Anda di halaman 1dari 4

The Yellow Butterfly

Haruskah kusalahkan sebuah rasa yang tertanam di jiwa?. Pada hati yang kujatuhkan cinta hanya untuknya. Walau kini mungkin ada luka dan kecewa, namun selalu kupercaya, bahwa suatu saat nanti semuanya akan berubah. Eria, mengapa kamu masih saja mempertahankannya? tanya Anti kepadaku. Lalu, haruskah aku mengambil keputusan sebaliknya!? jawabku sambil menyiapkan bukubuku pelajaran yang akan kubawa ke kelas pagi ini. Kulangkahkan kakiku meninggalkan ruangan, sempat kulirik Anti yang masih sibuk di mejanya. Ah, biar saja orang berpikir aku bodoh, aku tolol, atau apalah. Ini keputusanku, aku tak mau goyah lagi. Ini demi anak-anakku, demi keluargaku. Aku akan tetap berdiri tegak dengan komitmen yang telah kuikrarkan dulu ketika akad pernikahanku. Walau kutahu, saat ini orang yang sangat kucintai telah menodai ikrar suci kami. Tapi, apakah harus selalu dengan perceraian, selingkuh itu diselesaikan?. Masih kuingat saat awal pertemuanku dengannya, pria yang telah dicatat Tuhan sebagai jodohku. Seorang insan sebagai kekasihku, belahan jiwaku, dialah seorang suami yang akan tetap selalu kusayangi, selalu kuhormati. Lewat seorang teman, aku mengenalnya. Walau aku tiga tahun lebih tua darinya, tapi ia mampu memahamiku. Setelah lebih kurang sebulan dari perkenalan kami, akhirnya dia meminangku. Apakah kamu tidak menyesal membina rumah tangga dengan seorang pria yang belum punya penghasilan tetap seperti diriku ini? Kata-kata suamiku kembali melintas di benakku. Saat kami menikah, memang dia belum punya pekerjaan tetap, sedangkan aku, aku adalah seorang guru PNS. Walau gajiku tak begitu banyak, namun bila dibandingkan dengan suamiku, bisa dikatakan di awal pernikahan kami, akulah yang menjadi tulang punggung keluarga. Dia tak sungguh-sungguh mencintaimu Eria! Coba kau lihat kini, setelah ia berhasil dengan usahanya, ia dengan wanita lain, padahal usahanya itu, kamu yang modalin

Kali ini kata-kata Anti ikut memenuhi pikiranku. Ya Tuhan, kelirukah aku bila maaf dan harap ini masih kuberikan pada suamiku?. Apakah memang tak ada celah untuknya berubah?. Apakah harus kurobohkan bahtera rumah tangga kami?. Teeet...teeet... Bel istirahat berbunyi, membuyarkan lamunanku. Setelah aku memerintahkan siswasiswiku mengumpulkan pekerjaan mereka, kembali kulangkahkan kaki menuju ruanganku. Sebenarnya aku merasa malas harus bertemu dengan rekan-rekan kerjaku. Aku malas menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka. Walau aku tahu mereka tak bermaksud apa-apa, walau aku tahu mereka sangat peduli padaku, tapi saat ini aku sedang ingin sendiri. Bu Eria, anda dipanggil Pak Umar di ruangannya teriak Lia, TU di sekolahku, saat ia melihatku dari kejauhan. Kepala sekolah memanggilku?. Aku sangat berharap ia akan menyampaikan berita yang kutunggu-tunggu. Permisi Pak! ucapku ketika tiba di depan ruangan kepala sekolah. Benarkah itu Pak!? tanyaku dengan rasa tak percaya, tapi jujur kukatakan aku sangat bahagia mendengar kabar bahwa urusan kepindahanku kini telah selesai. Setelah kuucapkan berulang-ulang rasa terimakasihku, akhirnya dengan berbinar kutinggalkan ruangan Pak Umar. Aku tahu, teman-temanku akan langsung menanyakan kenapa aku dipanggil Pak Umar. Akan kukatakan pada mereka yang sesungguhnya, terserah mereka menganggap kebahagiaanku ini adalah sebuah kebodohan. Ya, terserah mereka. Eria, apakah ini memang yang menjadi keinginanmu? tanya Anti menyambut kedatanganku di ruang guru. Iya Anti. Inilah keputusanku. Walau mungkin ada yang menganggap aku sangat bodoh, aku yakin inilah yang terbaik jawabku. Eria, kami akan sangat merindukanmu.... kata Anti sambil mendekatiku dan memelukku. Tak terasa butiran air mata jatuh di pipiku. Oh Tuhan, mantapkanlah keputusanku ini. Sesungguhnya keinginan untuk pindah kerja ini sangat sulit untuk kubuat. Bukan hanya akan meninggalkan teman-teman seperjuanganku, namun juga keluargaku. Tapi, semoga ini bisa

