Anda di halaman 1dari 31

I. PENDAHULUAN A.

LATAR BELAKANG Sumberdaya alam adalah unsur lingkungan yang terdiri atas sumberdaya alam hayati, sumberdaya alam non hayati dan sumberdaya buatan, merupakan salah satu aset pembangunan Indonesia yang penting. Sebagai modal dasar pembangunan sumberdaya alam harus dimanfaatkan sepenuh-penuhnya tetapi dengan cara-cara yang tidak merusak, bahkan sebaliknya, cara-cara yang dipergunakan harus dipilih yang dapat memelihara dan mengembangkan agar modal dasar tersebut makin besar manfaatnya untuk pembangunan lebih lanjut di masa mendatang. Sumberdaya alam merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari suatu ekosistem, yaitu lingkungan tempat berlangsungnya hubungan timbal balik antara makhluk hidup yang satu dengan yang lainnya. Lingkungan hidup sebagai media hubungan timbal balik makhluk hidup dengan faktor-faktor alam terdiri dari bermacam-macam keadaan dan hubungan yang secara bersama-sama mewujudkan struktur dasar ekosistem sebagai kesatuan yang mantap, hubungan timbal balik tersebut merupakan mata rantai siklus penting yang menentukan daya dukung lingkungan hidup bagi pembangunan. Salah satu peranan dari ekonomi sumber daya alam dan lingkungan yaitu sebagai penyedia bahan baku, penerima sisa produksi/konsumsi (limbah), dan penyedia fasilitas. Implikasi dari peranan tersebut adalah bahwa lingkungan merupakan komponen penting dari sistem ekonomi. Artinya bahwa tanpa adanya lingkungan maka sistem ekonomi tidak akan berfungsi. Ini menyiratkan bahwa dalam sistem ekonomi, nilai lingkungan harus diperlakukan sama, seperti halnya
1

perlakuan terhadap nilai aset yang lain (tenaga kerja dan modal) yakni sebagai aset ekonomi. Ini berarti pula bahwa jika ekonomi ingin diperbaiki, maka kualitas sumberdaya alam dan lingkungan perlu dipertahankan. Sumberdaya lahan merupakan sumberdaya alam yang sangat penting untukkelangsungan hidup manusia karena diperlukan dalam setiap kegiatan manusia, seperti untuk pertanian, industri, pemukiman, jalan, rekreasi, dan daerah-daerah yang dipelihara kondisi alamnya untuk tujuan ilmiah. Pertanian merupakan sektor yang sangat berpengaruh bagi kehidupan masyarakat dunia yang menyediakan hampir seluruh kebutuhan umat manusia. Oleh karena itu, di beberapa negara maju dan berkembang, sektor tersebut telah mendapat prioritas untuk dikembangkan, begitupun Indonesia. Menurut Suwandi (2005) pembangunan pertanian terkait dengan pemanfaatan sumberdaya alam terutama lahan dan perairan pada suatu wilayah. Pemanfaatan sumberdaya alam yang berlebihan tanpa memperhatikan kelestarian lingkungan dapat berdampak negatif yang lebih besar daripada manfaat yang diperoleh . Al-Ittifaq merupakan pondok pesantren yang telah berusia lanjut, yakni lebih dari 73 tahun. Pesantren ini didirikan dengan nama Pesantren Ciburial pada tanggal 1 Februari 1934 oleh KH. Mansyur, seorang ulama di Ciburial Desa Alamendah, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung. Pada tahun 1970, KH. Fuad Affandi, mulai memimpin pesantren ini. Sesuai dengan jiwa mudanya, Kiai Fuad melakukan beberapa kebijakan baru. Salah satunya adalah merintis kegiatankegiatan ekonomi produktif, terutama sektor pertanian, dengan tujuan agar pesantren dapat mandiri dalam membiayai kegiatan belajarnya. Pada masa KH.

Fuad, Pesantren Al-Ittifaq mengalami kemajuan yang pesat. Pada tahun 1997, atas keberhasilan menembus pasar supermarket, pesantren ini dijadikan sebagai Pondok Pesantren Percontohan Pengembangan Agribisnis. Komoditi yang diusahakan tidak hanya komoditi sayuran, tapi juga peternakan sapi, domba, ayam hias, perikanan serta home industry garmen dan kerajinan tas.

B. MANFAAT PRAKTIKUM Dengan adanya Kunjungan Ilmiah ini mahasiswa/i dapat dengan mudah melakukan observasi secara langsung ke lapangan untuk mengetahui komoditas yang berpotensi di lahan dataran tinggi.

