Anda di halaman 1dari 18

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Proses Terjadinya Masalah 1. Pengertian Menurut Cook dan Fontaine (1987) perubahan sensori persepsi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami perubahan persepsi sensori, seperti merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penghiduan. Individu menginterpretasikan stressor yang tidak ada stimulus dari lingkungan (Depkes RI, 2000). Kesalahan sensori persepsi dari satu atau lebih indera pendengaran, penglihatan, taktil atau penciuman yang tidak ada stimulus eksternal (Antai, Otong., 1995) Gangguan penyerapan atau persepsi panca indera tanpa adanya rangsangan dari luar. Gangguan ini dapat terjadi pada sistem penginderaan pada saat kesadaran individu tersebut penuh dan baik. Maksudnya rangsangan tersebut terjadi pada saat klien dapat menerima rangsangan dari luar dan dari individu sendiri. Dengan kata lain, klien berespon terhadap rangsangan yang tidak nyata, yang hanya dirasakan oleh klien dan tidak dapat dibuktikan (Wilson, 1983). Halusinasi adalah suatu gejala gangguan jiwa pada individu yang ditandai dengan perubahan sensori persepsi: merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, perabaan pengecapan dan penghiduan (Keliat, 2009) Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsanag eksternal (dunia luar). Klien memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek rangsangan yang nyata. Sebagai contoh klien mengatakan mendengar suara padahal tidaka ada orang yang berbicara (Kusumawati, 2010).

Dari beberapa pengertian yang dikemukan oleh para ahli mengenai halusinasi di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa halusinasi adalah persepsi klien melalui panca indera terhadap lingkungan tanpa ada stimulus atau rangsangan yang nyata. 2. Teori yang Menjelaskan Halusinasi a. Teori Biokimia Terjadi sebagai respon metabolisme terhadap stress yang

mengakibatkan terlepasnya zat halusinogenik neurotic (Buffofenon dan Dimethytransferase) b. Teori Psikoanalisis Respon pertahanan ego untuk melawan rangsangan dari luar yang mengancam dan ditekan untuk muncul dalam alam sadar. 3. Jenis Halusinasi serta Data Objektif dan Data Subjektif Jenis Halusinasi Halusinasi Dengar (klien mendengar suara bunyi tidak atau yang ada Berbicara/tertawa sendiri Marah-marah tanpa sebab Mendekatkan telinga kearah tertentu Menutup telinga Mendengar suara-suara atau kegaduhan Mendengar suara mengajak bercakap-cakap Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu Halusinasi penglihatan (klien melihat Menunjuk-nunjuk kearah tertentu Ketakutan pada Melihat bayangan, sinar, bentuk yang yang Data Objektif Data Subjektif

hubungannya dengan stimulus yang nyata)

gambaran yang jelas/samar terhadap adanya stimulus yang nyata dari

sesuatu yang tidak jelas

geometris, kartun, melihat hantu monster atau

lingkungan dan lain orang tidak

melihatnya) Halusinasi Penciuman (klien mencium suatu bau Mengendus-endus sperti sedang Membau-baui seperti darah, feses,g tersebut menyenangkan bagi klien. bau urine, bau

mencium bau-bauan Menutu hidung

yang muncul dari sumber

tertentu tanpa stimulus yang nyata) Halusinasi Pengecapan (klien merasakan sesuatu yang tidak nyata, Sering meludah Muntah Merasakan darah, atau feses urine,

rasa makanan tidak enak,) Halusinasi Menggaruk-garuk Mengatakan

Perabaan (klien merasakan sesuatu pada kulitnya tanpa ada

permukaan kulit

ada

serangga

dipermukaan kulit Merasa seperti tersengat listrik

stimulus yang nyata) Halusinasi Kinestetik (klien merasa badannya bergerak dalam suatu Memegang kakinya yang dianggap Mengatakan badannya melayang udara di

bergerak sendiri

ruangan atau anggota badannya bergerak) Halusinasi Viseral Memegang badannya yang dianggap Mengatakan perutnya menjadi mengecil setelah minum soft drink

berubah bentuk dan tidak normal seprti biasanya.

4. Tanda dan Gejala a. Klien mendengar suara atau bunyi yang tidak berhububgan dengan stimulus yang nyata dan orang lain tidak mendengarnya b. Bicara sendiri, senyum dan tertawa sendiri c. Ekspresi muka tegang dan mudah tersinggung d. Tidak dapat memusatkan perhatian/konsentrasi

