Anda di halaman 1dari 17

BAB I PENDAHULUAN

I.1

Latar Belakang Pemanasan global menjadi pembahasan banyak Negara akhir-akhir ini. Salah satu sumber penyebabnya tidak lain adalah eksploitasi tak bertanggung jawab yang dilakukan oleh manusia. Atmosfir bumi yang berfungsi sebagai penyaring panas sinar matahari menjadi berlubang sebagai akibat efek rumah kaca. Produk-produk industri tak ramah lingkungan menghasilkan zat-zat yang mengakibatkan

berlubangnya lapisan ozon yang ada di atmosfir bumi, Akibat lebih lanjut terjadinya berbagai anomali perubahan iklim. Bahkan disinyalir, hingga akan tenggelamnya sebagai permukaan daratan di muka bumi karena mencairnya es di kutub. Kesadaran akan perlunya menjaga lingkungan saat ini sudah mulai dihembuskan lagi. Pasal 74 UU No 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas sudah memaksakan kepada perusahaan yang berkaitan dengan sumberdaya alam untuk mempunyai tanggung jawab sosial dan lingkungan. Itu merupakan amanat UU yang wajib dilaksanakan, meski ada juga pandangan lain yang kurang setuju adanya tanggungjawab social dan lingkungan dibakukan kedalam UU. Edi Suharto (dalam Morimoto, Ash dan Hope, 2004) menyatakan bahwa Corporate Social Responsibility (CSR) atau Tanggunjawab Sosial Perusahaan menempati ranking kedua dari tantangan-tantangan bisnis paling penting di tahun 2000. Saat ini CSR sedang meroket karena sudah banyak perusahaan yang menerapkannya, namun beberapa UU CSR di Indonesia belum diikuti oleh peraturan di bawahnya yang lebih terperinci dan implementatif. Standar operasional mengenai bagaimana mengevaluasi kegiatan CSR juga masih diperdebatkan . Akibatnya, bukan saja CSR menjadi sulit diaudit, melainkan pula menjadi program sosial yang memiliki banyak arti (Edi Suharto, 2008). Bibit Waluyo (2012) mengemukakan bahwa CSR selama ini kurang terkendali tentang pemberdayaan CSR, pada akhirnya pemanfaatannya kurang maksimal. Banyak perusahaan yang hanya membagikan sembako atau melakukan sunatan massal setahun sekali telah merasa melakukan CSR. Tidak sedikit perusahaan yang menjalankan CSR berdasarkan meniru program perusahaan lain atau sekadar menghabiskan anggaran. Karena aspirasi dan kebutuhan masyarakat kurang

diperhatikan, beberapa program CSR di satu wilayah menjadi seragam dan seringkali tumpang tindih. Tujuan utama CSR, khususnya untuk perusahaan manufaktur yang memiliki limbah pabrik adalah untuk menganggarkan dana agar perusahaan dapat melakukan kegiatan untuk mengolah limbah pabrik atau menanggulangi limbah agar tidak mencemari lingkungan masyarakat dan tidak memberidampak negatif bagi

masyarakat di sekitar perusahaan. Bila CSR benar-benar dijalankan secara efektif, CSR dapat memberi dampak positif untuk keberlanjutan eksistensi perusahaan, seperti menjalin reputasi baik dengan masyarakat sekitar dan menjalin hubungan baik dengan para pemangku kepentingan, karena perusahaan yang baik tidak hanya memburu keuntungan ekonomi belaka (profit). melainkan pula memiliki kepedulian terhadap kelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat. Dalam melaksanakan program CSR, perusahaan membutuhkan ukuran untuk mengetahui seberapa besar keefektifan dan efisien dana yang dipakai untuk membuat suatu program CSR. Dalam hal ini, Internal Audit dibutuhkan untuk menerapkan audit sosial dan audit lingkungan dalam mengidentifikasi permasalahan terhadap program CSR yang telah dijalankan. Seberapa jauh transparasi, akuntabilitas, responsibilitas, dan kejujuran sudah dijalankan oleh sebuah perusahaan akan dapat disimak dan dinilai dari laporan yang disajikan oleh perusahaan. Dalam hal ini perusahaan perlu memiliki auditor internal yang kompenten dan memiliki independensi dalam mengawasi kinerja perusahaan terutama dalam aktivitas CSR ini. Audit lingkungan merupakan salah satu cara untuk membantu perusahaan melaksanakan program CSR nya. Oleh karena itu, Audit lingkungan merupakan bagian terpenting bagi setiap perusahaan, khususnya perusahaan manufaktur yang menggunakan sumber daya alam.