C. TUJUAN PRAKTIKUM 1. Mengetahui keadaan lahan di dataran tinggi 2. Mengetahui komoditas yang cocok di tanam di daerah dataran tinggi 3. Mengetahui cara memanfaatkan lahan semaksimal mungkin

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanah Tanah dapat diartikan dalam beberapa pengertian, diantaranya adalah sebagai berikut (Rizky, 2004) : Menurut Kurdinanto (2004), tanah mempunyai hubungan erat dengan rumah, bangunan atau tanaman yang berdiri di atasnya, sehingga pada hakekatnya benda - benda yang berdiri di atasnya merupakan kesatuan dari tanah tersebut .Menurut S. Rowton Simpson, tanah tidak bergerak sehingga secara fisik tidak dapat diser ahkan/dipindah atau dibawa . Selain itu, tanah juga bersifat abadi . Tanah tidak dapat dirubah dalam tingkatnya sebagai bagian dari bumi itu sendiri, juga tidak dapat ditambah/dikurangi atau dirusakkan sebagaimana halnya dengan bentuk - bentuk kekayaan yang lainnya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia , definisi tanah adalah permukaan bumi atau lapisan bumi atas sekali; keadaan bumi di suatu tempat; permukaan bumi yang diberi batas; bahan - bahan dari bumi, bumi sebagai bahan sesuatu (pasir, cadas, napal dan sebagainya). Dalam hukum disebutkan juga kata tanah, tanah dalam arti yuridis adalah sebagai suatu pengertian yang telah diberikan batasan resmi oleh Undang - Undang Pokok Agraria (UUPA), dengan demikian pengertian tanah dalam arti yuridis adalah permukaan bumi. Menurut Soerianegara, tanah merupakan sumber daya alam yang mempunyai peranan dalam berbagai segi kehidupan manusia, yaitu sebagai tempat dan ruang untuk hidup dan berusaha, untuk mendukung vegetasi alam

yang manfaatnya sangat diperlukan oleh manusia dan sebagai wadah bahan mineral, logam, bahan bakar fosil dan sebagainya untuk keperluan manusia (Soemadi 1994, dalam Ely 2006). Sandi memberikan gambaran pengertian tanah dalam tiga makna, yaitu (Soemadi 1994, dalam Ely 2006) : 1. Tanah yang nilainya ditentukan oleh kemampuannya menghasilkan produksi tanaman. 2. Tanah yang nilainya ditentukan dengan ukuran berat. 3. Tanah yang nilainya ditentukan dengan ukuran luas yang sekaligus berarti ruang.

B. Bentuk dan Perilaku Belerang di dalam Tanah Ada tiga sumber alami pokok unsur hara belerang (S) bagi tanah yang menyediakan belerang untuk tanaman. Ketiga sumber tersebut ialah: (1) mineral tanah, (2) gas belerang dalam atmosfir, dan (3) bahan organik. Disamping itu ada 4 aliran utama S ke atmosfir dengan urutan sebagai berikut; lepasan/produk bakteri < pembakaran bahan bakar fosil < penghembusan garam-garam laut < pelepasan gas volkan (Notohadiprawiro, 1998). Belerang di dalam tanah didapatkan dalam dua bentuk utama yaitu bentuk organik dan bentuk anorganik, tetapi sebagian besar dalam bentuk organik (Stevenson, 1994).

C. Kebutuhan Belerang bagi Tanaman Pada umumnya belerang yang dibutuhkan untuk pertumbuhan optimal tanaman bervariasi antara 0.1 sampai 0.5% dari bobot kering tanaman (Marschner, 1995). Spencer (1975) membagi 3 kelompok tanaman berdasarkan tingkat kebutuhan S, yaitu: (1) tanaman dengan tingkat kebutuhan S yang banyak (20-80 kg S/ha), (2) tanaman dengan tingkat kebutuhan S sedang (10-50 kg S/ha), dan (3) tanaman dengan kebutuhan S rendah (5-25 kg S/ha). Prasad dan Power (1997) menyatakan bahwa, tanaman serealia membutuhkan 3-4 kg S/t biji, 8 kg S/t biji pada tanaman legume dan 12 kg S pada tanaman yang menghasilkan minyak.

D. Peranan Pupuk Kandang Pupuk kandang adalah sisa proses pencernaan makanan dalam tubuh hewan bersama dengan sampah kandang yang terutama berasal dan sisa ransum yang tidak termakan dan jejabah yang di "recycle" dengan cara mengembalikan ke dalam tanah. Pupuk kandang sangat membantu dalam memperbaiki sifat-sifat tanah seperti permeabilitas tanah, porositas tanah, struktur tanah, daya menahan air dan kapasitas tukar kation tanah (Hardjowigeno, 1989). Pemberian bahan organik dapat meningkatkan ketersediaan hara di tanah, mengurangi tingkat kepadatan tanah, menambah kemampuan tanah mengeluarkan air dan

meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah. Flaig (1984) juga

mengemukakan bahwa pupuk kandang tidak hanya menyediakan N, P, K dan hara lain tetapi juga memberi pengaruh yang baik terhadap fisik tanah. E. Pupuk Anorganik 1. Pupuk Nitrogen Bersama unsur fosfor (P) dan kalium (K), nitogen (N) merupakan unsure hara yang mutlak dibutuhkan oleh tanaman. Bahan tanaman kering mengandung sekitar 2 sampai 4 % N; jauh lebih rendah dari kandungan C yang berkisar 40%. Namun hara N merupakan komponen protein (asam amino) dan khlorofil. Bentuk ion yang diserap oleh tanaman umumnya dalam bentuk NO3- dan NH4+ bagi tanaman padi sawah (Russell, 1973). 2. Pupuk Fosfor Fospor merupakan unsur hara esensial makro yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Tanaman memperoleh unsur P seluruhnya berasal dari tanah atau dari pemupukan serta hasil dekomposisi dan mineralisasi bahan organik. (Handayanto dan Hairiyah,2007). Peranan P pada tanaman penting untuk pertumbuhan sel, pembentukan akar halus dan rambut akar, memperkuat tegakan batang agar tanaman tidak mudah rebah,pembentukan bunga , buah dan biji serta memperkuat daya tahan terhadap penyakit. Tanaman jagung menghisap unsur P dalam bentuk ion sebanyak 17 kg/ha untuk menghasilkan berat basah tanaman 4200 kg/ha (Premono,2002).

