Anda di halaman 1dari 19

I.

IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. H Usia : 21 tahun Pekerjaan : IRT Alamat : jakarta utara Tanggal pemeriksaan : 3 September 2013

II.

ANAMNESIS

Keluhan Utama : Pasien datang dengan keluhan telinga kanan seperti ditusuk tusuk sejak 2 hari SMRS Keluhan Tambahan : pendengaran menurun pada telinga kanan, pilek.

Riwayat penyakit sekarang Pasien datang ke poli THT RS Islam Sukapura dengan keluhan telinga kanan terasa seperti ditusuk- tusuk sejak 2 hari SMRS. Pasien juga mengeluh telinga kanan seperti tertutup sehingga pasien mengeluh pendengaran yang menurun. Pasien tidak mengeluh keluar cairan pada telinga. Awalnya pasien mengeluh pilek sejak 1 bulan SMRS, dan masih dirasakan sampai sekarang. Pilek berwarna putih dan kadang kehijauan. Pasien sudah berobat ke dokter tetapi keluhan pilek tidak membaik. Pasien juga mengeluh batuk, batuk dirasakan hilang timbul, batuk kering. Riwayat penyakit dahulu: Keluhan ini merupakan hal yang pertama kali terjadi. Riwayat alergi : Alergi debu,cuaca dingin, obat dan makanan disangkal. Riwayat Pengobatan : pasien pernah berobat ke dokter , diberi obat batuk OBH combi.

III. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Kompos mentis

Tanda vital : TD : 120/80 mmHg, N : 80x/mnt, RR : 20x/mnt, T : 37oC

Pemeriksaan THT

TELINGA

Aurikula Bentuk dan ukuran

Normal

Normal + Tidak dilakukan +

Tragus pain Hematoma Canalis Auditoria Eksternal Serumen Otorrhoe Furunkel Edema Hiperemis Sekret Membran Timpani Retraksi Bulging + Perforasi Conus of light suram Tes Pendengaran Tes bisik Tidak dilakukan Tes rinne Tes weber Tes schwabah kesimpulan Lateralisasi ke kanan

Memanjang Tuli konduktif telinga kanan

HIDUNG
HIDUNG Deformitas Nyeri tekan : Pangkal hidung Pipi Dahi Krepitasi Vestibulum Kanan (-) (-) (-) (-) (-) Lapang Rambut (+) Mukosa: Hiperemis (-) Sekret (-) Massa (-) (-) Sekret (+) Krusta (-) Oedem (-) Hiperemis (-) Oedem (-) Hiperemis (-) Sekret (-) Sekret (+) Krusta (-) Oedem (-) Hiperemis (-) Oedem (-) Hiperemis (-) Sekret (-) Kiri (-) (-) (-) (-) (-) Lapang Rambut (+) Mukosa : Hiperemis (-) Sekret (-) Massa (-)

Septum deviasi Dasar hidung Konka inferior Konka media

TENGGOROKAN
Arkus faring Pilar anterior Uvula Dinding faring Mukosa faring Tonsil Gigi geligi KGB regional Palatum Durum Palatum Mole Simetris, massa (-) Simetris Ukuran dan bentuk normal, letak lurus di tengah Granula (-), cobble stone appearance (-) Hiperemis (-), post nasal drip (-) , massa (-), Pseudomembran (-), granul (-) , bercak-bercak putih (-) T1 T1, hiperemis -/Lengkap, Caries gigi (-) , tambalan (-), nyeri ketok (-) KGB tidak teraba membesar Simetris, massa (-) Simetris, massa (-), bercak-bercak keputihan (-)

IV.

KESIMPULAN

Pasien perempuan usia 21 tahun datang ke poli THT dengan keluhan telinga kanan seperti ditusuk- tusuk sejak 2 hari SMRS. Telinga seperti tertutup dan pendengaran menurun pada telinga kanan. Riwayat pilek sejak 1 bulan SMRS dan sampai sekarang. Batuk kering.

Pada pemeriksaan fisik telinga didapatkan pada telinga kanan tampak cairan di belakang timpani, dan terlihat suram. Pada telinga kiri dalam keadaan normal. Pada pemeriksaan pendengeran didapatkan tuli konduktif pada telinga kanan.

V.

DIAGNOSIS : OME AD

dd/ OMA AD stadium supuratif

VI. 1. 2. 3. 4.

PENATALAKSANAAN : Antibiotik spektrum luas (Amoxicilin 500 mg 3 dd1) Mukolitik ( ambroxol 30 mg 3 dd 1) Kortikosteroid ( dexamethasone tab 0,7 mg 3 dd1) Antihistamin dan dekongestan ( Rhinos SR Capsule 2 dd 1 )

TINJAUAN PUSTAKA OTITIS MEDIA EFUSI (OME)

Definisi

OME ( Otitis media Efusi) Merupakan nama lain dari Otitis media non supuratif, otitis media musinosa, , otitis media sekretoria, otitis mucoid ( glue ear).1 Otitis media serosa adalah keadaan terdapatnya sekret yang nonpurulen ditelinga tengah, sedangkan membran timpani utuh. Adanya cairan di telinga tengah dengan membran timpani utuh tanpa tanda- tanda infeksi disebut juga otitis media dengan efusi. Apabila efusi tersebut encer disebut otitis media serosa dan apabila efusi tersebut kental seperti lem disebut otitis media mukoid ( glue ear). Otitis media serosa terjadi terutama akibat adanya transudat atau plasma yang mengalir dari pembuluh arah ke telinga tengah yang sebagian besar terjadi akibat adanya perbedaan tekanan hidrostatik, sedangkan pada otitis media mukoid, cairan yang ada di telinga tengah timbul akibat sekresi aktif dari kelenjar dan kista yang terdapat didalam mukosa telinga tengah, tuba eustachius, dan rongga mastoid. Faktor yang berperan utama dalam keadaan ini adalah terganggunya fungsi tuba eustachius. Faktor lain yang dapat berperan sebagai penyebab adalah adenoid hipertrofi, adenoid hipertrofi, adenoitis, sumbing palatum (cleft palate), tumor di nasofaring, barotrauma, sinusitis, rinitis, defisiensi imunologik atau metabolik. Keadaan alergik sering berperan sebagai faktor tambahan dalam timbulnya cairan di telinga tengah ( efusi di telinga tengah).1 Beberapa ahli memberi batasan yaitu otitis media efusi adalah keadaan terdapat cairan di telinga tengah baik berbentuk nanah. Sekret encer, ataupun sekret yang kental ( mukoid/ glue ear). Dengan kata lain otitis media efusi dapat berupa OMA,OMS ( otitis media serosa), atau OMM( otitis media mukoid).1 Istilah otitis media serosa/ otitis media sekretoria/otitis media mukoid/otitis media efusi terbatas pada keadaan dimana terdapat efusi dalam kavum timpani dengan membran timpani utuh tanpa ada tanda- tanda radang. Bila efusi tersebut berbentuk pus, membran timpani utuh dan disekitar tanda- tanda radang maka disebut otitis media akut.1

Etiologi

Otitis media serosa akut adalah keadaan terbentuknya sekret di telinga tengah secara tiba yang disebabkan oleh gangguan fungsi tuba.1 Gangguan fungsi tuba eustachius merupakan penyebab utama. Gangguan tersebut dapat terjadi pada:2

1. Kegagalan fungsi tuba Eustachi. Disebabkan oleh: a) Hiperplasia adenoid b) Rinitis kronik dan sinusitis c) Tonsilitis kronik. pembesaran tonsil akan menyebabkan obstruksi mekanik pada pergerakan palatum molle dan menghalangi membukanya tuba Eustachi. d) Tumor nasofaring yang jinak dan ganas. Kondisi ini selalu menyebabkan timbulnya otitis media unilateral pada orang dewasa. e) Defek palatum, misalnya celah pada palatum atau paralisis palatum.3

2. Alergi Alergi inhalans atau ingestan sering terjadi pada anak-anak. Ini tidak hanya menyebabkan tersumbatnya tuba eustachi oleh karena udem tetapi juga dapat mengarah kepada peningkatan produksi sekret pada mukosa telinga tengah.3

3. Otitis media yang belum sembuh sempurna Terapi antibiotik yang tidak adekuat pada OMSA dapat menonaktifkan infeksi tetapi tidak dapat menyembuhkan secara sempurna. Akan menyisakan infeksi dengan grade yang rendah Proses ini dapat merangsang mukosa untuk menghasilkan cairan dalam jumlah banyak. Jumlah sel goblet dan kelenjar mukus juga bertambah.3

4. Infeksi virus Berbagai virus adeno dan rino pada saluran pernapasan atas dapat menginvasi telinga tengah dan merangsang peningkatan produksi sekret.3