I.2

Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan permasalahan yang hendak dibahas dalam makalah ini adalah Bagaimana Pengaplikasian Audit Lingkungan Pada Perusahaan?

I.3

Tujuan Berdasarkan perumusan masalah diatas, tujuan analisis pada makalah ini adalah untuk mengetahui tujuan audit lingkungan dalam perusahaan, cara penerapan
2

audit lingkungan, dan pengaruh audit lingkungan terhadap program tanggung jawab sosial perusahaan.

I.4

Manfaat Manfaat dari makalah ini adalah sebagai literatur bagi mahasiswa, akademisi, dan pihak-pihak yang membutuhkan dalam mencari permasalahan-permasalahan audit lingkungan. Mengetahui tujuan, manfaat dan pengaplikasian audit lingkungan sebagai bahan literatur bagi pihak yang membutuhkan.

I.5

Metodologi Penulisan Metodologi penulisan dalam makalah ini adalah pengumpulan data. Pengumpulan data adalah suatu proses pengadaan data primer untuk keperluan penelitian. Pengumpulan data merupakan langkah penting dalam metodologi ilmiah, karena pada umunya data yang dikumpulkan akan digunakan. Dalam proses ini, diperlukan analisa yang teliti, semakin rumit permasalahan yang dihadapi maka semakin kompleks pula analisis yang akan dilakukan. Untuk dapat melakukan analisis yang baik, diperlukan data / informasi, teori konsep dasar dan alat bantu memadai, sehingga kebutuhan data sangat mutlak diperlukan. Pengumpulan data dalam makalah ini merupakan data sekunder . Data sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk sudah jadi yaitu diolah dan disajikan oleh pihak lain meliputi studi pustaka, dan mereview literatur-literatur dari sumber yang disajikan.

I.6

Tinjauan Pustaka A. Pengertian Audit Auditing menurut Arens, Elder, Beasley, dan Jusuf (2010:4) adalah sebagai berikut: Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about information to determine and report on the degree of correspondence between the information and established criteria. Auditing should be done by a competent, independent person. Artinya auditing adalah pengumpulan dan penilaian bukti mengenai informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara

informasi tersebut dan kriteria yang ditetapkan. Auditing harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen. Menurut American Accounting Association (AAA) (Rahayu dan Suhayati:2010) adalah sebagai berikut: Auditing is a systematic process of objectively obtaining and evaluating evidence regarding assertions about economic actions and events to ascertain the degree of correspondence between those assertions and established criteria and communicating the results to interested users. Artinya Auditing merupakan suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif yang berhubungan dengan asersi-asersi tentang tindakan-tindakan dan peristiwa-peristiwa ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dan criteria yang ditetapkan, serta mengkomunikasikan hasilnya kepada pengguna informasi tersebut.

Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa: Auditing adalah suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai informasi tingkat kesesuaian antara tindakan atau peristiwa ekonomi dengan criteria yang telah ditetapkan, serta melaporkan hasilnya kepada pihak yang membutuhkan, dimana auditing harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan indepen.

B. Jenis-Jenis Audit Agoes (2004) menyebutkan tiga jenis Auditing yang umum dilaksanakan. Ketiga jenis tersebut yaitu : 1. Operasional Audit ( Pemeriksaan Operasional/ Manajemen) Operasional atau management audit merupakan pemeriksaan atas semua atau sebagian prosedur dan metode operasional suatu organisasi untuk menilai efisiensi, efektifitas, dan ekonomisasinya. Audit operasional dapat menjadi alat manajemen yang efektif dan efisien untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Hasil dari audit operasional berupa rekomendasi-rekomendasi perbaikan bagi manajemen sehingga audit jenis ini lebih merupakan konsultasi manajemen.

2. Compliance Audit ( Audit Ketaatan ) Compliance Audit merupakan pemeriksaan untuk mengetahui apakah prosedur dan aturan yang telah ditetapkan otoritas berwenang sudah ditaati oleh personel di organisasi tersebut. Compliance Audit biasanya ditugaskan oleh otoritas berwenang yang telah menetapkan prosedur/ peraturan dalam perusahaan sehingga hasil audit jenis ini tidak untuk dipublikasikan tetapi untuk intern manajemen. 3. Financial audit ( Audit atas Laporan Keuangan ) Pemeriksaan atas laporan keuangan merupakan evaluasi kewajaran laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen secara keseluruhan dibandingkan dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku umum. Dalam

pengertiannya apakah laporan keuangan secara umum merupakan informasi yang dapat ditukar dan dapat diverifikasi lalu telah disajikan sesuai dengan kriteria tertentu. Umumnya kriteria yang dimaksud adalah standar akuntansi yang berlaku umum seperti prinsip akuntansi yang berterima umum. Hasil audit atas laporan keuangan adalah opini auditor yaitu Unqualified Opinion, Qualified Opinion, Disclaimer Opinion dan Adverse Opinion.

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi dan Sifat Audit Lingkungan 2.1.1 Definisi Audit Lingkungan Menurut Kep. Men.LH 42/1994, Audit lingkungan adalah suatu alat manajemen yang meliputi evaluasi secara sistematik, terdokumentasi, periodik dan obyektif tentang bagaimana suatu kinerja organisasi sistem manajemen dan peralatan dengan tujuan menfasilitasi kontrol manajemen terhadap pelaksanaan upaya pengendalian dampak lingkungan dan pengkajian pemanfaatan kebijakan usaha atau kegiatan terhadap peraturan perundang-undangan tentang pengelolaan lingkungan.

Beberapa definisi yang diberikan mengenai audit lingkungan adalah sebagai berikut: Menurut The International Chamber of Commerce 1989 Audit lingkungan merupakan pengujian yang sistematis dari interaksi antara setiap operasi usaha dengan keadaan sekitarnya.

Rob Gray, Jan Bebbington dan Diane Walters Dalam buku Accounting for the Enviroment (1993, hal 104) Audit lingkungan merupakan suatu penilaian yang sistematis, objektif dan didokumentasikan mengenai dampak dan aktivitas usaha anda terhadap lingkungan.

2.1.2 Sifat Audit Lingkungan Apapun nama yang digunakan untuk mendeskripsikan suatu program audit lingkungan-audit, review, surveillance, survey, assessment, evaluation, atau appraisal- poin penting ialah program demikian mengaudit dan menelaah status lingkungan dari fasilitas individual. Salah satu perbedaan utama antara audit lingkungan dan tipe audit yang lain adalah eksistensi dan ketiadaan standar. Terdapat sedikit standar untuk audit lingkungan. Audit keuangan mempunyai standar yang disebarluaskan oleh badan standar akuntansi yang berwenang. Perbedaan yang lain adalah jumlah sistem yang ada. Sistem akuntansi keuangan yang rinci dan terkoordinasi yang berjalan dapat menjadi sasaran audit keuangan. Namun, diluar hal-hal seperti data pengendalian

polusi, persetujuan dan MOU (Memorandum of Understanding), sacara tipikal terdapat sedikit informasi lingkungan relative yang dapat diaudit.

2.2 Auditing sebagai Komponen dari Manajemen Lingkungan Suatu sistem Manajemen Lingkungan merupakan metode untuk menuntun suatu organisasi untuk mencapai dan mempertahankan kinerja sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan dan sebagai tanggapan terhadap peraturan yang secara konstan berubah, sosial, keuangan, ekonomi dan tekanan kompetitif, dan resiko lingkungan. Apabila beroperasi secara efektif, suatu sistem manajaemen lingkungan korporat memberikan manajemen dan dewan direksi pengetahuan, yaitu: A. Perusahaan menaati hukum dan peraturan lingkungan. B. Kebijakan dan prosedur secara jelas didefinisikan dan diumumkan ke seluruh organisasi. C. Resiko korporat yang berasal dari resiko lingkungan dinyatakan dan berada dibawah pengendalian. D. Perusahaan mempunyai sumberdaya dan staff yang tepat untuk pekerjaan lingkungan, menggunakan sumber daya tersebut, dan dapat mengendalikan masa depan sumber daya tersebut. Sistem manajemen lingkungan terdiri dari beberapa fungsi, yaitu: Perencanaan Menetapkan tujuan, menentukan kebijakan, mendefinisi prosedur, dan

menetapkan anggaran program. Mengorganisasi Menetapkan struktur organisasi, melukiskan peranan dan tanggung jawab, menciptakan deskripsi posisi, menetapkan kualifikasi posisi dan melatih staff. Menuntun dan Mengarahkan Mengkoordinasi, memotivasi, menetapkan prioritas, mengembangkan standar kinerja, mendelegasi dan mengelola perubahan. Mengkomunikasikan Mengembangkan dan mengimplementasikan saluran komunikasi yang efektif dalam korporat, dalam divisi, dan dengan kelompok eksternal, termasuk pengatur apabila sesuai.

Mengendalikan dan Menelaah Mengukur hasil, menyatakan kinerja, mendiagnosis masalah, mengambil tindakan korektif dan secara sengaja mencari cara-cara untuk belajar dari kesalahan masa lalu serta dengan demikian menciptakan perbaikan dalam sistem.

2.3 Falsafah Manajemen Lingkungan Dasar Menurut J. Ladd. Greno dan kawan-kawan, falsafah manajemen lingkungan dasar dibedakan menjadi 3 hal seperti berikut, 1. Pemecahan Masalah Fokus utamanya pada pemecahan masalah lingkungan yang segera dan paling dikenal dan menghindari biaya yang tidak perlu, yang diakibatkan oleh staff yang meningkat atau pengeluaran modal. Disini, sistem manajemen lingkungan cenderung tidak formal, dan tanggung jawab untuk manajemen lingkungan sebagian besar terletak pada pengacara, insinyur dan spesialis lain yang cenderung memfokuskan pada masalah dan perhatian pabrik. Mereka cenderung hanya menekankan hukum dan peraturan yang perlu yaitu apa yang tidak mempunyai peluang untuk interprestasi dan resiko yang paling signifikan. 2. Mengelola ketaatan Suatu perusahaan membangun suatu sistem yang lebih formal untuk mengelola tingkat yang diinginkan atau tingkat ketaatan. Pergeseran ini dapat berasal dari keinginan manajemen untuk mengelola dengan lebih baik mengenai apa yang ditentukan oleh hukum atau kebijakan dan prosedur perusahaan. Fokus utama dari sistem manajemen lingkungan, kesehatan, dan keamanan adalah mencapai dan memelihara tingkat ketaatan yang diinginkan dengan berbagai persyaratan peraturan. Disini program audit lingkungan cenderung memasukkan tidak hanya penilaian masalah (dan mungkin praktik yang sehat), akan tetapi juga penentuan dan/ atau verifikasi ketaatan yang dicapai. 3. Mengelola Kepastian Lingkungan Falsafah manajemen dasar adalah bahwa resiko lingkungan yang potensial terhadap perusahaan dan terhadap lingkungan harus dikelola. Tidak hanya resiko yang berhubungan dengan ketaatan penting bagi perusahaan, akan tetapi juga resiko lain yang belum dicakup oleh persyaratan peraturan atau standar eksternal yang ada adalah penting. Fokus utamanya pada membangun sistem manajemen lingkungan yang menekankan, melindungi sumber daya internal dan lingkungan
8

eksternal dari kerugian dengan mencari dan mengantisipasi resiko dan juga mengelola resiko yang disebabkannya. Perusahaan pada program audit lingkungan sering menilai kesesuian dari sistem manajemen lingkungan dan memverifikasi efektifitasnya, selain menilai masalah dan memverifikasi ketaatan.

2.4 Auditing dalam Konteks Resiko Lingkungan Salah satu pendekatan untuk membedakan tipe dari resiko lingkungan adalah mengidentifikasi penyebab dari kondisi industri yang berisiko, yaitu : Orang yang tidak secara penuh memahami peraturan dan prosedur. Fasilitas fisik yang tidak secara memadai didesain. Sistem manajemen yang terbatas dalam ruang lingkup dan tidak lentur/fleksibel. Prosedur yang tidak memadai Kekuatan Eksternal Tekanan internal yang bersaing

2.5 Sebab dan Manfaat Audit Lingkungan 2.5.1 Sebab audit lingkungan 1. Keinginan dari dewan direksi untuk mendapatkan kepastian bahwa perusahaan bertanggungjawab dan secara memadai menangani

lingkungannya. 2. Adanya inisiatif dari manajemen tingkat bawah atau menengah untuk memperbaiki aktivitas pengelolaan lingkungan dan mengejar apa yang perusahaan lain lakukan. 3. Dimotivasi oleh kejadian dari masalah atau kecelakaan lingkungan.

2.5.2 Manfaat audit lingkungan Meningkatkan efektivitas manajemen lingkungan Mengklarifikasi masalah yang mungkin sebaiknya diinterprestasikan secara berkala pada fasilitas yang berbeda. Mengembangkan suatu pendekatan yang lebih seragam untuk mengelola aktivitas melalui pembagian informasi atau belajar dari fasilitas yang lain. Perasaan dari kesenangan dan keamanan yang meningkat

Ada kepastian bahwa identifikasi dan pendokumentasian status ketaatan dari fasilitas individual. Ada kepastian bahwa sistem pengendalian berjalan dan beroperasi dengan tanggung jawab dan etis terpenuhi.

2.6 Auditor Lingkungan Audit laporan keuangan dilaksanakan oleh akutan yang berkualifikasi dan disupervisi dengan memadai. Audit lingkungan biasanya diluar kompetensi akuntan dan diharapakan bahwa audit lingkungan dilaksanakan oleh tim kecil yang jumlahnya sekitar 3 atau 4 orang. Tim tersebut akan terdiri dari orang yang secara teknis berkualifikasidari dalam atau luar perusahaan dengan seorang pemimpin yang independen dari perusahaan. Orang berkualifikasi yang siap dan dapat melaksanakan audit lingkungan adalah yang sudah berada dalam usaha dan auditor lingkungan yang telah terdaftar dan terakreditasi. Pasal 51 Ayat (2) UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dinyatakan bahwa auditor lingkungan hidup wajib memiliki sertifikat kompetensi auditor lingkungan hidup yang berlaku mulai tanggal 3 Oktober 2010. Kriteria untuk memperoleh sertifikasi auditor lingkungan hidup meliputi kemampuan: a. Memahami prinsip, metodologi, dan tata laksana audit lingkungan hidup b.Melakukan audit lingkungan hidup yang meliputi tahap perencanaan,

pelaksanaan, pengambilan kesimpulan dan pelaporan; c. Merumuskan rekomendasi langkah perbaikan sebagai tindak lanjut audit lingkungan hidup.

2.7 Tahapan Pelaksanaan Audit Lingkungan Tahapan pelaksanaan audit lingkungan adalah sebagai berikut : A. Pendahuluan Penerapan audit lingkungan akan tergantung kepada jenis audit yang dilaksanakan, jenis usaha atau kegiatan dan pelaksanaan oleh tim auditor. B. Pra-audit

10

Kegiatan pra-audit merupakan bagian yang penting dalam prosedur audit lingkungan. Perencanaan yang baik pada tahap ini akan menentukan keberhasilan pelaksanaan audit dan tindak lanjut audit tersebut. Informasi yang diperlukan pada tahap ini meliputi informasi rinci mengenai aktifitas di lapangan, status hukum, struktur organisasi, dan lingkup usaha atau kegiatan yang akan diaudit. Aktifitas pra-audit juga meliputi pemilihan tata laksana audit, penentuan tim auditor, dan pendanaan pelaksanaan kegiatan audit. Pada saat ini, tujuan dan ruang lingkup audit harus telah disepakati.

