Anda di halaman 1dari 56

SISTEM PENCATATAN DALAM PELAYANAN KEBIDANAN DI PUSKESMAS PLERET

Oleh: Kelompok Kelas :3 : IIC (120109) (120110) (120111) (120112)

1. Nurhasna Umasugi 2. Isriani Widiastuti 3. Fitri Ayuni Nurdewati 4. Cahya Yustisia

5. Godeliva Susanti Terika (120113) 6. Dea Nur Elsadai (120114)

7. Carolina Frilly Merliana (120115) 8. Selma Dwi Hidayati 9. Rina Dwi Lestari 10. Tria Marliantina (120116) (120117) (120118)

11. Vinda Nur Apriningtyas (120119)

AKADEMI KEBIDANAN YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013

LEMBAR PENGESAHAN SISTEM PENCATATAN DALAM PELAYANAN KEBIDANAN DI PUSKESMAS PLERET Dipersiapkan dan disusun oleh: Kelompok Kelas : 3 (Tiga) : IIC Anggota : 1. Nurhasna Umasugi 2. Isriani Widiastuti 3. Fitri Ayuni Nurdewati 4. Cahya Yustisia 5. Godeliva Susanti Terika 6. Dea Nur Elsadai 7. Carolina Frilly Merliana 8. Selma Dwi Hidayati 9. Rina Dwi Lestari 10. Tria Marliantina 11. Vinda Nur Apriningtyas (120109) (120100) (120111) (120112) (120113) (120114) (120115) (120116) (120117) (120118) (120119)

Telah disetujui untuk diseminarkan di depan penguji Pada tanggal.. Mengetahui Dosen Pembimbing

Era Revika, S. SiT.

ii

LEMBAR PENGESAHAN SISTEM PENCATATAN DALAM PELAYANAN KEBIDANAN DI PUSKESMAS PLERET

Dipersiapkan dan disusun oleh: Kelompok Kelas : 3 (Tiga) : IIC

Anggota : 1. Nurhasna Umasugi 2. Isriani Widiastuti 3. Fitri Ayuni Nurdewati 4. Cahya Yustisia 5. Godeliva Susanti Terika 6. Dea Nur Elsadai 7. Carolina Frilly Merliana 8. Selma Dwi Hidayati 9. Rina Dwi Lestari 10. Tria Marliantina 11. Vinda Nur Apriningtyas (120109) (120100) (120111) (120112) (120113) (120114) (120115) (120116) (120117) (120118) (120119)

Telah diseminarkan di depan penguji Pada tanggal

Mengetahui Dosen Pembimbing

Era Revika, S. SiT.

iii

KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Pemantauan Pelayanan Kebidanan di Puskesmas Pleret tepat waktu. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas dari dosen mata kuliah Dasar-Dasar Asuhan Kebidanan. Makalah berisi tentang sistem pencatatan dalam pelayanan kebidanan serta pemantauan pelayanan KIA oleh pihak swasta di wilayah kerja Puskesmas Sanden.Dalam penyusunan makalah ini, kami telah berusaha sesuai kemampuan, namun kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak akan kami terima dengan senang hati. Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan pembaca. Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa meridhai segala usaha kita, amin.

Yogyakarta, 9 April 2013

Penulis

iv

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... ii LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... iii KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv DAFTAR ISI ........................................................................................................... v BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1 A. B. 1. 2. Latar Belakang ......................................................................................... 1 Tujuan ....................................................................................................... 4 Tujuan Umum ....................................................................................... 4 Tujuan Khusus ...................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 5 A. 1. 2. B. 1. 2. C. 1. 2. 3. D. 1. 2. Kohort Ibu ................................................................................................ 5 Pengertian Kohort Ibu ........................................................................... 5 Cara Pengisian Kohort Ibu .................................................................... 5 Kohort Bayi .............................................................................................. 6 Pengertian Kohort Bayi ........................................................................ 6 Cara Pengisian Kohort Bayi ................................................................. 6 PWS KIA .................................................................................................. 7 Pengertian PWS KIA ............................................................................ 7 Manfaat PWS KIA ................................................................................ 8 Perhitungan Sasaran dalam Program PWS-KIA .................................. 8 Mortalitas dan Morbiditas ...................................................................... 16 Mortalitas ............................................................................................ 16 Morbiditas ........................................................................................... 29

BAB III HASIL KUNJUNGAN ........................................................................... 34

BAB IV PEMBAHASAN ..................................................................................... 40 BAB V PENUTUP ................................................................................................ 48 A. B. Kesimpulan ............................................................................................. 48 Saran ....................................................................................................... 49

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 50

vi

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Secara umum yang dapat diterima sebagai indikator adalah angka kematian ibu (AKI), angka kematian bayi (AKB). Pentingnya

mendapatkan indikator tercermin dari pemakaian AKI dan AKB sebagai derajat kesehatan yang ditetapkan dalam Indonesia Sehat 2010 (UNDP, 2003). Perkiraan AKI maupun AKB di Indonesia saat ini masih mengandalkan dari survei dan sensus karena sumber data dari registrasi vital di Indonesia sebagai sumber data yang ideal masih belum memadai. Demikian pula pengukuran AKI dan AKB dari sistem pencatatan rutin fasilitas kesehatan juga belum bisa diharapkan karena hasilnya memberikan gambaran bias karena tidak semua kejadian kematian terjadi dan dicatat di fasilitas pelayanan kesehatan. Keragaman sumber data menyulitkan untuk membuat perbandingan, untuk generalisasi dan ada kecenderungan kematian ibu dilaporkan lebih rendah karena tidak mudah menegakkan sebab kematian (Soemantri, 1997). Berdasarkan hasil kajian beasaran AKI di Indonesia berkisar 307461 per 100.000 kelahiran hidup, Angka kematian balita 54-64 per 1000, Angka kematian bayi 35-42 per 1000, (Soemantri, 1997). Bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya, AKI dan AKB di Indonesia relatif masih tinggi.Kecenderungan AKI dan AKB memberikan prospek penurunan yang kurang menggembirakan. Kalau kesepakatan global MDGs ingin direalisir, pencapaian AKI akhir 2015 tidak akan terpenuhi. Pencapaian AKI tahun 2015 hanya dapat menurunkan 52-55% dari keadaan 1990, masih jauh untuk diturunkan tiga perempatnya sesuai dengan target MDGs sedangkan pencapaian AKB tahun 2015 hanya dapat menurunkan 53-73% dari keadaan 1990 (UNDP, 2003). 1

Berbagai intervensi untuk menurunkan AKI dan AKB telah dilakukan oleh Depkes sejak tahun 1980-an melalui program Safe Motherhood Inititatif yang mendapat perhatian besar dan dukungan dari berbagai pihak, baik dalam dan luar negeri. Pemantapan dan peningkatan program kesehatan ibu dan anak telah menjadi prioritas utama.Berbagai upaya meningkatkan kemampuan pengelola program KIA menunju percepatan penurunan AKI telah dilakukan. Secara konseptual, pada tahun 1990-an telah diperkenalkan lagi upaya untuk menajamkan strategi dan intervensi dalam menurunkan AKI yaitu MakingPregnancy Safer (MPS) yang dicanangkan oleh pemerintah pada tahun 2000 (Soemantri, 2004). Kebijakan desentralisasi menuntut pimpinan kabupaten/kota dan jajarannya mampu untuk merencanakan, memprioritaskan kegiatan serta memantau dampaknya dengan memanfaatkan data local yang tersedia serta sumber daya yang ada.Sehubungan dengan penerapan sistem desentralisasi maka pelaksanaan strategi MPS di daerahpun diharapkan dapat lebih terarah dan sesuai dengan permasalahan setempat. Adanya keragaman daerah di Indonesia menurut demografi dan geografi,maka kegiatan program kesehatan ibu dan anak (KIA) akan beragam pula. Agar pelaksanaan program KIA berjalan lancar, aspek peningkatan mutu pelayanan program KIA tetap diharapkan menjadi kegiatan prioritas utama baik ditingkat puskesmas maupun di tingkat kabupaten/kota.Peningkatan mutu program KIA juga dinilai dari besarnya cakupan program di masingmasing wilayah kerja (WHO, 2000). Kematian maternal (disebut kematian ibu oleh program) adalah kematian seorang wanita yang sedang hamil, melahirkan sampai dengan 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan (masa nifas), tidak tergantung dari umur kehamilan dan letak kehamilan di dalam ataupun di luar kandungan yang disebabkan oleh keadaan kehamilan atau oleh keadaan yang diperburuk akibat kehamilan atau disebabkan kesalahan pada pertolongan persalinan, tetapi tidak termasuk kematian yang disebabkan oleh

kecelakaan atau kelalaian. Penyebab kematian maternal dapat dibagi dalam 2 kelompok yaitu karena obstetri langsung dan tidak langsung. Sedangkan untuk menghitung kematian maternal dapat dilakukan dengan dua cara yaitu cara langsung (direct) dan cara tidak langsung (indirect) (Setyowati, 1999). Sistem pencatatan dalam pelayanan kebidanan terdiri dari kohort ibu, bayi, balita, PWS KIA, mortalitas atau morbiditas. Sistem pencatatan dan pelaporan kematian ibu menggunakan Register kohort ibu (RKI). Register ini digunakan untuk mencatat seluruh ibu hamil di wilayah kerja bidan di desa. Data ibu hamil ini kemudian dimasukkan ke dalam RKI, dengan mencantumkan nama ibu dan suaminya, alamat dan umur ibu. Dengan RKI, memungkinkan terpantaunya kejadian komplikasi obstetri yang menjadi penyebab kematian ibu pada masa hamil/ bersalin/ nifas (Depkes,1996) Sistem Pemantauan wilayah setempat kesehatan ibu dan anak (PWS-KIA) sebagai alat manajemen program KIA untuk memantau cakupan pelayanan KIA di suatu wilayah kerja secara terus menerus, agar dapat dilakukan tindak lanjut yang cepat dan tepat terhadap wilayah kerja yang cakupan pelayanan KIA nya masih rendah telah diterapkan program sejak tahun 1990an. Dengan demikian PWS-KIA dapat dipandang juga sebagai surveilens sistem untuk mengukur perkiraan AKI dan AKA. Sesuai anjuran WHO untuk mendapatkan AKI yang paling baik adalah menindak lanjuti kohor ibu hamil.Sayangnya sampai saat ini PWS-KIA belum dimanfaatkan secara optimal yang terbukti dengan masih tingginya AKI dan AKA (Depkes, 2004).

B. Tujuan 1. Tujuan Umum Menambah wawasan mahasiswa mengenai system pencatatan di puskesmas Pleret dan memberikan informasi kepada pembaca tentang sistem pencatatan di Puskesmas Pleret. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui kohort bayi dan kohort ibu di puskesmas Pleret. b. Mengetahui PWS KIA di Puskesmas Pleret. c. Mengetahui mortalitas dan morbiditas di wilayah Puskesmas Pleret.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Kohort Ibu 1. Pengertian Kohort Ibu Kohort Ibu merupakan sumber data pelayanan ibu hamil dan bersalin, serta keadaan / resiko yang dipunyai ibu yang diorganisir sedemikian rupa yang pengoleksiannya melibatkan kader dan dukun bayi di wilayahnya setiap bulan yang mana informasi pada saat ini lebih difokuskan pada kesehatan ibu dan bayi baru lahir tanpa adanya duplikasi informasi. 2. Cara Pengisian Kohort Ibu Kolom 1 Kolom 2 Kolom 3 Kolom 4 Kolom 5 Kolom 6 Kolom 7 : Diisi nomor urut : Diisi nomor indeks dari family folder : Diisi nama ibu hamil : Diisi nama suami ibu hamil : Diisi alamat ibu hamil : Diisi umur ibu hamil :Diisi umur kehamilan pada kunjungan pertama (dalam minggu) / tanggal Kolom 8 HPL

: Faktor resiko. Diisi v (rumput) untuk umur ibu < 20 tahun atau > 35 tahun

Kolom 9 Kolom 10 Kolom 11 Kolom 12

: Paritas diidi gravidanya : Diisi bila jarak kehamilan < 2 tahun : Diisi bila BB ibu < 45 kg , LILA< 23,5 cm : Diisi bila TB ibu < 145 cm

Kolom 13 s.d. 17 : Risiko tinggi. Diisi tanggal ditemukan ibu hamil dengan risiko tinggi, Hb diperiksa dan ditulis hasilnya

Kolom 18

: Pendeteksian faktor risiko. Diisi

tanggal

ditemukan ibu hamil dengan risiko tinggi oleh tenga kesehatan Kolom 19 : Diisi tanggal ditemukan ibu hamil dengan risiko tinggi oleh Non Nakes Kolom 20 s.d. 22 : Diisi tanggal imunisasi sesuai dengan statusnya Kolom 23 s.d. 34 : Diisi umur kehamilan dalam bulan Kolom 35 : Penolong persalinan, diisi tanggal penolong persalinan tenaga kesehatan Kolom 36 : Diisi tanggal bila yang menolong bukan tenaga kesehatan Kolom 37 abortus Kolom 38 Kolom 39 Kolom 40 Kolom 41 Kolom 42 Kolom 43 Kolom 44 Kolom 45 B. Kohort Bayi 1. Pengertian Kohort Bayi Kohort Bayi merupakan sumber data pelayanan kesehatan bayi, termasuk neonatal. 2. Cara Pengisian Kohort Bayi Kolom 1 : Diisi nomor urut. Sebaiknya nomor urut bayi : Diisi lahir mati : Diisi BB bila BBL < 2500 gram : Diisi BB bila BBL > 2500 gram : Keadaan ibu bersalin. Diberi tanda v bila sehat : Dijelaskan sakitnya : Diisi sebab kematiannya : Diisi v (rumput) : Diisi apabila pindah, atau yang perlu diterangkan : Hasil akhir kehamilan. Diisi tanggal kejadian

disesuaikan dengan nomor urut ibu pada register kohort ibu

Kolom 2 Kolom 3 s.d. 7 Kolom 8 s.d. 9 Kolom 10 tenaga kesehatan Kolom 11 petugas kesehatan

: Diisi nomor indeks dari family folder : Jelas : Diisi angka berat bayi lahir dalam gram : Diisi tanggal pemeriksaan neonatal oleh

: Diisi tanggal pemeriksaan post neonatal oleh

Kolom 12 s.d. 23 : Diisi hasil penimbangan bayi dalam kg dan rambu gizi Kolom 24 s.d. 35 : Diisi tanggal bayi tersebut mendapat imunisasi Kolom 36 Kolom 37 Kolom 38 perlu keterangan C. PWS KIA 1. Pengertian PWS KIA Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA) adalah alat manajemen untuk melakukan pemantauan program KIA di suatu wilayah kerja secara terus menerus, agar dapat dilakukan tindak lanjut yang cepat dan tepat, meliputi program pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu dengan komplikasi kebidanan, dan keluarga berencana, bayi baru lahir, bayi baru lahir dengan komplikasi, bayi, dan balita (Kemenkes RI,2013). a. Program KIA yang di maksud , meliputi : 1) Pelayanan Ibu Hamil 2) Pelayanan Ibu Bersalin 3) Pelayanan Ibu Nifas : Diisi tanggal bayi ditemukan meninggal : Diisi penyebab bayi tersebut meninggal : Diisi bila bayi pindah atau ada kolom yang

4) Pelayanan Ibu dengan Komplikasi Kebidanan 5) Pelayanan KB 6) Pelayanan BBL 7) Pelayanan Bayi Baru dengan Komplikasi 8) Pelayanan Bayi dan Balita 2. Manfaat PWS KIA a. Sebagai Alat Komunikasi b. Sebagai Alat Penggerak Masyarakat c. Sebagai Alat Manajemen Program 3. Perhitungan Sasaran dalam Program PWS-KIA a. Indikator Program Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA) 1) Cakupan Pelayanan Antenatal (K1) 2) Cakupan Pelayanan Ibu Hamil (K4) 3) Cakupan Pelayanan Ibu Bersalin 4) Cakupan Pelayanan Nifas oleh Tenaga Kesehatan (KF3) 5) Cakupan Pelayanan Neonatus Pertama (KN1) 6) Cakupan Pelayanan Kesehatan Neonatus 0 28 hari (KN Lengkap) 7) Deteksi Faktor Risiko dan Komplikasi oleh Masyarakat 8) Cakupan Penanganan Komplikasi Obstetri (PK) 9) Cakupan Penanganan Komplikasi Neonatus 8

10) Cakupan Pelayanan Kesehatan 29 hari 12 bulan (kunjungan bayi) 11) Cakupan Pelayanan Anak Balita 12) Cakupan Pelayanan Kesehatan Anak Balita Sakit yang Dilayani dengan MTBS 13) Cakupan Peserta KB Aktif b. Perhitungan Sasaran pada setiap indikator 1) Cakupan Pelayanan Antenatal (K1) Rumus : Jumlah kunjungan ibu hamil pertama (K1) X 100 % Jumlah sasaran ibu hamil dalam 1 tahun i. Cakupan K1 adalah persentase ibu hamil yang pertama kali mendapat pelayanan oleh tenaga kesehatan di wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. ii. Indikator pelayanan ini digunakan serta untuk mengetahui jangkauan dalam

antenatal

kemampuan

program

menggerakkan masyarakat.

2) Cakupan Pelayanan Ibu Hamil (K4) Rumus : Jumlah kunjungan ibu hamil 4 kali (K4) X 100 % Jumlah sasaran ibu hamil dalam 1 tahun Atau 1,10 x angka kelahiran kasar (CBR) x jumlah penduduk i. Cakupan K4 adalah cakupan ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai standar, paling sedikit 4 kali (1 kali 9

pada Trimester I , 1 kali pada Trimester II , 2 kali pada Trimester III). ii. Cakupan pelayanan ibu hamil ini juga menggambarkan tingkat perlindungan ibu hamil dan menggambarkan kemajuan manajemen atau kelangsungan program KIA. a) Kunjungan pada ibu hamil sesuai dengan standar, meliputi pelayanan : (1) Timbang badan dan ukur tinggi badan (2) Ukur tekanan darah (3) Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas) (4) Ukur tinggi fundus uteri (5) Tentukan presentasi janin dan DJJ (6) Skrining status imunisasi tetanus (dan pemberian tetanus toksoid) (7) Pemberian tablet Fe (90 tablet selama kehamilan) (8) Tes laboratorium sederhana dan atau dengan indikasi (9) Tata laksanan kasus (10) Temu wicara

3) Cakupan Pelayanan Ibu Bersalin (Pn) Rumus : Jumlah pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan X100% Jumlah sasaran ibu bersalin dalam 1 tahun Atau 1,05 x angka kelahiran kasar (CBR) x jumlah penduduk

10

i.

Pertolongan

persalinan

adalah

proses

pelayanan

persalinan dimulai pada kala I sampai kala IV persalinan ii. Tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan adalah tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan klinis kebidanan sesuai standar iii. Indikator ini menggambarkan kemampuan Manajemen program KIA dalam pertolongan persalinan sesuai standar 4) Cakupan Pelayanan Nifas oleh Tenaga Kesehatan (KF3) Rumus : Jumlah pelayanan ibu nifas pertama kali oleh tenaga kesehatan X100 % Jumlah sasaran ibu nifas dalam 1 tahun Atau 1,05 x angka kelahiran kasar (CBR) x jumlah penduduk i. Nifas adalah periode mulai 6 jam sampai 42 hari pasca persalinan ii. Presentase ibu nifas yang telah mendapatkan pelayanan nifas pertama kali sesuai standar pada masa 6 jam setelah persalinan sampai dengan 3 hari iii. Pelayanan nifas sesuai standar termasuk pemberian vitamin A, 2 kali serta persiapan dan pelaksanaan KB Pasca Persalinan serta anjuran ASI Eksklusif selama 6 bulan iv. Indikator ini menggambarkan jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan ibu nifas 5) Cakupan Pelayanan Neonatus Pertama (KN1) Rumus : Jumlah neonatus yang mendapat pelayanan 6-48 jam

11

setelah lahir X 100 % Jumlah seluruh sasaran bayi dalam 1 tahun Atau Angka kelahiran kasar (CBR) x jumlah penduduk i. ii. Neonatus adalah bayi berumur 0-28 hari Pelayanan kesehatan neonatal adalah pelayanan

kesehatan neonatal dasar (ASI Eksklusif, pencegahan infeksi berupa perawatan mata , tali pusat , pemberian vitamin k1 injeksi bila tidak diberikan pada saat lahir, pemberian imunisasi hepatitis B1 (bila tidak diberikan saat lahir), Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) iii. Dengan indikator ini dapat diketahui akses/jangkauan pelayanan kesehatan neonatal 6) Cakupan Pelayanan Kesehatan Neonatus 0 28 hari (KN Lengkap) Rumus : Jumlah neonates yang mendapat pelayanan minimal 3 kali X 100% Jumlah seluruh sasaran bayi dalam 1 tahun Atau Angka kelahiran kasar (CBR) X jumlah penduduk i. Cakupan pelayanan neonates sesuai standar paling sedikit 3 kali, yaitu : ii. iii. iv. 6-48 jam setelah lahir (Kn1) 3-7 hari setelah lahir (Kn2) 8-28 hari (Kn3) setelah lahir yang dilakukan difasilitan kesehatan ataupun kunjungan rumah

12

v.

Menggambarkan tingkat efektifitas perlindungan bayi baru lahir dan menggambarkan kemajuan kualitas manajemen atau kelangsungan program KIA

7) Deteksi Faktor Risiko dan Komplikasi oleh Masyarakat Deteksi Faktor Risiko dan Komplikasi oleh Masyarakat Adalah cakupan ibu hamil dengan faktor risiko atau komplikasi yang ditemukan oleh kader atau dukun bayi atau masyarakat serta dirujuk ke tenaga kesehatan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Masyarakat disini, bisa keluarga ataupun ibu hamil, bersalin, nifas itu sendiri. Indikator ini menggambarkan peran serta dan

keterlibatan masyarakat dalam mendukung upaya peningkatan kesehatan ibu hamil, bersalin dan nifas. Rumus yang dipergunakan : Jumlah ibu hamil yang berisiko yang ditemukan kader atau dukun bayi atau masyarakat X100% 20% x jumlah sasaran ibu hamil di suatu wilayah dalam 1 tahun 8) Cakupan Penanganan Komplikasi Obstetri (PK) Rumus : Jumlah ibu hamil, bersalin, dan nifas dengan komplikasi yang ditangani oleh tenaga kesehatan yang kompeten X 100 % 20 % dari jumlah sasaran ibu hamil dalam 1 tahun i. Mencakup kasus komplikasi/kegawatdaruratan yang

mendapat pelayanan kesehatan sampai selesai ii. Indikator ini mengukur kemampuan manajemen program KIA dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara professional kepada ibu (hamil, bersalin, nifas) dengan komplikasi.

13

9) Cakupan Penanganan Komplikasi Neonatus Rumus : Jumlah neonatus dengan komplikasi yang ditangani X 100% 15 % x jumlah sasaran bayi di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun Atau 15 % x jumlah bayi baru lahir i. Indikator ini menunjukkan kemampuan sarana pelayanan kesehatan dalam menangani kasus kegawatdaruratan neonatal, yang kemudian ditindaklanjuti sesuai dengan kewenangannya atau rujuk ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi 10) Cakupan Pelayanan Kesehatan 29 hari 12 bulan (kunjungan bayi) Cakupan Pelayanan Kesehatan 29 hari 12 bulan (kunjungan bayi)Adalah cakupan bayi yang mendapatkan pelayanan paripurna minimal 4 kali yaitu 1 kali pada umur 29 hari 2 bulan, 1 kali pada umur 3 5 bulan, dan satu kali pada umur 6 8 bulan dan 1 kali pada umur 9 11 bulan sesuai standar di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Dengan indikator ini dapat diketahui efektifitas, continuum of care dan kualitas pelayanan kesehatan bayi. Adalah cakupan anak balita (12 59 bulan) yang memperoleh pelayanan sesuai standar, meliputi pemantauan pertumbuhan minimal 8x setahun, pemantauan perkembangan minimal 2 x setahun, pemberian vitamin A 2 x setahun. Rumus yang digunakan adalah : Jumlah anak Balita yg memperoleh pelayanan sesuai standar disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu X 100%

14

Jumlah seluruh sasaran anak Balita di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun 11) Cakupan Pelayanan Kesehatan Anak Balita Sakit yang dilayani dengan MTBS Cakupan anak balita (umur 12 59 bulan) yang berobat ke Puskesmas dan mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar (MTBS) di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Rumus yang digunakan adalah : Jumlah anak balita sakit yg memperoleh pelayanan sesuai tatalaksana MTBS di Puskesmas di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu X100% Jumlah seluruh anak balita sakit yang berkunjung ke Puskesmas disuatu wilayah kerja dalam 1 tahun Jumlah anak balita sakit diperoleh dari kunjungan balita sakit yang datang ke puskesmas (register rawat jalan di Puskesmas). Jumlah anak balita sakit yang mendapat pelayanan standar diperoleh dari format pencatatan dan pelaporan MTBS. 12) Cakupan Peserta KB Aktif Rumus : Jumlah peserta KB aktif X 100 % Jumlah seluruh pasangan usia subur dalam 1 tahun i. Peserta KB aktif adalah pasangan usia subur yang salah satu pasangannya masih menggunakan alat kontrasepsi aktif baik yang baru maupun yang lama dan terlindungi oleh alat kontrasepsi tersebut ii. Pasangan Usia Subur (PUS) adalah pasangan suami-istri, yang istrinya berusia 15-49 tahun

15

iii.

Indikator ini menunjukkan jumlah peserta KB baru dan lama yang masih aktif memakai alat dan obat kontrasepsi terus menerus hingga saat ini untuk menunda,

menjarangkan kehamilan atau mengakhiri kesuburan D. Mortalitas dan Morbiditas 1. Mortalitas a. Pengertian Mortalitas Mortalitas atau kematian merupakan salah satu dari tiga komponen demografi selain fertilitas dan migrasi, mempengaruhi jumlah dan komposisi umur penduduk. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan kematian sebagai suatu peristiwa menghilangnya semua tandatanda kehidupan secara permanen, yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup (Data Statistik Indonesia, 2013). b. Penyebab Mortalitas Kematian dewasa umumnya disebabkan karena penyakit menular, penyakit degeneratif, kecelakaan atau gaya hidup yang beresiko terhadap kematian. Kematian bayi dan balita umumnya disebabkan oleh penyakit sistim pernapasan bagian atas (ISPA) dan diare, yang merupakan penyakit karena infeksi kuman.Faktor gizi buruk juga menyebabkan anak-anak rentan terhadap penyakit menular, sehingga mudah terinfeksi dan menyebabkan tingginya kematian bayi dan balita di sesuatu daerah (Data Statistik Indonesia, 2013). c. Indikator Mortalitas Bermacam-macam indikator mortalitas atau angka yang dapat

kematian yang umum dipakai adalah: 1) Angka Kematian Kasar (AKK) atau Crude Death Rate (CDR). a) Konsep 16

Angka Kematian Kasar (Crude Death Rate) adalah angka yang menunjukkan berapa besarnya kematian yang terjadi pada suatu tahun tertentu untuk setiap 1000 penduduk.Angka memperhitungkan ini disebut kasar sebab belum tua

umur

penduduk.Penduduk

mempunyai risiko kematian yang lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk yang masih muda. b) Kegunaan Angka Kematian Kasar adalah indikator sederhana yang tidak memperhitungkan pengaruh umur penduduk. Tetapi jika tidak ada indikator kematian yang lain angka ini berguna untuk memberikan gambaran mengenai keadaan kesejahteraan penduduk pada suatu tahun yang

bersangkutan. Apabila dikurangkan dari Angka kelahiran Kasar akan menjadi dasar perhitungan pertumbuhan penduduk alamiah. c) Definisi angka kematian kasar Angka Kematian Kasar adalah angka yang

menunjukkan banyaknya kematian per 1000 penduduk pada pertengahan tahun tertentu, di suatu wilayah tertentu. d) Rumus Dimana CDR =Crude Death Rate (Angka Kematian Kasar) D = Jumlah kematian (death) pada tahun tertentu P = Jumlah Penduduk pada pertengahan tahun tertentu K = Bilangan konstan 1000 Catatan1: P idealnya adalah jumlah penduduk pertengahan tahun tertentu tetapi yang umumnya tersedia adalah jumlah penduduk pada satu tahun tertentu maka jumlah dapat dipakai sebagai pembagi. Kalau ada jumlah penduduk dari 2 data dengan tahun berurutan, maka rata-rata kedua

17

data tersebut dapat dianggap sebagai penduduk tengah tahun. Catatan2: dari Susenas 2003 tercatat sebanyak 767.740 kematian, sedangkan jumlah penduduk pada tahun tersebut diperkirakan sebesar 214.37.096 jiwa. Sehingga Angka Kelahiran Kasar yang terhitung adalah sebesar 3,58. Artinya, pada tahun 2003 terdapat 3 atau 4 kematian untuk tiap 1000 penduduk. e) Contoh Angka Kelahiran Kasar di beberapa propinsi dan kabupaten di Indonesia.terdapat dalam Tabel 1.
Tabel 1 Angka Kelahiran Kasar menurut Propinsi dan Kabupaten, 2004 Propinsi/Kabupaten Sumatera Selatan Kab. OKI Kota Palembang Jawa Barat Kab. Kuningan Kota Bandung NTT Kab. Flores Timur Kab. Timor Tengah Utara Laki-laki 6,02 6,72 4,65 7,55 10,81 4,97 8,20 6,83 7,03 Perempuan 4,63 4,92 5,02 5,78 10,86 3,50 6,26 5,58 4,95 Total 5,32 6,08 4,22 6,67 9,62 4,23 7,23 6,16 5,99

Sumber data: Indikator untuk propinsi diambil dari SUSENAS 2004. Karena sampel yang terlalu kecil perhitungan untuk tingkat kabupaten dilakukan melalui rata-rata dari penggabungan antara Susenas 2003 dan 2004 (Badan Pusat Statistik dan UNFPA, 2005) 2) Angka Kematian Bayi (AKB) a) Konsep Dasar Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun. Banyak faktor yang dikaitkan dengan kematian

18

bayi.Secara garis besar, dari sisi penyebabnya, kematian bayi ada dua macam yaitu endogen dan eksogen. Kematian bayi endogen atau yang umum disebut dengan kematian neonatal; adalah kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan, dan umumnya disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir, yang diperoleh dari orang tuanya pada saat konsepsi atau didapat selama kehamilan. Kematian bayi eksogen atau kematian post neonatal, adalah kematian bayi yang terjadi setelah usia satu bulan sampai menjelang usia satu tahun yang disebabkan oleh faktor-faktor lingkungan luar. b) Kegunaan Kegunaan Angka Kematian Bayi Angka Kematian Bayi menggambarkan keadaan sosial ekonomi masyarakat dimana angka kematian itu dihitung. Kegunaan Angka Kematian Bayi untuk yang bertalian dengan pengaruh

pengembangan perencanaan berbeda antara kematian neonatal dan kematian bayi yang lain. Karena kematian neonatal disebabkan oleh faktor endogen yang berhubungan dengan kehamilan maka program-program untuk

mengurangi angka kematian neo-natal adalah yang bersangkutan dengan program pelayanan kesehatan Ibu hamil, misalnya program pemberian pil besi dan suntikan anti tetanus. Sedangkan Angka Kematian Post-NeoNatal dan Angka Kematian Anak serta Kematian Balita dapat berguna untuk mengembangkan program imunisasi, serta program-program pencegahan penyakit menular terutama pada anak-anak, program penerangan tentang gisi dan

19

pemberian makanan sehat untuk anak dibawah usia 5 tahun. c) Definisi Angka Kematian Bayi (AKB) adalah banyaknya kematian bayi berusia dibawah satu tahun, per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu. d) Cara Menghitung Dimana: AKB (IMR) D 0-<1th =Jumlah Kematian Bayi (berumur kurang 1 tahun) pada satu tahun tertentu di daerah tertentu. lahir hidup = Jumlah Kelahiran Hidup pada satu tahun tertentu di daerah tertentu (lihat modul fertilitas untuk = Angka Kematian Bayi / Infant Mortality Rate

definisi kelahiran hidup). K = 1000 Sumber Data Data mengenai jumlah anak yang lahir jarang tersedia dari pencatatan atau registrasi kependudukan, sehingga sering dibuat perhitungan/estimasi tidak langsung dengan program Mortpak 4. Program ini menghitung AKB berdasarkan data mengenai jumlah Anak yang Lahirkan Hidup (ALH) atau Children Ever Born (CEB) dan Jumlah Anak Yang Masih Hidup (AMH) atau Children Still Living (CSL) (catatan: lihat definisi di modul fertilitas). e) Contoh Dari Susenas 2004 hasil perhitungan AKB dengan Mortpak 4 adalah adalah 52 per 1000 kelahiran dengan referensi waktu Mei tahun 2002. Artinya di Indonesia pada tahun 2002, diantara 1000 kelahiran hidup ada 52 bayi yang meninggal sebelum usia tepat 1 tahun.

20

Tabel 2. AKB menurut Propinsi dan Kabupaten, tahun 2002, Sumber: Susenas 2003 dan 2004 (BPS dan UNFPA, 2005) Propinsi/Kabupaten Sumatera Selatan Kab. OKI Kota Palembang Jawa Barat Kuningan Kota Bandung NTT Flores Timur Timor Tengah Utara AKB Laki-laki 44,59 49,48 26,68 52,00 53,71 26,28 56,00 53,14 57,14 AKB perempuan 33,45 37,12 20,02 39,01 40,29 19,72 42,01 39,86 42,87

Angka Kematian Bayi dibagi menjadi dua : i. Angka Kematian NeoNatal Definisi Angka Kematian Neo-Natal adalah

kematian yang terjadi sebelum bayi berumur satu bulan atau 28 hari, per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu. Rumus Dimana: Angka Kematian Neo-Natal =Angka Kematian Bayi umur 0-<1bulan D 0-<1bulan =Jumlah Kematian Bayi umur 0 kurang 1 bulan pada satu tahun tertentu di daerah tertentu. lahir hidup = Jumlah Kelahiran hidup pada satu tahun tertentu di daerah tertentu K ii. = 1000

Angka kematian Post Neo-natal Definisi

21

Angka Kematian Post Neo-natal atau Post Neo-natal Death Rate adalah kematian yang terjadi pada bayi yang berumur antara 1 bulan sampai dengan kurang 1 tahun per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu. Rumus Angka Kematian Post Neo-Natal = angka kematian bayi berumur 1 bulan sampai dengan kurang dari 1 tahun D 1bulan-<1tahun = Jumlah kematian bayi

berumur satu bulan sampai dengan kurang dari 1 tahun pada satu tahun tertentu & daerah tertentu lahir hidup = Jumlah kelahiran hidup pada satu tahun tertentu & daerah tertentu K = konstanta (1000) 3) Angka Kematian Balita (AKBA 1-5 tahun) a) Konsep Yang dimaksud dengan Balita (1-4 tahun) disini adalah penduduk yang berusia satu sampai menjelang 5 tahun atau tepatnya 1 sampai dengan 4 tahun 11 bulan 29 hari. Angka Kematian Balita mencerminkan kondisi kesehatan lingkungan yang langsung mempengaruhi tingkat

kesehatan anak. Angka Kematian Balita akan tinggi bila terjadi keadaan salah gizi atau gizi buruk, kebersihan diri dan kebersihan yang buruk, tingginya prevalensi penyakit menular pada anak, atau kecelakaan yang terjadi di dalam atau di sekitar rumah (Budi Utomo, 1985). b) Definisi Angka Kematian Anak adalah jumlah kematian anak berusia 1-4 tahun selama satu tahun tertentu per 1000

22

anak umur yang sama pada pertengahan tahun itu. Jadi Angka Kematian Anak tidak termasuk kematian bayi. c) Rumus Dimana: Jumlah kematian Anak (1-4)th =Banyaknya kematian anak berusia 1-4 th (yang belum tepat berusia 5 tahun) pada satu tahun tertentu di daerah tertentu. Jumlah Penduduk (1-4) th =jumlah penduduk berusia 1-4 th pada pertengahan tahun tertentu didaerah tertentu K = Konstanta, umumnya 1000. d) Contoh Seperti pada perhitungan Angka Kematian Bayi, perhitungan Angka Kematian Anak saat ini juga terpaksa memanfaatkan program Mortpak Lite. Dari data Susenas 2004 diperoleh perkiraan Angka Kematian Anak 1-4 tahun sebesar 18 per 1000 anak berusia (1- 4) tahun dengan referensi waktu Mei 2002. Artinya pada pertengahan 2002 diantara 1000 anak yang berumur antara 1 sampai 4 tahun, 11 bulan 29 hari, 18 orang diantaranya tidak dapat

mencapai usia tepat 5 tahun. 4) Angka Kematian Balita (AKBA) a) Konsep Balita atau bawah lima tahun adalah semua anak termasuk bayi yang baru lahir, yang berusia 0 sampai menjelang tepat 5 tahun (4 tahun, 11 bulan, 29 hari). Pada umumnya ditulis dengan notasi 0-4 tahun. b) Definisi Angka Kematian Balita adalah jumlah kematian anak berusia 0-4 tahun selama satu tahun tertentu per 1000 anak umur yang sama pada pertengahan tahun itu (termasuk kematian bayi)

23

c) Cara Menghitung Dimana: Jumlah Kematian Balita (0-4)th = Banyaknya kematian anak berusia 0-4 th pada satu tahun tertentu di daerah tertentu. Jumlah Penduduk Balita (0-4)th = jumlah penduduk berusia 0-4 th pada pertengahan tahun tertentu di daerah tertentu K = Konstanta, umumnya 1000. d) Contoh Perhitungan dengan Mortpak dari data Susenas 2004 memeroleh perkiraan Angka Kematian Balita sebesar 74 per 1000 balita, dengan referensi waktu Mei 2002. Artinya, pada tahun 2002 setiap 1000 balita (umur 0 sampai 4 thn 11 bln 29 hari) pada tahun 2002, 74 anak diantaranya tidak akan berhasil mencapai umur tepat lima tahun.
Tabel 5. Angka Kematian Anak dan Balita Untuk Periode 10 tahun sebelum Survai Menurut Karakteristik Ekonomi dan Sosial Latar Belakang Tempat Tinggal Perkotaan Perdesaan Pendidikan Ibu Tidak Sekolah Tidak Tamat SD Tamat SD Tdk Tamat SMP Tamat SMP+ Indeks Kekayaan Terbawah Menengah Bawah Menengah Menengah atas Teratas 17 15 12 9 5 77 64 56 45 22 25 16 11 11 5 90 80 54 47 28 11 13 42 65 A.Kematian Anak A. Kematian Balita

Sumber Data: Dihitung secara langsung dari SDKI 2002-2003,

24

untuk periode 10 tahun sebelum survai.

