Anda di halaman 1dari 5

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) masih merupakan masalah kesehatan baik di

Indonesia maupun di dunia dan merupakan penyebab kematian. WHO menyatakan bahwa sekitar sepertiga penduduk dunia telah pernah terinfeksi oleh kuman tuberkulosis dalam hidupnya. Setiap tahunnya ada sekitar empat juta penderita baru tuberkulosis yang menular, ditambah dengan sejumlah sama penderita baru tuberkulosis yang tidak menular. Artinya, setiap tahun di dunia ini akan ada sekitar 8 juta penderita tuberkulosis yang baru, dan akan ada sekitar tiga juta orang yang meninggal setiap tahunnya karena penyakit ini (Anonima, 2009). Ada lebih dari 500.000 kasus tuberkulosis yang resisten terhadap berbagai jenis obat (multidrug-resistant tuberculosis/TB-MDR) pada tahun 2007. Jumlah itu berdasarkan angka yang diterbitkan WHO dalam laporan global tuberkulosis kontrol 2009. Namun, WHO mengatakan, kurang dari 30.000 kasus TB-MDR yang dicatat pada 2007, hanya 1% dari seluruh populasi kasus TB-MDR sedunia, menerima pengobatan yang sesuai (Anonimb, 2008). Obat yang digunakan untuk TB digolongkan atas dua kelompok yaitu: Obat primer: INH (isoniazid), rifampisin, etambutol, streptomisin, pirazinamid. Obat obat ini memperlihatkan efektifitas yang tinggi dengan toksisitas yang masih dapat ditolerir, sebagian besar penderita dapat disembuhkan dengan obat-obat ini. Obat sekunder: exionamid, para amino salisilat, sikloserin, amikasin, kapreomisin dan kanamisin. Meskipun demikian, pengobatan TB paru-paru hampir selalu

Universitas Sumatera Utara

menggunakan tiga obat yaitu INH, rifampisin dan pirazinamid (Tjay dan Rahardja, 2002). Isoniazid, derivat asam isonikotinat ini berkhasiat tuberkulostatik paling kuat terhadap M. tuberculosis (dalam fase istirahat) dan bersifat bakterisid terhadap kuman yang berada intraselular dalam makrofag maupun di luar sel (ekstraselular). Isoniazid masih tetap merupakan obat kemoterapi terpenting terhadap berbagai tipe tuberkulosa dan selalu dalam bentuk multi terapi dengan rifampisin dan pirazinamid (Tjay dan Rahardja, 2002). Isoniazid pada penyimpanan temperatur 30, 40, 70oC stabilitasnya tidak berubah (Chuluq, dkk., 2004). Analisis isoniazid dapat dilakukan secara nitrimetri, bromometri, spektofotometri dan kromatografi cair kinerja tinggi. Kadar obat dalam cairan biologis umumnya sangat kecil sehingga metode yang dapat digunakan untuk menetapkan kadarnya terbatas. KCKT yang selain mampu mendeteksi dan menentukan kadar, juga mampu melakukan pemisahan. Sehingga dapat digunakan untuk menentukan kadar obat dalam cairan biologi (Hadjar, 2009). Maka digunakan metode secara kromatografi cair kinerja tinggi untuk memeriksa kadar isoniazid dalam plasma. Analisis isoniazid dalam plasma secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) fase balik telah dilakukan oleh Revankar, et al.,(1994) menggunakan fase gerak buffer fosfat pH 7,4 dan metanol (96,8:3,2 v/v) pada panjang gelombang 268 nm dan baku dalam nikotinamid. Untuk itu dipilih sistem fase balik dengan menggunakan kolom oktadesilsilan sebagai fase diam dan campuran buffer posfat

Universitas Sumatera Utara

dan metanol sebagai fase gerak dengan mengubah panjang gelombang menjadi 254 nm. Baku dalam digunakan karena pemakaiannya secara tepat dapat memperkecil galat yang disebabkan oleh penyiapan cuplikan, peralatan dan cara (Johnson dan Stevenson, 1991). Nikotinamid memiliki struktur yang mirip dengan isoniazid maka digunakan nikotinamid sebagai baku dalam. Berdasarkan informasi di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai kadar isoniazid di dalam tubuh pasien TB menggunakan metode KCKT.

1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas perumusan masalah penelitian yaitu: 1. Apakah pemeriksaan kadar isoniazid dalam plasma darah pasien TB dapat dilakukan secara KCKT menggunakan kolom ODS C18 dengan fase gerak campuran buffer fosfat pH 7,4:metanol (96,8:3,2) dengan menggunakan baku dalam nikotinamid. 2. Bagaimana kondisi isoniazid dalam plasma darah pasien TB pada temperatur kamar?

1.3 Hipotesis Berdasarkan perumusan masalah diatas maka dibuat hipotesis sebagai berikut: 1. Kadar isoniazid dalam plasma darah pasien TB dapat diperiksa secara KCKT menggunakan kolom ODS C18 dengan fase gerak campuran

Universitas Sumatera Utara

buffer fosfat pH 7,4:metanol (96,8:3,2) dengan menggunakan baku dalam nikotinamid. 2. Isoniazid dalam plasma darah pasien TB berada dalam keadaan stabil pada temperatur kamar

1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dilakukan penelitian ini yaitu: 1. Untuk memeriksa kadar isoniazid dalam plasma darah pasien TB secara KCKT menggunakan kolom ODS C18 dengan fase gerak campuran buffer fosfat pH 7,4:metanol (96,8:3,2) dengan menggunakan baku dalam nikotinamid 2. Untuk mengetahui stabilitas isoniazid dalam plasma darah pasien TB pada temperatur kamar

1.5 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian adalah uji pendahuluan untuk kepentingan pemantauan terapi obat dalam plasma darah pasien guna membantu dalam penyesuaian dosis obat sehingga diperoleh pengobatan yang optimal.

Universitas Sumatera Utara

1.6 Alur Penelitian Diambil

Obat TB

Diberikan

Pasien Penderita TB

Darah Pasien TB

Dianalisis

Alat KCKT

Diukur

Plasma Darah

Hasil

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai