Anda di halaman 1dari 7

MEWUJUDKAN KOTA LESTARI

STUDI KASUS : KARANGWARU RIVERSIDE YOGYAKARTA Saat ini isu-isu mengenai degradasi lingkungan merupakan isu utama dan krusial untuk segera ditangani. Salah satu isu degradasi lingkungan tersebut yakni perubahan iklim.Perubahan iklim merupakan dampak dari efek rumah kaca yang terjadi secara global. UNFCCC mendefinisikan perubahan iklim sebagai The change that can be attributed directly or indirectly to human activity that alters the composition of the global atmosphere and which is in addition to natural climate variability observed over comparable time periods. Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa perubahan iklim akan berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap aktifitas

manusia.Pengaruh- pengaruh yang dapat dirasakan manusia pun relatif buruk seperti ketahanan pangan yang terganggu, ketersediaan air bersih, naiknya permukaan air laut dan masih banyak lagi bencana-bencana yang dapat timbul seperti banjir bandang dan badai. Berangkat dari isu degradasi lingkungan tersebut maka mulai bermunculan konsep - konsep pembangunan wilayah yang memperhatikan kearifan lingkungan salah satunya konsep sustainable development (pembangunan berkelanjutan). Berdasarkan Report of The World Commission on Environment and Development (1987) Sustainable development dapat didefinisikan sebagai Development which meets the needs of current generations without compromising the ability of future generations to meet their own needs. atau dapat diartikan sebagai pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan generasi pada masa sekarang tanpa mengorbankan kebutuhan generasi yang akan datang untuk memenuhi kebutuhannya. Ada beberapa aspek pembangunan berkelanjutan menurut Djajadiningrat (2005), yaitu : 1. Keberlanjutan ekologis 2. Keberlanjutan di Bidang Ekonomi 3. Keberlanjutan Sosial Budaya 4. Keberlanjutan Politik 5. Keberlanjutan Pertahanan Kemanan.

Berlandaskan hal yang sama dengan konsep pembangunan berkelanjutan, di Indonesia, muncul sebuah istilah konsep pembangunan berkelanjutan yang disebut dengan Kota Lestari.

Apa itu Kota Lestari ? Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan kata Lestari sebagai tetap seperti keadaannya semula ; tidak berubah ; membiarkan membiarkan tetap seperti keadaan semula; mempertahankan kelangsungan. Jadi dapat disimpulkan bahwa Kota Lestari yaitu Kota yang dapat mempertahankan dirinya tetap layak huni. Kota Lestari juga dapat didefinisikan sebagai kota yang dibangun dengan menjaga dan memepuk aset-aset kota atau wilayah. Untuk membentuk suatu Kota Lestari diperlukan kerjasama dan inisiatif dari masyarakat kota/ wilayah itu sendiri.Karena merupakan inisiatif dari masyarakat itu sendiri, dalam penerapannya di wilayah akan cenderung lebih mudah. Masyarakat pasti mau untuk merealisasikan rencana tata ruang tersebut, yang dibutuhkan hanyalah berupa dorongan dan pendampingan dari pemerintah maupun perencana.Dalam pembangunan Kota Lestari ini, ada beberapa unsur yang perlu diperhatikan : 1. Aset manusia dan warga yang terorganisasi 2. Lingkungan terbangun 3. Keunikan dan kehidupan budaya 4. Kreatifitas dan Intelektual 5. Karunia sumber daya alam 6. Lingkungan dan Kualitas Sarana Perkotaan 7. Mampu melakukan adaptasi dan mitigasi terhadap perubahan iklim Kebutuhan untuk membentuk suatu Kota Lestari di Indonesia saat ini benarbenar sangat mendesak untuk segera dilaksanakan, karena semakin hari banyak wilayah khususnya di Indonesia mengalami alih fungsi lahan menjadi area terbangun, di Yogyakarta sendiri, menurut WALHI, pada tahun 2008 laju alih penggunaan fungsi lahan sebesar 200 hektare per tahun sedangkan pada tahun 2013 sudah mencapai 300 hektare per tahun.Ditambah lagi, PBB menyatakan bahwa 70% penduduk dunia akan tinggal di perkotaan pada tahun 2050, naik dari

level 50 % saat ini.Dampak yang diakibatkan adalah kerusakan lingkungan dan eksploitasi sumber daya untuk mencukupi kebutuhan manusia. Hal ini tentu dapat dijadikan motivasi kota-kota di Indonesia untuk mewujudkan Kota Lestari yang merupakan bentuk mitigasi dan adaptasi dari permasalahan-permasalahan perkotaan yang muncul seiring degan berjalannya waktu.Untuk efisiensi penggunaan sumber daya, inovasi-inovasi yang terkait dengan infrastruktur juga perlu dilakukan sehingga terbentuk Kota Lestari yang tangguh terhadap permasalahan lingkungan yang merupakan efek dari perubahan iklim. Seperti yang sudah dipaparkan sebelumnya bahwa dalam perencanaan Kota Lestari perlu adanya inisiatif dari masyarakat. Fungsi Pemerintah dan Stakeholders hanya sebagai pendorong atau mediator. Jadi terdapat sinergi antara sistem perencanaan yang sifatnya top-down dan bottom up. Dengan mengaplikasikan sistem perencanaan partisipatif ini juga akan berdampak positif pada kondisi sosial masyarakat itu sendiri.Karena masyarakat memiliki peran yang besar dalam penataan ruang, harapannya dalam pengelolaan dari Kota Lestari ini dapat lebih berkesinambungan.