5) Angka Kematian IBU (AKI) a) Konsep Kematian ibu adalah kematian perempuan pada saat hamil atau kematian dalam kurun waktu 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lamanya kehamilan atau tempat persalinan, yakni kematian yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan, terjatuh dll (Budi, Utomo. 1985). b) Definisi Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya kematian perempuan pada saat hamil atau selama 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lama dan tempat persalinan, yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, dan bukan karena sebab-sebab lain, per 100.000 kelahiran hidup. c) Kegunaan Informasi mengenai tingginya MMR akan

bermanfaat untuk pengembangan program peningkatan kesehatan reproduksi, terutama pelayanan kehamilan dan membuat kehamilan yang aman bebas risiko tinggi (making pregnancy safer), program peningkatan jumlah kelahiran yang dibantu oleh tenaga kesehatan, penyiapan sistim rujukan dalam penanganan komplikasi kehamilan, penyiapan keluarga dan suami siaga dalam menyongsong kelahiran, yang semuanya bertujuan untuk mengurangi Angka Kematian Ibu dan meningkatkan derajat kesehatan reproduksi. d) Cara Menghitung

25

Kemudian kematian ibu dapat diubah menjadi rasio kematian ibu dan dinyatakan per 100.000 kelahiran hidup, dengan membagi angka kematian dengan angka fertilitas umum. Dengan cara ini diperoleh rasio kematian ibu kematian maternal per 100.000 kelahiran e) Rumus Dimana: Jumlah Kematian Ibu yang dimaksud adalah banyaknya kematian ibu yang disebabkan karena kehamilan,

persalinan sampai 42 hari setelah melahirkan, pada tahun tertentu, di daerah tertentu. Jumlah kelahiran Hidup adalah banyaknya bayi yang lahir hidup pada tahun tertentu, di daerah tertentu. Konstanta =100.000 bayi lahir hidup. f) Contoh Berdasarkan data SDKI 2002 2003, Angka Kematian Ibu atau Maternal Mortality Ratio(MMR) di Indonesia untuk periode tahun1998-2002, adalah sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup. g) Keterbatasan AKI sulit dihitung, karena untuk menghitung AKI dibutuhkan sampel yang besar, mengingat kejadian kematian ibu adalah kasus yang jarang. Oleh karena itu kita umumnya dignakan AKI yang telah tersedia untuk

keperluan pengembangan perencanaan program. 6) Angka Harapan Hidup (UHH) atau Life Expectancy. a) Konsep Dasar Keberhasilan program kesehatan dan program pembangunan sosial ekonomi pada umumnya dapat dilihat dari peningkatan usia harapan hidup penduduk dari suatu negara. Meningkatnya perawatan kesehatan melalui

26

Puskesmas, meningkatnya daya beli masyarakat akan meningkatkan akses terhadap pelayanan kesehatan, mampu memenuhi kebutuhan gizi dan kalori, mampu mempunyai pendidikan yang lebih baik sehingga memperoleh

pekerjaan dengan penghasilan yang memadai, yang pada gilirannya akan meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat dan memperpanjang usia harapan hidupnya. b) Definisi Angka Harapan Hidup pada suatu umur x adalah rata-rata tahun hidup yang masih akan dijalani oleh seseorang yang telah berhasil mencapai umur x, pada suatu tahun tertentu, dalam situasi mortalitas yang berlaku di lingkungan masyarakatnya. Angka Harapan Hidup Saat Lahir adalah rata-rata tahun hidup yang akan dijalani oleh bayi yang baru lahir pada suatu tahun tertentu. c) Kegunaan Angka Harapan Hidup merupakan alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya, dan meningkatkan derajat kesehatan pada khususnya.Angka Harapan Hidup yang rendah di suatu daerah harus diikuti dengan program pembangunan kesehatan, dan program sosial lainnya termasuk kesehatan lingkungan, kecukupan gisi dan kalori termasuk program pemberantasan kemiskinan. d) Cara Menghitung Idealnya Angka Harapan Hidup dihitung

berdasarkan Angka Kematian Menurut Umur (Age Specific Death Rate/ASDR) yang datanya diperoleh dari catatan registrasi kematian secara bertahun-tahun sehingga

dimungkinkan dibuat Tabel Kematian. Tetapi karena

27

sistem registrasi penduduk di Indonesia belum berjalan dengan baik maka untuk menghitung Angka Harapan Hidup digunakan cara tidak langsung dengan program Mortpak Lite. e) Contoh Angka Harapan Hidup yang terhitung untuk Indonesia dari Sensus Penduduk Tahun 1971 adalah 47,7 tahun. Artinya bayi-bayi yang dilahirkan menjelang tahun 1971 (periode 1967-1969) akan dapat hidup sampai 47 atau 48 tahun. Tetapi bayi-bayi yang dilahirkan menjelang tahun 1980 mempunyai usia harapan hidup lebih panjang yakni 52,2 tahun, meningkat lagi menjadi 59,8 tahun untuk bayi yang dilahirkan menjelang tahun 1990, dan bagi bayi yang dilahirkan tahun 2000 usia harapan hidupnya mencapai 65,5 tahun. Peningkatan Angka Harapan Hidup ini menunjukkan adanya peningkatan kehidupan dan kesejahteraan bangsa Indonesia selama tiga puluh tahun terkahir dari tahun 1970-an sampai tahun 2000.
Tabel 6. Angka Harapan Hidup Saat Lahir Menurut Beberapa Propinsi dan Kabupaten/Kota, yang dihitung dari data Susenas 2004 memakai program Mortpak4. Propinsi/Kabupaten Angka Harapan Hidup Laki-laki Sumatera Selatan Kab. OKI Kota Palembang Jawa Barat Kab. Kuningan Kota Bandung NTT Kab. Flores Timur Kab. Timor Tengah Utara 65,5 64,4 69,9 63,8 63,4 70,0 62,9 63,5 62,6 Angka Harapan Hidup Perempuan 69,5 68,5 73,5 68,0 67,7 73,6 67,2 67,8 67,0

28

2. Morbiditas a. Pengertian Morbiditas Morbiditas merupakan derajat sakit, cedera atau gangguan pada suatu populasi.Morbiditas juga merupakan suatu

penyimpangan dari status sehat dan sejahtera atau keberadaan suatu kondisi sakit.Morbiditas juga mengacu pada angka kesakitan, yaitu jumlah orang yang sakit dibandingkan dengan populasi tertentu yang sering kali merupakan kelompok yang sehat atau kelompok yang beresiko (Ojimori News, 2011). b. Ukuran Morbiditas Ukuran atau angka morbiditas adalah jumlah penderita yang dicatat selama 1 tahun per 1000 jumlah penduduk pertengahan tahun Angka ini dapat digunakan untuk menggambarakan keadaan kesehatan secara umum, mengetahui keberahasilan program program pemberantasan penyakit, dan sanitasi lingkungan serta memperoleh gambaran pengetahuan pendudukterhadap pelayanan kesehatan Secara umum ukuran yang banyak digunakan dalam menentukan morbiditas adalah angka, rasio, dan pororsi

1) Rate Rate atau angka merupakan proporsi dalam bentuk khusus perbandingan antara pembilang dengan penyebut atau kejadian dalam suatu populasi teterntu dengan jumlah penduduk dalam populasi tersebut dalam batas waktu tertentu.Rate terdiri dari berbagai jenis ukuran diataranya adalah Proporsi atau jumlah kelompok individu yang terdapat dalam penduduk suatu wilayah yang semula tidak sakit dan

29

menjadi sakit dalam kurun waktu tertentu dan pembilang pada proporsi tersebut adalah kasus baru. Tujuan dari Insidence Rate adalah sebagai berikut : a) Mengukur angka kejadian penyakit b) Untuk mencari atau mengukur faktor kausalitas c) Perbandinagan antara berbagai populasi dengan pemaparan yang berbeda d) Untuk mengukur besarnya risiko yang ditimbulkan oleh determinan tertentu Rumus: P= (d/n)k Dimana: P= Estimasi incidence rate d= Jumlah incidence (kasus baru) n= Jumlah individu yang semula tidak sakit (population at risk) Hasil estimasi dari insiden dapat digunakan sebagai bahan untuk perencanaan penanggulangan masalah kesehatan dengan melihat, Potret masalah kesehatan, angka dari beberapa periode dapat digunakan untuk melihat tren dan fluktuasi, untuk pemantauan dan evaluasi upaya pencegahan maupun penanggulangan serta sebagai dasar untuk membuat

perbandingan angka insiden antar wilayah dan antar waktu

PR (Prevalence) Ukuran prevalensi suatu penyakit dapat digunkan Menggambarkan tingkat keberhasilan program pemberantasan penyakit Untuk penyusunan perencanaan pelayanan kesehatan. Misalnya, penyediaan obat-obatan, tenaga kesehatan, dan ruangan Menyatakan banyaknya kasus yang dapat di diagnosa 30