menyatukan rumah tanggaku yang kini telah retak. Semoga dengan aku selalu di sisi suamiku, dia takkan menduakanku kembali. Bukankah suamimu tak mengizinkan kamu pindah mengikutinya ke sana. Bukankah ia pernah bilang, dia yang akan pindah ke sini. Bukan kamu yang harus mengikuti dia ke sana. Teman-temanmu, keluargamu semuanya di sini Eria. Di sana tempat yang asing bagimu Bagaimana kalau... Karena dia suamiku Anti, bagaimanapun aku akan selalu berusaha bersamanya. Sampai kapan aku harus menunggu kepindahannya, menunggu hal yang tak pasti. Aku adalah istri sah dia, ibu dari anak-anaknya. Aku yakin dia akan berubah. Aku yakin suatu saat nanti ia akan kembali menjadi milikku seutuhnya. jawabku memotong kata-kata Anti. Sadarlah Eria...suamimu itu...suami itu...seperti seekor ular berbisa! Kupandangi Anti, ia tampak merasa sangat bersalah telah mengeluarkan kata-kata tadi. Kukatakan padanya, bahwa aku tak marah karena ucapannya itu. Karena kutahu, ia hanya mencemaskan keadaanku. Kujelaskan padanya, bahwa saat ini bagiku suamiku bukanlah seekor ular berbisa. Bila harus diandaikan, mungkin ia hanyalah seekor ulat. Ya, seekor ulat. Walau mungkin menakutkan, namun kuyakin dengan berjalannya waktu ulat itu akan menjadi sosok yang indah. Sosok yang selalu ingin kulihat, selalu ingin kupandang. Aku yakin seekor ulat itu akan menjadi seekor kupu-kupu yang selalu bersamaku, selalu merinduku dan selalu mencariku, karena akulah sang bunga hatinya. Kamu tahukan Anti, sekelompok kupu-kupu kuning yang selalu hadir di awal musim panas itu, betapa bahagianya mereka, terbang ke sana kemari. Aku yakin suatu saat nanti, dengan ketulusan, keikhlasan dan maaf yang selalu kuberikan untuk suamiku. Aku, dia, dan anakanak kami akan seperti kupu-kupu kuning itu. Kami akan selalu bersama dan selalu berbahagia ucapku dengan penuh doa dan harap. Oh Tuhan, semoga semua benar adanya. Biarlah rasa ini selalu Engkau jaga. Biar tumbuh dan berbunga indah. Dan akhirnya, izinkan setia itu ada. Di hatiku dan di hatinya. Selamanya....

Biodata Penulis

Cerpen The Yellow Butterfly ini adalah kisah nyata berdasarkan pengalaman salah seorang teman penulis. Penulis yang bernama Anisa ini lahir di Kepahiang (Bengkulu), 24 Juni 1987. Penulis mempunyai nama pena Niesha Hana Cielo ini juga mempunyai akun facebook yang bernama An Nisa.

Anda mungkin juga menyukai