Epidemiologi

Infeksi telinga tengah menjadi masalah medis yang paling sering pada bayi dan anakanak umur pra sekolah, dan diagnosa utama yang paling sering pada anak-anak yang lebih muda dari usia 15 tahun yang diperiksa di tempat praktek dokter.4

Pada tahun 1990, 12.8 juta kejadian otitis media terjadi pada anak-anak usia di bawah 5 tahun. Anak-anak dengan usia di bawah 2 tahun, 17% memiliki peluang untuk kambuh kembali. 30-45% anak-anak dengan OMA dapat menjadi OME setelah 30 hari, dan 10% lainnya menjadi OME setelah 90 hari, sedikitnya 3.84 juta kasus OME terjadi pada tahun tersebut; 1.28 juta kasus menetap setelah 3 bulan.4 Sebagaimana halnya dengan kejadian infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), otitis media juga merupakan salah satu penyakit langganan anak. Di Amerika Serikat, diperkirakan 75% anak mengalami setidaknya satu episode otitis media sebelum usia tiga tahun dan hampir setengah dari mereka mengalaminya tiga kali atau lebih. Di Inggris, setidaknya 25% anak mengalami minimal satu episode sebelum usia sepuluh tahun. Di negara tersebut otitis media paling sering terjadi pada usia 3-6 tahun.5

Patogenesis

Otitis media dengan efusi (OME) dapat terjadi selama resolusi otitis media akut (OMA) sekali peradangan akut telah teratasi. Di antara anak-anak yang telah memiliki sebuah episode dari otitis media akut, sebanyak 45 % memiliki efusi persisten setelah 1 bulan, tetapi jumlah ini menurun menjadi 10 % setelah 3 bulan. Terdapat 3 fungsi utama tuba eustachius yaitu ventilasi untuk menjaga agar tekanan udara antara telinga tengah dan telinga luar selalu sama, pembersihan sekret dan sebagai proteksi pada telinga tengah. Gangguan fungsi yang dapat disebabkan oleh sejumlah keadaan dari penyumbatan anatomi peradangan sekunder terhadap alergi , infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) atau trauma. Jika gangguan fungsi tuba eustachius berlangsung terus-menerus, tekanan negatif berkembang dalam telinga tengah dari penyerapan dan atau penyebaran nitrogen serta oksigen ke dalam sel mukosa telinga tengah. Jika berlangsung cukup lama dengan sejumlah besar yang sesuai, terjadi transudasi dari mukosa akibat tekanan negatif yang menyebabkan terjadinya akumulasi serosa dengan dasar efusi yang steril. Disebabkan gangguan fungsi dari tuba eustachius, efusi menjadi media yang baik untuk perkembangbiakan bakteri dan bisa mengakibatkan terjadinya otitis media akut.1,5 Hampir keseluruhan otitis media efusi disebabkan gangguan fungsi tuba eustachius. Apabila peradangan dan infeksi bakteri akut telah jelas, kegagalan dari mekanisme pembersihan telinga tengah memungkinkan terjadinya efusi pada telinga tengah. Banyak

faktor yang telah terlibat dalam kegagalan dari mekanisme pembersihan , termasuk gangguan fungsi siliar, edema mukosa, hiperviskositas efusi, dan tekanan udara antar telinga tengah dan telinga luar yang tidak baik.1,5 Faktor yang berperan utama dalam keadan ini adalah terganggunya fungsi tuba Eustachius. Faktor lain yang dapat berperan sebagai penyebab adalah adenoid hipertrofi, adenoitis, sumbing palatum (cleft-palate), tumor di nasofaring, barotraumas, sinusitis, rhinitis, defisiensi imunologik atau metabolic. Keadaan alergik sering berperan sebagai factor tambahan dalam timbulnya cairan di telinga tengah (efusi ditelinga tengah). Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas seperti radang tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran Eustachius. Saat bakteri melalui saluran Eustachius, mereka dapat menyebabkan infeksi di saluran tersebut sehingga terjadi pembengkakan di sekitar saluran, tersumbatnya saluran, dan datangnya selsel darah putih untuk melawan bakteri. Sel-sel darah putih akan membunuh bakteri dengan mengorbankan diri mereka sendiri. Sebagai hasilnya terbentuklah nanah dalam telinga tengah. Selain itu pembengkakan jaringan sekitar saluran Eustachius menyebabkan lendir yang dihasilkan sel-sel di telinga tengah terkumpul di belakang gendang telinga. Jika lendir dan nanah bertambah banyak, pendengaran dapat terganggu karena gendang telinga dan tulang-tulang kecil penghubung gendang telinga dengan organ pendengaran di telinga dalam tidak dapat bergerak bebas. Kehilangan pendengaran yang dialami umumnya sekitar 24 desibel (bisikan halus). Namun cairan yang lebih banyak dapat menyebabkan gangguan pendengaran hingga 45 desibel (kisaran pembicaraan normal). Selain itu telinga juga akan terasa nyeri. Dan yang paling berat, cairan yang terlalu banyak tersebut akhirnya dapat merobek gendang telinga karena tekanannya. Klasifikasi 1. Otitis media serosa akut1 Otitis media serosa akut adalah keadaan terbentuknya sekret di telinga secara tiba-tiba yang disebabkan oleh gangguan fungsi tuba. Kadaan akut ini dapat disebakan antara lain oleh: Sumbatan tuba, dimana terbentuk cairan di telinga tengah disebabkan oleh tersumbatnya tuba secara tiba-tiba seperti pada barotrauma.