Kekurangan p dalam tanah menyebabkan : 1. 2. 3. 4. 5. 6. Tanaman kerdil Daun-daun kecil Daun berwarna hijau tua Daun tua menunjukkan gejala klorosis dan gugur sebelum waktunya Pembentukan bunga dan buah terhambat dan biji kecil Pembentukan akar kurang baik dan bintik akar sering tidak terbentuk (Anonim 2; 2009) 3. Pupuk Kalium Kalium dibutuhkan oleh tanaman jagung dalam jumlah paling banyak dibanding N dan P. Pada fase pembungaan, akumulasi hara K telah mencapai 6075% dari kebutuhannya. Jika K kurang, gejalanya sering terlihat sebelum pembungaan yaitu pinggiran dan ujung daun menguning sampai kering. Hal ini terlihat terutama pada daun bawah. Pembentukan tongkol terpengaruh ujung tongkol bagian atas tidak penuh berisi biji tidak melekat secara kuat pada tongkol (Anonim, 2009) Unsur kalium diserap lebih cepat oleh tanaman dibandingkan kalsium dan magnesium. Jika unsure kalium berlebih gejalanya sama dengan kekurangan magnesium. Sebab sifat antagonism antara kalium dan magnesium lebih besar

daripada sifat antagonism antara kalium dan kalsium. Kendati demikian, pada beberapa kasus, kelebihan kalium gejalanya mirip tanaman kekurangan kalsium (Sutedjo, 2002). F. Iklim Dan Kondisi Lahan Di Daerah Sayuran Sitorus (2001) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resources) sebagai lingkungan fisik terdiri dari iklim, relief, tanah, air, dan vegetasi serta benda yang ada di atasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap penggunaan lahan. Penggunaan lahan (land use) diartikan sebagai setiap bentuk intervensi manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Saefulhakim dan Nasoetion (1995) bahwa penggunaan lahan merupakan suatu proses yang dinamis, sebagai hasil dari perubahan pada pola dan besarnya aktivitas manusia sepanjang waktu. Sehingga masalah yang berkaitan dengan lahan merupakan masalah yang komplek. Oleh karena itu upaya pemanfaatan sumberdaya lahan yang optimal memerlukan alokasi penggunaan lahan yang efisien. Sentra produksi sayuran dataran tinggi umumnya terletak pada ketinggian 700-2.500 m di atas permukaan laut (dpl), dengan suhu udara rata-rata relatif sejuk (sekitar 22 celcius) sampai dingin. Suhu udara rata-rata di beberapa sentra produksi sayuran dataran tinggi di Jawa Barat berkisar antara 18,1 dan 19,9C (Gunadi, 1998) Suhu udara rata-rata di bawah 22C merupakan kondisi ideal untuk pertumbuhan tanaman sayuran dataran tinggi. Curah hujan di daerah sayuran dataran tinggi berkisar antara 2.500 dan 4.000 mm/ tahun.

Tanah-tanah di daerah sayuran dataran tinggi, khususnya Andisol mempunyai sifat tiksotropik (tanah licin dan berair bila dipirid), mengindikasikan tekstur tanahnya mengandung fraksi debu lebih banyak dibandingkan dengan tanah mineral lainnya. Tanah dengan kandungan debu tinggi mempunyai kepekaan terhadap erosi lebih tinggi, atau rentan terhadap erosi (Morgan, 1979) Menurut Gumbira-Said (2002) sistem agribisnis merupakan sistem yang terpadu, baik secara vertikal maupun horisontal (integrated farming). Agribisnis terpadu merupakan suatu bentuk pengeloIaan sistem agribisnis yang bertujuan untuk mengurangi risiko pasar, risiko produksi, dan risiko produk. Integrasi yang terjadi adalah integrasi antara subsistem usaha pengadaan input pertanian, subsistem usaha produksi pertanian atau usahatani (on-farm), subsistem usaha pengolahan hasil pertanian (agroindustri), dan subsistem usaha pemasaran. Pola tanam adalah suatu usaha penanaman pada suatu bidang lahan dengan mengatur pola pertanaman. Pola pertanaman adalah suatu susunan tata letak dan tata urutan tanaman pada sebidang tanah selama periode tertentu, termasuk di dalamnya masa pengolahan tanah dan bera (Setjanta 1983).

10

III. METODE PRAKTIKUM A. TEMPAT DAN WAKTU 1. Kunjungan Ilmiah dilaksanakan di Desa Ciburial Kabupaten Rancabali dibawah kaki gunung Patuha, tepatnya di Pondok Pesantren Al-Ittifaq Ciwidey Bandung Selatan. 2. Praktikum dilaksanakan hari selasa tanggal 7 mei 2013, pukul 09.30 14.00 wib.

