menjadi jelas yang akan menyebabkan mata manjadi kering. Penggunaan computer terus-menerus menurunkan kekuatan akomodasi, perpindahan Near Point of Convergence (NCP) dan deviasi foria untuk penglihatan dekat dan menurunnya fungsi konvergen pada orang yang menggunakan computer, dan penurunan amplitude akomodasi sebelum dan sesudah bekerja di depan computer. Semua
21

perubahan pada akomodasai dan vergen dilaporkan terjadi setelah bekerja di depan komputerdan bersifat reversible pada akhir hari kerja atau hari libur. Gangguan tajam penglihatan mempengaruhi organ lain seperti otot. Pengguna computer yang melihat tulisan tidak jelas pada monitor akan memicu pergerakan kepala, leher, dan bahu kedepan. Posisi seperti ini akan terus dipertahankan sampai pengguna computer tersebut merasa nyeri otot (Idhawati, 2007). Tajam penglihatan menetukan seberapa jelas pasien dapat melihat. Pemeriksaan dilakukan dengan dan tanpa kacamata yang digunakan. Rekaman tajam penglihatan dapat di tentukan dalam presentasi; efisiensi tajam penglihatan pada penglihatan sentral jauh (Ilyas, 2003).

Tabel 2.1. Nilai Tajam Penglihatan dalam Meter, Kaki dan Desimal ============================================ Snellen (6 meter) 20 kaki Sistem decimal

============================================ 6/6 5/6 6/9 5/9 6/12 20/20 20/25 20/30 15/25 20/40 1.0 0.8 0.7 0.6 0.5
22

5/12 6/18 6/60

20/50 20/70 20/200

0.4 0.3 0.1

============================================ (Ilyas, 2009) Untuk menghubungkan tingkat kehilangan ketajaman penglihatan dengan nilai ketajaman penglihatan jarak jauh maupun dekat, kita dapat menggunakan referensi dari American Medical Association yang dapat dilihat pada Tabel 2.3. berikut (Riordan-Eva, 2007).

Tabel 2.2. Metode Estimasi Persentase Kehilangan Ketajaman Penglihatan


Table 1. AMA Method Of Estimation Of Percentage Loss Of Visual Acuity
Distance Visual Acuity

20/15,20/20 20/25 20/20 20/40 20/50 20/60 20/80 20/100 20/125 20/150

Percentage Loss 0 5 7 10 15 25 35 45 50 55 60 70

Revised Jaeger Near Visual Acuity 1,2 3 4 5

6 7 8

23

20/200 20/300 20/400

80 85 90 (Riordan-Eva, 2007)

9 10 12

Table 2.3 Efisiensi Tajam Penglihatan Kartu snellen (meter) 6/5 6/6 6/15 6/30 6/60 6/240 Tidak kenal cahaya % penglihatan 100 100 75 50 20 5 0 Sidharta, 2003 Tabel 2.4 Tajam Penglihatan Dan Penglihatan Kurang System Desimal Snellen jarak 6 Snellen jarak meter 12 kaki Penglihatan Normal 6/3 20/10 6/5 20/15 6/6 20/20 6/7,5 20/25 Penglihatan Hampir Normal 6/9 20/30 5/9 15/25 6/12 20/40 6/15 20/50 Efisiensi Penglihatan % hilang penglihatan 0 0 25 50 80 95 100

2,0 1,33 1,0 0,8 0,7 0,6 0,5 0,4

100% 100% 95% 90% 85% 75%

24

0,33 0,285 0,25 ,02

0,1 0,066 0,05 0,025

6/18 20/60 6/21 20/70 Penglihatan Kurang Sedang 6/60 20/200 6/30 20/300 6/120 20/400 Penglihatan Kurang Berat 6/60 20/200 6/90 20/300 6/120 20/125 Penglihatan Kurang Nyata 6/240 20/800 Hampir Buta Buta Total

60% 50% 10% 60% 50% 40% 5%

2.7 KERANGKA KONSEP


Alat-alat yang memancarkan radiasi elektromagnetik : 1. Layar visual elektromagnetik 2. Microwave oven 3. Hair dryer 4. Kompresor 5. Radio 6. dll 1. Computer 2. Telepon genggam 3. dll

Factor-faktor yg mempengaruhi tajam penglihatan : 1. radiasai elektromagnetik 2. intensitas pemakaian radiasi elektromagnetik 3. genetic 4. pengalaman visual 5. trauma/ cedera mata 6. penyakit/obat tertentu 7. Etnik

Gangguan Tajam Penglihatan

1. Okuler 2. Non okuler

1. Waktu 2. Perilaku 3. Dampak aberkom puter 25

Keterangan : Abcde : diteliti Abcde : tidak diteliti : hubungan 2.8 HIPOTESIS PENELITIAN H0: Tidak ada hubungan antara hubungan pemakaian computer dengan gangguan tajam penglihatan pada siswa teknik informatika komputer dan jaringan di SMK Negeri 3 Mataram H1: Ada hubungan antara hubungan pemakaian computer dengan gangguan tajam penglihatan pada siswa teknik informatika komputer dan jaringan di SMK Negeri 3 Mataram

26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 JENIS PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik observasional dengan desain penelitian kasus-kontrol yang mengkaji hubungan antara efek (dapat berupa penyakit atau kondisi kesehatan) tertentu dengan factor resiko tertentu .Desain penelitian kasus-control dapat dipergunakan untuk mencari hubungan seberapa jauh factor resiko mempengaruhi terjadinya penyakit (cause-effect relationship).Studi kasus-kontrol dimulai dengan mengidentifikasi kelompok dengan penyakit atau efek tertentu (kasus) dan kelompok tanpa efek (kontrol); kemudian secara retrospektif diteliti factor resiko yang mungkin dapat menerangkan mengapa kasus terkena efek, sedangkan control

tidak.(Satroasmoro, 1995). 3.2 TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN Tempat : SMK Negeri 3 Mataram Waktu : penelitian ini akan dilakukan pada bulan april 2013 3.3 VARIABEL DAN DEFISINI OPERASIONAL 3.1.1. Variabel Penelitian a. Variabel dependen : pemakaian Komputer

b. Variabel independent : gangguan Tajam Penglihatan


27

c. Variabel pengganggu : genetik, usia, pengalaman visual, cedera atau trauma mata, penyakit atau obat tertentu, etnik.

3.1.2. Definisi Operasional 3.1.2.1 Pemakaian Komputer Pamakaian komputer merupakan pemanfaatan alat elektronik komputer dalam proses belajar mengajar di SMK Negeri 3 Mataram. Alat elektronik computer. Dalam penelitian ini, pemakaian komputer mencakup waktu, perilaku, dan dampak-dampak pemakaian komputer. a. Waktu pemakaian computer adalah jumlah waktu yang digunakan oleh responden dalam memakai computer, baik dirumah, sekolah, ataupun di warung internet. b. Perilaku computer adalah tata cara respnden saat menggunakan computer, misalnya frekuensi pengedipan mata saat

menggunakan computer, posisi duduk data berkomputer, mengabaikan sakit mata saat berkomputer, membiarkan tampilan layar computer tetap terang. c. Dampak berkomputer adalah keluhan yang dirasakan responden selama menggunakan computer yaitu mata panas, silau, kedutan pada kelopak mata, sakit kepala, penglihatan buram, dan kelelahan mata saat berkomputer dalam waktu yang lama.
28

3.1.2 Gangguan Tajam Penglihatan Gangguan tajam penglihatan (Visus) adalah berkurangnya kemampuan mata menentukan bentuk dan sifat benda. Visus akan diukur menggunakan kartu uji snellen pada kedua mata responden. Visus yang diambil dan diolah dalam analisis data adalah visus yang terbaik dari kedua mata dengan koreksi yang terbaik. Hasil uji visus akan di kategorikan menurut Sidharta (2003) dengan skor 1 untuk penglihatan normal visus 6/6-6/7,5; skor 2 untuk penglihatan hampir normal visus6/9-6/21; skor 3 untuk penglihatan kurang sedang visus 6/24-6/38; skor 4 untuk penglihatan kurang berat visus 6/60-3/60; skor 5 untuk penglihatan kurang nyata visus <3/60-0.

