Anda di halaman 1dari 18

A. 1.

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Salah satu perubahan mendasar dalam bidang pendidikan nasional adalah lahirnya

peraturan pemerintah (PP) No. 19 Tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan (SNP). Opini beserta penjabarannya dalam Permendiknas dijadikan pedoman oleh semua pihak dalam merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, dan melakukan evaluasi pendidikan termasuk dalam implementasi KTSP. Seorang guru dalam menjalankan perannya sebagai pengajar, pembimbing, pendidik, dan pelatih bagi para siswa, tentunya dituntut untuk memahami dan menguasai tentang berbagai aspek perilaku dirinya maupun perilaku orang orang yang terkait dengan dirinya, terutama perilaku siswanya dengan segala aspek, sehingga dapat menjalankan tugas dan perannya secara efektif dan efisien yang pada gilirannya dapat memberikan kontribusi nyata bagi pencapaian tujuan pendidikan. Menyikapi peluang dan tantangan kehidupan global, peran dan tanggung jawab guru pada masa sekarang dan mendatang akan semakin kompleks, sehingga menuntut guru untuk senantiasa melakukan berbagai peningkatan dan penyesuaian kemampuan profesionalnya. Sebagai mana terletak dalam undang undang guru dan dosen (pasal 1, ayat 1 dan 3) sebagai berikut: Ayat 1. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Ayat 3. Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Dalam kenyataannya kondisi kesejahteraan guru yang tidak mencukupi, guru akan terdorong untuk banyak memberi perhatian pada kegiatan lain diluar tugas pokoknya sebagai kondisi yang memaksanya secara kurang efektif dan kurang efisien. Perhatian tersebut langsung atau tidak langsung akan mempengaruhi pengabdian, loyalitas dan dedikasi guru, yang tidak dapat dielakkan karena tuntutan mempertahankan dan menyelamatkan kehidupan diri dan keluarganya

masing masing. Kenyataan menunjukkan dalam kondisi kesejahteraan guru yang relative rendah, kerap kali guru tidak dapat mengatasi kekurangan fasilitasnya, bukan karena tidak kreatif dan rendah inisiatifnya, tetapi sudah kehabisan waktu untuk kepentingan mengatasi kesulitan ekonominya memenuhi kebutuhan keluarganya. Setelah guru pada saat sekarang ini dalam menerapkan KTSP mendapatkan dukungan institusional, sehingga selanjutnya yang perlu dipersiapkan guru adalah berkaitan dengan pendekatan belajar yang menjadi otonomi professional keguruan. 2. KEMANDIRIAN GURU

Guru merupakan faktor penting yang perlu diperhatikan dalam perubahan kurikulum dan implementasinya dalam pembelajaran. Sebab bagaimanapun baiknya suatu kurikulum jika tidak ditunjang oleh pemahaman dan kompetensi guru maka dalam implementasinya disekolah akan menemukan kegagalan, bahkan kurikulum tersebut akan layu sebelum berkembang. Oleh karena itu, untuk menyukseskan implementasi KTSP perlu ditunjang oleh guru yang berkualitas, yang mampu menganalisis, menafsirkan dan mengaktualisasikan pesan pesan kurikulum ke dalam pribadi peserta didik. Menurut Oemar Hamalik (2004) mengatakan bahwa ada beberapa syarat menjadi guru profesional, yaitu harus memliki: 1. Bakat sebagai guru 2. Keahlian sebagai guru 3. Kepribadian yang baik dan terintegrasi 4. Mental yang sehat 5. Berbadan sehat 6. Pengalaman dan pengeahuan yang luas 7. Guru adalah manusia berjiwa pancasila 8. Guru adalah seorang warga negara yang baik Berdasarkan keprofesionalan guru tersebut, menurut Hamalik ada beberapa yang menjadi tanggung jawab guru yaitu:

1. Guru harus menuntut siswanya belajar, maksudnya adalah guru harus merencanakan pembelajaran dan juga harus membimbing siswanya agar memperoleh keterampilan keterampilan, pemahaman, perkembangan berbagai kemampuan, kebiasaan kebiasaan yang baik, dan perkembangan sikap yang serasi. 2. Turut membina kurikulum sekolah, maksudnya adalah guru harus mengetahui tentang kebutuhan kurikulum yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa. 3. Melakukan pembinaan terhadap diri siswa ( kepribadian, watak, dan jasmaniah). Dalam hal ini, guru mengembangkan watak dan kepribadian siswanya sehingga mereka memiliki kebiasaan, sikap, cita cita, berpikir dan berbuat, berani dan bertanggung jawab, ramah dan mau bekerja sama, bertindak atas dasar nilai nilai moral yang tinggi. 4. Memberikan bimbingan kepada siswa, agar siswa mampu mengenal dirinya sendiri, memecahkan masalahnya sendiri, mampu menghadapi kenyataan dan memiliki stamina emosional yang baik. 5. Melakukan diagnosa atas kesulitan kesulitan belajar dan mengadakan penilaian atas kemajuan belajar siswa. Oleh karena itu, guru bertanggung jawab menyesuaikan semua situasi belajar dengan minat, latar belakang, dan kematangan siswa dan dalam penilaiannya guru harus mampu menyusun tes objektif, menggunakannya secara inteligen, melakukan obervasi secara kritis serta melaksanakan usaha usaha perbaikan (remedial), sehingga siswa mampu menghadapi masalah masalah sendiri dan tercapainya perkembangan pribadi yang seimbang. 6. Menyelenggarakan penelitian, karena seorang guru bergerak dalam bidang ilmu kependidikan. Jadi seorang guru harus senantiasa memperbaiki cara bekerjanya. Tidak cukup melakukan sebagai rutinitas saja, melainkan juga harus berusaha menghimpun banyak data melalui penelitian yang kontinu dan intentsif. 7. Mengenal masyarakat dan ikut serta aktif, hal ini dilakukan agar guru dapat memahami dengan baik tentang pola kehidupan, kebudayaan, minat, dan kebutuhan masyarakat sehingga guru dapat mengenal siswa dan menyesuaikan pelajarannya secara aktif karena perkembangan sikap, minat dan aspirasi anak sangat banyak dipengaruhi oleh masyarakat sekitarnya. 8. Menghayati, mengamalkan, dan mengamankan Pancasila, karena pancasila merupakan pandangan hidup bangsa yang mendasari semua sendi sendi hidup dan kehidupan

nasional, baik individu maupun masyarakat kecil sampai dengan kelompok sosial yang terbesar termasuk sekolah. 9. Turut serta membantu terciptanya kesatuan dan persatuan bangsa dan perdamaian dunia, jadi guru harus mempersiapkan siswa menjadi warga Negara yang baik memiliki rasa persatuan dan kesatuan sebagai bangsa. Para siswa juga perlu menyadari bahwa persahabatan antar bangsa sangat diperlukan guna memupuk perdamaian dunia. 10. Turut menyukseskan pembangunan. Jadi, dalam hal ini seorang guru harus membantu menciptakan siswa menjadi manusia seutuhnya. 11. Tanggung jawab meningkatkan peranan professional, karena tanpa adanya kecakapan yang maksimal yang dimiliki oleh seorang guru maka kiranya sulit bagi guru mengembangkan dan melaksanakan tanggung jawabnya dengan baik. B. PEMBAHASAN

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah sebuah kurikulum operasional pendidikan yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan di Indonesia. KTSP secara yuridis diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Penyusunan KTSP oleh sekolah dimulai tahun ajaran 2007/2008 dengan mengacu pada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk pendidikan dasar dan menengah sebagaimana yang diterbitkan melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional masing-masing Nomor 22 Tahun 2006 dan Nomor 23 Tahun 2006, serta Panduan Pengembangan KTSP yang dikeluarkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).[1] Pada prinsipnya, KTSP merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari SI, namun pengembangannya diserahkan kepada sekolah agar sesuai dengan kebutuhan sekolah itu sendiri. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus. Pelaksanaan KTSP mengacu pada Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan SI dan SKL.

Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam persyaratan kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Standar isi merupakan pedoman untuk pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan yang memuat:

kerangka dasar dan struktur kurikulum, beban belajar, kurikulum tingkat satuan pendidikan yang dikembangkan di tingkat satuan pendidikan, dan

kalender pendidikan.

SKL digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan. SKL meliputi kompetensi untuk seluruh mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran. Kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati. Pemberlakuan KTSP, sebagaimana yang ditetapkan dalam peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan SI dan SKL, ditetapkan oleh kepala sekolah setelah memperhatikan pertimbangan dari komite sekolah. Dengan kata lain, pemberlakuan KTSP sepenuhnya diserahkan kepada sekolah, dalam arti tidak ada intervensi dari Dinas Pendidikan atau Departemen Pendidikan Nasional. Penyusunan KTSP selain melibatkan guru dan karyawan juga melibatkan komite sekolah serta bila perlu para ahli dari perguruan tinggi setempat. Dengan keterlibatan komite sekolah dalam penyusunan KTSP maka KTSP yang disusun akan sesuai dengan aspirasi masyarakat, situasi dan kondisi lingkungan dan kebutuhan masyarakat. D. Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan di bawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan atau kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota untuk pendidikan dasar dan provinsi untuk pendidikan menengah. Pengembangan KTSP mengacu pada SI dan SKL dan berpedoman pada panduan penyusunan kurikulum yang disusun oleh BSNP, serta memperhatikan pertimbangan komite sekolah/madrasah. Penyusunan KTSP untuk pendidikan khusus dikoordinasi dan disupervisi oleh

dinas pendidikan provinsi, dan berpedoman pada SI dan SKL serta panduan penyusunan kurikulum yang disusun oleh BSNP . KTSP dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut: Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya. Beragam dan terpadu Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni Relevan dengan kebutuhan kehidupan Menyeluruh dan berkesinambungan Belajar sepanjang hayat Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah Perbedaan KBK (2004) dengan KTSP (2006) Banyak kalangan, termasuk aparat Depdiknas dan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota membuat statement bahwa Kurikulum 2004 (atau KBK) tidak terlalu jauh berbeda dengan Kurikulum 2006 yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dan baru ditetapkan pemberlakuannya oleh Mendiknas melalui Peraturan Mendiknas No. 24 Tahun 2006 tanggal 2 Juni 2006. Saya tidak tahu, apakah penyataan mereka itu dimaksudkan untuk menghibur guru agar tidak resah menghadapi perubahan kurikulum ini. Mengingat Kurikulum 2004 ini masih dalam taraf ujicoba yang lebih luas sejak tahun pembelajaran 2004/2005 dan belum semua sekolah sudah menerapkan secara utuh Kurikulum 2004. Namun apa daya, kini sudah dimunculkan kurikulum baru, Kurikulum 2006. Sehingga muncullah statement yang menghibur tersebut. Hal ini adalah ironis, karena menunjukkan pemahaman yang sangat dangkal mereka terhadap Kurikulum 2006 tersebut. Saya menduga mereka hanya mengulang-ulang pernyataan dari BSNP, aparat Pusat Kurikulum, Pejabat Depdiknas yang bermaksud meredam agar Kurikulum 2006 tidak mendapat tentangan dari ujung tombak pendidikan : guru dan sekolah, atau gejolak yang meresahkan masyarakat dan dunia pendidikan. Jika saja mereka sudah melakukan pembandingan secara mendalam kedua kurikulum tersebut, niscaya mereka akan mengatakan bahwa Kurikulum 2004 dengan Kurikulum 2006 berbeda secara nyata, secara signifikan. Memang harus diakui dalam beberapa hal ada kesamaan atau kemiripan antara keduanya. Berikut ini saya rangkum perbedaan dan persamaan antara Kurikulum 2004 dan Kurikulum 2006 (periksa tabel) Tabel : Perbandingan Kurikulum 2004 dan 2006 ASPEK 1. Landasan Hukum KURIKULUM 2004 Tap MPR/GBHN Tahun 1999-2004 UU No. 20/1999 Pemerintah-an Daerah UU Sisdiknas No 2/1989 KURIKULUM 2006 UU No. 20/2003 Sisdiknas PP No. 19/2005 SPN Permendiknas No. 22/2006 Standar Isi

kemudian diganti dengan UU No. 20/2003 PP No. 25 Tahun 2000 tentang pembagian kewenangan Bukan dengan Keputusan/ Peraturan Mendiknas RI Keputusan Dirjen Dikdasmen No.399a/C.C2/Kep/DS/20 04 Tahun 2004. Keputusan Direktur Dikme-num No. 766a/C4/MN/2003 Tahun 2003, dan No. 1247a/ C4/MN/2003 Tahun 2003. Liberalisme Pendidikan : terciptanya SDM yang cerdas, kompeten, profesional dan kompetitif Cenderung Sentralisme Pendidikan : Kurikulum disusun oleh Tim Pusat secara rinci; Daerah/Sekolah hanya melaksanakan

Permendiknas No. 23/2006 Standar Kompetensi Lulusan

2. Implementasi / Pelaksanaan Kurikulum

Peraturan Mendiknas RI No. 24/2006 tentang Pelaksanaan Peraturan Menteri No. 22 tentang SI dan No. 23 tentang SKL

3. Ideologi Pendidikan yang Dianut

Liberalisme Pendidikan : terciptanya SDM yang cerdas, kompeten, profesional dan kompetitif Cenderung Desentralisme Pendidikan : Kerangka Dasar Kurikulum disusun oleh Tim Pusat; Daerah dan Sekolah dapat mengembangkan lebih lanjut. Kurikulum merupakan kerangka dasar oleh Tim BSNP

4. Sifat (1)

5. Sifat (2)

Kurikulum disusun rinci oleh Tim Pusat (Ditjen Dikmenum/ Dikmenjur dan Puskur) Berbasis Kompetensi Terdiri atas : SK, KD, MP dan Indikator Pencapaian

6. Pendekatan

Berbasis Kompetensi Hanya terdiri atas : SK dan KD. Komponen lain dikembangkan oleh guru Penambahan mata pelajaran untuk Mulok dan Pengem-bangan diri untuk semua jenjang sekolah Ada pengurangan mata

7. Struktur

Berubahan relatif banyak dibandingkan kurikulum sebelumnya (1994 suplemen 1999) Ada perubahan nama mata

pelajaran Ada penambahan mata pelajaran (TIK) atau penggabungan mata pelajaran (KN dan PS di SD)

pelajaran (Misal TIK di SD) Ada perubahan nama mata pelajaran KN dan IPS di SD dipisah lagi Ada perubahan jumlah jam pelajaran setiap mata pelajaran Jumlah Jam/minggu : SD/MI 1-3 = 27/minggu SD/MI 4-6 = 32/minggu SMP/MTs = 32/minggu SMA/MA= 38-39/minggu Lama belajar per 1 JP: SD/MI = 35 menit SMP/MTs = 40 menit SMA/MA = 45 menit Semua sekolah /satuan pendidikan wajib membuat KTSP. Silabus merupakan bagian tidak terpisahkan dari KTSP Guru harus membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

8. Beban Belajar

Jumlah Jam/minggu : SD/MI = 26-32/minggu SMP/MTs = 32/minggu SMA/SMK = 3839/minggu Lama belajar per 1 JP: SD = 35 menit SMP = 40 menit SMA/MA = 45 menit Hanya sekolah yang mampu dan memenuhi syarat dapat mengembangkan KTSP. Guru membuat silabus atas dasar Kurikulum Nasional dan RP/Skenario Pembelajaran

9. Pengembangan Kurikulum lebih lanjut

10. Prinsip Pengembangan Kurikulum

1. Keimanan, Budi Pekerti Luhur, dan Nilai-nilai Budaya 2. Penguatan Integritas Nasional 3. Keseimbangan Etika, Logika, Estetika, dan Kinestetika 4. Kesamaan Memperoleh Kesempatan 5. Perkembangan Pengetahuan dan Teknologi Informasi 6. Pengembangan Kecakapan Hidup 7. Belajar Sepanjang Hayat

1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya 2. Beragam dan terpadu 3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni 4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan 5. Menyeluruh dan berkesinam-bungan 6. Belajar sepanjang hayat 7. Seimbang antara kepentingan nasional dan

8. Berpusat pada Anak 9. Pendekatan Menyeluruh dan Kemitraan 11. Prinsip Pelaksanaan Kurikulum Tidak terdapat pelaksanaan kurikulum prinsip

kepentingan daerah

1. Didasarkan pada potensi, perkembangan dan kondisi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang berguna bagi dirinya. 1. Menegakkan belajar: lima pilar

1. belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, 2. belajar untuk memahami dan menghayati, 3. belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif, 4. belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain, 5. belajar untuk membangun dan menemukan jati diri, melalui proses pembelajaran yang efektif, aktif, kreatif & menyenangkan. 3. Memungkinkan peserta didik mendapat pelayanan perbaik-an, pengayaan, dan/atau percepatan sesuai dengan potensi, tahap perkembangan, dan kondisinya dengan memperhatikan keterpaduan pengembangan pribadi peserta didik yang berdimensi ke-Tuhanan, keindividuan, kesosialan, dan moral. 1. Dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta didik dan pendidik yang saling meneri-ma dan

menghargai, akrab, terbuka, dan hangat, dengan prinsip tut wuri handayani, ing madia mangun karsa, ing ngarsa sung tulada 5. Menggunakan pendekatan multistrategi dan multimedia, sumber belajar dan teknologi yang memadai, dan meman-faatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar. 6. Mendayagunakan kondisi alam, sosial dan budaya serta kekayaan daerah untuk keberhasilan pendidikan dengan muatan seluruh bahan kajian secara optimal. 7. Diselenggarakan dalam keseimbangan, keterkaitan, dan kesinambungan yang cocok dan memadai antarkelas dan jenis serta jenjang pendidikan. Tidak terdapat pedoman pelaksanaan kurikulum seperti pada Kurikulum 2004.