B. METODE PENGUMPULAN DATA Ada beberapa metode yang digunakan dalam pengumpulan data yang dibutuhkan sebagai berikut:

1. Observasi Partisipatif Observasi partisipatif dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan terhadap objek penelitian secara partisipatif. Artinya observasi yang dilakukan dengan disertai partisipasi langsung dan partisipasi tersebut ditandai dengan adanya keterlibatan langsung/aktif.

2. Wawancara (Interview)

11

Wawancara merupakan percakapan antara dua orang atau lebih dan berlangsung antara narasumber dan pewawancara. Tujuan dari wawancara adalah untuk mendapatkan informasi di mana sang pewawancara melontarkan pertanyaan-pertanyaan untuk dijawab oleh orang yang diwawancarai, alat dan bahan yang diperlukan dalam proses wawancara adalah kuisioner, pulpen, catatan dan kamera.

C. METODE ANALISIS Metode Analisis yang digunakan adalah Metode Analisis Deskriftif, yaitu usaha untuk mengumpulkan dan menyusun suatu data, kemudian dilakukan analisis terhadap data tersebut. Analisis deskriftif yakni yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka. Hal ini disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif. Selain itu, semua dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti.

12

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL Ponpes Al-Ittifaq terletak di sebelah selatan kota Bandung, tepatnya di Kampung Ciburial, Desa Alam Endah, Kecamatan Rancabali (Ciwidey), Kabupaten Bandung, Propinsi Jawa Barat. Secara geografis Desa Alam Endah berbatasan dengan beberapa desa lainnya, yaitu : Sebelah utara Sebelah timur Sebelah barat : Desa Panundan : Desa Sugih Mukti : Desa Lebak Muncang Sebelah selatan : Desa Patengan

Jarak Ponpes Al-Ittifaq ke kota kecamatan 14 km, ke kota kabupaten (Pemda) 29 km dan ke kota Bandung 40 km. Ponpes dapat dijangkau dengan berbagai sarana transportasi seperti mobil, motor, maupun angkutan umum. Desa Alam Endah terletak pada daerah dataran tinggi dengan ketinggian tempat 1.2001.400 m di atas permukaan laut. Curah hujan rata-rata 2.130 mm/tahun dengan suhu harian berkisar 19-20C. Sedangkan tingkat kesuburan tanahnya berkisar dari kategori sedang sampai tinggi. Berdasarkan pada kondisi tersebut, komoditi yang potensial untuk dikembangkan adalah sayur-sayuran. Pemilihan Komoditi yang ditanam di lahan pertanian pondok pesantren dan sekitarnya adalah komoditi yang diminta pasar, baik pasar tradisional maupun pasar Swalayan. Dalam proses pelaksanaan pengolahan pertanian, dilaksanakan secara terpadu, hal ini sangat penting untuk dilakukan mengingat prioritas kebutuhan pasar.

13

B. PEMBAHASAN Penggunaan lahan (land use) diartikan sebagai setiap bentuk intervensi manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Saefulhakim dan Nasoetion bahwa penggunaan lahan merupakan suatu proses yang dinamis, sebagai hasil dari perubahan pada pola dan besarnya aktivitas manusia sepanjang waktu. Sehingga masalah yang berkaitan dengan lahan merupakan masalah yang komplek. Oleh karena itu upaya pemanfaatan sumberdaya lahan yang optimal memerlukan alokasi penggunaan lahan yang efisien. Tanaman yang ditanam di daerah ini rata-rata adalah tanaman yang cocok pada daerah pegunungan tropik dan di daerah dengan curah hujan 600-700 mm/tahun. Suhu yang dibutuhkan adalah suhu dingin yang berkisar antara 15 25 derajat celcius. Kelembaban udara yang baik untuk pertumbuhan tanamannya antara 80-90%, Ketinggian tempat yang memenuhi syarat iklim tersebut adalah 900-1.500 meter dpl. Sayuran yang diusahakan sekitar 26 jenis, antara lain : kentang, tomat, wortel, buncis, kol merah, kol bulat, cabe merah, caisim, terong, daun mint, jeruk lemon, bawang daun, dan kucai. Lahan yang diusahakan Pondok Pesantren AlIttifaq seluas 17 Hektar dan MoU dengan Perum Perhutani seluas 400 Ha untuk direboisasi dengan pohon pinus dan suren. Teknologi yang di gunakan dalam budidaya sayuran di Pondok Pesantren Al-Ittifaq merupakan teknologi ramah lingkungan dengan mengunakan teknik

14

pengendalian Hama Terpadu dan tepat guna. Pengunaan kompos dan pengunaan pestisida Nabati, dengan tujuan menekan seminimal mungkin pengunaan Pestisida Kimia. Teknologi yang di gunakan : Mesin Warpping, Mesin Tongcai, Mesin Saos, Mesin Penggilingan dan lain-lain dengan penggunaan jika diperlukan. Hasil akhir mendapat perlakuan yang sama dengan pemisahan grade: 1) 2) 3) 4) 5) Grade I untuk pasar swalayan/supermarket, Grade II pasar umum, Grade III konsumsi santri dan menjamu tamu Grade IV barter Grade V konsumsi ternak

