Anda di halaman 1dari 11

AKAR KONFLIK PALESTINA ISRAEL Dalam Tinjauan Sejarah Kenabian

*)

Umar Anggara Jenie


Yerusalem pada Jaman Purba Ekskavasi arkeologis di Semenanjung Arabia, serta konklusi ilmiah dari hasil penggalian tersebut, menunjukkan bahwa di Semenanjung itu telah berkembang beberapa kebudayaan/peradaban kuno (Sousse, 1977: McEvedy, 1983). Suatu cabang dari ras bangsa Semit yaitu bangsa Kanaan, merupakan suku-suku pertama yang bermigrasi dari Semenanjung Arabia menuju Palestina sekitar 3000 tahun Sebelum Masehi (SM). Buktibukti arkeologis bahkan menyatakan bahwa migrasi mereka terjadi pada masa yang lebih awal dari 3000 SM. Sebagai contoh dapatlah disebutkan beberapa kota kuno di Palestina dengan nama-nama khas Kanaan, yaitu Jericho, Beit-Syam, Mejeddo dan Juzer. Di Jericho dan Majeddo terdapat peninggalan paling tua dari bangsa Kanaan berupa kuilkuil kuno berumur sekitar 3000 SM. Sedang penggalian yang lainnya memperlihatkan kota-kota kuno Kanaan yang lebih tua dari Jericho dan Juzer, yaitu berumur antara 50003000 SM. Kota Yerusalem sendiri merupakan bukti yang paling baik dari kekunoan pemukim-pemukim bangsa Arab-semistik purba di Palestina, dan mereka telah berada di sana jauh sebelum bangsa-bangsa yang lainnya menyusul. Kota itu didirikan oleh sukusuku Jebus, yaitu cabang dari bangsa Kanaan, sekitar 5000 tahun yang lalu (l.k. 3000 SM) (Sousse, 1977). Inskripsi Ugaritik di Tell el Amarna yang berumur 1400 SM, menyebut kota itu dengan nama Urusalim (UJE, 1948) Sedangkan Nabi Ibrahim as., selama kunjungannya di Palestina menyebut kota itu dengan nama Uru Salem (MacLeish, 1966). Dalam beberapa inskripsi Kanaan, kota itu disebut dengan nama-nama yang berbeda: Orossalem, Rosyalm, Syalem atau Syalum (Sousse, 1977). Baru pada masa yang kemudian, orang Ibrani menamakan kota itu dengan Yerusyalayim (UJE, 1948). Jadi jelaslah bahwa kota tersebut telah ada jauh sebelum bangsa Israel memasuki Palestina. Yang pertama merencanakan dan mendirikan Yerusalem adalah seorang raja bangsa Jebus-Kanaan: Melchisedec, yang percaya akan ke-Esaan Tuhan; walaupun rakyatnya kebanyakan musyrik (Sousse, 1977). Tradisi Islami mendukung penemuan-penemuan arkeologis maupun historis di atas. Ibn al-Firkah dalam bukunya Baith Alnufus ilaZiyarat Al-Quds Al Mahrus mengutip bahwa Sam bin Nuh sangat mungkin merupakan pendiri dari Kuil Yerusalem (YOS, 1976). Lebih dari itu, Ibn al-Fikar menyinggung pula catatan Al-Khattabi dalam bukunya: al-Ilam, bahwa beberapa Nabi Allah telah membuat Kuil Yerusalem (Baitul Maqdis) jauh sebelum masa Nabi Daud as. dan Nabi Sulaiman as.. Baru kemudiannya Nabi Daud dan Sulaiman membangunnya kembali, memperlebar serta memperluasnya;

karena itulah maka Bangunan Suci itu kemudian diattributkan kepada Nabi Allah itu, khususnya kepada Nabi Sulaiman as. Yerusalem pada jaman Nabi Daud dan Sulaiman Sekitar 2000 tahun sebelum didirikannya, maka Yerusalem diambil alih dari bangsa Jebus, oleh Nabi Daud as, dan ditetapkan sebagai ibukota kerajaan baru yang didirikannya: Kerajaan Israel Raya. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa pada harihari akhirnya, bangsa Jebus diperintahkan oleh raja-raja yang zalim lagi musyrik, serta selalu memusuhi Nabi Daud dan ummatnya. Ke dua belas suku-suku Israel disatukan di bawah pemerintahan Nabi Daud, menjadi suatu bangsa yang kuat. Allah swt. meridhoi Nabi Daud karena keimanannya, sebagaimana tersebut dalam Al Quan:

O Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah di muka bumi, maka berilah keputusan di antara manusia dengan adil,. (Al Quran, 38:26). Kerajaan Israel Raya mencapai Jaman Keemasannya di bawah kepemimpinan putranya, Nabi Sulaiman as., yang memerintah sekitar 970-930 SM. Nabi Sulaiman inilah yang membangun kanisah yang terkenal dengan sebutan Haykal i Sulaiman (atau Solomon Temple, Kuil Sulaiman). Kanisah inilah yang kemudian dikenal sebagai Haykal Sulaiman I.

Gambar:

Haykal Sulaiman-I, dibangun oleh Nabi Daud dan Nabi Sulaiman, sekitar 970-930 SM . Dihancurkan oleh Nebukhadnezzar tahun 586 SM (National Geographic, December 2008)

Namun demikian, segera setelah Nabi Sulaiman wafat, Kerajaan Israel Raya terpecah menjadi dua bagian; yaitu Kerajaan Israel di Utara dengan ibukota Samaria, dan Kerajaan Yudah di Selatan dengan ibukotanya Yerusalem. Hampir semua raja-raja yang memerintah ke dua Kerajaan tersebut merupakan raja-raja yang zalim, dan selalu menentang kehendak Ilahi. Pada masa ke dua Kerajaan Yahudi inilah, turunnya beberapa Nabi Allah untuk memberikan peringatan, seperti Nabi Ilyas as. dan Nabi Ilyasa as. di Utara, dan Nabi Irmia as. di Selatan. Kedua Kerajaan Israelis itu tidak mampu memenuhi standard loyalitas/ketaatan kepada Allah, serta tidak mampu pula memberikan keadilan kepada rakyatnya; oleh karena itulah pada akhirnya mereka dapat dikalahkan/ditaklukkan oleh musuh-musuhnya, sebagai azab dari Allah swt. Kerajaan Israel di Utara dihancur-leburkan oleh Kekaisaran Assyra di bawah Kaisar Sargon II sekitar 722 SM; sedangkan Kerajaan Yudah di Selatan diporakporandakan oleh Kekaisaran Khaldea (Babilonia II) di bawah Nebukhadnezzar pada tahun 586 SM. Dalam serbuan Nebukhadnezzar ini, Yerusalem berikut Haykal Sulaiman ikut dihancurleburkan. Kehancuran pada ke dua Kerajaan Israelis sebagai hukuman dari Allah swt., secara implisit disinggung dalam Al Quran (17:4-5):

Dan telah Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam Kitab itu: Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar. Maka apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) pertama dari kedua (kejahatan) itu, kami datangkan kepadamu hamba-hamba Kami yang mempunyai kekuatan yang besar, lalu mereka merajalela di kampung-kampung, dan itulah ketetapan yang pasti terlaksana. Inilah yang disebut dengan Hukuman Pertama. Nasib ummat Israel di Utara setelah kehancuran kerajaannya oleh Sargon II sampai sekarang tidak diketahui; sedangkan kehancuran Kerajaan Yudah di Selatan, mengawali apa yang dikenal sebagai Diaspora (penyebaran) Yahudi atau perhambaan di Babilonia.

Gambar: Serangan Kerajaan Assyria ke Kerajaan Israel dan Kerajaan Khaldea(Babilonia) ke Kerajaan Yudea (diambil dari Atlas Sejarah Para Nabi & Rasul, 2008).

Pada tahun 538 SM, Persia menaklukkan Khaldea, dan Kaisar Cyrus Agung dari Persia mengijinkan orang-orang Yahudi kembali Palestina. Di bawah kepemimpinan beberapa Nabi Allah yang datang kemudian, di antaranya hdala Nabi Uzair as., bangsa Israel kembali ke Yerusalem dan membangun kembali Haykal Sulaiman yang telah hancur luluh; bangunan suci ini kemudian dikenal sebagai Haykal Sulaiman II. Tetapi lagi-lagi, Kerajaan Yudah post-captivity ini hampir selalu dipimpin oleh raja-raja yang suka menentang peringatan Allah lewat para Rasul-Nya. Pada tahun 63 SM, Kerajaan Romawi menaklukkan Kerajaan Yudah, mengambil alih Yerusalem serta mengontrol seluruh Palestina. Raja Herodes yang berada dibawah pengaruh Romawi, memperluas dan memperindah Haykal Sulaiman-II.