12. Pedoman Pelaksanaan Kurikulum

1. 2. 3. 4.

Bahasa Pengantar Intrakurikuler Ekstrakurikuler Remedial, pengayaan, akselerasi 5. Bimbingan & Konseling 6. Nilai-nilai Pancasila 7. Budi Pekerti 8. Tenaga Kependidikan 9. Sumber dan Sarana Belajar 10. Tahap Pelaksanaan 11. Pengembangan Silabus 12. Pengelolaan Kurikulum

1.

IMPELEMENTASI KTSP

Implementasi KTSP adalah bagaimana menyampaikan pesan pesan kurikulum kepada peserta didik untuk membentuk kompetensi mereka sesuai dengan karakteristik dan kemampuan masing masing. Tugas guru dalam implementasi KTSP adalah bagaimana memberikan kemudahan (facilitiate of learning) kepada peserta didik, agar mereka mampu berinteraksi dengan lingkungan eksternal sehingga terjadi perubahan perilaku sesuai dengan yang dikemukakan salam standar isi (SI) dan standar kompetensi lulusan (SKL). a. Hakikat Implementasi KTSP

Implementasi merupakan suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan, atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap. Berdasarkan defenisi implementasi tersebut, maka implementasi KTSP adalah sebagai suatu proses penerapan, ide, konsep, dan kebijakan kurikulum (kurikulum potensial) dalam suatu aktivitas pembelajaran sehingga peserta didik menguasai seperangkat kompetensi tertentu sebagai hasil interaksi dengan lingkungan. Menurut Mulyasa

(2009) dalam implementasi kurikulum setidaknya dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu:

Karakteristik kurikulum, yang mencakup ruang lingkup ide baru suatu kurikulum dan kejelasannya bagi pengguna dilapangan.

Startegi implementasi, yaitu strategi yang digunakan dalam implementasi yang merupakan kegiatan kegiatan yang dapat mendorong penggunanya dilapangan.

Karakteristik pengguna kurikulum, meliputi pengetahuan, keeterampilan, nilai dan sikap guru terhadap kurikulum, serta kemampuannya untuk merealisasikan kurikulum (curriculum planning) dalam pembelajaran.

b.

Pelaksanaan Pembelajaran dalam KTSP

Implementasi KTSP akan bermuara pada pelaksanaan pembelajaran, yakni bagaimana agar isi atau pesan pesan kurikulum (SK-KD) dapat dicerna oleh peserta didik secara tepat dan optimal. Guru harus berupaya agar peserta didik dapat membentuk kompetensi dirinya sesuai dengan apa yang digariskan dalam kurikulum, sebagaimana dijabarkan dalam perencanaan pelaksanaan pembelajaran (RPP). Dalam hal ini akan terjadi interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik, maka tugas

guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku tersebut. Menurut Claire Weinstein dan Richard Meyer (1986), dalam implementasi kurikulum yang baik adalah guru harus mengajarkan siswa tentang cara belajar, cara mengingat, cara berpikir dan cara memotivasi diri sendiri, dan hal tersebut lebih ditegaskan lagi oleh Norman yang mengatakan bahwa keberhasilan siswa sangat bergantung pada kemahiran mereka untuk belajar secara mandiri dan untuk memantau cara belajar mereka sendiri. Oleh karena itu seorang guru harus dapat menciptakan dan menumbuhkan kegiatan siswa sesuai dengan rencana yang telah diprogramkan secara efektif dan menyenangkan. Saylor (Mulyasa, 2009 ) mengatakan bahwa instruction is thus the implementation plan, usually, but not necessarily, involving teaching in the sense of student, teacher interaction in an educational setting. Dalam hal ini, guru harus dapat mengambil keputusan atas dasar penilaian yang tepat ketika peserta didik belum dapat membentuk kompetensi dasar, oleh karena itu guru harus menguasai prinsip prinsip pembelajaran, pemilihan dan penggunaan media pembelajaran, pemilihan dan penggunaan metode pengajaran, keterampilan menilai hasil belajar, serta memilih dan menggunakan strategi dan pendekatan pembelajaran. Pembelajaran KTSP memiliki dua karakteristik yaitu 1. Dalam proses pembelajaran melibatkan proses mental peserta didik secara maksimal, bukan hanya menuntut, mendengar, mencatat akan tetapi menghendaki aktivitas peserta didik dalam proses berpikir. 2. Dalam pembelajaran membangun suasana dialogis dan proses tanya jawab terus menerus yang diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berpikir peserta didik, pada gilirannya kemampuan berpikir itu dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri. 2. TUGAS DAN PERAN GURU DALAM KTSP

Dalam proses pendidikan guru memiliki peranan sangat penting dan strategis dalam membimbing peserta didik ke arah kedewasan, kematangan dan kemandirian, sehingga

seringkali guru dikatakan sebagai ujung tombak pendidikan. Dalam melaksanakan tugasnya seorang guru tidak hanya menguasai bahan ajar dan memiliki kemampuan teknis edukatif, tetapi harus juga memiliki kepribadian dan integritas pribadi yang dapat diandalkan sehingga menjadi sosok panutan bagi peserta didik. KTSP merupakan kurikulum berbasis kompetensi. Menurut Martini Yamin (2009, 75) kompetensi adalah kemampuan yang dapat dilakukan siswa yang mencakup tiga aspek yaitu pengetahuan, sikap dan keterampilan. Pembelajaran yang berbasis kompetensi adalah pembelajaran yang memiliki standar, standar yang dimaksud adalah acuan bagi guru tentang kemampuan yang menjadi focus pembelajaran dan penilaian. Jadi, proses pembelajaran yang dilakukan dengan pendekatan berbasis kompetensi adalah proses pendeteksian kemampuan dasar siswa untuk memudahkan terciptanya suatu tujuan secara teoritis dan praktis. Pemberian pengalaman belajar yang bertumpu pada KTSP berbasis kompetensi dilaksanakan dengan pendekatan berpusat pada anak sebagai pembangunan pengetahuan, sebagai subjek yang melakukan transformasi belajar bukan sebagai objek yang pasif menunggu instruksi dari gurunya. Proses pembelajaran diselenggarakan dengan memandirikan siswa untuk belajar (seperti yang dikatakan oleh Claire Weinstein dan Richard Meyer), berkolaborasi dengan peserta didik lainnya, mengadakan pengamatan dan menilai hasil belajar sendiri untuk suatu refleksi, mendorong peserta didik membangun pengetahuannya sendiri. Oleh karena itu, guru harus menyadari bahwa pembelajaran memiliki sifat yang sangat kompleks karena melibatkan aspek pedagogis, psikologis, dan didaktis secara bersamaan. Aspek pedagogis menunjukkan pada kenyataan bahwa pembelajaran berlangsung dalam suatu lingkungan pendidikan, karena itu guru harus mendampingi peserta didik menuju kesuksesan belajar atau penguasaan sejumlah kompetensi. Aspek psikologis menunjukkan pada kenyataan bahwa peserta didik pada umumnya memilik perkembangan yang berbeda, yang menuntut materi yang berbeda pula. Aspek didaktis menunjukkan pada pengaturan belajar peserta didik dalam kelas agar tercipta pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM). Ada beberapa peran dan tugas guru dalam proses pembelajaran yaitu: 1. Guru sebagai sumber belajar

Peran sebagai sumber belajar berkaitan erat dengan penguasaan materi pelajaran. Dikatakan guru yang baik manakala ia dapat menguasai materi pelajaran dengan baik, sehingga ia benar benar berperan sebagai sumber belajar bagi peserta didik. Apapun yang ditanyakan siswa berkaitan dengan materi pelajaran yang sedang diajarkannya, ia akan bisa menjawab dengan penuh keyakinan. Ketidakpahaman guru tentang materi pelajaran biasanya ditunjukkan oleh perilaku perilaku tertentu, misalnya teknis penyampaian materi yang monoton, ia lebih sering duduk dikursi sambil membaca, suaranya lemah, tidak berani kontak mata dengan siswa, miskin dengan ilustrasi, dll. Perilaku yang demikian dapat menyebabkan hilangnya kepercayaa pada diri siswa, sehingga guru akan sulit mengendalikan kelas. Sebagai sumber belajar dalam proses pembelajaran hendaknya guru melakukan tiga hal yaitu; Guru memiliki bahan referensi yang lebih banyak daripada siswa. Hal ini untuk menjaga

agar guru memiliki pemahaman yang lebih baik tentang materi yang akan dikaji bersama siswa, karena dalam perkembangan teknologis informasi yang sangat cepat bisa terjadi siswa lebih pintar dibandingkan guru dalam hal penguasaan informasi. Guru dapat menunjukkan sumber belajar yang dapat dipelajari oleh siswa. Guru perlu melakukan pemetaan tentang materi pelajaran, misalnya dengan menentukan