Virus. Terbentuknya cairan ditelinga tengah yang berhubungan dengan infeksi virus pada jalan nafas atas Alergi terbentuknya cairan ditelinga tengah yang berhubungan dengan keadaan alergi pada jalan nafas atas Idiopatik

2.

Otitis media serosa kronik1 Batasan antara kondisi otitis media kronik hanya pada cara terbentuknya secret. Pada otitis media serosa akut secret terjadi secara tiba-tiba di telinga tengah dengan disertai rasa nyeri pada telinga, sedangkan pada keadaan kronis secret terbentuk secara bertahap tanpa rasa nyeri dengan gejala-gejala pada telinga yang berlangsung lama. Otitis media serosa kronik lebih sering terjadi pada anak-anak, sedangkan otitis media serosa akut lebih sering terjadi pada orang dewasa. Otitis media serosa unilateral pada orang dewasa tanpa penyebab yang jelas harus selalu difikirkan kemungkinan adanya karsinoma nasofaring. Sekret pada otitis ,.media serosa kronik dapat kental seperti lem, maka disebut glue ear. Otitis media serosa kronik dapat juga terjadi sebagai gejala sisa dari otitis media akut (OMA) yang tidak sembuh sempurna.

Diagnosis 1. Anamnesa1,2 a) Telinga terasa penuh, terasa ada cairan (grebeg-grebeg) b) Pendengaran menurun c) Terdengar suara dalam telinga sewaktu menelan atau menguap 2. Pemeriksaan fisik :1,6 a. pemeriksaan fisik memperlihatkan imobilitas gendang telinga pada penilaian otoskop pneumatik. Setelah otoskop ditempelkan rapat-rapat pada liang telinga, diberikan tekanan positif dan negative. Jika terdapat udara dalam tympanum, maka udara itu akan

tertekan sehingga membrana timpani akan terdorong ke dalam pada pemberian tekanan positif, dan keluar pada tekanan negatif. Gerakan menjadi lamban atau tidak terjadi pada otitis media serosa atau mukoid. Pada otitis media serosa, membrane timpani tampak berwarna kekuningan, sementara pada otitis media mukoid terlihat lebih kusam dan keruh. Maleus tampak pendek, retraksi dan berwarna putih kapur. Kadang-kadang tinggi cairan atau gelembung otitis media serosa dapat tampak lewat membrane timpani yang semitransparan. Membrane timpani dapat berwarna biru atau keunguan bila ada produk-produk darah dalam telinga. otitis media serosa akut : pada otoskopi terlihat mebrana timpani retraksi. Kadang- kadang tampak gelembung udara (air bubles) atau permukaan cairan dalam kavum timpani (air-fluid level). otitis media serosa kronik : pada otoskopi terlihat mebrana timpani utuh, retraksi, suram, kuning kemerahan atau keabu-abuan.

b. c.

reflek cahaya berubah atau menghilang garpu tala : untuk membuktikan adanya tuli konduksi

3.

Pemeriksaan penunjang (bila tersedia sarana) a) Audiogram : tuli konduktif b) Timpanogram : mengukur gerakan gendang telinga, ketika cairan didalam telinga tengah, gerakan gendang telinga akan terbatas.