Gambar:

Haykal Sulaiman-II, dibangun tahun 538 SM, diperluas dan diperindah oleh Herodes tahun 37SM-4M, dihancurkan oleh Romawi tahun 70M (Gambar diambil dari National Geographic, December 2008)

Namun beberapa Dewa Romawi ikut dimasukkan di pelataran Haykal SulaimanII itu. Pada waktu itulah Allah swt. mengutus RasulNya, Yahya dan Iesa as. kepada ummat Israel. Tetapi demikian raja, para pendeta serta hampir semua ummat Isreel melawan dan menolak pesan-pesan dari kedua Nabi Allah itu. Tidak hanya terbatas sampai disitu, bahkan orang-orang Israel berniat untuk membunuh kedua Nabi tersebut; dan akhirnya mereka berhasil memenggal kepala Nabi Yahya as. Karena perbuatan ini, Nabi Iesa as. mengutuk orang-orang Yahudi sebagaimana tertulis di dalam Gospel (Al Injil); O Yerusalem Yerusalem!, kamu, -yang membunuh para Nabi, serta merajam mereka yang diutus kepadamu; bagaimana saya selalu berusaha keras untuk mengumpulkan anak-anakmu semua, -sebagaimana seekor ayam melindungi anak-anaknya di bawah sayapnya-; tetapi kamu tidak menginginkan itu. Lihatlah! rumahmu akan kamu tinggalkan dalam keadaan hancur-lebur(Matt., 23:37). Ramalan Nabi Iesa as. bahwa Yerusalem akan mengalami kembali kehancurannya, terwujud ketika Kaisar Titus dari Romawi memimpin penghancuran Yerusalem beserta Haykal Sulaiman II, pada tahun 70 SM; serta mengusir semua bangsa Yahudi ke luar Palestina, menyebar ke Eropa. Diaspora yang kedua ini berlangsung hampir selama 2000 tahun! (dari tahun 70 M sampai dengan saat mereka kembali ke Palestina tahun 1948 M). Inilah Hukuman II dari Allah bagi Bani Israil, sebagaimana disinggung di dalam Al-Quran (17:7):

... dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam Masjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai. Sebelum kutukan Nabi Iesa as. terhadap Bani Israel tersebut, bangsa itu telah pula menerima kutukan dari Nabi Daud as. Karena ketidaktaatan mereka kepada Allah swt., sebagaimana dapat kita baca dari Mazmur (Az Zabur) 78:21-22: Oleh karena itu Tuhan mendengar dan murkalah: maka api dinyalakanlah terhadap Yakob, dan kemurkaan juga datang kepada Israel, karena mereka tidak beriman kepada Allah dan tidak mempercayai penyelamatan-Nya. Al Quran juga menyinggung kutukan terhadap bani Israel dari kedua Nabinya ini (Daud as. dan Iesa as.), sebagaimana dapat kita baca pada Surat 5:78-79, :

Telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan Iesa putra Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampui batas. Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu. Tidaklah tepat apabila kita menyebut Ummat semacam itu sebagai Ummat Terkutuk? Tepatkah mereka disebut sebagai Ummat Pilihan Tuhan, sebagaimana mereka selalu ingin disebutnya? Nasib dari Kerajaan Yudah post-captivity ini akhirnya sama dengan nasib Kerajaan Jebus. Apabila pada masa itu Yerusalem diambil alih dari Bangsa Jebus ke Bangsa Israel dibawah pimpinan Nabi Daud as., demikian pula kemudiannya Yerusalem diambil alih dari bangsa Israel, dan diberikan kepada Bangsa lain yang beriman. Siapakah Bangsa lain yang beriman itu? Tentu bukanlah Bangsa Romawi, sebab mereka adalah bangsa penganut politeisme; mereka hanya dapat dianggap sebagai agent untuk melaksanakan hukuman kepada Bani Israel. Bahkan 300 tahun kemudian, setelah Bangsa Romawi secara resmi memeluk Agama Kristen, mereka sulit untuk dapat disebut sebagai pewaris Yerusalem, sebab mereka bukanlah penganut Tauhid yang murni sebagaimana Ummat Yahudi; dan kenyataannya mereka (Ummat Kristen Roma) tidak membangun kembali Haykal Sulaiman yang telah hancur lebur itu. Pewaris yang sah dari Yerusalem tidak lain adalah Ummat Islam dibawah kepemimpinan Rasulullah saw., sebagaimana terbukti dalam sejarah. Yerusalem dalam Masa Sejarah Awal Islam Selama misi kenabian Rasulullah Muhammad saw. yaitu sekitar tahun 610-632 M, Yerusalem masih berada dibawah kontrol Kerajaan Byzantium Kristen. Haykal Sulaiman tidak/belum dibangun kembali, dan memang kenyataannya Ummat Kristen tidak pernah membangunnya kembali. Mereka membangun Bangunan Suci lain di Yerusalem, yaitu Gereja Kebangkitan (Kiamat), di tempat yang dipercaya sebagai tempat penyaliban Kristus. Dengan demikian selama 500 tahun sejak Haykal Sulaiman dihancurkan oleh Titus, bangunan itu tetap dalam bentuk puing-puing kehancuran, diabaikan oleh masyarakat setempat, terutama masyarakat Kristen, yang pada waktu itu mengontrol Yerusalem. Adalah Allah swt. sendiri, Yang memperingatkan hamba-Nya Muhammad saw., akan bangunan suci Sulaiman itu. Allah swt. Menamakan bangunan suci itu dengan Al Masjidil Aqsha, yang berarti Masjid yang Jauh; dan menghendaki hamba-Nya

Muhammad saw. mengujungi masjid itu, dalam suatu peristiwa yang kita kenal dengan Al Isra wal Miraj, sebagaimana dapat kita baca pada Al Quran (17:1):

Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. . Sejak saat itulah Ummat Islam menyebut Bangunan Suci Yerusalem itu Al Masjidil Aqsha; dan kota Yerusalem disebut Baitul Maqdis, atau Baitul Muqqadas atau Al Quds, yang berarti Tempat Suci.

Gambar:

Kompleks al-Masjidil Aqsha (Baitul Maqdis) , Mulai dibangun oleh Khalifah Umar ibn alKhatab pada tahun 636M, diteruskan dan diselesaikan oleh Khalifah Abdul Malik ibn Marwan dan Khalifah Walid ibn Abdul Malik pada tahun 685-691M (Gambar diambil dari National Geographic, December 2008)

Gambar: Bagian dalam Kubah Batu Sakhra ( Dome of the Rock). Nampak Batu Karang tempat RasululLah Muhammad Saw. Memulai Miraj (diambil dari Atlas Perjalanan Hidup Nabi Muhammad , 2008).

Pada peristiwa Al Miraj yang terkenal itu, Masjid Aqsha merupakan titikterminal dimana Rasulullah Muhammad saw. berhenti sejenak setelah selesai Isra dari Masjid Makkah. Di Masjid Aqsha inilah Rasulullah melakukan sholat jamaah dengan para Nabi-Nabi sebelumnya, dengan beliau sendiri bertindak sebagai imam. Setelah itu Rasulullah melakukan perjalanan Miraj. Baitul Maqdis merupakan Qiblat Pertama bagi Ummat Islam. Tetapi pada sekitar tahun 623 M, dalam bulan Syaban, turunlah wahyu yang sangat penting berkenaan dengan arah Qiblat (Lings, 1986). Wahyu tersebut tertuang dalam Al Quran (2:144), :

Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke qiblat yang kamu sukai. Palingkan mukamu kearah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkan mukamu ke arahnya.. Dengan kejadian ini, tidak berarti bahwa Allah swt. atau Nabi Muhammad saw. telah menganggap tidak suci lagi terhadap Baitul Maqdis; karena dalam beberapa peristiwa Rasulullah masih mengatakan tentang pentingnya Baitul Maqdis, dari sudut pandang keagamaan. Sebagaimana tertulis dalam Hadis riwayat Ibn Abbas, diriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda: Sholat di Masjidil Haram mempunyai nilai 100.000 sholat (di tempat biasa): dan sholat di Masjidku mempunyai nilai 50.000 sholat; sedang sholat di Masjid Aqsha mempunyai nilai 25.000 sholat (al-Firkah, YOS, 1949). Berdasarkan atas Hadis inilah, Ummat Islam mengakui Baitul Maqdis sebagai tempat suci ketiga setelah Makkah dan Madinah. Lebih dari itu, secara tidak langsung Rasulullah mendorong ummatnya untuk melakukan ziarah ke Baitul Maqdis. Suatu Hadis yang diriwayatkan oleh Zul Asab, bahwa ia bertanya kepada Rasulullah: O Rasulullah, apabila kami harus mendapatkan ujian, setelah kami ditinggalkan, setelah kepergianmu; kemanakah kamu memerintahkan kami pergi? Rasulullah menjawab: Yang wajib bagi kamu adalah Yerusalem: semoga Allah memberikan makanan bagi mereka yang akan berziarah ke sana dan kembali (Al-Firkah, YOS, 1949). Beberapa sahabat menginterpretasikan sabda Rasulullah ini sebagai isyarat untuk menaklukkan Baitul Maqdis. Pengalihan Yerusalem (Baitul Maqdis) ke Ummat Islam adalah suatu keharusan dan sangat alamiah, terutama dalam titik pandang Tauhid. Oleh karena sejak awalnya Baitul Maqdis beserta tempat sucinya, selalu dikuasai dan dikontrol oleh hamba-hamba Allah yang sholeh penganut monoteistik yang sebenarnya. Seperti telah dijelaskan di atas, pada awalnya adalah Sam bin Nuh, kemudian berturut-turut Melchisedec, Daud, Sulaiman, para Nabi-nabi Israil, dan akhirnya kepada Ummat Islam, sebagaimana terbukti dalam sejarah. Jelaslah bahwa ummat yang merupakan pewaris yang hak atas Baitul Maqdis dan Bangunan Sucinya adalah tidak lain dari Ummat Islam. Penemuan dan Pembangunan Kembali Mesjid Al Aqsha

Realisasi pengalihan Yerusalem berikut Bangunan Sucinya kepada Ummat Islam terjadi pada masa pemerintahan Khalifah Umar Ibn Khattab ra. Muir (1968) memberikan rincian historiknya tentang pengalihan Yerusalem kepada Khalifah Umar, dan ringkasannya akan kita berikan di sini. Pada sekitar tahun 636 M atau 15 H, Kota Suci Yerusalem dikepung oleh tentara muslim dibawah pimpinan Jenderal Amr bin Ash. Patriarkh Yerusalem: Sophronius menghendaki perdamaian, tetapi dengan kondisi yang ia buat sendiri yaitu bahwa Khalifah Umar secara pribadi harus datang sendiri ke Yerusalem untuk menerima Kota Suci itu dari Patriarkh Sophronius. Setelah tiba di Yerusalem, Khalifah Umar diterima oleh Patriarkh itu beserta masyarakatnya dengan ramah dan damai. Khalifah Umar menerima penyerahan Yerusalem dan menjamin hak-hak suci dari agama Kristen. Adalah menarik untuk dicatat, bahwa kejadian tersebut di atas telah diramalkan di dalam kitab-kitab kuno Yahudi, yaitu bahwa Yerusalem pada akhirnya akan ditaklukkan oleh seorang raja yang namanya terdiri dari tiga huruf (sebagaimana kata Umar; ) , dan yang diskripsi lainnya sesuai dengan sifat-sifat Khalifah itu, sehingga tidak ada keraguan lagi bahwa Beliaulah yang dimaksudkan dalam ramalan itu. Menurut Theophanus, Khalifah Umar meminta Sophronius untuk menunjukkan tempat reruntuhan Haykal Sulaiman, dimana Batu Suci (Sakhra) berada di dalamnya. Pada Batu Suci inilah Nabi Muhammad memulai Mirajnya. Sophronicus memperlihatkan pada Khalifah Batu Suci itu, yang masih tertutup dengan debu-debu tanah dan Khalifah mengusapnya sendiri untuk membersihkan Batu Suci itu yang telah lama diabaikan selama kurang lebih 500 tahun, yaitu sejak dihancurkannya Yerusalem oleh tentara Romawi. Di sinilah dibuat kembali pondasi untuk Masjid Al Aqsha. Akan tetapi barulah sekitar pertengahan abad ke VII M, Khalifah Marwan ibn al-Hakam membangun Kubah Batu Suci (Kubah al Sakhra) yang merupakan bagian paling suci dari keseluruhan Masjid Al Aqsha, dan disempurnakan oleh Khalifah Walid ibn Abdl Malik. Sejak itulah Masjid Al Aqsha (Haykal Sulaiman) menjadi milik Ummat Muhammad saw., dan tidak pernah berpindah ke tangan ummat lainnya kecuali untuk periode singkat (sekitar 80 tahun), yaitu ketika Palestina dikuasai oleh tentara Salib yang Pertama, tetapi kemudian dibebaskan kembali oleh Sultan Salahuddin al Ayyubi pada tahun 1122 M (Newby, 1983). Walaupun sekarang Masjid Al Aqsha masih berada di tangan Ummat Islam, tetapi Kota Suci Yerusalem sejak tahun 1967 telah dikuasai oleh Zionist. Dengan demikian kekhawatiran Ummat Islam akan keselamatan Masjid Aqsha cukup beralasan karena Zionist menginginkan dibangunnya kembali Haykal Sulaiman yang ke III di tempat dimana Masjid Aqsha berdiri. Kita memohon pada Allah swt. akan petunjuk-Nya, semoga suatu hari nanti Ummat Islam dapat merebut kembali Yerusalem dari tangan Zionist Israel. Amien. Bahan Bacaan: 1. ---------------------------------, Al Quran Dan Terjemahannya, 1974, Yayasan Penyelenggara Penterjemahan/Pentafsiran Al Quran, PT Intermasa. 2. ---------------------------------, Holy Bible (Old and New Testaments), 1980, The Gideon International, Nat. Publ. Company, USA.