Digunakan untuk keperluan administratif lainnya Angka prevalensi dipengaruhi oleh tingginya insidensi dan lamanya sakit.Lamanya sakit adalah suatu periode mulai dari didiagnosanya suatu penyakit hingga berakhirnya penyakit teresebut yaitu sembuh, kronis, atau mati. PePR (Periode Prevalence Rate) PePR yaitu perbandingan antara jumlah semua kasus yang dicatat dengan jumlah penduduk selama 1 periode Rumus: PePR P R k =(P/R)k = jumlah semua kasus yang dicatat = jumlah penduduk = pada saat tertentu

PoPR (Point Prevlene Rate) Point Prevalensi Rate adalah nilai prevalensi pada saat pengamatan yaitu perbandingan antara jumlah semua kasus yang dicatat dengan jumlah penduduk pada saat tetentu Rumus: PoPR = Po = (Po/R)k perbandingan antara jumlah semua kasus yang dicatat R k = = jumlah penduduk selama 1 periode

Poin prevalensi meningkat pada : Imigrasi penderita Emigrasi orang sehat

31

Imigrasi tersangka penderita atau mereka dengan risiko tinggi untuk menderita Meningkatnya masa sakit Meningkatnya jumlah penderita baru Point prevalensi menurun pada : Imigrasi orang sehat Emigrasi penderita Meningkatnya angka kesembuhan Meningkatnya angka kematian Menurunnya jumlah penderita baru Masa sakit jadi pendek AR (Attack Rate) Attack rate adalah andala angaka sinsiden yang terjadi dalam waktu yang singkat (Liliefeld 1980) atau dengan kata lain jumlah mereka yang rentan dan terserang penyakit tertentu pada periode tertentu Attack rate penting pada epidemi progresif yang terjadi pada unit epidemi yaitu kelompok penduduk yang terdapat pada ruang lingkup terbatas, seperti asrama, barak, atau keluarga. SAR CI (AAIR) ID Spesifik menurut karakteristik

2) RASIO Rasio adalah nilai relatif yang dihasilkan dari perbandingan dua nilai kuantittif yang pembilangnya tidak merupakan bagian dari penyebut Contoh:

32

Kejadian Luar Biasa(KLB) diare sebanyak 30 orang di suatu daerah. 10 diantaranya adalah jenis kelamn pria. Maka rasio pria terhadap wanita adalah R=10/20=1/2 3) PROPORSI Proporsi adalah perbandingan dua nilai kuantitatif yang pembilangnya merupakan bagian dari penyebut.Penyebaran proporsi adalah suatu penyebaran persentasi yang meliputi proporsi dari jumlah peristiwa-peristiwa dalam kelompok data yang mengenai masing-masing kategori atau subkelompok dari kelompok itu. Pada contoh di atas, proporsi pria terhadap perempuan adalah P= 10/30=1/3

33

BAB III HASIL KUNJUNGAN


Puskesmas Pleret terletak di desa Wonokromo dengan wilayah kerja 5 desa yaitu : Desa Wonokromo, desa Pleret, desa Segoroyoso, desa Bawuran dan desa Wonolelo. Dengan luas wilayah kerja puskesmas Pleret adalah 3664,12 ha. Adapun batas batas wilayah kerja puskesmas Pleret adalah sebagai berikut : Sebelah Utara kecamatan Banguntapan, sebelah Timur kecamatan Piyungan dan kecamatan Dlingo, sebelah selatan kecamatan Jetis dan kecamatan Imogiri, sebelah barat kecamatan Sewon Puskesmas pleret terdiri dari 5 desa ,4 pustu dan 1 poskestren. Dengan 47 dusun 56 posyandu balita dan 56 posyandu lansia,dengan 5 bidan desa dan 10 bidan puskesmas. Pemantauan pelayanan KIA di puskesmas Pleret dilakukan melalui PWS KIA dan pencatatan pelaporan dalam kohort ibu dan kohort bayi, puskesmas pleret juga bermitra dengan beberapa instansi kesehatan diantaranya, RS, BPS, dan RB yang dilakukan melalui pertemuan-pertemuan. 1. Sarana dan prasarana di puskesmas Pleret a. RS swasta b. Rumah bersalin c. Puskesmas rawat inap d. Puskesmas pembantu e. Poskestren f. Dokter praktek swasta g. Bidan praktek swasta 2. Struktur organisasi program KIA di puskesmas Pleret a. Penanggung jawab dr Santoso b. Koordinator KIA bidan Sunarni c. Koordinator KB bidan Endah I d. Koordinator Imunisasi bidan Sutarni e. Koordinator DTKB bidan Sri Handaroh

34

f. Koordinator MTBS bidan Rustiana g. 5 bidan desa bertanggung jawab di wilayah desa masing-masing 3. Tata kerja KIA di puskesmas Pleret Bidan dalam menjalankan kerjanya sesuai dengan jadwal yang ada antara lain: a. ruang KIA b. MTBS c. RANAP d. Pustu dan e. polindes. 4. Sistem rujukan KIA di puskesmas Pleret Masyarakat/pasienkader penghubungbidan desapustupuskesmasRS di utamakan yang PONEK. Dalam melakukan rujukan diusahakan sebisa mungkin terrencana. 5. Pelayanan KIA di puskesmas Pleret (dalam gedung). a. Pelayanan antenatal (Pemeriksaan Kehamilan) gratis dilaksanakan setiap hari, (fokus hari Kamis). b. Pelayanan KB setiap hari: Pil, Suntik, Kondom, (Implant dan IUD difokuskan hari Selasa), termasuk IVA. c. Pelayanan Imunisasi caten,TT Bumil (setiap hari ), bayi (Rabu} DPT_HB Combo, IPV. Kecuali BCG dan Campak Rabu ke I dan III. d. Pelayanan MTBS (setiap hari). e. Pemeriksaan Labolatorium yang terkait KIA (setiap hari) antara lain: HB, Urin, Golongan darah, Hbsag, Gula darah. f. Pelayanan Persalinan 24 jam. (dapat menggunakan Jaminan kesehatan Askesmas, SOS, PKH, Jampersal) g. Konseling Gizi, Imunisasi TT, KB 6. Pelayanan KIA luar gedung a. Posyandu balita dan lansia b. PHN c. Pendataan Otopsi verbal

35

d. Pertemuan 7. Manejemen bencana kesehatan ibu dan anak di puskesmas Pleret

Pelindung Pembina Satgas lain Koordinator Akademisi Sekretaris

Satgalsak distribusi

Sargalsa pelayanan

8. Pengembangan PSM (desa siaga) di puskesmas Pleret a. Kader kesehatan b. Pertemuan rutin di puskesmas kecamatan dan desa c. Riward (db4mk) d. Ambulance desa e. Kelompok donor darah f. Desa siaga GSI (db4mk) 9. Pembiayaan di puskesmas Pleret a. Seluruh ibu hamil yang diperiksa di puskesmas pleret gratis termasuk pemeriksaan penunjang leb b. Bagi masyarakat kurang mampu mendapat kartu jaminan kesehatan (MAS, SOS, PKH, PD) c. Pelayanan persalinan gratis dengan jampersal 10. Data Bumil dan Kunjungan Bumil di Puskesmas Pleret Jumlah ibu hamil di Puskesmas Pleret sebanyak 428 orang. Ibu hamil yang normal 265 orang, ibu hamil berisiko 163 orang, dan ibu hamil yang melakukan kunjungan ulang 110 orang. Jika membandingkan

36

data di atas, jumlah ibu hamil yang normal masih lebih tinggi dibandingkan dengan yang berisiko. 11. Data Kematian Bayi Tahun 2011-2012 Jumlah kematian bayi tahun 2011 sebanyak 2 kematian, lebih rendah dibandingkan jumlah kematian bayi tahun 2012 yakni sebanyak 10 kematian. 12. Data IUFD (Intra Uterine Fetal Death) Puskesmas Pleret Tahun 2012 Jumlah IUFD (kematian yang terjadi saat usia kehamilan lebih dari 20 minggu dimana janin sudah mencapai ukuran 500gram atau lebih) sebanyak 10 pada tahun 2012 13. Kelompok Ibu Hamil yang Berisiko Tahun 2012 Terdapat 5 besar kelompok ibu hamil yang berisiko, yaitu: a. Ibu hamil dengan KEK sebanyak 111 orang b. HB < 11 gram % sebanyak 93 orang c. Multi gravida > 35 tahun sebanyak 75 orang d. Primi gravida < 20 tahun sebanyak 32 orang e. Spasing (jarak kehamilan) < 2 tahun sebanyak 32 orang 14. Jenis Persalinan Menurut Tindakan Tahun 2012 Persalinan normal sebanyak 556, caesar sebanyak 87, sebanyak 23 dan Vaccum E sebanyak 6 15. Data BBLR Tahun 2008-2012 Jumlah BBLR di Puskesmas Pleret dari tahun 2008-2012 mengalami fluktuasi. Tahun 2008 sebanyak 38, tahun 2009 sebanyak 36, tahun 2010 sebanyak 36, tahun 2011 sebanyak 35, dan tahun 2012 sebanyak 38. Berdasarkan indikator PWS KIA pada tahun 2013 di puskesmas Pleret diperoleh data: a. PWS-KIA K1 Tahun 2012 di Puskesmas Pleret Jumlah K1 pada Desember 2012 di wilayah cakupan Puskesmas Pleret sudah mencapai target yang telah ditentukan yaitu sebanyak 100%. induksi