3.4 POPULASI dan SAMPEL PENELITIAN 3.4.1 Populasi Populasi penelitian adalah siswa-siswi SMK Negeri 3 Mataram 3.4.2 Sampel Penentuan kriteria sampel sangat membantu peneliti untuk mengurangi bias hasil penelitian, khususnya terhadap variabel-variabel control atau perancu yang ternyata mempunyai pengaruh terhadap variabel yang diteliti (Nursalam, 2003). Besarnya sampel ditentukan dengan rumus dan harus memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, dimana kriteria tersebut menentukan dapat dan
29

tidaknya sampel tersebut digunakan. Berdasarkan jumlah populasi tersebut dapat dihitung jumlah sampel dengan menggunakan rumus Slovin (Notoatmodjo, 2005) :

Keterangan : n = jumlah sampel N= Jumlah populasi d= Tingkat signifikan (p) (tingkat kepercayaan). Dengan menggunakan rumus di atas maka peneliti dapat menentukan besar sampel sebagai berikut :

n = 98,76 = 98 orang Berdasarkan perhitungan dengan rumus di atas maka diperoleh besar sampel sebanyak 98 orang. Karena penelitian ini menggunakan cases

30

control,maka besar sampel kasus adalah 49 orang dan 49 orang untuk jumlah sampel kontrol. 3.4.3. Metoda Sampling Adapun cara pengambilan sampel adalah nonprobability sampling yaitu dengan purposive sampling. Purposive sampling adalah suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti (tujuan atau masalah dalam penelitian) (Notoatmodjo,2010). Kriteria Sampel sebagai berikut: 1. Kriteria Inklusi a. Siswa berusia 16-18 tahun. b. Tidak sedang mengalami cedera atau trauma mata. c. Siswa dengan ras melayu d. Bersedia menjadi responden e. Siswa dengan waktu pemakain komputer dengan kategori sedangtinggi, yaitu 56% 2. Kriteria Eksklusi a. Siswa dengan riwayat keluarga mempunyai gangguan penglihatan. b. Siswa sedang menjalani pengbatan penyakit DM (Diabetes Mellitus) c. Tidak bersedia menjadi responden.

31

d. Siswa dengan waktu pemakain komputer dengan kategori rendah, yaitu 56%

3.5 INSTRUMEN DAN PROSEDUR PENELITIAN Penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai alat untuk mengumpulkan data. Siswa-siswi SMK Negeri 3 Mataram yang menjadi responden dalam penelitian ini akan dibagikan kuesioner oleh peneliti dan responden diminta untuk mengisi kuesioner setelah diberikan penjelasan oleh peneliti. Kuesioner yang digunakan yaitu kuesioner tentang pemakaian komputer responden. Kuesioner ini terdiri dari 4 bagian yaitu karateristik responden, waktu pemakaian computer, perilaku berkomputer, dan dampak berkomputer. Terdapat 22 item yang dinyatakan valid yaitu : Table 3.1 Distribusi Pertanyaan Kuesioner No 1. 2. 3. Pernyataan Waktu Pemakaian Komputer Perilaku Pemakaian Komputer Dampak Pemakaian Komputer Nomor Soal 1,2,3,4,5 6,7,8,9,10,11,12,13,14,15 16,17,18,19,20,21,22 Jumlah 5 10 7

Skala data yang digunakan pada kuesioner ini adalah skala data ordinal. Skala angketnya menggunakan skala likert yaitu tersedia lima jawaban yang harus dipilih oleh responden. Kelima jawaban tersebut adalah tidak pernah, jarang, kadang-kadang, sering, dan selalu. Bobot penilaian skala pemakaian

32

computer bergerak dari 1 sampai 5. Skor 5 deberikan kepada pertanyaan selalu, kemudian berturut-tururt dibawahnya sampai pada skor 1 yaitu pada pertanyaan tidak pernah. Kategori data pemakaian computer merupakan modifikasi dari kategori pengetahuan (Nursalam, 2003). Nilai presentase dari masing-masing ktegori didapatkan dari penghitungan total jumlah skor saat pentabulasian data jawaban responden pada kuesioner. Total Jumlah skor dari hasil tabulasi data berdasarkan penghitungan bobot penilaian jawaban responden yang sudah ditentukan akan dibagi dengan jumlah keseluruhan skor kuesioner kemudian dilakukan dengan seratus persen. Adapun kategori presentase untuk waktu, perilaku, dan dampak berkomputer sebagai berikut : 1. Waktu Berkomputer : a. Pemakaian tinggi : 76-100% b. Pemakaian sedang : 56-75% c. Pemakaian rendah : < 56% 2. Perilaku Berkomputer : a. Baik : 76-100% b. Cukup : 56-75% c. Kurang : <56% 3. Dampak Berkomputer : a. Dampak tinggi : 76-100% b. Dampak sedang : 56-75%