Seperti yang telah kita ketahui sebelumnya bahwa pondok pesantren ini ada di dtaran tinggi yang mana lahan tersebut memiliki potensi untuk ditanami komoditas hortikultura pada khususnya. Selain usaha pertanian pondok pesantran Al-Ittifaq ini juga mengupayakan usaha lainnya salah satunya usaha ternak sesuai dengan Dengan prinsip tidak ada waktu nganggur, tidak ada tanah tidur dan tidak ada sampah ngawur. Berikut ini beberapa komoditas yang dibudidayakan di pondok pesantren Al-ittifaq, yaitu : 1. Usahatani Sayuran Usahatani dilakukan dengan sistem monokultur dengan pergiliran tanaman. omoditas sayuran yang biasa ditanam adalah sayuran yang dipesan oleh swalayan, yaitu wortel, tomat, bawang daun, kubis, buncis dan cabai. Namun jenis sayuran yang ditanam dapat berubah sesuai dengan keadaan permintaan. Beberapa tahap yang dilakukan dalam kegiatan usahatani adalah pengolahan lahan, penaburan
15

benih/penanaman bibit, pemeliharaan dan pemanenan. Beberapa komoditas harus disemai terlebih dahulu. Peralatan yang biasa digunakan adalah cangkul, sabit, garpu, alat semprot dengan usia pakai kurang lebih satu tahun. Kegiatan pengolahan yang dilakukan meliputi penggemburan tanah, membuat bedengan, dan selokan, serta pemberian pupuk dasar baik pupuk kimia maupun pupuk organik. Pengolahan lahan dilakukan dengan menggunakan cangkul dan garpu. Garpu digunakan untuk memecah bongkahan tanah yang masih padat agar menjadi lebih gembur. Cangkul digunakan untuk

membolakbalikkan tanah sehingga terjadi rotasi kesuburan. Bedengan yang akan ditanami dibagi menjadi dua jenis tergantung lebar bedengannya. Bedengan dengan ukuran 10 x 0,5 m dengan jarak antar bedeng 0,5 m ditanami dengan tomat dan cabai, sedangkan bedengan dengan ukuran 10 x 1 m dengan jarak antar bedeng 0,5 m ditanami dengan wortel, buncis, bawang daun, dan kubis. Sebelum ditanam, benih wortel direndam terlebih dahulu di dalam air selama kurang lebih 12 jam. Setelah dikeringkan benih tersebut langsung ditebarkan merata pada bedengan yang telah dibagi menjadi 6 barisan, dengan jarak antar barisan kurang lebih 15 cm. Setelah wortel berusia 10 hari, dilakukan penjarangan terhadap wortel berjarak satu kepal atau sekitar 10 cm satu sama lain. Penanaman buncis dilakukan dengan menaruh benih pada lubang tanam sebanyak 2 butir. Kedalaman lubang tanam adalah 5 cm. Dalam satu bedeng terdapat 2 barisan, dengan jarak antar barisan 40 cm dan jarak antar lubang tanam pada satu barisan adalah 20 cm.

16

Benih kubis mendapat perlakukan yang sama dengan benih wortel yaitu mengalami perendaman selama kurang lebih 12 jam atau sampai benih terlihat pecah agar benih cepat berkecambah. Benih kubis disemai terlebih dahulu, pada bedeng tanam. Dalam satu bedeng terdapat 2 barisan, dengan jarak antar barisan 50 cm dan jarak antar lubang tanam pada satu barisan adalah 50 cm. Bibit bawang daun dapat ditanam langsung di bedeng tanam. Bibit yang digunakan adalah setek anakan. Setek anakan adalah bawang daun yang sudah berumur tua. Sebelum bibit ditanam, terlebih dahulu dikurangi perakaran dan dipotong sebagian daunnya. Sebelum ditanam, tomat dan cabai disemaikan dahulu pada bedeng semai yang terdapat di pekarangan bangunan utama. Lokasi ini dipilih karena pekarangan tersebut ternaungi, sehingga baik untuk kegiatan penyemaian. Pada umur 3 minggu bibit cabai sudah dapat ditanam pada bedeng tanam sedangkan bibit tomat pada umur 4-6 minggu. Dalam satu bedeng tomat terdapat 16 tanaman dengan jarak antar tanaman 60 cm. Pada satu bedeng cabai terdapat 13 tanaman dengan jarak antar tanaman 70 cm. Pemeliharaan meliputi pemupukan susulan, penyiraman, penyiangan, pembumbunan dan penyemprotan untuk beberapa komoditas. Pemupukan biasanya dilakukan dua kali yaitu pada awal penanaman dan pada masa setelah tanam, dimana pada masa ini pemupukan dapat dilakukan berkali-kali. Penyiraman dilakukan hanya pada musim kemarau. Penyiangan dilakukan untuk membersihkan bedengan dari gulma dan pembumbunan dilakukan untuk menjaga bedengan agar kondisi perakaran tanaman tetap baik. Cabai, tomat dan buncis yang telah berumur 4 minggu diberikan penopang berupa