Pengobatan

Pengobatan medis termasuk antibiotik, antihistamin, dekongestan, latihan ventilasi tuba eustakius dan hiposensitisasi alergi. Hiposensitisasi alergi hanya dilakukan pada kasuskasus yang jelas memperlihatkan alergi dengan tes kulit. Bila terbukti alergi makanan, maka diet perlu di batasi. Antihistamin hanya diberikan pada anak-anak atau dewasa dengan kongesti hidung atau sinus penyerta. Antihistamin maupun dekongestan tidak berguna bila tidak ada kongesti nasofaring. Pasien kemudian dinilai akan adanya gangguan penyerta lain seperti sinusitis kronik, polip hidung, obstruksi hidung, dan hipertrofi adenoid. Penatalaksanaan medis pada otitis media serosa diteruskan selama 3 bulan. Dalam jangka

waktu tersebut, cairan telah menghilang pada 90 persen pasien. Cairan yang tetap bertahan merupakan indikasi koreksi bedah. Koreksi ini terdiri dari suatu insisi miringotomi, pengeluaran cairan, dan seringkali juga pemasangan suatu tuba penyeimbang tekanan. Tuba penyeimbang tekanan ini berfungsi sebagai ventilasi yang memungkinkan udara masuk ke dalam telinga atengah, dengan demikian menghilangkan keadaan vakum, dan membiarkan cairan mengalir dan diabsorpsi.6

Antibiotik yang digunakan7 :

Lini pertama : Amoksisilin 500 mg p.o 7-10 hari atau jika alergi, Eritromycin 333 mg p.o 7-10 hari Lini kedua : Augmentin (amoxicillin dan asam clavulanic ) 875 mg 7-10 hari atau

Pediazole (Pediatrics) atau Sefalosporin generasi 3. Keputusan untuk melakukan intervensi bedah tidak hanya berdasarkan lamanya penyakit. Derajat gangguan pendengaran dan frekuensi serta parahnya gangguan pendahulu yang juga perlu dipertimbangkan. Gangguan seringkali bilateral, namun anak dengan cairan yang sedikit, gangguan pendengaran minimal, atau dengan gangguan unilateral dapat diobati lebih lama dengan pendekatan yang lebih konservatif. Sebaliknya, penipisan membrane timpani, retraksi yang dalam, gangguan pendengaran yang bermakna dapat merupakan indikasi untuk miringotomi segera. Tuba ventilasi dibiarkan pada tempatnya sampai terlepas sendiri dalam jangka waktu enam bulan hingga satu tahun. Sayangnya karena cairan sering kali berulang, beberapa anak memerlukan tuba yang dirancang khusus sehingga dapat bertahan lebih dari satu tahun. Keburukan tuba yang tahan lama ini adalah menetapnya perforasi setelah tuba terlepas. Pemasangan tuba ventilasi dapat memulihkan pendengaran dan membenarkan membrane timpani yang mengalami retraksi berat terutama bila ada tekanan negative yang menetap.6 Keburukan utama dari tuba ventilasi adalah telinga tengah perlu dijaga agar tetap kering. Untuk tujuan ini telah dikembangkan berbagai macam sumbat telinga. Insisi miringotomi dan pemasangan tuba telah dikaitkan dengan pembentukan kolesteatoma pada beberapa kasus (jarang). Drainase melalui tuba bukannya tidak sering terjadi, dan dapat dikaitkan dengan infeksi saluran napas atas, atau memungkinkan air masuk ke dalam telinga tengah, dan pada kasus-kasus tertentu dapat merupakan masalah menetap yang tidak bisa

dijelaskan. Pada kasus-kasus demikian, penanganan medis dengan antibiotik sistemik atau tetes telinga harus diteruskan untuk waktu yang lebih lama bahkan saat tuba masih terpasang.6 Gagalnya penanganan dengan cara ini mengharuskan radiogram mastoid dan penilaian lebih lanjut. Manfaat adenoidektomi pada otitis media serosa kronik masih diperdebatkan. Tentunya tindakan ini cukup berarti pada individu dengan adenoid yang besar sehingga menyebabkan obstruksi hidung dan nasofaring. Namun sebagian besar anak tidak memenuhi kategori tersebut. Manfaat adenoidektomi pada anak dengan jaringan adenoid berukuran sedang dan dengan infeksi berulang masih dalam penilaian. Penelitian mutakhir (Gates) melaporkan bahwa adenoidektomi terbukti menguntungkan sekalipun jaringan adenoid tersebut tidak menyebabkan obstruksi.6 Cairan di telinga tengah juga dapat terjadi pada orang dewasa. Paling sering, masalah cairan pada orang dewasa mengikuti infeksi pernafasan atas: sinusitis, alergi berat, atau terbang dengan pilek. Sebuah kombinasi dekongestan dan antibiotik biasanya akan membersihkan infeksi dan memungkinkan cairan mengalir. Pada beberapa orang dewasa, terutama mereka dengan kondisi hidung atau sinus yang mendasari, cairan mungkin tidak jelas. Pengobatan tambahan diperlukan oleh pasien. Obat yang mengandung kortison, seperti Prednison atau Medrol, dapat diberikan selama enam atau tujuh hari. Mereka sering efektif dalam membersihkan cairan ketika pengobatan lain gagal. Pengobatan OME langsung diarahkan untuk memperbaiki ventilasi normal telinga tengah. Untuk kebanyakan penderita, kondisi ini diperoleh secara alamiah, terutama jika berasosiasi dengan ISPA yang berhasil disembuhkan. Artinya banyak OME yang tidak membutuhkan pengobatan medis. Akan lebih baik menangani faktor predisposisi-nya, misalnya: jika dikarenakan barotrauma, maka aktivitas yang berpotensi untuk memperoleh barotrauma berikutnya, seperti: penerbangan atau menyelam, sebaiknya dihindarkan. Strategi lainnya adalah menghilangkan atau menjauhkan dari pengaruh asap rokok, menghindarkan anak dari fasilitas penitipan anak, menghindarkan berbagai alergen makanan atau lingkungan jika anak diduga kuat alergi atau sensitif terhadap bahan-bahan tersebut.6 Pengobatan pada barotrauma biasanya cukup dengan cara konservatif saja, yaitu dengan memberikan dekongestan lokal atau dengan melakukan perasat Valsava selama tidak terdapat infeksidi jalan napas atas. Apabila cairan atau cairan yang bercampur darah menetap

di telinga tengah sampai beberapa minggu, maka dianjurkanuntuk tindakan miringotomi dan bila perlu memasang pipa ventilasi (Grommet).1 Usaha pereventif terhadap barotrauma dapat dilakukan dengan selalu mengunyah permen karet atau melakukan perasat Valsalva, terutama sewaktu pesawat terbang mulai turun untuk mendarat.1 Jika OME ternyata menetap dan mulai bergejala, maka pengobatan medis mulai diindikasikan, seperti:

1.

Antihistamin atau dekongestan. Rasionalisasi kedua obat ini adalah sebagai hasil komparasi antara sistem telinga tengah

dan mastoid terhadap sinus paranasalis. Karena antihistamin dan dekongestan terbukti membantu membersihkan dan menghilangkan sekresi dan sumbatan di sinonasal, maka tampaknya logis bahwa keduanya dapat memberikan efek yang sama untuk OME. Jika ternyata alergi adalah faktor etiologi OME, maka kedua obat ini seharusnya memberikan efek yang menguntungkan terhadap OME. 5,6,9

2. Mukolitik. Dimaksudkan untuk merubah viskoelastisitas mukus telinga tengah untuk memperbaiki transport mukus dari telinga tengah melalui TE ke nasofaring. Namun demikian mukolitik ini tidak memegang peranan penting dalam pengobatan OME.6

3.

Antibiotik. Pemberian obat ini harus dipertimbangkan secara hati-hati. Karena OME bukanlah

infeksi sebenarnya (true infection). Meskipun demikian OME seringkali diikuti oleh OMA, di samping itu isolat bakteri juga banyak ditemukan pada sampel cairan OME. Organisme tersering ditemukan adalah S. pneumoniae, H. influenzae non typable, M. catarrhalis, dan grup A streptococci, serta Staphyllococcus aureus. Controlled studies menunjukkan antibiotika golongan amoksisilin, amoksisilin-klavulanat, sefaklor, eritromisin, trimetropimsulfametoksazol, atau eritromisin-sulfisoksazole, dapat memperbaiki klirens efusi dalam 1 bulan. Pemberian antibiotika juga meliputi dosis profilaksis yaitu dosis yang digunakan

pada infeksi akut. Namun demikian perlu dipertimbangkan pula hubungan antara antibiotika profilaksis dengan tingginya prevalensi dan meningkatnya spesies bakteri yang resisten. 5,6,9

4.