33

c. Dampak rendah : <56% Kartu uji visus snellen digunakan untuk mengukur ketajaman penglihatan. Hasil uji visus snellen akan dimasukkan dalam kategori menurut (Sidharta 2003): Table 3.2 Hasil Uji Visus Snellen NO 1 2 3 4 5 KATEGORI VISUS Normal Hampir Normal Kurang Sedang Kurang Berat Kurang Nyata-Buta SKOR 1 2 3 4 5 NILAI VISUS 6/6-6/7,5 6/9-6/21 6/24-6/38 6/60-6/120 <3/60-0

Gambar 3.1 Kartu Snellen

3.6 CARA PENELITIAN


Populasi

sampel 34

Sampel kasus

Sampel kontrol

Kuesioner dan pengukuran visus

Visus normal

Visus tidak normal

Pengolahan dan analisa data

3.7 METODE PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 3.7.1 Metode pengolahan data Menurut Sugiyono (1999) langkah-langkah dalam pengolahan data sebagai berikut: a. Editing Editing ini digunakan untuk pengecekan jumlah kuesioner, kelengkapan data, diantaranya kelengkapan identitas, lembar kuesioner dan kelengkapan isian kuesioner, dalam penelitian ini semua data telah lengkap dan sesuai. b. Coding atau scoring

35

Pemberian pengelompokan

kode data

berupa dan

angka

untuk

mempermudah dalam

menghindari

kerancuan

mengklasifikasi data. c. Tabulasi Membuat tabel distribusi frekuensi, tendensi sentral (mean, median, modus,) dan disperse atau penyebaran data (standar deviasi, variasi, range, minimum, maksimum) dengan menggunakan SPSS for windows. d. Processing Setelah kuesioner terisi penuh dan juga sudah melewati pengkodingan, maka dilakukan proses rekapan data dengan cara mengentry data dalam kuesioner ke paket program komputer yaitu program SPSS for Windows. e. Cleaning Cleaning (pembersihan data) merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah diproses apakah ada kesalahan atau tidak, dengan cara melihat kembali data yang dimasukkan kedalam tabulasi. Setelah data tidak ada kesalahan lagi maka diteruskan pada proses selanjutnya yaitu pengolahan data. 3.7.2 Analisa Data a. Analisa univariat

36

Analisa ini digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik masing-masing variabel bebas yaitu lama penggunaan computer dan variabel terikat yaitu penurunan tajam penglihatan dengan tabel distribusi frekuensi. b. Analisa bivariat Analisa bivariat yaitu analisa yang dilakukan untuk mengetahui hubungan 2 variabel yang meliputi variabel bebas dan variabel terikat (Hastono, 2001)

3.8 ETIKA PENELITIAN Dalam melakukan penelitian, peneliti memperhatikan masalah etika penelitian. Etika penelitian meliputi: a. Informal consent (lembar persetujuan) Sebelum dilaksanakan penelitian, peneliti memberikan informasi tentang tujuan dan manfaat penelitian. Setelah sifat keikutsertaan dalam penelitian. Sampel penelitian yang setuju berpartisipasi dalam penelitian dimohon untuk menandatangani lembar persetujuan penelitian.

b. Anonimity (tanpa nama)

37

Untuk menjaga kerahasiaan responden dalam penelitian maka peneliti tidak mencantumkan nama pada lembar kuesioner cukup dengan memberi nomor kode pada masing-masing lembar yang hanya diketahui oleh peneliti. c. Considentiality (kerahasiaan) Peneliti menyimpan data penelitian pada dokumen pribadi penelitian dan data-data penelitian dilaporkan dalam bentuk kelompok bukan sebagai datadata yang mewakili pribadi sampel penelitian

38

39

Anda mungkin juga menyukai