Anda di halaman 1dari 6

TUGAS II TEKNOLOGI PEMBELAJARAN

Human Encapsulation (Keterbatasan Manusia)

Oleh: Eka Paramita Putri NIM: 1102652 3F1,2

Program Studi Pendidikan Teknik Informatika Universitas Negeri Padang 2013

Keterbatasan manusia adalah suatu keadaan yang menunjukkan bahwa manusia memiliki keterbatasan, baik dalam pikiran, perasaan, perbuatan, maupun dalam karya manusia. Manusia mampu membuat pesawat dengan teknologi yang sangat tinggi, namun tetap saja ada kerusakan yang terjadi. Hal tersebut menunjukkan bahwa sehebat apapun, manusia tetap memiliki keterbatasan. Namun dengan keterbatasan yang dimiliki bukanlah sebuah halangan ataupun alasan bagi manusia untuk berkarya.

1. Memori.

Secara etimologi (asal kata), memori adalah keberadaan akan pengalaman masa lampau yang hidup kembali, catatan yang berisi penjelasan, alat di komputer yang dapat menyimpan dan merekam informasi. Memori juga berarti ingatan yang mempunyai arti lebih luas yaitu: 1. 2. 3. 4. Apa yang diingat, yang terbayang di pikiran sepanjang ingatan. Alat atau daya batin untuk mengingat atau menyimpan sesuatu yang pernah diketahui (dipahami atau dipelajari). Pikiran, dalam arti angan-angan, kesadaran. Apa yang terbit di hati, seperti niat atau cita-cita.

Gros dan CO mengatakan: Kapasitas neuropsikologi dari otak manusia untuk memproses dan merekam informasi dapat merupakan faktor pembatas yang dominan untuk pertumbuhan keseluruhan informasi yang tersimpan secara global, dengan kenyataan kendala ekonomi hanya memiliki pengaruh yang diabaikan.

Dengan kata lain, informasi global tidak dapat tumbuh lebih cepat daripada kemampuan kita untuk menyerap atau memonitor itu. Hal ini masuk akal dan menimbulkan beberapa opsi yang menarik untuk penelitian masa depan. Misalnya, akan menarik untuk melihat bagaimana kecerdasan mesin bisa mengubah persamaan ini. Sangat mungkin bahwa mesin dapat dirancang untuk mendistorsi hubungan kita dengan informasi. John von Neumann di Universitas Yale tahun 1956 pernah memperkirakan kapasitas otak manusia sebesar tiga puluh lima exabyte (satu exa=seribu peta=sejuta tera=semiliar giga). Prof Ralph Merkle dari Georgia Tech mengusulkan melakukan eksperimen langsung yang mencatat kapasitas otak secara langsung. Ia mengambil beberapa hasil studi sebelumnya, dan melakukan kalkulasi ulang. Hasilnya mengesankan sekali. Kapasitas memori kita diperkirakan hanya sekitar 200 megabyte. Otak kita sangat istimewa karena dia tak melakukan processing dan penyimpan seperti komputer. Otak mampu melakukan pengelolaan sumber daya memori yang luar biasa sehingga dengan kapasitas sekian, ia mampu menyimpan dan mengolah informasi jauh lebih handal daripada komputer. Menurut MIT Technology Review telah muncul bukti bahwa kapasitas otak untuk menyerap informasi membatasi jumlah data yang dapat dihasilkan manusia:

2. Persepsi dan Representasi


Persepsi dalam psikologi diartikan sebagai salah satu perangkat psikologis yang menandai kemampuan seseorang untuk mengenal dan memaknakan sesuatu objek yang ada di lingkungannya. Menurut Scheerer persepsi adalah representasi fenomenal tentang objek distal sebagai hasil dari pengorganisasian dari objek distal itu sendiri, medium dan rangsangan proksinal (Salam, 1994). Dalam persepsi dibutuhkan objek atau stimulus yang mengenai alat indera dengan perantaraan syaraf sensorik, kemudian diteruskan ke otak sebagai pusat kesadaran (proses psikologis). Selanjutnya, dalam otak terjadilah sesuatu proses hingga individu itu dapat mengalami persepsi (proses psikologis). Proses pemaknaan persepsi yang bersifat psikologis sangat dipengaruhi oleh pengalaman, pendidikan dan lingkungan sosial secara umum. Sarwono (1993) mengemukakan bahwa persepsi juga dipengaruhi oleh pengalaman- pengalaman dan cara berpikir serta keadaan perasaan atau minat tiap-tiap orang. Sehingga persepsi seringkali dipandang bersifat subjektif. Karena itu tidak mengherankan jika seringkali terjadi perbedaan paham yang disebabkan oleh perbedaan persepsi antara 2 orang terhadap 1 objek. Persepsi tidak sekedar pengenalan atau pemahaman, tetapi juga evaluasi bahkan persepsi juga bersifat inferensional (menarik kesimpulan).