37

b. PWS-KIA K4 Desember 2012 di Puskesmas Pleret Jumlah K4 pada Desember 2012 di wilayah cakupan Puskesmas Pleret sudah mencapai target yang telah ditentukan yaitu sebanyak 95%, kecuali di Desa Wonokromo yang hanya mencapai 87,3%. Hal ini dikarenakan lokasi Desa Wonokromo jauh dari Puskesmas Pleret sehingga sangat sulit bagi masyarakat untuk berkunjung ke Puskesmas Pleret. c. Deteksi Risiko dan Komplikasi Oleh Masyarakat Desember 2012 Deteksi risiko dan komplikasi oleh masyarakat di wilayah cakupan Puskesmas Pleret sudah mencapai target 100%. d. PWS-KIA Persalinan Tenaga Kesehatan Desember 2012 jumlah persalinan yang dibantu oleh tenaga kesehatan di wilayah cakupan Puskesmas Pleret sudah mencapai target sebanyak 90%, kecuali di Desa Wonokromo yang hanya mencapai 85,2%. Hal ini dikarenakan lokasi desa tersebut yang jauh dari Puskesmas Pleret, sehingga masyarakat kesulitan untuk mendapatkan pertolongan dari tenaga kesehatan. e. PWS-KIA neonatus (KN 1) Desember 2012 Jumlah KIA neonatus (KN 1) pada Desember 2012 di seluruh wilayah Puskesmas Pleret telah mencapai target yaitu sebanyak 90%. f. PWS-KIA Neonatus Lengkap Desember 2012 Jumlah KIA neonatus lengkap di wilayah cakupan Puskesmas Pleret telah mencapai target yaitu sebanyak 90%, kecuali di Desa Wonokromo yang hanya mencapai 87%. Hal ini dikarenakan Desa Wonokromo yang jauh dari Puskesmas Pleret dan tenaga kesehatan yang bertugas di desa itu masih kurang. g. PWS-KIA Nifas Desember 2012 KIA nifas pada Desember 2012 di wilayah cakupan Puskesmas Pleret sudah mencapai target sebanyak 90%, kecuali di Desa Wonokromo yang hanya mencapai 81,9%. Hal ini dikarenakan letak Desa Wonokromo yang jauh dan tenaga kesehatan yang bertugas di desa itu masih kurang. h. PWS-KIA Penanganan Komplikasi Obstetri Desember 2012

38

Jumlah kumulatif penanganan komplikas obstetri di wilayah cakupan Puskesmas Pleret pada Desember 2012 yaitu di Pleret 105,1%, Bawuran 77,8%, Segoroyoso 68,5%, Wonokromo 65,9%, dan Wonolelo 57,1%. Secara keseluruhan, penanganan komplikasi obstetri Puskesmas Pleret mencapai 81,6%. i. PWS-KIA Penanganan Komplikasi Neonatal Tahun 2012 Penanganan komplikasi neonatal di wilayah cakupan Puskesmas Pleret mencapai 43,9%. j. PWS-KIA Peserta KB Aktif Desember 2012 Peserta KB aktif di wilayah cakupan Puskesmas Pleret mencapai 86,2%. Jumlah terendah adalah di Desa Wonokromo yang hanya mencapai 74%. Hal ini dikarenakan lokasinya yang jauh dari Puskesmas Pleret dan desa ini merupakan desa santri yang masih sulit menerima adanya program KB. k. PWS-KIA Kunjungan Bayi Desember 2012 Secara keseluruhan, kunjungan bayi di Puskesmas Pleret sudah mencapai 96,3%. l. PWS-KIA Pelayanan Anak Balita Desember 2012 Pelayanan anak balita pada bulan desember 2012 di Puskesmas Pleret mencapai 80,8%. Jumlah terendah adalah di Desa Wonokromo yang hanya mencapai 64,5%. m. PWS-KIA Pelayanan MTBS Desember 2012 Pelayanan MTBS (manajemen terpadu balita sakit) pada Desember 2012 mencapai 29,9% secara keseluruhan di wilayah Puskesmas Pleret.

39

BAB IV PEMBAHASAN
A. Kohort Ibu Format buku register kohort ibu di Puskesmas Pleret sama dengan format register kohort menurut Kepmenkes RI No.

828/MENKES/SK/IX/2008 tentang Petunjuk teknis standar pelayanan minimal bidang kesehatan di kabupaten/kota. Namun format tersebut kurang sesuai dengan format buku register kohort ibu menurut IBI yang terdapat dalam buku Bidan menyongsong Masa Depan, PP IBI bab Kebidanan Komunitas yang disusun oleh Syahlan, J.H. pada tahun 1996. Perbedaan format buku register kohort ibu tersebut terletak pada kolom 8 sampai dengan kolom 45. 1. Kohort ibu menurut Depkes: Kolom 1 Kolom 2 : Diisi nomor urut : Diisi nomor indek dari Family Folder SP2TP Kolom 3 Kolom 4 Kolom 5 Kolom 6, 7, 8 : Diisi nama ibu hamil : Diisi suami ibu hamil : Diisi alamat ibu hamil : Diisi umur ibu hamil yang sebenarnya dengan angka, misalnya umur 23 tahun diisikan pada kolom 7 Kolom 9, 10, 11 : Diisi umur kehamilan ibu pada kunjungan pertama dengan angka, misalnya 20 minggu diisikan pada kolom 10 Kolom 12, 13, 14 : Diisi jumlah kehamilan yg pernah dialami oleh ibu yg bersangkutan, misalnya kehamilan ke 4, diisikan angka 4 pada

40

kolom 13, Kolom 15 : Diisi tanggal ditemukan ibu dengan BB kurang Kolom 16 Kolom 17 dari 45 Kg pada trimester III : Diisi tanda () bila TB ibu < 145 cm : Diisi tanggal ditemukan ibu hamil dengan Hb < 8 gr% Kolom 18 : Diisi tanggal ditemukan ibu hamil dengan tekanan darah 160/95 mmHg Kolom 19, 20 : Diisi tanggal ditemukan ibu hamil dengan risiko tinggi, NK = non kesehatan, K = kesehatan Kolom 21, 22 : Diisi tanda () bila jarak kehamilan <2tahun atau >2 tahun Kolom 23, 24, 25 : Diisi tanggal ibu hamil mendapat imunisasi TT 1, TT 2 atau TT ulang Kolom 26-49 : Diisi tanggal pada bulan yang sesuai dengan kunjungan ibu hamil dan kode: O Untuk K 1 # Untuk K 4 * Untuk persalinan + Untuk kematian ibu Kolom 50,51,52 : Diisi tanda () sesuai penolong persalinan; TK = tenaga kesehatan, DT = dukun terlatih, DTT = dukun tidak terlatih Kolom 53,54 : Diisi tanggal kelahiran, LM = lahir mati, LH = lahir hidup Kolom 55 : Diisi tanda lidi setiap kali kunjungan, selama masa nifas (diharapkan 2 kali kunjungan) Kolom 56 : Diisi tanda lidi setiap kali kunjungan,

41

selama periode pasca nifas sampai 2 tahun (diharapkan 4 kali kunjungan setiap tahun) Kolom 57 : Diisi hal lain yang dianggap penting untuk ibu hamil yang bersangkutan. 2. Kohort Ibu menurut IBI: Kolom 1 Kolom 2 Kolom 3 Kolom 4 Kolom 5 Kolom 6 Kolom 7 : Diisi nomor urut : Diisi nomor indeks dari family folder : Diisi nama ibu hamil : Diisi nama suami ibu hamil : Diisi alamat ibu hamil : Diisi umur ibu hamil : Diisi umur kehamilan pada kunjungan pertama (dalam minggu) / tanggal Kolom 8 HPL

: Faktor resiko. Diisi v (rumput) untuk umur ibu < 20 tahun atau > 35 tahun

Kolom 9 Kolom 10 Kolom 11 Kolom 12 Kolom 13 s.d. 17

: Paritas diidi gravidanya : Diisi bila jarak kehamilan < 2 tahun : Diisi bila BB ibu < 45 kg , LILA< 23,5 cm : Diisi bila TB ibu < 145 cm : Risiko tinggi. Diisi tanggal ditemukan ibu hamil dengan risiko tinggi, Hb diperiksa dan ditulis hasilnya

Kolom 18

: Pendeteksian faktor risiko. Diisi tanggal ditemukan ibu hamil dengan risiko tinggi oleh tenga kesehatan

Kolom 19

: Diisi tanggal ditemukan ibu hamil dengan risiko tinggi oleh Non Nakes

Kolom 20 s.d. 22

: Diisi tanggal imunisasi sesuai dengan statusnya

Kolom 23 s.d. 34 Kolom 35

: Diisi umur kehamilan dalam bulan : Penolong persalinan, diisi tanggal penolong

42

persalinan tenaga kesehatan Kolom 36 : Diisi tanggal bila yang menolong bukan tenaga kesehatan Kolom 37 : Hasil akhir kehamilan. Diisi tanggal kejadian abortus Kolom 38 Kolom 39 Kolom 40 Kolom 41 : Diisi lahir mati : Diisi BB bila BBL < 2500 gram : Diisi BB bila BBL > 2500 gram : Keadaan ibu bersalin. Diberi tanda v bila sehat Kolom 42 Kolom 43 Kolom 44 Kolom 45 : Dijelaskan sakitnya : Diisi sebab kematiannya : Diisi v (rumput) : Diisi apabila pindah, atau yang perlu diterangkan. B. Kohort Bayi Format register kohort bayi di Puskesmas Pleret sudah sesuai dengan format kohort bayi dari Departemen Kesehatan RI seperti berikut, Kolom 1 Kolom 2 SP2TP Kolom 3-6 : Cukup jelas : Diisi no urut : Diisi nomer indeks dari Family Folder

NO URUT NO INDEK NAMA BAYI TGL LAHIR 1 4 5 Kolom 7 Perempuan 2 NAMA ORTU 6 3 ALAMAT

: Diisi sesuai jenis kelamin, L = laki, P =

43

Kolom 8 baru lahir (BBL) Kolom 9, 10, 11

Diisi angka dalam gram BB bayi yang

: Diisi tanggal kunjungan tenaga kesehatan yang memeriksa bayi tersebut, dan ditulis AE1 (ASI Eksklusif bulan pertama)