Kortikosteroid. Beberapa klinisi mengusulkan pemberian kortikosteroid untuk mengurangi respon

inflamasi di kompleks nasofaring-tuba Eustachius dan menstimulasi agent-aktif di permukaan tuba Eustachius dalam memfasilitasi pergerakan udara dan cairan melalui tuba Eustachius. Pemberian dapat berupa kortikosteroid oral atau topikal (nasal), ataupun kombinasi. Berdasarkan clinical guidance 1994, pemberian steroid bersama-sama antibiotika pada anak usia 1-3 tahun mampu memperbaiki klirens OME dalam 1 bulan sebesar 25%. Namun demikian karena hanya memberikan hasil jangka pendek dengan kejadian OME rekuren yang tinggi, serta resiko sekuele maka kortikosteroid tidak lagi direkomendasikan.1,5,6 5. Myringotomy Anak-anak yang tidak dapat di terapi dengan antibiotik profilaksis atau dalam masa infeksi/peradangan dapat disarankan untuk dilakukan operasi myringotomy. Prosedur ini dilakukan di bawah anestesi umum.2 Operasi yang disebut myringotomy meliputi pembukaan kecil (small surgical incision : melubangi gendang telinga untuk mengeluarkan cairan yang menumpuk di belakangnya) ke dalam gendang telinga untuk mengeluarkan cairan dan menghilangkan rasa sakit. Bukaan (potongan/insisi) ini akan sembuh dalam beberapa hari tanpa tanda atau luka pada gendang telinga.5,7,9 Terkadang dibuat dua insisi pada membran timpani, insisi pertama di daerah anteroinferior dan insisi kedua di daerah anterosuperior, untuk mengaspirasi sekret yang tebal seperti lem.10 Myringotomy juga hanya dilakukan pada kasus-kasus khusus di mana terjadi gejala yang sangat berat atau ada komplikasi. Cairan yang keluar harus dikultur.5,7,9

6. Pemasangan Tube Ventilasi (Grommet's Tube) Terkadang tube ventilasi (umumnya dikenal sebagai Grommets tube) diletakan di dalam bukaan tadi jika masalah tetap ada setelah jangka waktu yang lama.

Tube ventilasi ini dipasang sifatnya sementara, berlangsung 6 hingga 12 bulan di dalam telinga hingga infeksi telinga bagian tengah membaik dan sampai tuba Eustachi kembali normal. Selama masa penyembuhan ini, harus dijaga agar air tidak masuk kedalam telinga karena akan menyebabkan infeksi lagi. Selain daripada itu, tube tidak akan menyebabkan masalah lagi, dan akan terlihat perkembangan yang sangat baik pada pendengaran dan penurunan pada frekuensi infeksi telinga.7 Terapi pembedahan (operatif) untuk faktor predisposisi, mungkin dibutuhkan adenoidektomi, tonsilektomi dan mencuci (membersihkna) sinus maksillaris. Hal ini biasanya dilakukan pada waktu dilakukannya myringoktomi.10 Adenoid merupakan massa yang terdiri dari jaringan limfoid pada dinding posterior nasofaring di atas batas palatum molle dan termasuk dalam cincin waldeyer. Secara fisiologik pada anak-anak, adenoid dan tonsil mengalami hipertrofi. Adenoid ini membesar pada anak usia 3 tahun dan kemudian mengecil dan menghilang sama sekali pada usia 14 tahun.1,6,11 Apabila sering terjadi infeksi pada saluran napas bagian atas, maka dapat terjadi hipertrofi adenoid yang akan mengabatkan sumbatan pada koana, sumbatan tuba eustachius serta gejala umum. Akibat sumbatan koana maka pasien akan bernapas lewat mulut sehingga terjadi: a. Jika berlangsung lama menyebabkan palatum durum lengkungnya menjadi tinggi dan sempit, area dentalis superior lebih sempit dan memanjang daripada arcus dentalis inferior hingga terjadi malocclusio dan overbite (gigi incisivus atas lebih menonjol ke depan). b. Muka penderita kelihatannya seperti anak yang bodoh, dan dikenal sebagai facies adenoidea. c. Mouth breathing juga menyebabkan udara pernafasan tidak disaring dan kelembabannya kurang, sehinnga mudah terjadi infeksi saluran pernafasan bagian bawah. d. Pada sumbatan, tuba eustachius akan terjadi otitis media serosa baik rekuren maupun otitis medis akut residif, otitis media kronik dan terjadi ketulian. Obstruksi ini juga menyebabkan perbedaan dalam kualitas suara.1