17

ajir, untuk mencegah tanaman rebah. Penyemprotan dilakukan untuk melindungi tanaman dari hama dan penyakit yang menyerang. Penyemprotan dilakukan dengan alat hand sprayer. Pemanenan dilakukan sesuai dengan umur kematangan tanaman, namun dalam kondisi tertentu tanaman yang belum matang pun sudah dipanen. Kondisi yang dimaksud adalah apabila permintaan dari swalayan melebihi ketersediaan barang. Tanaman wortel, cabai, tomat, dapat dipanen pada umur tiga bulan, sedangkan tanaman bawang daun, kubis, dan buncis dapat dipanen pada umur dua bulan. Cabai dapat dipanen terus menerus sampai dua bulan setelah panen pertama. Tapi biasanya memasuki bulan kedua kualitas cabai tidak begitu baik lagi. Tomat dan buncis dapat dipanen sekitar sebelas kali dengan jarak pemetikan 2-3 hari. Hasil panen di bawa ke gudang pengemasan setelah dibersihkan dan disortasi di kebun, untuk ditimbang dan dikemas sesuai pesanan.

2. Asparagus Asparagus merupakan komoditas baru yang dibudidayakan di Pondok pesantern Al-Ittifaq. Asparagus, dalam pengertian umum, adalah suatu jenis sayuran dari satu spesies tumbuhan genus Asparagus, terutama batang muda dari Asparagus officinalis. Asparagus telah digunakan sejak lama sebagai bahan makanan karena rasanya yang sedap dan sifat diuretiknya. Syarat Tumbuh Lahan yang dibutuhkan oleh sayuran asparagus adalah dataran tinggi dengan ketinggian 600 900 m dpl. Asparagus dapat tumbuh optimal pada suhu antara 15 25 C dengan curah hujan yang cukup banyak dan merata sepanjang
18

tahun, yaitu berkisar antara 2.500 3.000 mm/tahun. Oleh karena itu, syarat utama lahan harus dataran tinggi, berhawa sejuk, dan dekat sumber air agar kebutuhan air di musim kemarau tercukupi. Areal dengan kondisi seperti di atas jarang ditemukan di Indonesia. Asparagus dapat tumbuh pada tanah podsolik merah kuning, latosol, maupun andosol. Asparagus lebih menyukai tanah yang agak berpasir dan berlapisan tanah olah yang tebal. Perlu diingat, asparagus tidak suka tanah yang berdrainase buruk dan banyak liat. Sedangkan pH yang diinginkan adalah 6-6,5 karena ia tidak toleran terhadap tanah yang bereaksi masam. Sebaiknya tanah itu mengandung banyak bahan organik. Langkah budidaya tersebuat antara lain : persiapan bibit, pengolahan tanah, penanaman, pemeliharaan, dan panen. Persiapan Bibit Pembibitan Asparagus dapat dilakukan secara vegetatif dengan kultur jaringan, anakan yang berasal dari tunas maupun setek, serta secara generatif dari biji. Dari ke tiga asal bibit tersebut, bibit yang berasal dari biji lebih baik. Awalnya, bibit didatangkan dari Taiwan, tetapi mulai tahun 2007 ini petani mulai mengembangkan usaha pembibitan asparagus secara mandiri. Harga bibit Asparagus hijau mencapai 2,5 juta rupiah untuk setiap 2 pound atau 800 gramnya. Dalam luasan 1 ha lahan memerlukan 600 gr bibit asparagus. Asparagus merupakan tanaman yang ditanam secara tidak langsung (Indirect seedling) melalui persemaian. Dalam pembibitan dengan biji terdapat 6 tahap, yaitu :

19

1. Persemaian Dalam persemaian, perlu diperhatikan pemilihan lahan persemaian yaitu lahan yang berdrainase baik, bukan bekas lahan tanaman asparagus, tanahnya gembur, subur dan berpasir. Bedengan tempat persemaian dilakukan pengolahan tanah, diberi pupuk dasar dan Furadan 3G untuk menghindari hama. Bedengan dibuat dengan lebar 120 cm, tinggi 20 25 cm, lebar parit 40 cm dengan kedalaman 40 cm. 2. Perendaman benih Benih yang akan disemaikan sebelumnya direndam dalam air dingin pada suhu 27C selama 24-48 jam. Selama perendaman, air diganti 2 3 kali. Biji ynag mengambang pada saat perendaman dibuang. 3. Semai benih Benih disemai pada tanah dengan jarak tanam 1510 cm, dengan kedalaman 2,5 cm, setiap 1 lubang ditanam 1 biji. Di atas permukaan tanah ditutup jerami atau sekam kemudian disiram secukupnya. 4. Perawatan persemaian Meliputi pencegahan hama dan penyakit dilakukan seawal mungkin. 5. Pemupukan Sewaktu masih dipersemaian setiap 20 30 hari dilakukan pemupukan susulan urea.

20

6. Seleksi dan Pencabutan benih Transplanting atau pemindahan bibit dilakukan setelah 5 6 bulan. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam transplanting diantaranya bibit yang akan dipindahkan adalah bibit yang sehat; bibit yang dicabut harus segera ditanam; dan sebelum penanaman akar dipotong, disisakan 20 cm, dan pucuk tanaman dipangkas hingga tinggi tanaman hanya 20 cm. Pengolahan Tanah Sebelum penanaman, lahan yang akan ditanami asparagus dibajak dalam dan merata. Dibuat parit dengan kedalaman 15 20 cm. Untuk tempat tanam, jarak antar tanaman 40 50 cm dan jarak antar baris 1,25 1,5 m. Pada awal tanam tidak digunakan pupuk kimia, tetapi menggunakan pupuk kandang. Penanaman Bibit yang ditanam adalah bibit yang sudah berumur 5 6 bulan. Penanaman dilakukan pada pagi hari sekitar jam 9 atau pada sore hari sekitar jam4. Pemeliharaan Pemeliharaan tanaman Asparagus meliputi : 1. Pembumbunan Apabila tunas sudah mulai tumbuh, dapat dilakukan pembumbunan. Pada musim hujan, parit diperdalam. Hal ini karena Asparagus tidak menyukai genangan.

21

2. Pemangkasan Pemangkasan dilakukan setelah induk tanaman membentuk 8 10 batang, selebihnya dipangkas. Setelah mendekati masa panen batang yang dipelihara cukup 3 5 batang. Pemangkasan juga dilakukan pada cabang dan batang yang terserang hama atau penyakit. 3. Pengairan dan drainase Dilakukan dengan cara menggenangi parit (di-Lb) setinggi setengah dari tinggi parit, ditunggu hingga air meresap sampai atas, kemudian sisa air dibuang.irigasi pada musim kemarau dilakukan tiap 1 minggu sekali. 4. Pemupukan susulan Selain pupuk susulan biasa, setiap tahun juga dilakukan pemupukan berkala, yaitu pemupukan berat seperti saat pertama kali tanam. Pada saat tersebut tidak dilakukan panen selama 3 4 minggu (fase istirahat) dan dilakukan seleksi induk. Pupuk susulan dilakukan dengan cara membuat parit sepanjang barisan berjarak 20 cm dari tanaman, dalamnya parit 15 cm kemudian pupuk dicampur dan ditutup dengan tanah. Pupuk susulan kimia diberikan setiap bulan, sedangkan pupuk kandang diberikan setiap 3 bulan sekali. Pupuk susulan ke empat kembali lagi seperti pupuk I, dan seterusnya. 5. Pengelolaan hama dan penyakit Tanaman induk yang mati karena terkena hama atau penyakit dipotong dan diganti dengan cara membesarkan batang yang tumbuh normal. Hama yang sering dijumpai adalah ulat grayak dan ulat tanah yang menyerang selama periode
22

transisi musim kemarau ke musim hujan, sedangkan penyakit yang menyerang dari golongan jamur. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara mekanik selama serangan belum terlalu berat. Aplikasi pestisida dilakukan jika serangan sudah cukup berat. Pestisida yang digunakan adalah pestisida organik (Daun Tembakau). Panen 1. Kriteria panen Asparagus dapat dipanen rebungnya pada umur 4-5 bulan setelah transplanting. Asparagus hijau yang dipanen adalah setelah muncul diatas tanah dengan kondisi pucuk yang masih kuncup. 2. Cara panen, interval, frekuensi Panen dilakukan dengan dua cara, yaitu mencabut dan memangkas atau memotong batang muda. Cara panen dengan memotong batang muda merupakan cara yang lebih baik, karena cara tersebut tidak merusak sistem perakaran tanaman yang dijadikan indukan. Jika panen pertama dilakukan pada umur 4 bulan setelah transplanting, maka penen kedua pada umur 5 bulan dengan interval panen 2 hari sekali, bulan keenam dan seterusnya dapat dipanen setiap hari. Ada dua jenis limbah yang dihasilkan oleh usahatani sayuran, yaitu brangkasan dan sayuran afkir. Brangkasan terdiri dari daun wortel, daun dan batang tomat, cabai, dan buncis. Sedangkan yang dikategorikan sebagai sayuran afkir adalah sayuran sisa yang tidak terjual. Hal ini disebabkan oleh telah terpenuhinya jumlah pemesanan swalayan, atau keadaan fisik sayuran yang
23

memang tidak layak untuk dijual ke swalayan. Seperti sayuran yang bukan termasuk dalam kategori grade A atau B. Biasanya sayuran afkir yang dihasilkan sekitar 8-20 persen dari total panen per hari. Berdasarkan data yang diambil, ratarata sayuran afkir yang dihasilkan dari panen total setiap harinya adalah wortel 83,83 kg (18,72%), tomat 38,90 kg (8,77%), buncis 22,63 kg (13,24%), bawang daun 22,68 kg (22,91), cabai 15,80 kg (22,21) dan kubis 19,94 kg (15,18%). Sayuran afkir yang layak konsumsi digunakan untuk makan santri sedangkan sayuran afkir yang kurang baik diberikan kepada ternak dan ikan atau langsung dibuang ke dalam tong pengomposan 3. Usaha Ternak Unit peternakan Ponpes Al-Ittifaq memiliki dua macam usahatani ternak, yaitu sapi perah dan penggemukan domba. Laporan keuangan yang dibuat ponpes selama ini hanya sebatas penjualan domba dan sapi afkir. Sementara itu laporan mengenai biaya operasional harian dan penerimaan penjualan susu harian tidak pernah dibuat. Hal ini membuat ponpes kesulitan untuk melihat apakah usahatani ternak ini menguntungkan atau tidak, karena laporan keuangan yang ada tidak mencerminkan keadaan yang sebenarnya. Pengadaan Bibit Bangsa atau rumpun sapi merupakan faktor yang berpengaruh pada produktivitas sapi dalam menghasilkan susu. Ponpes Al-Ittifaq menggunakan bangsa sapi Peranakan Frisian Holstein (PFH) atau yang biasa dikenal dengan Fries Holland. Sapi PFH biasa digunakan peternak di Indonesia karena produksi

