Anda di halaman 1dari 26

Pemeriksaan Labratorium Radiografi

Evaluasi Subspesial Biopsi Ginjal

Pemeriksaan Laboratorium
Test Serum : Nilai GFR
Stage 1 2 3 4 5 Deskripsi Kerusakan ginjal dengan GFR normal atau meningkat Kerusakan ginjal dengan GFR menurun ringan Kerusakan ginjal dengan penurunan eGFR sedang Kerusakan ginjal dengan penurunan eGFR parah Gagal ginjal GFR > 90 60-89 30-59 15-29 < 15 atau dalam dialisis

Uji Urin : Nilai analisis makroskopik/mikroskopik dan rasio albumin / kreatinin (ACR) Hitung Darah Lengkap : ini adalah hitungan semua komponen darah: sel darah merah, sel darah putih dan trombosit. Ketika fungsi ginjal berkurang, tingkat hitung darah lengkap mungkin rendah

Blood Urea Nitrogen (BUN): Ketika fungsi ginjal berkurang, BUN mungkin akan tinggi

Tes elektrolit darah: Elektrolit yang disaring dari darah oleh ginjal. Tingkat abnormal mungkin menunjukkan penurunan fungsi ginjal. Beberapa pengujian elektrolit dapat mencakup : 1. kalium (hiperkalemi) 2. Natrium (Hipernatremi = 20-30 mEq hingga 200 mEq) 3. fosfat (hiperfosfatemia) 4. kalsium (hipokalsemia) 5. magnesium (hipermagnesemia)

Hemoglobin A1C :Ketinggian test ini menunjukkan bahwa gula darah tidak terkontrol dengan baik, yang dapat berkontribusi untuk penurunan fungsi ginjal

Komplikasi
Hiperkalemia

Asidosis metabolik, katabolisme dan masukkan diet berlebih

Penyakit kardiovaskular (gagal jantung)

Hipertensi

Anemia

Penyakit tulang serta kalsifikasi metastatik akibat retensi fosfat

Prognosis
Pasien dengan penyakit ginjal kronis berada pada risiko yang lebih tinggi daripada populasi umum untuk mengembangkan stroke dan serangan jantung.

Orang menjalani dialisis memiliki tingkat ketahanan hidup 5 tahun secara keseluruhan 32%. Orang tua dan orang-orang dengan diabetes memiliki hasil yang lebih buruk.

Penerima transplantasi ginjal dari donor hidup terkait memiliki tingkat kelangsungan hidup 2 tahun lebih besar (90%).

Penerima ginjal dari donor yang telah meninggal memiliki tingkat kelangsungan hidup 2 tahun (88%)

Penatalaksanaan
Diet Medikamentosa

Hemodialisis
Peritoneal Dialisis Terapi Pengganti Ginjal

Prinsip Penatalaksanaan

DIET
No Stage
CKD stage 3

Intervensi Nutrisi Energi : KiloJoule / kalori asupan energi yang ideal ditentukan untuk usia, jenis kelamin dan BMI dan tingkat aktivitas fisik Protein: 0,75-1,0 g / berat badan ideal (IBW) / hari dianjurkan. Asupan energi minimal 146 kJ / kg IBW / hari (35 kkal / kg IBW / hari) Asupan protein untuk pasien dengan GFR <25 ml / menit, tidak boleh kurang dari 0,75 g / kg IBW / hari. Asupan Fosfat dibatasi 800-1000 mg / hari Lemak / Karbohidrat. mengurangi lemak <30% dari asupan energi harian dengan lemak jenuh yang terbatas sampai <10% energi. Asupan sodium <100 mmol / hari jika pasien hipertensi Asupan kalium harus dikurangi jika serum K> 6 mmol / L Asupan Fosfat dibatasi 800-1000 mg / hari Asupan cairan harus disesuaikan dengan tingkat CKD dan pencegahan ginjal penyakit, manajemen edema dan manajemen hipertensi

1.

2.

CKD stage 4

3.

CKD stage 3 dan 4

No

Stage

Intervensi Nutrisi Tingkat energi 125-146 kJ (30-35 kkal) / kg IBW / hari dianjurkan Asupan protein disarankan pada 1,2-1,4 g / kg IBW / hari Nilai protein. Pada hemodialisis, asupan protein minimal 1,2 g / kg IBW / hari ketika akut. Pada dialisis peritoneal, Asupan protein minimal 1,3 g / kg IBW saat akut. Pada dialisis peritoneal, asupan protein minimal 1,5 g / kg IBW / hari dengan peritonitis. Lemak dan Karbohidrat <7% energi dari lemak jenuh, lemak tak jenuh ganda, lemak tak jenuh tunggal <20% energi, karbohidrat 50-60% energi. Natrium. Pengobatan Individualised dianjurkan berdasarkan edema dan hipertensi. 80-110 mmol / hari jika terbatas. Kalium. Pengobatan Individualised direkomendasikan berdasarkan biokimia Fosfat. Batasi asupan untuk 800-1000 mg / hari jika serum fosfat > 1,8 mmol / L, dan / atau PTH> 33,3 pmol / L Fluida. Untuk hemodialisis, membatasi cairan 500 mL + keluaran hari sebelumnya. Dialisis peritoneal, pengobatan individual dianjurkan berdasarkan edema hipertensi. Jika cairan kelebihan beban, 800 mL + keluaran hari sebelumnya dianjurkan.

4.

CKD stage 5

1.

Angiotensin receptor blocker (ARB) Angiotensin converting enzyme inhibitor (ACE-IS)


Diuretik

2.

3.

Hemodialisis
Hemodialisa dilakukan dengan mengalirkan darah ke dalam suatu tabung ginjal buatan (dialiser) yang terdiri dari dua kompartemen yang terpisah. Darah pasien dipompa dan dialirkan ke kompartemen darah yang dibatasi oleh selaput semipermeabel buatan dengan kompartemen dialisat (Rahardjo dkk, 2006).

Fistula arteriovenosa (aVF) dimana arteri secara langsung bergabung dengan vena (dihubungkan) Graft arteriovenosa: Sebuah graft arteriovenosa ditempatkan pada mereka yang memiliki pembuluh darah kecil atau siapa fistula telah gagal mengembangkan. Cangkok terbuat dari bahan buatan dan jarum dialisis yang dimasukkan ke dalam korupsi secara langsung. Kateter vena sentral: Sebuah kateter dapat berupa sementara atau permanen. Pipa ini baik ditempatkan di leher atau pangkal paha ke dalam pembuluh darah besar.

Indikasi Hemodialisis
Bila GFR < 5ml menit Keadaan umum buruk K serum > 6mEq/dl Ureum darah > 200 mg/dl pH darah 7,1 Anuria berkepanjangan Fluid overload

Peritoneal Dialisis
Indikasi peritoneal dialisis (Parsuadi dkk, 2006): Gagal ginjal akut (dialisat peritoneal akut) Gangguan keseimbangan cairan, elektrolit atau asam basa. Intoksikasi obat atau bahan lain Gagal ginjal kronik (dialisat peritoneal kronik) Keadaan klinis lain dimana DP telah terbukti manfaatnya. Kontraindikasi Dialisis Peritoneal (Parsuadi dkk, 2006): Kontraindikasi absolut : tidak ada Kontraindikasi relatif : keadaan-keadaan yang kemungkinan secara teknis akan mengalami kesulitan atau memudahkan terjadinya komplikasi seperti gemuk berlebihan, perlengketan peritoneum, peritonitis lokal, operasi atau trauma abdomenyang baru saja terjadi, kelainan intraabdomen yang belum diketahui sebabnya, luka bakar dinding abdomen yang cukup luas terutama bila disertai infeksi atau perawatan yang tidak adekuat.

Komplikasi : Penolakan Organ

Imunosupresan

Kekebalan tubuh menurun

Resiko infeksi dan sepsis

Pengumpulan Data Pemeriksaan Fisik Data Psikososial Data Spiritual Data penunjang

Diagnosa Keperawatan
Kelebihan volume cairan berhubungan dengan disfungsi ginjal Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan penyakit Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia, mual/ muntah, dan diet yang terasa tak enak Nyeri akut berhubungan dengan biologis penyakit Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan fungsi tubuh sekunder proses penyakit Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum dan keletihan sekunder akibat penurunan curah jantung dan anemia Kerusakan integritas kulit : pruritus yang berhubungan dengan perubahan status metabolik Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuscular sekunder footdrop, paraplegi Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penyakit Resiko cedera yang berhubungan dengan perubahan status mental, kejang, dan tetani sekunder akibat ketidakseimbangan kalsium : hipokalsemia Resiko ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik yang berhubungan dengan ketidakcukupan pengetahuan tentang kondisi, pembatasan diet, pencatatan harian, terapi farmakologis, tanda dan gejala komplikasi, kunjungan tindak lanjut, dan sumber komunitas

Prosedur Hemodialisis
Pengkajian
Pemeriksaan Fisik Pengkajian Penunjang Diagnosa

Diagnosa Prosedur Hemodialisis


Actual/resiko tinggi terjadi cedera (profil darah abnormal) b.d tindakan invasive hemodialisis, gangguan factor pembekuan, peningkatan kerapuhan vascular Ketidakberdayaan : yang berhubungan dengan perasaan kurang control, ketergantungan pada dialysis, sifat kronis penyakit Resiko tinggi kekurangan volume cairan: yang berhubungan dengan kehilangan darah atau heparinisasi yang tidak tepat selama dialysis Resiko tinggi untuk cedera: yang berhubungan dengan emboli udara

Prosedur Terapi Pengganti Ginjal


Pengkajian Pemeriksaan Diagnostik Dialisis Imunosupresan Diagnosa

Diagnosa Prosedur Terapi Pengganti Ginjal


Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan imunosupresi Resiko tinggi terhadap cidera yang berhubunngan dengan penolakan tandur, imunosupresi, atau kebutuhan hemodialisis lanjut Perubahan eliminasi urin berhubungan dengan transplantasi, penolakan, obat-obat nefrotoksik, gagal ginjal

Kasus Semu
Kasus semu 1 Tn. S usia 60 tahun datang ke RSP Unair mengeluh sulit berkemih, kencing sedikit dan edema pada ekstremitas. Selain itu klien mengeluh lemah, mual, muntah, sakit kepala, nafsu makan akhirakhir ini berkurang. Tn. S menceritakan bahwa ia pernah menderita glomerulonefritis sekitar 1 tahun yang lalu dan mempunyai hipertensi sejak 25 tahun lalu. Tn. S sehari-hari bekerja sebagai buruh pabrik, ia mengaku hanya lulusan SLTP. Tn.S klien nampak pucat dan nafasnya pendek dan cepat sekitar 28 x/menit. Produksi urin tidak sampai 300 ml dan terjadi kurang lebih 1 bulan, urin berwarna agak keruh. Tn. S takut dan khawatir terhadap penyakitnya. TD 170/100 mmHg, nadi 110 x/ menit, suhu badan 38o C, BB sebelum sakit 70 kg, BB saat ini 74 kg, Hb 9 gr/dl. Setelah melakukan beberapa pemeriksaan hasil BUN dan kreatinin meningkat, GFR 12 ml/menit/1,73m2.

Kasus 2 : TN. N 56 tahun pada tanggal 14 Februari 2013 pasien mengeluh muncul benjolan dari perut kiri atas dan terasa nyeri menetap sejak 3 hari yang lalu sehingga diperiksakan di RS.Soewandie. Pasien di rujuk di RSUD Dr. Soetomo tanggal 17 Februari 2013. Pada bulan November 2012 perut kiri atas px terdapat benjolan nyeri namun hilang timbul sampai 3 bulan. Pada saat dikaji tanggal 30 April 2013 jam 07.00 pasien menyatakan kembung. Pasien memiliki riwayat HT 3 tahun tidak terkontrol, pasien mempunyai kebiasaan merokok dan mengkonsumsi minuman penambah stamina. S : 370C N : 80x/menit T : 160/80 mmHg RR : 18 x/menit. TB 161 cm, BB 50 kg, terdapat alat bantu berkemih (nefrostomi tube), produksi urin 100ml/jam, intake 1000cc(oral)+1500cc(parenteral). Dari hasil pemeriksaan lab didapatkan albumin 2,7 g/dl, BUN 91mg/dl, kreatinin 6,3 mg/dl, kalium 4,9 mmol/l, natrium 132 mmol/l, klorida 105 mmol/l. Diagnosa Kerja : PNS D/S 23 Februari RPG + Uretronefrolitotomi D 8 Maret PNS D 3 april RPG + Uretro pronefrolitotomi S + DS stent

Manakah Kasus CKD dan Acute on CKD? Selamat Mengerjakan....

Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai