Anda di halaman 1dari 3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Angka kematian balita di dunia mengalami penurunan cukup signifikan dalam 10 tahun terakhir termasuk di beberapa negara miskin. Meski demikian, target Millenium Development Goals (MDGs) yang harus dicapai tahun 2015 diperkirakan masih jauh. Berdasarkan data The World Health tahun 2005, angka kematian balita adalah 46 per 1000 kelahiran. Sedangkan UNICEF menyatakan pada tahun 2010 tercatat jumlah kematian anak di bawah usia 5 tahun (balita) sebanyak 7,6 juta balita. Saat ini angka kematian bayi di Indonesia masih di bawah target MDGs. Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, tercatat angka kematian bayi sebesar 34 per 1000 kelahiran hidup (Kementrian Kesehatan, 2010). Di Kalimantan Selatan sendiri berdasarkan hasil survei SDKI tahun 2012 dinyatakan angka kematian bayi sebesar 44 jiwa per 1000 kelahiran hidup. Target MDGs pada tahun 2015 diperkirakan akan sulit dicapai yakni sebesar 23 jiwa per 1000 kelahiran hidup (Depkes, 2007). Berbagai upaya dapat dilakukan guna mencapai target penurunan AKB, yaitu : pemberian ASI Eksklusif, imunisasi, pemeriksaan kehamilan, dan kunjungan bayi secara teratur. UNICEF menyatakan bahwa pemberian ASI (Air Susu Ibu) Eksklusif dapat menekan AKB hingga 30.000 kematian bayi di Indonesia dan 10 juta kematian bayi di dunia (UNICEF, 2006). ASI eksklusif

adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada bayi berumur nol sampai enam bulan (Depkes,2005). Berdasarkan data Susenas tahun 2004-2008, cakupan pemberian ASI ekslusif di Indonesia berfluktuasi dan cenderung mengalami penurunan. Cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan turun dari 62,2% pada tahun 2007 menjadi 56,2% pada tahun 2008, sedangkan pada bayi lebih dari 6 bulan, turun dari 28,6% pada tahun 2007 menjadi 24,3% pada tahun 2008 (Minarto, 2011). Pedoman internasional yang menganjurkan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama didasarkan pada bukti ilmiah tentang manfaat ASI bagi daya tahan hidup bayi, pertumbuhan, dan perkembangannya. ASI memberi semua energi dan gizi (nutrisi) yang dibutuhkan bayi selama 6 bulan pertama hidupnya. Pemberian ASI eksklusif mengurangi tingkat kematian bayi yang disebabkan berbagai penyakit yang umum menimpa anak-anak seperti diare dan radang paru, serta mempercepat pemulihan bila sakit dan membantu menjarangkan kelahiran (Linkages, 2004). Hal penting lain yang harus diperhatikan dalam pemberian ASI eksklusif adalah pemberian ASI Eksklusif dapat meningkatkan status gizi balita, yang pada akhirnya akan meningkatkan status gizi masyarakat dan membantu menuju tercapainya kualitas sumber daya manusia yang memadai. (Zainuddin, 2008). ASI sebagai makanan yang terbaik bagi bayi tidak perlu diragukan lagi, namun akhir-akhir ini sangat disayangkan banyak diantara ibu-ibu meyusui melupakan keuntungan menyusui. Selama ini dengan membiarkan bayi terbiasa menyusu dari alat pengganti, padahal hanya sedikit bayi yang sebenarnya

menggunakan susu botol atau susu formula. Kalau hal yang demikian terusberlangsung, tentunya hal ini merupakan ancaman yang serius terhadap upaya pelestarian dari peningkatan penggunaan ASI. (arifin siregar) 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini, yaitu : Apakah terdapat hubungan antara tingkat pendidikan ibu, tingkat pengetahuan ibu, pekerjaan ibu, usia ibu, status gizi ibu, tingkat paritas, dan pendapatan keluarga, sebagai faktor resiko penyebab 1.3 Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui manfaat pemberian ASI Eksklusif dan pemberian susu formula pada anak.

Anda mungkin juga menyukai