24

susu sapi PFH lebih banyak daripada sapi jenis lainnya. Sedangkan bangsa domba yang diternakkan oleh ponpes adalah bangsa domba ekor tipis, karena pemeliharaan domba jenis ini relatif lebih mudah. Selain itu domba ekor tipis adalah bangsa domba yang tahan terhadap kegersangan. Pakan hijauan yang diberikan pada sapi dan domba berasal dari limbah sayuran dan lahan rumput sekitar ponpes. Rataan jumlah hijauan yang diberikan untuk sapi perah dewasa adalah sekitar 20 kg per ekor per hari dan untuk domba dewasa adalah sekitar 2,8 kg per ekor per hari. Jumlah rumput yang diberikan adalah 10 kg per ekor hari untuk sapi dewasa dan untuk domba dewasa adalah 1,4 kg per ekor per hari. Ada beberapa jenis limbah yang dihasilkan oleh ternak sapi dan domba, yaitu feses, urine, dan pakan hijauan. Limbah yang telah dimanfaatkan adalah feses dan sisa pakan hijauan. Kedua limbah tersebut diolah kembali menjadi pupuk organik. Pupuk organik digunakan untuk memupuk tanaman sayuran dan kolam ikan yang dibudidayakan ponpes. Jenisjenis pupuk organik yang diproduksi dan digunakan oleh ponpes adalah pupuk kompos cair, pupuk daun, dan pupuk kandang. 4. Usahatani Ikan Jenis-jenis ikan yang diusahakan di Ponpes Al-Ittifaq adalah ikan mujair dan lele. Keduanya tidak diusahakan untuk tujuan komersil melainkan hanya untuk konsumsi keluarga ponpes.

25

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Ponpes dapat dijangkau dengan berbagai sarana transportasi seperti mobil, motor, maupun angkutan umum. Desa Alam Endah terletak pada daerah dataran tinggi dengan ketinggian tempat 1.200-1.400 m di atas permukaan laut. Curah hujan rata-rata 2.130 mm/tahun dengan suhu harian berkisar 19-20C. Sedangkan tingkat kesuburan tanahnya berkisar dari kategori sedang sampai tinggi. Tanaman yang ditanam di daerah ini rata-rata adalah tanaman yang cocok pada daerah pegunungan tropik dan di daerah dengan curah hujan 600-700 mm/tahun. Suhu yang dibutuhkan adalah suhu dingin yang berkisar antara 15 25 derajat celcius. Kelembaban udara yang baik untuk pertumbuhan tanamannya antara 80-90%, Ketinggian tempat yang memenuhi syarat iklim tersebut adalah 900-1.500 meter dpl. Sayuran yang diusahakan sekitar 26 jenis, antara lain : kentang, tomat, wortel, buncis, kol merah, kol bulat, cabe merah, caisim, terong, daun mint, jeruk lemon, bawang daun, dan kucai. Pondok pesantren Al-ittifaq juga mengadakan usahatani ternak dan usahatani ikan agar lahan yang tersedia dapat terpakai semua ,tidak ada yang menganggur meskipun keduanya bukan produk utamanya.

26

B. SARAN Ponpes harus meningkatkan efisiensi penggunaan tenaga kerja santri, karena selama ini ponpes telah melakukan pemborosan tenaga kerja. Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah dengan membuat kelas tambahan yang memberikan materi pertanian, sehingga santri paham cara bertani yang benar. Hal ini juga dapat dilakukan untuk mengurangi jam menganggur santri.

27

DAFTAR PUSTAKA Hardjowigeno, S.1995. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta. Hernanto F. 1989. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya: Jakarta. Musnamar EI. 2003. Pupuk Organik: Cair&Padat, Pembuatan, Aplikasi. Jakarta: Penebar Swadaya. Rubatzky, VE., Mas Yamaguchi. 1999. Sayuran Dunia: Prinsip, Produksi dan Gizi. Jilid Ketiga. Institut Teknologi Bandung. Bandung. Soekartawi. 2002. Analisis Usahatani. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Soemadi, Herutomo. 1994. Kebijaksanaan Tata Ruang dan Tata Guna Tanab. Yogyakarta : Badan Pertanahan Nasional Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional. Sutanto R. 2002. Pertanian Organik: Menuju Pertanian Alternatif dan Berkelanjutan. Yogyakarta: Kanisius.

28

LAMPIRAN

Gambar 1. Lahan tanaman asparagu.

Gambar 2. Penjelasan narasumber KH. Fuad sebagai narasumber menjelaskan sekilas tentang budidaya asparagus d ponpes AL-Ittifaq dan tanya jawab dengan mahasiswa

29

Gambar 3. Usahatani ikan

30

Gambar 4.

31

Anda mungkin juga menyukai