Kekeliruan atau perbedaan persepsi ini dapat membawa macam- macam akibat dalam hubungan antar manusia. Persepsi sosial berhubungan dengan adanya rangsangan-rangsangan sosial. Rangsangan- rangsangan sosial ini dapat mencakup banyak hal, dapat terdiri dari (a) orang atau orangorang berikut ciri-ciri, kualitas, sikap dan perilakunya, (b) persitiwa-peristiwa sosial dalam pengertian peristiwa-peristiwa yang melibatkan orang-orang, secara langsung maupun tidak langsung, normanorma, dan lain-lain. Penelitian lain menunjukkan bahwa proses persepsi juga dipengaruhi oleh pengalaman belajar dari masa lalu, harapan dan preferensi (Bartol & Bartol, 1994). Terkait dengan persepsi sosial, Istiqomah menyebutkan ada 3 hal yang mempengaruhi, yakni; Pertama, variabel obyek-stimulus. Kedua, variabel latar atau suasana pengiring keberadaan obyek-stimulus. Ketiga, variabel diri preseptor (pengalaman, intelegensia, kemampuan menghayati stimuli, ingatan, disposisi kepribadian, sikap, kecemasan, dan pengharapan).

Representasi sosial merupakan asusumsi dasar pengetahuan kita tentang dunia untuk berpartisipasi dalam proses intersaksi sosial. Ini merupakan pandangan sosial untuk mempertahankan identitasnya dari gempuran dari luar. Dalam pandangan Moscovici (1973), representasi sosial merupakan system kognitif, logika dan bahasa. Seperti di kutip oleh Shikha Dixit58 berikut; . . . social representations are cognitive systems with a logic and language of their own and a pattern of implications, relevant to both values and concepts, and with a characterstic kind of discourse. They do not represent simply opinions about, images of or attitudes towards but theories or branches of knowledge in their own right, for the discovery and organization of reality.59

Barker (2000), memahami bahwa, representasi mengandung makna pelibatan (inklusi) dan penyingkiran (ekslusi). Eksklusi dan inklusi selalu terkandung dalam proses kuasa. Pemahaman singkat yang diajukan oleh Chris Barker di atas sebenarnya memiliki uraian yang cukup panjang dalam konteks kajian budaya. Pola-pola representasi tidak serta merta berhubungan erat dengan rajutan dua identitas kebudayaan atau lebih yang membentuk pergumulan bersama, akan tetapi juga berkaitan erat dengan proses pembentukan sterotype. Menurut Dyer (dalam Barker 2000) stereotipe adalah pemberian ciri negatif terhadap orang-orang yang berbeda dengan diri kita.

Teori representasi ini, oleh peneliti ditempatkan bukan dalam konteks cara kerja kekuasaan selama ini membentuk identitas. Namun representasi dalam konteks penelitian ini adalah untuk mengetahui cara kerja kebudayaan komunitas Tengger memunculkan identitasnya, dan tentu saja cara kerjanya berbeda dengan formasi diskursif yang salama ini dihadirkan oleh kekuasaan. Sebagaimana yang disampaikan oleh Andrew Edgar dan Peter Sedgwick Key Concept in Cultural Theory bahwa representasi juga berkaitan erat dengan pola pola perjuangan dalam mengusung nilai-nilai keterwakilan, pelembagaan politik, serta tekanan-tekanan politik. Dia juga memahami bahwa, representasi juga berhubungan erat dengan pembentukan konstitusi politik melalui proses- proses politik. Proses-proses politik itu sendiri berkenaan dengan diskursus seputar ras dan etnisitas. Karena representasi tercipta dari proses-proses politik, maka representasi kebudayaan sebenarnya sangat terkait dengan modus kerja kekuasaan. Representasi bisa dilihat sebagai proses yang sengaja diciptakan untuk menandai kehadiran identitas yang lain, tetapi juga simbol dominasi kelompok yang mencipta.

3. Atensi
Atensi atau perhatian adalah pemrosesan secara sadar sejumlah kecil informasi dari sejumlah besar informasi yang tersedia. Informasi didapatkan dari penginderaan, ingatan maupun proseskognitif lainnya. Proses atensi membantu efisiensi penggunaan sumberdaya mental yang terbatas yang kemudian akan membantu kecepatan reaksi terhadap rangsang tertentu. Sumberdaya mental manusia yang terbatas untuk memroses suatu rangsang membutuhkan bantuan untuk mempercepat waktu reaksi. Mengarahkan pada suatu informasi tertentu akan mempercepat proses mental mengolah suatu rangsang. Misalnya dalam mengemudi, atensi yang mengarahkan pengemudi pada situasi jalan raya akan mempercepat reaksinya menginjak pedal rem jika menghadapi situasi membahayakan. Atensi juga terpengaruh oleh perbedaan usia, terutama pada masa anak. Groover menyebutkan bahwa faktor yang memengaruhi persepsi dan ingatan adalah perhatian (attention). Perhatian merupakan aktivitas menjaga sesuatu tetap dalam pikiran yang membutuhkan kerja mental dan konsentrasi. Terdapat 5 jenis perhatian, yaitu: 1. Perhatian selektif (Selective Attention) Perhatian selektif terdapat pada situasi dimana seseorang memantau beberapa sumber informasi sekaligus. Penerima informasi harus memilih salah satu sumber informasi yang paling penting dan mengabaikan yang lainnya. Faktor-faktor yang memengaruhi perhatian selektif adalah harapan, stimulus, dan nilai-nilai. Penerima informasi mengharapkan sebuah sumber tertentu menyediakan informasi dan memberikan perhatian lebih pada sumber tersebut, memilih stimulus yang paling memberikan efek atau terlihat dibanding yang lain, dan memilih sumber informasi yang paling penting. 2. Perhatian terfokus (Focused Attention) Perhatian terfokus mengacu pada situasi dimana seseorang diberikan beberapa input namun harus fokus pada satu input saja selama selang waktu tertentu. Penerima informasi berfokus pada satu sumber/input dan tidak terdistraksi oleh gangguan-gangguan lain. Faktor yang berpengaruh terhadap perhatian terfokus adalah jarak dan arah, serta gangguan dari lingkungan sekitar. Penerima informasi akan lebih mudah menerima informasi dari sumber yang berada langsung di depannya. 3. Perhatian terbagi (Divided Attention) Perhatian terbagi terjadi ketika penerima informasi diharuskan menerima informasi dari berbagai sumber dan melakukan beberapa jenis pekerjaan sekaligus.

4. Perhatian yang terus menerus (Sustained Attention) Perhatian terus menerus dilakukan penerima informasi yang harus melihat sinyal atau sumber pada jangka waktu tertentu yang cukup lama. Dalam situasi ini sangat penting bagi penerima informasi untuk mencegah kehilangan sinyal. 5. Kurang perhatian (Lack of Attention) Kurang perhatian merupakan situasi dimana penerima informasi tidak berkonsentrasi terhadap pekerjaannya. Situasi ini disebabkan oleh kebosanan/kejenuhan dan kelelahan. Ciri-ciri pekerjaan yang dapat menimbulkan situasi kurang perhatian adalah pekerjaan dengan siklus pendek, sedikit

membutuhkan pergerakan tubuh, lingkungan yang hangat, kurangnya interaksi dengan pekerja lain, motivasi rendah, dan tempat kerja memiliki pencahayaan yang buruk.

Atensi dapat merupakan proses sadar maupun tidak sadar. Proses otomatis tidak melibatkan kesadaran, misalkan mengarahkan pandangan pada rangsang yang menarik secara kognisi. Memperhatikan secara otomatis dilakukan tanpa bermaksud untuk memperhatikan suatu hal. Perhatian terhadap suatu hal atau tindakan dapat dibentuk sehingga menjadi otomatis (otomatisasi) melalui latihan dan frekuensi melakukan tindakan tersebut. Proses terkendali biasanya dikendalikan oleh kesadaran, bahkan membutuhkan kesadaran untuk dapat mengarahkan atensi secara terkendali. Biasanya proses terkendali membutuhkan waktu lebih lama untuk dilakukan, karena dilakukan secara bertahap.

Proses pembiasaan terhadap suatu hal selain membentuk proses otomatisasi, namun juga membentuk habituasi yang justru menyebabkan atensi menjadi berkurang pada hal-hal berkaitan yang tidak menjadi fokus dari pembiasaan. Penginput data di komputer lebih memperhatikan poin informasi yang biasa diinputnya, namun kadang-kadang luput membaca informasi yang berbeda dari biasanya. Proses pembiasaan tidak hanya menjalankan tugas atensi, namun juga tugas-tugas lainnya seperti motorik, mengingat dan lainlain.

Anda mungkin juga menyukai