Mewujudkan Kota Lestari Studi Kasus : Karangwaru Riverside Karangwaru merupakan sebuah Kelurahan di Kota Yogyakarta yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Sleman.Letaknya menjadikan Kelurahan Karangwaru sebagai tempat yang strategis untuk dijadikan area perumahan.Luas Kelurahan ini sebesar 71,96 hektare yang terbagi menjadi 5 wilayah di dalamnya yaitu Karangwaru Lor, Blunyah rejo, Petinggen,Bangirejo, dan Karangwaru Kidul. Pada Kelurahan Karangwaru ini terdapat sungai yang bernama Kali Buntung.Sungai yang melintasi bagian tengah Kelurahan Karangwaru ini sebelumnya mengalami kerusakan ekologi.Hal ini diakibatkan oleh pembuangan sampah dan limbah rumah tangga ke Kali Buntung.Dampak yang muncul adalah terjadinya pendangkalan sungai dan munculnya penyakit-penyakit di masyarakat yang tinggal di sekitar Kali Buntung tersebut.Hal tersebut memotivasi warga Karangwaru untuk menata area bantaran Kali Buntung yang tadinya kumuh menjadi ruang publik yang nyaman, bersih, dan indah.

Pengerjaan

proyek

Karangwaru

Riverside

ini

dimulai

sejak

tahun

2011.Kelurahan Karangwaru terpilih menjadi salah satu kelurahan yang dibantu Kementrian PU RI dalam program PLP-BK.Bentuk bantuan yang diberikan berupa uang sebesar 1 miliar. Proses perencanaan Karangwaru Riverside ini pada awalnya tidak mendapatkan dukungan.Banyak dari warga yang acuh tak acuh dan skeptis pada rencana tersebut.Namun setelah diberikan sosialisasi selama 1 tahun oleh para penggagas. Hartanto (2012) pada penelitiannya mengemukakan bahwa tingkat partisipasi masyarakat mengalami perubahan dari non partisipatif menjadi kekuasaan masyarakat dan bentuk partisipasi berubah dari partisipasi terpaksa menjadi sukarela. Hal ini dibuktikan dengan ada warga sekitar bantaran sungai yang dengan sukarela memberikan tanahnya yang berada dipinggir sungai da nada juga yang rela bangunannya dipotong.Bentuk-bentuk partisipasi yang dilakukan oleh warga Karangwaru yaitu : 1. Perencanaan dan Pemanfaatan area bantaran Kali Buntung Proses perencanaan dan pengambilan keputusan area Kali Buntung dilakukan secara partisipatif, yaitu warga setempat merupakan inisiator dan pihak yang berhak mengambil keputusan.Pemerintah dan ahli perencana hanya sebagai mediator dan pendorong. 2. Pengerjaan penataan lingkungan Realisasi dari rencana-rencana penataan lingkungan di bantaran Kali Buntung dikerjakan secara gotong royong dan sukarela oleh warga setempat. 3. Tata kelola Anggaran Dana yang digelontorkan oleh Kementerian PU sepenuhnya dikelola dan diawasi penggunaannya oleh masyarakat. Konsep Kota Lestari yang diterapkan pada PLP-BK Karangwaru Riverside ini tercemin pada konsep penataan lingkungannya. Dalam pengembangannya terdapat nilai-nilai ekologis dan humanis yang dapat membuat program ini dapat berlanjut dalam jangka waktu yang panjang.Nilai-nilai tersebut adalah : 1. Ekologi