e. Menarik diri dan menghindar dari orang lain f. Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungan), takut g. Tidak dapat membedakan yang nyata dan yang tidak nyata 5. Faktor Predisposisi a. Faktor Perkembangan Tugas perkembangan terganggu dan hubungan interpersonal mengalami hambatan maka individu akan stress dan cemas. b. Faktor Sosiokultural Terdapat beberapa factor di masyarakat yang dapat menyebabkan seseorang merasa diasingkan sehingga individu merasa diasingkan. c. Faktor Biokimia Saat stress berlebihan, tubuh akan mengeluarkan zat halusinogenik neurotic yaitu buffofenon dan dimethytransferase. d. Faktor Psikologis Hubungan interpersonal yang tidak harmonis dan peran ganda yang bertentangan akan mengakibatkan stress dan cemas tinggi yang berakhir pada gangguan orientasi realita. e. Faktor Genetik Gen yang berpengaruh dalam skizofrenia belum diketahui, namun hasil studi menunjukkan bahwa factor keluarga memiliki hubungan yang sangat berpengaruh pada skizofrenia. 6. Faktor Presipitasi Faktor presipitasi yaitu stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai tantangan, ancaman, atau tuntutan yang memerlukan energy ekstra untuk menghadapinya. Adanya rangsangan dari lingkungan, seperti partisipasi klien dalam kelompok, terlalu lama tidak diajak berkomunikasi, objek yang ada dalam lingkungan dan juga suasana sepi atau terisolasi sering menjadi faktor pencetus halusinasi. 7. Rentang Respon

Respon Adaptif

Respon Maladaptif

Pikiran Logis Persepsi Akurat Emosi konsisten dengan pengalaman Perilaku sesuai Berhubungan sosial

Distorsi Pikiran Ilusi Reaksi berlebih/ kurang Perilaku aneh/tidak biasa Menarik diri

Gangguan proses pikir Halusinasi Sulit berespon emosi Perilaku disorganisasi Isolasi Sosial

8. Mekanisme Koping Mekanisme koping merupakan tiap upaya yang diarahkan pada pengendalian stress, termasuk upaya penyelesaian masalah secara langsung dan mekanisme pertahanan lain yang digunakan untuk melindungi diri. 9. Tahapan Halusinasi a. Tahap I (Non-psikotik) Pada tahap ini, halusinasi mampu memberikan rasa nyaman pada klien, tingkat orientasi sedang. Secara umum pada tahap ini, halusinasi merupakan hal yang menyenangkan bagi klien. Karakteristik : 1) Mengalami kecemasan, kesepian, rasa bersalah, dan ketakutan 2) Mencoba berfokus pada pikiran yang dapat menghilangkan kecemasan 3) Pikiran dan pengalaman sensorik masih ada dalam kontrol kesadaran Perilaku yang muncul : 1) Tersenyum atau tertawa sendiri 2) Menggerakkan bibir tanpa suara 3) Pergerkan mata yang cepat 4) Respon verbal lambat, diam dan berkonsentrasi b. Tahap II (Non-psikotik)

Klien bersikap menyalahkan dan mengalami tingkat kecemasan berat. Secara umum, halusinasi ini dapat menyebabkan antipasti. Karakteristik : 1) Pengalaman sensori menakutkan atau merasa dilecehkan oleh pengalaman tersebut 2) Mulai merasa kehilangan kontrol 3) Menarik diri dari orang lain Perilaku yang muncul : 1) Terjadi penongkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah 2) Perhatian terhadap lingkungan menurun 3) Konsentrasi terhadap pengalaman sensori pun menurun 4) Kehilangan kemampuan membedakan antara halusinasi dan realitayerah dan menerima pengalaman kontraknya c. Tahap III (Psikotik) Biasanya klien tidak dapat mengntrol dirinya sendiri, tingkat kecemasan berat, dan halusinasi tidak dapat ditolak lagi. Karakteristik : 1) 2) 3) Klien menyerah dan menerima pengalamn sensorinya Isi halusinasi menjadi atraktif Klien menjadi kesepian bila pengalaman sensori berakhir

Perilaku yang mungkin muncul : 1) 2) 3) 4) 5) Klien menuruti perinyah halusinasi Sulit berhubungan dengan orang lain Perhatian terhadap lingkungan sedikit atau sesaat Tidak mampu mengikuti perintah yang nyata Klien tampak termor dan berkeringat

d. Tahap IV (Psikotik) Klien terlihat sangat dikuasi oleh halusinasinya dan biasanya klien terlihat panik. Perilaku yang muncul : 1) Resiko tinggi menciderai

2) 3)

Agitasi/kataton Tidak mampu merespon rangsangan yang ada

B. Masalah Keperwatan yang Mungkin Muncul 1. Resti Perilaku Kekerasan DS : klien mengatkan pernah memukul anggota keluarga/orang lain, merusak alat rumah tangga, marah-marah 2. Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi DS : klien mendengar suara-suara DO : berbicara, senyum dan tetawa sendiri, takut terhadap suara yang didengar 3. Isolasi Sosial DS : klien menolak berhubungan dengan orang lain, klien memutuskan percakapan atau pergi jika diajak bercakap-cakap DO : berdiam diri di kamar, menghindar dari orang lain, tidak ada/kurang kontak mata 4. Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah DS : klien mengatakan malu bertemu orang lain DO : rasa bersalah terhadap diri sendiri, percya diri kurang, lebih suka menyendiri