Kolom 12 23

: Diisi tanggal dan kode BB bayi yang ditimbang; N = naik, T = turun, R = bawah garis titik-titik (BGT), # = bawah merah (BGM) garis

Kolom 12-16

: Berturut turut ditulis AE 2, AE 3, AE 4, AE 5, AE 6 ( ASI Eksklusif ke 1,2,3,4,5,6)

Kolom 24-28 Kolom 29 Kolom 3032

: Diisi tanggal bayi mendapat imunisasi : Diisi tanggal bayi ditemukan meninggal : Diisi tanda () sesuai dengan penyebab kematian bayi tersebut

Kolom 33 bayi selain,

: Diisi diagnosa penyakit penyebab kematian

tetanus, ISPA dan diare Kolom 34 : Diisi hal lain yang dianggap penting untuk bayi yang bersangkutan. . A. PWS-KIA Pemantauan Wilayah setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWSKIA) di Puskesmas Pleret memiliki 13 indikator sesuai dengan Kepmenkes RI No. 828/MENKES/SK/IX/2008 tentang Petunjuk teknis standar pelayanan minimal bidang kesehatan di kabupaten/kota yaitu, 1. Cakupan K1. Cakupan K1 di Puskesmas Pleret yang terdiri dari 5 desa sudah mencapai angka yang ditargetkan oleh Puskesmas

44

(100%) yaitu 124%. Hal ini dikarenakan letak Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Induk mudah dijangkau warga. 2. Cakupan K4. Cakupan K4 di empat desa sudah mencapai target (95%) kecuali desa Wonokromo karena di desa tersebut terdapat banyak pondok pesantren. 3. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan. Target cakupan pelayanan ibu bersalin di Puskesmas Pleret (90%) sudah dapat tercapai di empat desa kecuali di desa Wonokromo. 4. Cakupan pelayanan nifas. Cakupan KF3 di empat desa sudah mencapai target (90%), kecuali desa Wonokromo yang baru mencapai 81,5%. 5. Cakupan pelayanan neonatus pertama. Cakupan KN1 di kelima desa sudah melebihi target (90%) yaitu mencapai 103,4 %. 6. Cakupan pelayanan kesehatan neonatus 0-28 hari (KN lengkap). Cakupan KN Lengkap di desa Wonokromo masih belum mencapai target (90%) yaitu 87%. Sedangkan di keempat desa lain, cakupan KN Lengkap sudah mencapai target. 7. Deteksi risiko dan komplikasi oleh masyarakat.

45

Deteksi risiko dan Komplikasi oleh masyarakat di Puskesmas Pleret sudah melebihi target (100%) yaitu mencapai 126,9%. 8. Cakupan pelayanan komplikasi obstetrik. Penanganan komplikasi obstetrik terbanyak di desa Pleret karena letak desa yang dekat dengan Puskesmas induk sehingga penanganan komplikasi dapat dilakukan secara cepat. Sedangkan penanganan komplikasi paling sedikit terdapat di desa Wonolelo karena letak desa yang jauh dari Puskesmas induk. 9. Cakupan penanganan komplikasi neonatus. Penanganan komplikasi neonatus terbanyak di desa Pleret (63,9%) dan paling sedikit di desa Wonolelo (15,4%). Hal ini dipengaruhi oleh jarak desa ke Puskesmas induk. 10. Cakupan pelayanan (Kunjungan bayi). Target Puskesmas (80%) dapat tercapai di kelima desa. Bahkan cakupan kunjungan bayi di Puskesmas Pleret mencapai 96,3%. 11. Cakupan pelayanan anak balita (12 59 bulan). Keempat desa sudah mencapai target (80%) kecuali desa Wonokromo yang baru mencapai 64,5 % dalam cakupan kunjungan balita. 12. Cakupan pelayanan kesehatan anak balita sakit yang dilayani dengan MTBS. kesehatan bayi 29 hari12 bulan

46

Pelayanan kesehatan pada balita sakit dengan MTBS paling banyak terdapat di desa Pleret karena letaknya yang dekat dengan Puskesmas Induk. Sedangkan desa Wonolelo yang letaknya jauh dari Puskesmas induk, pelayanan balita sakit dengan MTBS hanya mencapai 14,3 %. 13. Cakupan peserta KB aktif. Cakupan peserta KB aktif di kelima desa sudah melebihi target (70%) yaitu mencapai 86,2%. C. Mortalitas dan Morbiditas Angka Kematian Bayi (AKB) di wilayah Puskesmas Pleret pada tahun 2011 sebanyak 2 kasus. Kasus tersebut terdapat di desa Wonokromo dan desa Pleret. Sedangkan pada tahun 2012 AKB di wilayah Puskesmas Pleret naik menjadi 10 kasus. Kasus terbanyak terjadi di desa Pleret dan hanya desa Wonolelo yang tidak terdapat kasus kematian bayi. Di wilayah Puskesmas Pleret juga terdapat kasus IUFD (Intra Uterine Fetal Death) yang menambah AKB. Pada tahun 2012 kasus IUFD di wilayah Puskesmas Pleret mencapai 10 kasus.

47

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Dari pembahasan dapat disimpulkan Pemantauan Wilayah Setempat dalam program KIA di Kecamatan Pleret yang terdiri dari 5 desa yaitu Wonokromo , Segoroyoso , Wonolelo , Bawuran , dan Pleret dengan indikator PWS-KIA terbaru 2013 yang meliputi : 1. Cakupan K1 2. Cakupan K4 3. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan 4. Cakupan pelayanan nifas 5. Cakupan pelayanan neonatus pertama 6. Cakupan pelayanan kesehatan neonatus 0-28 hari (KN Lengkap) 7. Deteksi resiko dan komplikasi oleh masyarakat 8. Cakupan pelayanan komplikasi obstetrik 9. Cakupan pananganan komplikasi neonatus 10. Cakupan pelayanan kesehatan bayi 29 hari 12 bulan (kunjungan bayi) 11. Cakupan palayanan anak balita (12 59 bulan) 12. Cakupan palyanan kesehatan anak balita sakit yang dilayani dengan MTBS 13. Cakupan pesesta KB aktif Sudah sesuai dengan teori yang dibahas begitu juga dengan sistem pencatatannya. Untuk pencapaian target pada tahun 2012 untuk target Puskesmas sendiri sudah mencapai target namun untuk target di setiap desa hampir seluruh program sudah mencapai target yang telah ditentukan, kecuali di desa Wonokromo belum mencapai target untuk beberapa program yaitu: 1. Cakupan K4

48

Target yang ditentukan oleh Puskesmas Pleret untuk setiap desa adalah 100% namun pada desa Wonokromo cakupan pelayanan hanya mencapai 87,3% 2. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan Target yang ditentukan oleh Puskesmas Pleret untuk setiap desa adalah 90% namun pada desa Wonokromo cakupan pelayanan hanya mencapai 85,2% 3. Cakupan pelayanan nifas Target yang ditentukan oleh Puskesmas Pleret untuk setiap desa adalah 90% namun pada desa Wonokromo cakupan pelayanan hanya mencapai 81,9% 4. Cakupan pelayanan kesehatan neonatus 0-28 hari (KN Lengkap) Target yang ditentukan oleh Puskesmas Pleret untuk setiap desa adalah 90% namun pada desa Wonokromo cakupan pelayanan hanya mencapai 87% Tidak mencapainya target PWS KIA di desa Wonokromo dikarenakan wilayah desa tersebut jauh dari jangkauan Puskesmas induk Pleret dan hanya terdapat satu pusesmas pembantu, disamping itu wilayah Wonokromo banyak terdapat Pondok Pesantren dimana ajaran agama sangat kental, menjadi salah satu penyebab program cakupan layanan KB kurang berjalan. B. Saran 1. Untuk Mahasiswa a. Mahasiswa memahami tentang sistem pencatatan dalam kebidanan seperti kohort ibu, kohort bayi, PWS KIA, serta mortalitas dan morbiditas. b. Mahasiswa sebaiknya memahami cara pengisian kohort ibu dan kohort bayi. 2. Untuk Puskesmas a. Meningkatkan kualitas pelayanan secara merata di lima desa agar seluruh indikator pada PWS KIA agar dapat mencapai target.

49

DAFTAR PUSTAKA Depkes RI, 2012, Definisi Gizi KIA, http://www.gizikia.depkes.go.id Tanggal 18 April 2013 pikul 12.00 WIB Dinfannia, 2011, Mortalitas, http://dinfannia.wordpress.com/2011/03/17/31/,

Tanggal 17 Maret 2011 pukul 07.55 WIB. KEMENKES RI, 2013, Pemantauan Wilayah Setempat- Kesehatan Ibu dan Anak, http://www.kesehatanibu.depkes.go.id /2013/01/Factsheet_PWS-KIA Tanggal 17 April 2013 pukul 15.13 WIB Mahardhika, Dhika, 2011, Ukuran-Ukuran epidemiologi,

http://epidemiolog.wordpress.com/2011/02/24/ukuran-ukuranepidemiologi/, Tanggal 24 Februari 2011. PWS KIA Wordpress, 2009, Indikator Pemantauan,

http://ppwskia.wordpress.com, Tanggal 18 April 2012 pukul 12.20 Senewe, Felly Philipus, Wiryawan Yuwana Registration and PWS-KIA 's System Reporting by Midwife at Village at Puskesmas Sepatan Tangerang District, 2008, Jawa Barat. Wikipedia, 2013, Mortalitas, http://id.wikipedia.org/wiki/Mortalitas, Tanggal 6 April 2013 pukul 03.15 WIB.

50

Anda mungkin juga menyukai