Nilai ekologi yang diterapkan berfungsi untuk menjaga DAS Kali Buntung sehingga tetap hijau secara biologis dan asri 2. Edukasi Ruang publik yang berada di bantaran Kali Buntung dapat difungsi sebagai sarana edukasi warga khususnya usia dini untuk lebih mencintai dan ikut serta menjaga lingkungan sekitar. 3. Ekonomi Warga sekitar Kali Buntung akan dapat memanfaatkan bantaran sungai untuk aktifitas perekonomian yang intensitasnya disesuaikan dengan kondisi perumahan di sekitarnya.Kegiatan ekonomi yang muncul juga harus ramah lingkungan. 4. Teknologi Pada area Bantaran Kali Buntung akan dikembangkan penarapan teknologi yang ramah lingkungan misalnya diterapkan pada street furniture. 5. Sosial kemasyarakatan dan Kebudayaan. Ruang publik yang dibentuk diharapkan dapat menjadi ruang interaksi antar warga.Interaksi yang terjadi ini akan memperkuat perilaku dan ikatan antar warga yang guyub dan rukun.Pada dasarnya budaya hidup rukun dan guyub ini sudah merupakan nilai dasar yang dimiliki oleh warga yang tinggal di Kelurahan Karangwaru. Dengan kehadiran ruang publik ini warga tersebut dapat lebih memperat hubungan antar sesame individu. 6. Konservasi Ruang publik yang tercipta juga dapat dijadikan sebagai tempat untuk melestarikan hal-hal unik dan khas yang dimiliki Kelurahan Karangwaru. Konsep nilai konservasi juga menggabungkan antara hal lama (objek konservasi) dengan hal yang baru sehingga bersifat kontemporer. 7. Kesehatan

Nilai kesehatan yang terdapat pada bantaran Kali Buntung berupa terbentuknya kawasan yang asri dan sehat dan juga dapat memfasilitasi warga setempat untuk menjalani gaya hidup yang sehat. Konsep penataan ruang yang berpedoman pada nilai-nilai yang sudah dipaparkan sebelumnya merupakan bentuk perwujudan riil Kota Lestari pada masyarakat urban. Dari Kelurahan Karangwaru kita bisa belajar bahwa cara mewujudkan Kota Lestari adalah dengan swadaya dari masyarkat.Pemerintah sifatnya hanya sebagai pendorong, dalam kasus ini pemerintah merupakan lembaga yang bertugas untuk memberikan modal agar program perencanaan dan pembangunan dapat berjalan.Selebihnya, masyarakat yang menetukan.

Simpulan dan Penutup Dalam proses untuk mewujudkan sebuah konsep Kota Lestari dibutuhkan sekelompok masyarakat yang memiliki kemauan yang besar untuk mau ikut serta menyumbangkan pikiran/ide/gagasan dan energi.Karena bila dari masyarakat belum ada kemauan untuk mengubah lingkungannya maka konsep ini akan sulit untuk diterapkan.Pada konsep Kota Lestari yang menjadi fokus utama berupa pembangunan yang berwawasan lingkungan sehingga terbentuk kota yang nyaman dan dapat tetap eksis pada jangka waktu yang panjang.Untuk itu diperlukan sebuah rencana pembangunan perkotaan yang komprehensif yang mencakup seluruh aspek-aspek yang ada di perkotaan supaya tercapai masyarakat yang sejahtera dan lingkungan yang lestari. Pada penerapannya, secara eksplisit, kita dapat melihat bahwa pada Kota Lestari terdapat efisiensi dan efektifitas dalam hal penggunaan sumber daya. Sumber daya yang digunakan secara efisien dapat berupa sumber daya lahan.Sumber daya lahan tidak hanya dikhususkan untuk satu kegiatan saja namun juga bisa digunakan untuk kegiatan yang lain (mix used). Penerapan konsep Kota Lestari sebaiknya segera dilakukan di berbagai wilayah di Indonesia sebagai bentuk langkah mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim yang sekarang sedang terjadi.Hal ini bukan hanya untuk kebaikan generasi yang ada saat ini, namun juga generasi masa yang akan datang.

Sumber-Sumber :
Hartanto, Lono.2012.Proses Perencanaan Partisipatif Dalam Program Pengembangan Lingkungan PLP BK Studi Kasus Kelurahan Karangwaru Kecamatan Tegalrejo Kota Yogyakarta.Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada. The Brundtland Commission.1987.Report of The World Commissions on Environment and Development Our Common Future.Oxford : Oxford University Press. Presentasi Profil Kelurahan Karangwaru tahun 2013 http://www.pnpmmandiri.org/index.php?option=com_content&view=category&layout=blog&id=1 7&Itemid=275&limitstart=30 (Diakses pada 21 Mei 2013) http://jogja.tribunnews.com/2012/09/28/masyarakat-lebih-pintar-kelolaanggaran/ (Diakses pada 21 Mei 2013) http://www.apeksi.or.id/index.php/berita/412-karangwaru-contoh-penataanpermukiman (Diakses pada 21 Mei 2013) http://www.hijauku.com/2011/10/05/kota-digital-kota-ramah-lingkungan/ (Diakses pada 21 Mei 2013) http://jogja.tribunnews.com/2013/05/02/alih-fungsi-lahan-di-diy-semakinmengkhawatirkan/ (Diakses 21 Mei 2013) http://rumahurban.com/seereview2.php?id=4 (Diakses pada 20 Mei 2013) http://prakarsakotalestari.wordpress.com/ (Diakses pada 20 Mei 2013) http://bulletin.penataanruang.net/index.asp?mod=_fullart&idart=123 pada 20 Mei 2013) (Diakses

Anda mungkin juga menyukai