Gejala umum yang ditemukan pada hipertrofi adenoid yaitu gangguan tidur, tidur ngorok/mendengkur, retardasi mental dan pertumbuhan fisis kurang dan dapat menyebabkan sumbatan pada jalan napas bagian atas yang dapat mencetuskan kor pulmonale dimana sukar disembuhkan dengan penggunaan diuretik tetapi memberikan respon yang cepat terhadap adenoidektomi.9 Diagnosis banding Otitis media supuratif akut tipe kataral

Komplikasi

Akibat lanjut OME dapat mengakibatkan hilangnya fungsi pendengaran sehingga akan mempengaruhi perkembangan bicara dan intelektual. Perubahan yang terjadi pada telinga tengah dapat mengakibatkan penyakit berlanjut menjadi otitis media adesiva dan otitis media kronis maligna.12,13

ANALISA KASUS

Pada kasus ini didiagnosis OME berdasarkan anamnesis yaiitu pasien perempuan usia 21 tahun pada mengeluh pendengaran seperti ditusuk- tusuk dan mengalami penurunan pendengaran sejak 2 hari SMRS. Pasien juga mengeluh mengeluh pilek dirasakan sudah dirasakan sejak 1 bulan SMRS. Pada pemeriksaan telinga menggunakan otoskop pada telinga kanan terdapat membran timpani utuh dengan terlihat cairan dibelakang membran timpani, serta membran timpani yang tampak suram. Pada pemeriksaan garputala terdapat tuli konduktif pada telinga kanan. Berdasarkan tinjauan pustaka OME atau Otits media serosa akut merupakan keadaan dimana terdapatnya sekret yang nonpurulen ditelinga tengah, sedangkan membran timpani utuh. Adanya cairan di telinga tengah dengan membran timpani utuh tanpa tanda- tanda infeksi. Faktor yang berperan utama dalam keadaan ini adalah terganggunya fungsi tuba eustachius. Tanda dan gejala pasien dapat mengeluh rasa tersumbat pada telinga, rasa sedikit nyeri dalam telinga (terjadi pada saat awal tuba terganggu), Pada otoskopi terlihat membran timpani retraksi, serta Tuli konduktif.1 Pengobatan yang diberikan pada pasien ini yaitu pengobatan medikal seperti Antibiotik, mukolitik, kortikosteroid, dan anti histamin.

Refferensi

1. Soepardi, Efiaty Arsyad; Iskandar, Nurbaiti. Editor: Otitis Media Non-Supuratif. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga-Hidung-Tenggorokan Kepala Leher. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2005. p 58-60. 2. http://www.akronent.com/infections.php, Diunduh tanggal 6 september 2013. 3. Rauch, Daniel. 2009. Otitis Media With Effusion. Di unduh dari http://www.midlineplus/healthtopics.html. 4. Dhingra, PL. Editor: Otitis Media With Effusion. Disease of Ear, Nose and Throat. New Delhi: B.I.Churchill Livingstone Pvt ltd.2005.p 64-67. 5. Media, Wiki. 2009. Di unduh dari http://id.wikipedia.org/wiki/Telinga. 6. Megantara, Imam. 2008. Informasi Kesehatan THT: Otitis Media Efusi. [5 screens] Cited 15 Juni 2009. Available from: http://www.perhati-kl.org/ 7. Ramakrishnan, Kalyanakrishnan. Editor. 2007. American Family Physician. [10 screeens]. Cited 22 Juni 2009. Available from : www.aafp.org/afp//AFPprinter/20071201/1650.html 8. Arifiani, Novi. 2004. Pengaruh Kebisingan terhadap Kesehatan Tenaga Kerja. di unduh dari: http://www.Cerminduniakedokteran.com. 9. Otitis Media. Diunduh dari: http://www.texasearcenter.com/eardisorders/om.asp. 10. Commerse. 2009. Infeksi Telinga dan Tuli. Di unduh dari: http://www.entsurgery.com.sg/indo/index.php 11. Efendi, Harjanto; Santoso Kuswidayati. Editor: Penyakit Telinga Tengah dan Mastoid. BOIES Buku Ajar Penyakit THT, Ed.6. Jakarta: EGC. 2005.p 97-98. 12. Bluestone CD, Klien JO Otitis media in infant and children In Bluestone et al eds. Pediatrics Otolaryngology 2 ed Philadelphia WB Saunders Co, 1995. 13. Rosenfeld RM and Bluestone CD. Evidence based media Stephen Berman, MD eds. Canada BC Decker Inc. 1999.

Anda mungkin juga menyukai