C. Kegiatan Lapangan 1. Pertemuan pendahuluan Tahap awal yang harus dilaksanakan oleh tim audit adalah mengadakan pertemuan dengan pimpinan usaha atau kegiatan untuk mengkaji tujuan audit, tata laksana, dan jadwal kegiatan audit. 2. Pemeriksaan lapangan Pemeriksaan di lapangan dilaksanakan setelah pertemuan pendahuluan. Tim audit akan mendapatkan gambaran tentang kegiatan usaha atau kegiatan yang akan menjadi dasar penetapan areal kegiatan yang memerlukan perhatian secara khusus. Dengan melaksanakan pemeriksaan lapangan, tim auditor dapat menemukan hal-hal yang terkait erat dengan kegiatan audit namun belum teridentifikasi dalam perencanaan. 3. Pengumpulan data Data dan informasi yang dikumpullkan selama audit lingkungan akan mencakup tata laksana audit, dokumentasi yang diberikan oleh pemilik usaha atau kegiatan, catatan dan hasil pengamatan tim auditor, hasil sampling den pemantauan, foto-foto, rencana, peta, diagram, kertas kerja dan hal-hal lain yang berkaitan, Informasi tersebut harus terdokumentasi dengan baik agar mudah ditelusuri kembali. Tujuan utama pengumpulan data adalah untuk menunjang dan merupakan dasar bagi pengujian hasil temuan audit lingkungan, 4. Pengujian Prinsip utama audit lingkungan adalah bahwa informasi yang disajikan oleh tim auditor telah diuji dan dikonfirmasikan. Dokumentasi yang dihasilkan oleh tim auditor harus menunjang semua pernyataan, atau telah teruji melalui
11

pengamatan langsung oleh tim auditor. Dalam menguji hasil temuan audit, tim auditor harus menjamin bahwa dokumen yang dihasilkan merupakan dokumen yang asli dan sah. Oleh karena itu tata laksana audit harus menentukan tingkat pengujian data yang dibutuhkan, atau harus ditentukan oleh tim auditor. 5. Evaluasi hasil temuan Hasil temuan audit harus dievaluasi sesuai dengan tujuan audit dan tata laksana yang telah disetujui untuk menjamin bahwa semua isu/masalah telah dikaji. Dokumentasi penunjang harus dikaji secara teliti sehingga semua hasil temuan telah ditunjang oleh data dan diuji secara tepat. 6. Pertemuan akhir Setelah penelitian lapangan selesai, tim auditor harus memaparkan hasil temuan pendahuluan dalam suatu pertemuan akhir secara resmi. Pertemuan ini akan mendiskusikan berbagai hal yang belum terpecahkan atau informasi yang belum tersedia. Tim auditor harus mengkaji hasil temuannya secara garis besar dan menentukan waktu penyelesaian laporan akhir. Seluruh dakumentasi selama penelitian harus dikembalikan kepada penanggung jawab usaha atau kegiatan.

D. Pasca Audit Tim auditor akan menyusun laporan tertulis secara lengkap sebagai hasil pelaksanaan audit lingkungan. Laporan tersebut juga mencakup pemaparan tentang rencana tindak lanjut terhadap isu-isu lingkungan yang telah diidentifikasi.

2.8 Audit lingkungan di Indonesia Sesuai dengan GBHN 1993, sistem yang dianut dalam pelaksanaan pembangunan nasional adalah pembangunan yang berwawasan lingkungan. Pembangunan yang dilakukan untuk mengolah sumber daya alam, tetap memperhatikan kelestarian lingkungan. Jenis audit lingkungan berdasarkan Peraturan Nasional, yaitu :

Audit Lingkungan Wajib Audit lingkungan adalah suatu proses evaluasi yang dilakukan oleh penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan berdasarkan perintah Menteri Lingkungan Hidup dan ketidakpatuhan penganggungjawab usaha dan atau kegiatan terhadap
12

peraturan perundang-undangan di bidang pengelolaan lingkungan hidup yang terkait dengan kegiatan tersebut.(KEP-30/MENLH/2001).

Audit Lingkungan Sukarela Audit lingkungan adalah suatu alat manajemen yang meliputi evaluasi secara sistematik, terdokumentasi, periodik dan obyektif tentang bagaimana suatu kinerja organisasi sistem manajemen dan peralatan dengan tujuan menfasilitasi kontrol manajemen terhadap pelaksanaan upaya pengendalian dampak lingkungan dan pengkajian pentaatan kebijakan usaha atau kegiatan terhadap peraturan perundangundangan tentang pengelolaan lingkungan hidup. (KEP-42/MENLH/111994). Dasar hukum pelaksanaan audit lingkungan di Indonesia adalah UU RI Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan KEPMEN LH Nomor KEP-42 MENLH/11/1994 Tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Audit Lingkungan ISO 14001 adalah standar lingkungan terhadap organisasi yang dinilai. Ini menentukan persyaratan untuk EMS, yang menyediakan kerangka kerja bagi suatu organisasi untuk mengendalikan dampak lingkungan dari kegiatan, produk dan jasa. Standar lain untuk isu-isu lingkungan hidup adalah ISO 1OOO. Ketika melihat audit lingkungan, kadang terpikir ini adalah sebuah ruang untuk menjaga tetap berkualitasnya kondisi lingkungan hidup. Dalam pembelajaran, terlihat jelas bahwa audit lingkungan hanya merupakan sebuah kesukarelaan. Bahkan yang dibelajarkan adalah audit lingkungan dalam ISO 14000, bukan pada audit lingkungan yang termaktub dalam perundang-undangan negeri ini. Kementerian Lingkungan Hidup sendiri telah mengeluarkan turunan UU mengenai audit lingkungan, yaitu KepMenLH No 30/2001 juga sebelumnya pada KepMenLH No 42/1994. Gaung Audit Lingkungan mulai menggema ketika WALHI (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia) berpendapat bahwa sistem AMDAL yang ada sepatutnya dilengkapi dengan audit lingkungan. Namun kenyataannya masih sangat sulit melihat terjadinya proses audit lingkungan terhadap pelaku usaha. Hal ini juga lebih dikarenakan tidak ada kewajiban pelaku usaha untuk melakukan audit lingkungan, yang ada hanyalah kesukarelaan. Dalam Standar Nasional Indonesia, pedoman audit lingkungan telah diabolisi (tidak dipergunakan lagi). Diantaranya adalah SNI 19-14010-1997 tentang Pedoman audit lingkungan Prinsip umum, SNI 19-14011-1997 tentang Pedoman untuk pengauditan lingkungan Prosedur audit Pengauditan sistem manajemen lingkungan dan SNI 19-14012-1997 tentang Pedoman
13

audit untuk lingkungan Kriteria kualifikasi untuk auditor lingkungan. Melihat tidak pentingnya audit lingkungan dalam tataran kebijakan, maka tidak salah bila telah terjadi pengarahan negeri bencana ini ke arah ecosida, yang bisa jadi terjadi tidak lebih dari 7 tahun lagi. Audit lingkungan adalah proses jalan panjang yang harus dimulai dan dikampayekan oleh semua pihak demi keselamatan umat manusia. Banyak perusahaan di Indonesia yang telah melaksanakan aktivitas CSR (corporate social responsibility/ pertanggungjawaban sosial perusahaan) di lapangan. Akan tetapi belum banyak yang mengungkapkan aktivitas tersebut dalam sebuah laporan. Hanya beberapa perusahaan yang telah mengungkapkan informasi lingkungan dan tanggungjawab sosial di dalam laporan tahunan perusahaan. Beberapa di antaranya membuat laporan CSR tersendiri, terpisah dari laporan tahunan. Dibandingkan dengan negara lain, harus diakui bahwa perkembangan praktik laporan keberlanjutan di Indonesia berjalan lambat. Jika penyusunan laporan keuangan diwajibkan oleh Undang-undang Perseroan Terbatas, sedangkan untuk laporan keberlanjutan belum ada ketentuan perundang-undangan yang mewajibkan pembuatan laporan tersebut. Khusus untuk mewajibkan penyusunan laporan keberlanjutan di Indonesia nampaknya masih perlu waktu, terutama kesiapan dalam sistem pendukung seperti adanya standar pelaporan yang bisa diterima secara umum dan ketersediaan tenaga yang berkompeten untuk menyusun laporan tersebut, termasuk tenaga yang melakukan fungsi assurance.

14

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan Secara ringkas Audit Lingkungan adalah sistim evaluasi yang dilakukan secara sistematis dan obyektif terhadap pengelolaan dampak yang ada maupun potensial dampak dari kegiatan suatu organisasi atas lingkungan yang juga berpengaruh terhadap kinerja suatu organisasi. Apa yang dievaluasi biasanya termasuk pengelolaan lingkungan dari organisasi itu, pentaatan terhadap peraturan dalam pengelolaan lingkungan seperti emisi ke udara, pembuangan ke air, pengelolaan limbahnya, sistim dokumentasi, pelaporan, indikator kinerja, sistim tanggap darurat termasuk pula tanggung jawab manajemen, komunikasi dan kursuskursus yang diberikan kepada staffnya. Manfaat yang dapat diperoleh suatu perusahaan dari kegiatan audit lingkungan adalah (BAPEDAL, 1994) : Mengidentifikasi resiko lingkungan Menjadi dasar bagi pelaksanaan kebijakan pengelolaan lingkungan atau upaya penyempurnaan rencana yang ada. Menghindari kerugian finansial seperti penutupan/ pemberhentian suatu usaha atau kegiatan atau pembatasan oleh pemerintah, atau publikasi yang merugikan akibat pengelolaan dan pemantauan lingkungan yang tidak baik. Mencegah tekanan sanksi hukum terhadap suatu usaha atau kegiatan atau terhadap pimpinannya berdasarkan pada peraturan perundangundaangan yang berlaku. Membuktikan pelaksanaan pengelolaan lingkungan apabila dibutuhkan dalam proses pengadilan. Meningkatkan kepedulian pimpinan/ penanggung jawab dan staf suatu badan usaha atau kegiatan tentang pelaksanaan kegiatannya terhadap kebijakan dan tanggung jawab lingkungan. Mengidentifikasi kemungkinan penghematan biaya melalui upaya

konservasi energi dan pengurangan, pemakaian ulang dan daur ulang limbah.

15

3.2 Saran Agar audit lingkungan dapat berjalan dengan efektif, setidaknya ada lima elemen penting yang harus diperhatikan. Pertama diperlukan komitmen dari perusahaan itu agar mau terbuka dan jujur dalam memberikan data. Hal di atas agak riskan mengingat pengusaha biasanya enggan untuk membuka 'jati dirinya' karena persaingan bisnis misalnya. Kedua, adanya Auditor yang mandiri yang tidak mempunyai kepentingan apapun akan fasilitas yang sedang diaudit. Ini penting untuk menjaga keobyektifan penilaian, kemandirian auditor harus pula dijaga agar tidak terpengaruh oleh situasi atau tekanan lainnya ketika mereka melakukan kunjungan lapangan. Verifikasi prosedur dan pengukuran kinerja, merupakan dua hal berikutnya dari elemen Audit Lingkungan. Hal ini penting dilakukan agar ada kepastian bahwa informasi yang didapat memang benar-benar akurat. Terakhir, harus ada mekanisme tindak lanjut dari rekomendasi yang didapat selama Audit Lingkungan. Jika tidak, maka usaha Audit Lingkungan yang telah dilakukan menjadi sia-sia.

16

DAFTAR PUSTAKA Amin Widjaja Tunggal. 2007. Dasar-Dasar Audit Manajemen. Jakarta: Harvarindo. Arens, Alvin A., Randal J. Elder, Mark S. Beasley. Auditing and Assurance Services An Integrated Approach, 13th edition, Pearson Education Inc, Upper Saddle River, New Jersey, 2010. Agoes. Auditing (Pemeriksaan Akuntansi) oleh KAP. Edisi Ketiga, Jilid I. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FEUI). Jakarta. 2007. Abdul mohammadi, Mohammad dan Arnold Wright. 1987. An Evamination of the effect of Experince and Task Comlexity on Audit Judgment. The Accounting Review (January)-Pp 1-3 Ashton, Alison Hubbard.1991. Experience and Error Frequency Knowledge as Potential Determinants of audit Expertise. The Accounting Review (April), pp.218239 Bonner, sarah E.1990. Experience Effects in Auditing: The Role Task Spesific knowledge. The Accounting Review (Januari), pp.72-92 http://renalkrenz.blogspot.com/2010/03/audit-lingkungan.html (http://www.dephut.go.id/HALAMAN/PDF/REP016%20Audit%20Lingkungan%20Kegiatan %20PT.%20Barito%20P,Gareth,Jan%2001(.pdf ) http://novaoshiin.blogspot.com/2011/06/audit-lingkungan.html http://industri10ikhwan.blog.mercubuana.ac.id/ http://grhoback.blogspot.com/2010/05/audit-lingkungan.html www.iaiglobal.or.id/data/referensi/ai_edisi_03.pdf

17

Anda mungkin juga menyukai