10

3. Al-Firkah, Ibn., Baith Al-nufus ilaZiyarat Al Quds Al Mahrus, (English Translation) by C.D. Matthews dalam the Yale Oriental Series, Researchers, 1949, 24, Yale University Press, New Haven, USA, 1-10. 4. Al-Maghluts, Sami bin Abdullah, Atlas Perjalanan Hidup Nabi Muhammad, Napak Tilas Jejak Perjuangan dan Dakwah RasululLah (Terjemahan), 2008, Penerbit Almahira, Jakarta, 133. 5. Al-Maghluts, Sami bin Abdullah, Atlas Sejarah Para Nabi dan Rasul, Mendalami Nilai-nilai Kehidupan yang Dijalani Para Utusan Allah (Terjemahan), 2008, Penerbit Almahira, Jakarta, 161. 6. Lings., M., Muhammad, his life based on the earliest sources, 1986, Unwin Paperbacks, London, UK, 137. 7. MacLesih, Abraham the Friends of God, dalam National Geography, 1966, 130 (6), 739-789. 8. McAvedy, C., The Penguin Atlas of Ancients History , 1983, Penguin Books Ltd., Middlesex, UK, 16-30. 9. Muir, W., (Ed), Annals of the Early Caliphate, AD 632-680, 1968, Amsterdam Oriental Press, The Netherland, 207-210. 10. Newby, P.H., Saladin In his Time, 1983, Faber & Faber Limited, London, UK, 115-136. 11. Sousse, A., The Arabs and Jews in History, 1977, E Rachid, Bahgdad, 20-24. 12. ---------------, Jerusalems Holy Ground, National Geographic, December 2008 (Supplement). 13. ----------------, Jerusalem, Temple of, The New Encyclopaedia Britannica, Volume 6 Micropaedia, 2005, Encyclopaedia Britannica, Inc., Chicago-Tokyo, 539. 14. ----------------------, The Universal Jewish Encyclopedia, 1948, UJE Co. Inc., USA, 70.
*)

Disampaikan pada Seminar Yahudi dalam al-Quran dan Realitas`Sejarah, Pusat Studi alQuran (PSQ), Jakarta, 08 Shofar 1430H/04 Februari 2009M; dan pada Pengajian Islam Universitas Gadjah Mada (UGM), Fakultas Farmasi UGM, Yogyakarta, 12 Shofar 1430H/08 Februri 209M.

11

Anda mungkin juga menyukai