Anda di halaman 1dari 8

TUGAS REFERAT

KELAINAN RAMBUT
Pemeriksaan Trikogram Madarosis pada Penyakit Kusta

Dosen Pembimbing :

dr. Heryanto Syamsudin, Sp.KK


Disusun oleh :

Nusa Purnawan Putra (08-031)

KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN RUMAH SAKIT PELABUHAN JAKARTA PERIODE 26 AGUSTUS 2013 21 SEPTEMBER 2013 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA

TUGAS REFERAT

PEMERIKSAAN TRIKOGRAM Bagaimana prosedur dan interpretasi hasil dari Pemeriksaan Trikogram?
-dr. Heryanto Syamsudin, Sp.KK-

Trikogram merupakan suatu pemeriksaan rambut secara objektif untuk mengetahui jumlah rambut anagen dan telogen, sehingga dapat diperiksa ratio rambut anagen terhadap telogen.1 Trikogram dapat juga disebut sebagai Plucks Test.2 Pemeriksaan menginvestigasi folikel rambut, kuantitatif kapasitas yang ini akan

rambut dengan cepat ke arah menjauhi kulit kepala.2

pertumbuhan dalam

Gambar 1. Batang rambut yang telah diambil kemudian dipotong 1 cm di atas selubung akar rambut (Gambar 2) dan kemudian bagian yang telah

berguna

mendeteksi gangguan siklus pertumbuhan rambut ataupun mengklasifikasi bentuk yang berbeda pada effluvium maupun alopesia.3 Prosedur Pemeriksaan Untuk melakukan pemeriksaan tersebut, rambut di kepala diambil dari area tertentu pada hari kelima setelah pasien terakhir keramas dengan menggunakan sampo.

Gambar 2. dipotong tersebut (bulbus rambut) disusun berdampingan pada kaca preparat atau slide (Gambar 3 dan 4) dan setelah itu diperiksa dengan menggunakan mikroskop magnifikasi 20/40.2,4 Dari kepustakaan lain disebutkan bahwa rambut anagen dan telogen sering

Rambut di sekitar area yang akan diambil, disisihkan kemudian diklip dan rambut yang akan diperiksa dengan yang (sekitar sebuah ditutupi 60-80 alat rambut) bernama karet.

difiksasi hemostat

dengan

(Gambar 1). Kemudian rambut diambil, dengan cara memutar dan menarik dari poros

Copyright 2013 Nusa Purnawan Putra. All rights reserved.

dapat diidentifikasi dengan mata telanjang, namun keraguan akan interpretasi hasil dapat lebih sempurna dengan mikroskop cahaya.5

selubung rambut yang dapat ditemukan pada rambut anagen, tapi batang dan bulbus rambut akan kaku dan sudah terkreratinisasi, seperti terlihat pada rambut telogen (Gambar 6).4

Gambar 3.

Gambar 6. Rambut telogen terlihat sebagai rambut yang kurang berpigmen dengan bulbus rambut Gambar 4. Interpretasi Hasil Bulbus rambut anagen terlihat sebagai seperti daerah yang berwarna gelap (berpigmentasi) berbentuk segitiga atau berbentuk seperti delta dengan sudut terhadap batang rambut. Didapatkan juga selubung akar dalam (inner root sheath) (Gambar 5).2 berbentuk seperti gada (club). Pada rambut telogen tidak terlihat adanya adanya selubung akar dalam (inner root sheath) (Gambar 7).2 Rambut ini juga kaku dan terkeratinisasi.4

Gambar 7. Pada pemeriksaan Trikogram, rambut anagen dapat dibedakan dari rambut telogen,

sehingga ratio keduanya dapat dihitung Gambar 5. Rambut katagen sebagai fase transisi terlihat sebagai morfologi gabungan antara rambut anagen dan telogen. Dapat terlihat adanya
Copyright 2013 Nusa Purnawan Putra. All rights reserved.

sebagai penunjang terhadap penegakkan diagnosis.2 Biasanya, 80 sampai 90 % dari rambut yang diperiksa berada dalam fase anagen.6 Rambut telogen normalnya pada

pemeriksaan trikogram didapatkan sekitar 1520%, sedangkan rambut katagen pada 0-2%.3 Peningkatan kerontokan rambut, yang akan menyebabkan alopesia, terindikasikan jika persentase rambut anagen menurun dan proporsi dari rambut telogen meningkat.4 Biasanya, dari 50 helai rambut yang

Kelebihan dan Kekurangan Pemeriksaan Trikogram ini cukup murah, tidak terlalu mahal. Selain itu pasien juga hanya membutuhkan satu kali kedatangan untuk pemeriksaan. Trikogram juga mampu membantu penegakan diagnosis pada kelainan pertumbuhan rambut.3 Namun, trikogram juga memiliki beberapa kekurangan. Kualitas hasil pemeriksaan

diperiksa, kurang dari 4-6 rambut merupakan rambut telogen. Jika pada pemeriksaan didapatkan jumlah yang lebih dari rentang tersebut, maka diagnosis effluvium telogen dapat ditegakkan.4 Dari kepustakaan lain disebutkan, normal hitung telogen ialah 5 sampai 23% dan untuk mendiagnosis effluvium telogen maka hitung telogen harus di atas 25%.1 Bahkan, rambut telogen yang mencapai lebih dari 50% ditemukan dalam beberapa kasus alopesia androgenika yang sangat aktif.4 Pada pasien kemoterapi, seringkali

tergantung pengalaman pemeriksa, terutama saat mengambil sampel rambut. Selain itu pemeriksaan ini juga menimbulkan

ketidaknyamanan pada pasien. Pertama, pasien tidak diperbolehkan keramas selama 5 hari sebelum pemeriksaan. Kedua, pada saat penarikan rambut yang akan diperiksa, akan menimbulkan rasa sakit bagi pasien.3 Selain itu, tarikan yang terlalu kuat juga akan menunjukkan perubahan artefaktual pada rambut anagen maupun telogen sehingga distrofi ataupun kerusakan rambut dapat terlihat pada akhir pemeriksaan, padahal ini bias terjadi akibat penarikan yang tidak benar.7

didapatkan adanya dystrophic hairs look like. Rambut ini terlihat seperti ujung pensil yang runcing (Gambar 8).4

***

Gambar 8.

Copyright 2013 Nusa Purnawan Putra. All rights reserved.

TUGAS REFERAT

MADAROSIS PADA PENYAKIT KUSTA Di bagian manakah pada rambut yang menjadi sasaran kuman Mycobacterium leprae pada penyakit Kusta sehingga menyebabkan kerontokan rambut?
-dr. Heryanto Syamsudin, Sp.KK-

Kusta merupakan penyakit infeksi kronik yang disebabkan Mycobacterium leprae. Dengan sifat kuman tersebut yang dapat berdiam diri di dalam makrofag setelah di fagosit, kuman ini lalu dapat menginfeksi selsel Schwann dari sistem saraf perifer. Berkurangnya melanin yang diproduksi oleh sel Schwann yang terinfeksi menyebabkan terjadinya kerusakan saraf, dan kehilangan sensoris.8

(pertumbuhan), dermal. 9 Kompleks

katagen

(transisi),

dan

telogen (istirahat) dikendalikan oleh papilla

serabut

saraf

yang tersusun

mengelilingi folikel selama fase anagen lebih sedikit dibandingkan selama fase telogen. Hal ini dibarengi juga dengan menghilangnya mikrovaskularisasi pembuluh darah di papila dermal selama fase telogen. 9 Terdapat sebuah studi terhadap sediaan

Madarosis, atau penipisan dan akhirnya kehilangan alis, adalah gambaran klinis yang banyak terjadi pada tipe kusta

longitudinal dari folikel rambut pada pasien yang aktif, tidak diobati dalam diagnosis kusta lepromatosa. Dalam studi ini,

lepromatosa. Ditemukannya Mycobacterium lepra dalam folikel rambut sudah lama diketahui dan dipelajari, hingga begitu sering dianggap sebagai tempat awal terjadinya kusta granuloma.
9

menunjukkan bahwa distribusi Mycbacterium leprae terdapat dalam komponen folikel rambut. Basil yang ditemukan terutama di papilla dermal dan selubung akar luar (outer root sheath), baik itu folikel pada fase anagen maupun telogen. Sel-sel khusus pada dermal papilla, dalam kondisi tertentu, telah terbukti memfagositosis Mycobacterium leprae.

Folikel rambut secara embriologi terutama berasal dari epidermis. Namun, siklus

pertumbuhan rambut berupa tahapan anagen

Copyright 2013 Nusa Purnawan Putra. All rights reserved.

Namun,

terlihat

kurangnya

lisosom

Pada Gambar 8 terlihat banyak M. leprae dalam folikel rambut yang lebih

menunjukkan bahwa sel-sel papiler tersebut tidak memiliki, dalam peran yang normal fungsional mereka, kemampuan untuk melisiskan basil kusta. 9

terkonsentrasi pada keratinosit basal (a) dengan pembentukan Globi (b) (Pewarnaan Fite 1000). Basil tidak terlihat menyeberangi lamina basal di sekitar papilla dermal ke zona proliferasi dari batang rambut dan selubung akar dalam (inner root sheath) yang berarti, karena sifat non-motil dari basil kusta, bahwa tidak
9

ada

pertukaran

sebagian

atau

keseluruhan basil tersebut melewati lamina basal. Gambar 8.

***

Copyright 2013 Nusa Purnawan Putra. All rights reserved.

DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda, Prof. Dr. dr. Adhi., Hamzah, dr.Mochtar., Aisah, Prof. Dr. dr. Siti. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Kelima. Soepardiman, Lily. Kelainan Rambut. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2008. Hal: 301-311. 2. Dhurat, R., Saraogi, P. International Journal of Trichology. Hair Evaluation Methods : Merits and Demerits. 2009 Jul-Dec; 1(2): 108119. Available at :

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2938572/ 3. Hillmann, K. Monitoring and Evaluating Hair Loss in Clinical Practice. Departemen of Dermatology and Allergy,Charite-Universitatsmedizin. Berlin. 4. Wolff, H. Hair Loss in Women. Endrocinology and Reproductive Medicine. Berlin. 2013. 5. Schawrtz, Robert A., Erlston, Dirk M. Anagen Effluvium. Medscape. 2013. WebMD. Available at: http://emedicine.medscape.com/article/1073488-workup#a0722 6. Wolff, K,. Johnson, R.A., et all. Fitzpatricks Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology. 5th Edition. Part IV: Skin Signs of Hair, Nail, and Mucosal Disorders. Section 29. Disorders of Hair Follicles and Related Disorders. 2007. United Sates: McGraw-Hill Companies. 7. Type of Hair Loss Evaluation. Lam Institute for Hair Restoration. 2008. Available at: http://www.hairtx.com/hair-loss/hair-loss-evaluation/ 8. El-Khalawany, M.A., Abou-Bakr, A.A. Indian J Dermatol Venereol Leprology. Study of the density and distribution of Mycobacterium leprae in the epidermis and skin appendages in lepromatous patients. 2011. 77:5. Pg. 604.607. 9. Gummer CL, Starley JN, Dawber RP, Pearson JM. The distribution of Mycobacterium leprae in the hair follicle of the eyebrow. Int J Lepr Other Mycobact Dis 1983;51:205-10.

Copyright 2013 Nusa Purnawan Putra. All rights reserved.

NUSA PURNAWAN PUTRA 0861050031


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
Copyright 2013 Nusa Purnawan Putra. All rights reserved.

Anda mungkin juga menyukai