materi inti (core) yang wajib dipelajari oleh siswa, mana materi tambahan. Melalui pemetaan semacam ini akan memudahkan bagi guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai sumber belajar. 1. Guru sebagai pendidik Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi peserta didik dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri, dan disiplin. Berkaitan dengan tanggung jawab, guru harus mengetahui nilai, norma moral, dan sosial, serta berusaha berperilaku dan berbuat sesuai dengan nilai dan norma tersebut. Guru juga harus bertanggung jawab terhadap segala tindakannya dalam pembelajaran disekolah dan kehidupan bermasyarakat. Berkaitan dengan wibawa, guru harus mampu mengambil keputusan secara

mandiri (independent), terutama dalam berbagai hal yang berkaitan dengan pembelajaran dan pembentukan kompetensi serta bertindak sesuai dengan kondisi peserta didik dan lingkungan. Sedangkan disiplin, guru harus mematuhi berbagai peraturan dan tata tertib secara konsisten atas dasar kesadaran professional, karena mereka bertugas untuk mendisiplinkan peserta didik disekolah, terutama dalam pembelajaran. 2. Guru sebagai pembelajar Sekarang ini, perkembangan teknologi mengubah peran guru dari pengajar yang bertugas menyampaikan materi pelajaran menjadi fasilitator yang bertugas memberikan kemudahan belajar karena, peserta didik bisa belajar dari berbagai sumber yaitu; radio, telivisi, berbagai macam film pembelajaran bahkan program internet atau e learning. 3. Guru sebagai pembimbing Guru diharapkan sebagai pembimbing perjalanan yang berdasarkan pengetahuannya bertanggung jawab atas kelancaran perjalanan itu. Jadi, sebagai pembimbing guru harus merumuskan tujuan secara jelas, menetapkan waktu perjalanan, menetapkan perjalanan yang harus ditempuh, menggunakan petunjuk perjalanan, serta menilai kelancarannya sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik. Semua itu dilakukan berdasarkan kerjasama dengan peserta didik, tetapi guru memberikan pengaruh dalam aspek setiap perjalanan yang direncanakan dan dilaksanakan. Istilah perjalanan merupakan suatu proses belajar, baik dalam kelas maupun diluar kelas. 4. Guru sebagai pelatih Proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan keterampilan, baik intelektual maupun motorik, sehingga menuntut guru untuk bertindak sebagai pelatih, karena tanpa latihan pesert didik tidak akan mampu menunjukkan penguasaan kompetensi dasar dan tidak akan mahir dalam berbagai keterampilan yang dikembangkan sesuai dengan materi standar. Oleh karena itu, guru harus berperan sebagai pelatih, yang bertugas melatih peserta didik dalam pembentukan kompetensi dasar, sesuai dengan potensi masing masing. Pelatihan yang dilakukan harus juga memperhatikan perbedaan individual peserta didik dan lingkungan.

5. Guru sebagai penasehat Guru adalah seorang penasehat bagi peserta didik meskipun mereka tidak memiliki latihan khusus sebagai penasehat. Agar guru menyadari perannya sebagai penasehat secara lebih mendalam makaa ia harus memahami psikologi kepribadian dan ilmu kesehatan mental. Pendekatan psikologis dan kesehatan mental akan banyak menolong guru dalam menjalankan perannya sebagai penasehat, yang telah banyak dikenal bahwa ia banyak membantu peserta didik untuk dapat membuat keputusan sendiri. 6. Guru sebagai agen pembaharu (innovator) Inovasi pendidikan dilakukan guna memecahkan masalah yang dihadapi, agar dapat memperbaiki mutu pendidikan secara efektif dan efisien. Salah satu bentuk peran serta yang dapat dilakukan guru terhadap inovasi adalah sebagai agen pembaharuan. Oleh karena itu, guru harus mampu menerjemahkan pengalaman yang telah lalu kedalam kehidupan yang bermakna bagi peserta didik. Dalam hal ini, terdapat jurang yang dalam dan luas antara generasi yang satu dengan yang lain maka guru menjadi jembatan jurangn tersebut bagi peserta didik, jika tidak maka hal ini dapat mengambil bagian dalam proses belajar yang berakibat tidak menggunakan potensi yang dimiliki oleh peserta didik. 7. Guru sebagai model dan teladan Guru merupakan model dan teladan bagi peserta didik. Oleh karena itu, pribadi dan apa yang dilakukan guru akan mendapat sorotan peserta didik serta orang disekitar lingkungannya. Ada beberapa hal yang mendapat perhatian guru dalam perannya sebagai model dan teladan yaitu; penggunaan gaya bahasa guru dalam berbicara, gaya kebiasaan guru bekerja, sikap guru melalui pengalaman dan kesalahan yang dilakukan, pakaian yang menampakkan ekspresi seluruh kepribadian, hubungan kemanusiaan (dalam hal pergaulan, intelektual moral, terutama bagaimana berperilaku), proses berpikir dalam hal menghadapi dan memecahkan masalah, dalam hal pengambilan keputusan, kesehatan (semangat, sikap tenang, antusias dll). Mengimplementasikan peran dan tugas guru tersebut dalam KTSP dalam kelas akan ditemukan hambatan hambatan, salah satunya yang sering kali terjadi datangnya dari siswa seperti

mengganggu temannya yang sedang belajar, hal ini terjadi karena kekurang sandaran peserta didik dalam memenuhi tugas dan haknya sebagai anggota kelas. Oleh karena itu, sebaiknya guru membuat perjanjian dengan siswa mengenai peraturan dan prosedur dalam kelas pada awal tahun secara bersama sama. Menurut Emmer, Evertson, dan Worsharn (2003) mengatakan bahwa aturan-aturan dan prosedur berbeda-beda di setiap kelas tetapi yang pasti di semua kelas aturan aturan dan prosedur dikelola secara efektif, karena tidak mungkin bagi seorang guru atau bagi siswa dalam melakukan instruksi agar dapat bekerja secara produktif jika mereka tidak mempunyai pedoman dan prosedur tidak yang efisien dan tidak adanya rutinitas untuk aspek umum dalam kelas dapat menghambat poses pembelajaran dan menyebabkan perhatian siswa serta minatnya memudar. Oleh karena itu, sangat penting menegakkan peraturan dan prosedur dalam kelas seperti yang disebutkan dihampir setiap diskusi tentang pengelolaan kelas yang efektif. Tahapan tahapan yang dapat dilakukan dalam membuat peraturan dan prosedur dalam kelas adalah: Guru harus mempertimbangkan desain fisik ruang kelas sebelum siswa datang ke kelas. Membuat aturan dan prosedur dalam kelas bersama sama dengan siswa. Berinteraksi dengan siswa Tentang Kelas Aturan dan Prosedur. Mereview secara berkala Aturan dan Prosedur. Membuat rapat kelas yang dapat berguna dalam menyusun desain dan pemeliharaan

peraturan dan prosedur. C. 1. KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN

Menyikapi peluang dan tantangan kehidupan global, peran dan tanggung jawab guru pada masa sekarang dan mendatang akan semakin kompleks, sehingga menuntut guru untuk senantiasa melakukan berbagai peningkatan dan penyesuaian kemampuan profesionalnya. Oleh karena itu, kondisi kesejahteraan guru harus dipenuhi agar guru terdorong untuk banyak memberi perhatian

kepada anak didiknya dan lebih mempersiapkan diri dalam proses pembelajaran sehingga kondisi proses pembelajaran berjalan secara efektif dan efisien. Guru merupakan faktor penting yang perlu diperhatikan dalam perubahan kurikulum dan implementasinya dalam pembelajaran. Dalam implementasi kurikulum yang baik adalah guru harus mengajarkan siswa tentang cara belajar, cara mengingat, cara berpikir dan cara memotivasi diri sendiri. Proses pembelajaran berbasis kompetensi adalah proses pendeteksian kemampuan dasar siswa untuk memudahkan terciptanya suatu tujuan secara teoritis dan praktis. Jadi, seorang guru harus dapat menciptakan dan menumbuhkan kegiatan siswa sesuai dengan rencana yang telah diprogramkan secara efektif dan menyenangkan. Oleh karena itu, guru harus menyadari bahwa pembelajaran memiliki sifat yang sangat kompleks karena melibatkan aspek pedagogis, psikologis, dan didaktis secara bersamaan. 2. SARAN

Untuk meningkatkan keprofesionalan guru, maka guru harus memahami peran dan tugasnya sebagai seorang guru yaitu sebagai sumber belajar, pendidik, pembelajar, pembimbing, pelatih, penasehat, agen pembaharu (innovator) serta sebagai model dan teladan.
http://intanrumapea.wordpress.com/2011/10/25/tugas-dan-peran-guru-dalam-ktsp/ http://id.wikipedia.org/wiki/Kurikulum_Tingkat_Satuan_Pendidikan http://aksay.multiply.com/journal/item/10/KURIKULUM_KTSP?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2F item http://joko1234.wordpress.com/2010/03/15/perbedaan-ktsp-dan-kbk/ http://forgubindo.blogspot.com/2009/03/landasan-prinsip-komponen-dan-struktur.html

Anda mungkin juga menyukai