C. Diagnosa Keperawatan Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi

A. PERENCANAAN NO DIAGNOSA KEPERAWAT AN 1 Gangguan Sensori Persepsi Halusinasi

TUJUAN

KRITERIA EVALUASI

INTERVENSI

RASIONAL

Pasien mampu : Mengenali halusinasi yang di alaminya Mengontrol halusinasinya Mengikuti program pengpbatan secara optimal

Setelah 3x pertemuan pasien mampu: Isi, waktu, frekuensi, situasi pencetus, perasaan Mampu memperagakan cara dalam mengontrol halusinasi

SP 1 Bantu pasien mengenal halusinasi : 1. Isi, 2. Waktu terjadinya 3. Frekuensi 4. Situasi pencetus 5. Perasaan saat terjadi halusinasi Dengan mengontrol halusinasi, klien mampu mengurangi atau menghentikan halusinasi Dengan mengenal halusinasinya klien mampu menyadari bahwa halusinasi itu sesuatu yang tidak nyata

Latih mengontrol halusinasi dengan cara menghardik. Tahapan

tindakannya meliputi : 1. Jelaskan cara menghardik halusinasi 2. Peragakan cara menghardik 3. Minta pasien memperagakan ulang 4. Pantau penerapan carta ini, beri penguatan perilaku pasien 5. Masukan dalam jadwal kegiatan pasien Setelah 3x SP 2

pertemuan pasien mampu : Menyebutkan kegiatan yang sudah dilakukan Memperagakan cara bercakapcakap dngan orang lain Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1) Latih berbicara atau bercakap dengan orang lain saat halusinasi muncul Masukan dalam jadwal kegiatan pasien Setelah pertemuan pasien mampu : Menyebutkan kegiatan yang sudah dilakukan Membuat jadwal Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1 dan 2) Latih kegiatan agar SP 3 Evaluasi dapat mengetahui perkembangan klien dapat

kwgiatan seharihari dan mampu memperagakann ya

halusinasi tidak muncul. Tahapannya : 1. Jelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk mengatasi halusinasi pasien 2. Latih pasien melakukan aktivitas 3. Susun jadwal aktivitas seharihari sesuai dengan aktivitas yang telah dilatih (dari

Setelah .

bangun pagi sampai tidur

Pertemuan pasien mampu : Menyebutkan kegiatan yang sudah dilakukan Menyebutkan manfaat dari program pengobatan

malam) Pantau pelaksanna jadwal kegiatan, berikan penguatan terhadap perilaku pasien yang positif. SP 4 Evaluasi kegiatan yang lalu ( SP 1, 2 dan 3 ) Tanyakan program pengobatan Jelaskan pentingnya penggunaan obat pada gangguan jiwa Jelaskan akibat bila tidak digunakan

sesuai program Jelaskan akibat bila putus obat Jelaskan cara mendapatkan obat atau berobat Jelaskan pengobatan (5B) Latih pasien minum obat Masukan dalam jadwal harian pasien Setelah pertemuan keluarga mampu menjelaskan tentang halusinasi

Sekeluarga mampu : merawat pasien dirumah dan menjadi sitem

Sp 1 Identifikasi masalh keluarga dalam merawat pasien Jelaskan tentang

pendukung yang efektif untuk pasien

halusinasi : 1. Pengertian halusinasi 2. Jenis halusinasi yang dialami pasien 3. Tanda dan gejala halusinasi 4. Cara merawat pasien halusinasi ( cara berkomunikasi pemberian obat dan pemberian aktivitas kepada pasien ) Sumber-sumber pelayanan kesehatan yang bisa dijangkau

Bnermain peran cara merawat Rencana tindak lanjut keluarga, jadwal keluarga untuk merawat pasien Setelah pertemuan keluarga mampu Menyelesaikan kegiatan yang sudah dilakuakan Mempergakan cara merawat pasien Setelah pertemuan keluarga Sp 2 Evaluasi kemampuan keluarga (sp 1) Latih keluaraga merawat pasien RTL keluarga / jkadawal keluarga untuk merawat pasien

Sp 3 Evaluasi

mampu Menyebutkan kegiatan yang sudah dilakuakan Memepergakan cara merawat pasien serta mampu membuat RTL Setelah pertemuan keluarga mampu Menyebutkan kegiatan yanag sudah dilakukan Melakuakn follow up

kemampuan keluarga sp 2 Latih keluarga merawat pasien RTL keluarga / jadwal untuk merawat pasien

Sp 4 Evaluasi kemampuan keluarga Evaluasi kemampuan pasien RTL keluaraga :

Follow up Rujukan

Anda mungkin juga menyukai