Anda di halaman 1dari 9

1.

Defenisi Barbiturat Barbiturat adalah obat yang bertindak sebagai depresan sistem saraf pusat,

dan mereka menghasilkan spektrum efek yang luas, mulai dari sedasi ringan sampai anestesi total. Mereka juga efektif sebagai anksiolitik, sebagai hipnotik, dan sebagai antikonvulsan. Mereka memiliki potensi kecanduan, baik fisik dan psikologis.8 Barbiturat selama beberapa saat telah digunakan secara ekstensif sebagai hipnotik dan sedatif. Namun sekarang kecuali untuk beberapa penggunaan yang spesifik, barbiturat telah banyak digantikan dengan benzodiazepine yang lebih aman, pengecualian fenobarbital, yang memiliki anti konvulsi yang masih banyak digunakan.9 2. Klasifikasi Barbiturat Secara kimia, barbiturat merupakan derivat asam barbiturat. Asam barbiturat merupakan hasil reaksi kondensasi antara urea dengan asam malonat. Tabel 1. Rumus beberapa turunan asam barbiturat Nama Barbital, veronal Fenobarbital, luminal Butetal, soneril Pentobarbital, nembutal Allobarbital, alurat Aprobarbital, alurat Metarbital, gemonil Mefobarbital, prominal Subtituen pada 1 Metil Metil R1 Etil Etil Etil Etil Alil Alil Etil Etil R2 Etil Fenil n-butil 1-metil butil Alil Isopril Etil Fenil BM 184,19 232,23 212,24 224,27 208,21 210,23 198,22 246,2

Tabel 2. Penggolongan barbiturat berdasarkan lama kerja, dengan contoh obat, waktu paruh, dan dosis hiptotiknya.10

Golongan Kerja sangat singkat (iv 2 - 4 jam)

Contoh Obat Tiamilal Tiopental Heksobarbital Kemital

Waktu Paruh (jam) 2,7 7 15 48 19 34 34 42 8 42 24 140 -

Dosis hipnotik (mg)

Kerja singkat (3 jam) Kerja sedang (3 - 6 jam) Kerja lama (6 jam)

Pentobarbital Sekobarbital Siklobarbital Butabarbital Amobarbital Probarbital Fenobarbital Mefobarbital Barbital

50 100 mg 100 200 mg 100 200 mg 50 200 mg 65 130 mg 100 200 mg 100 200 mg 300 500 mg

3.

Mekanisme Kerja Barbiturat Barbiturat terutama bekerja pada reseptor GABA dimana barbiturat akan

menyebabkan hambatan pada reseptor GABA pada sistem saraf pusat, barbiturat menekan sistem aktivasi retikuler, suatu jaringan polisinap komplek dari saraf dan pusat regulasi, yang beberapa terletak dibatang otak yang mampu mengontrol beberapa fungsi vital termasuk kesadaran. Pada konsentrasi klinis, barbiturat secara khusus lebih berpengaruh pada sinap saraf dari pada akson. Barbiturat menekan transmisi neurotransmitter inhibitor seperti asam gamma aminobutirik (GABA). Mekanisme spesifik diantaranya dengan pelepasan transmitter (presinap) dan interaksi selektif dengan reseptor (postsinap).4,8,10

4.

Efek Barbiturat

4.1. Pada Sistem Saraf Pusat

Barbiturat menimbulkan semua tingkat depresi mulai dari sedasi ringan sampai koma. Tingkat depresi tergantung pada jenis barbiturat, dosis yang sampai ke SSP, cara pemberian, tingkat kepekaan SSP pada waktu pemberian obat, dan ada tidaknya toleransi.10 Seluruh SSP dipengaruhi barbiturat, tetapi yang paling peka adalah korteks serebri dan sistem retikular. Pada dosis sedatif sudah terjadi depresi daerah motoris dan sensoris korteks. Yang relatif kebal terhadap barbiturat adalah vasomotor dan pusat pernapasan di medula oblongata.10 4.2. Sistem Kardiovaskular Menurunkan tekanan darah dan cardiac output, dan dapat meningkatkan frekwensi jantung, penurunan tekanan darah sangat tergantung dari konsentrasi obat dalam plasma. Hal ini disebabkan karena efek depresinya pada otot jantung, sehingga curah jantung turun, dan dilatasi pembuluh darah. Iritabilitas otot jantung tidak terpengaruh, tetapi bisa menimbulkan disritmia bila terjadi resistensi Co2 atau hipoksia. Penurunan tekanan darah yang bersifat ringan akan pulih normal dalam beberapa menit tetapi bila obat disuntik secara cepat atau dosisnya tinggi dapat terjadi hipotensi yang berat. Hal ini terutama akibat dilatasi pembuluh darah karena depresi pusat vasomotor. Dilain pihak turunnya tekanan darah juga dapat terjadi oleh karena efek depresi langsung obat pada miokard.5,6 4.3. Sistem Pernafasan Dosis hipnotik menyebabkan depresi respirasi yang ringan, sementara pada dosis yang lebih besar, dapat terjadi intoksikasi, yang menekan pusat pernapasan (medulla oblongata), sehingga respon terhadap CO2 berkurang, dan mengakibatkan ventilasi paru berkurang. Keadaan ini menyebabkan pengeluaran CO 2 dan pemasukan O2 berkurang, sehingga terjadilah hipoksia.7, 10, 11 Selain pusat pernapasan, respirasi juga terganggu oleh : a. b. c. Edema pulmonum terutama terjadi dengan barbiturat kerja singkat. Pneumonia hipostatik terutama dengan barbiturat kerja lama. Hiper-refleksia N. vagus yang bisa menyebabkan singulus, batuk, spasme bronkus dan laringospasme. Ini sering terjadi pada anastesia bila tidak diberikan pramedikasi sulfas atropin atau skopolamin.10

4.4. Saluran Cerna Tonus dan amplitudo pergerakan otot usus berkurang sedikit karena barbiturat. Sekresi lambung hanya sedikit berkurang.10, 11 4.5. Ginjal Barbiturat tidak mempunyai efek buruk terhadap ginjal yang sehat. Namun Oliguri dan anuria dapat terjadi pada keracunan akut barbiturat terutama akibat hipotensi yang nyata.10 4.6. Hati Pada dosis terapi, barbiturat tidak mengganggu fungsi hepar yang normal. Namun dapat terjadi kerusakan hepar yang hebat dan disertai dengan dermatitis serta gejala alergi lainnya pada penderita hipersensitif.10 5. Penyalahgunaan Barbiturat Seperti etanol, barbiturat memabukkan dan menghasilkan efek yang sama selama intoksikasi. Gejala-gejala keracunan barbiturat termasuk depresi pernapasan, menurunkan tekanan darah, kelelahan, demam, kegembiraan yang tidak biasa, iritabilitas, pusing, konsentrasi yang buruk, sedasi, kebingungan, gangguan koordinasi, gangguan penilaian, kecanduan, dan pernapasan yang dapat menyebabkan kematian. Pengguna melaporkan bahwa penggunaan barbiturat dalam dosis tinggi memberi mereka perasaan puas, santai dan euforia. Risiko utama dari penyalahgunaan barbiturat adalah depresi pernapasan akut. Ketergantungan fisik dan psikologis juga dapat terjadi pada penggunaan berulang. Efek lain dari keracunan barbiturat meliputi mengantuk, nistagmus lateral dan vertikal, bicara cadel dan ataksia, kecemasan menurun, hilangnya hambatan. Barbiturat juga digunakan untuk mengurangi efek samping atau penarikan dari penyalahgunaan narkoba. Pengguna narkoba cenderung memilih barbiturat short-acting dan intermediate-acting. Yang paling sering disalahgunakan adalah amobarbital (amytal), pentobarbital (Nembutal), dan secobarbital (Seconal). Kombinasi amobarbital dan secobarbital (disebut Tuinal) juga sangat disalahgunakan. Barbiturat short-acting dan intermediate-acting biasanya diresepkan sebagai obat penenang dan pil tidur. Pil ini

mulai bertindak 15-40 menit setelah mereka tertelan, dan efek mereka berakhir sekitar lima sampai enam jam.8 Penggunaan barbiturat dosis besar dapat terjadi pada percobaan bunuh diri atau kecelakaan. 10 Intoksikasi berat umumnya terjadi bila menelan sekaligus barbiturat 10 kali dosis hipnotik. Barbiturat kerja singkat, kelarutannya dalam lemak lebih tinggi dan lebih toksik dibandingkan dengan barbiturat kerja lama.10 Dosis 6 - 10 gram fenobarbital dan dosis 2 - 3 gram amobarbital, sekobarbital atau pentobarbital dapat menimbulkan kematian.10 Kadar fenobarbital terendah dalam plasma yang pernah dilaporkan bersifat letal kira-kira 60 mikrogram/ml, sedangkan untuk anobarbital dan pentobarbital kirakira 10 mikrogram / ml.10 5. 5.1 Gejala Keracunan Barbiturate Gejala Keracuna Akut a. b. c. d. e. f. 5.2 Koma, Pernapasan lambat, Kulit dan membran mukosa mengalami sianosis, refleks menurun atau negatif, Suhu badan menurun, Pupil mengecil, dengan refleks cahaya bisa (+) ataupun (-).10

Gejala Keracunan Kronik a. Kelainan psikiatrik dengan gejala yang menyerupai intoksikasi alkohol, b. Kelainan neurologis, yaitu gangguan bicara, nistagmus, diplopia, ataksia, kelemahan otot rangka, dan lain-lain, c. Kelainan dermatologis, misalnya urtikaria, purpura, eksantem, dan dermatitis eksfoliatif.10

6.

Tatalaksana Keracunan Barbiturat Intoksikasi barbiturat akut dapat diatasi dengan maksimal dengan pengobatan

simtomatik suportif yang umum.11 5

Dalamnya koma dan ventilasi yang memadai adalah yang pertama dinilai. Bila keracunan terjadi < 24 jam sejak makan obat, tindakan cuci lambung dan memuntahkan obat perlu dipertimbangkan, sebab barbiturat dapat mengurangi motilitas saluran cerna. Tindakan cuci lambung serta memuntahkan obat perlu dilakukan hanya setelah tindakan untuk menghindari aspirasi dilakukan. Setelah cuci lambung, karbon aktif dan suatu pencahar (sarbitol) harus diberikan. Pemberian dosis ulang karbon (setelah terdengar bising usus) dapat mempersingkat waktu paruh fenobarbital. Pengukuran fungsi nafas perlu dilakukan sedini mungkin. Pco2 dan O2 perlu dimonitor, dan pernafasan buatan harus dimulai bila diindikasikan. 11 Pada keracunan barbiturat akut yang berat, syok merupakan ancaman utama. Sering kali penderita dikirim ke rumah sakit dalam keadaan hipotensi berat atau syok, dan dehidrasi yang berat pula. Hal ini segara diatasi, bila perlu tekanan darah dapat ditunjang dengan dopamine.11 7. Pemeriksaan Forensik Korban Keracunan Barbiturat Kadar dalam darah yang rendah ditemukan pada keracunan yang fatal dimana kematian terjadi cepat karena depresi pada pengatur pernafasan di pusat. Menurut penelitian, kematian terjadi 20 menit setelah overdosis. Pada autopsi, tanda kegagalan kardiorespiratorius, dimana menunjukkan sianosis, tanda-tanda bendungan. Walaupun tidak spesifik, kemungkinan paru-paru yang kongestif pada keracunan barbiturat akut sangat fatal dibandingkan kondisi lainnya. Organ ini hampir semuanya berwarna hitam dan sistem vena keseluruhan dipenuhi darah deoksigenasi yang berwarna hitam. Dapat ditemukan bister barbiturat pada daerah kulit yang tertekan terutama pantat, punggung dan lengan bawah,. Blister ini dapat juga ditemukan pada pasien yang koma. Dapat ditemukan tanda-tanda setempat dari erosi oleh obat tersebut. Mukosa gaster dapat rusak oleh karena alkali dari obat seperti sodium amital dimana merupakan garam sodium dari asam organik lemah yang mengalami hidrolisis di dalam lambung. Fundus dapat menipis, granular dan hemoragis. Kardia dan esofagus bagian bawah dapat terkena dikarenakan refluks dan bila mengalami regurgitasi, darah yang berwarna hitam dapat muncul pada mulut dan hidung.

Barbiturat tertentu dapat menunjukkan tanda karakterisitik tertentu di mulut, esofagus dan lambung. Warnanya bervariasi pada setiap obat-obatan, tetapi warna biru-tua dari kapul sodium amital dapat mewarnai lambung dan bahkan dapat terlihat pada dinding usus saat abdomen dibuka. Kapsul pigmentasi gelatin lainnya dapat berwarna merah, kuning atau biru. Seperti obat lainnya, konsumsi dengan alkohol memperburuk tingat kefatalannya. 8. Pemeriksaan Toksikologi Dilakukan dengan memasukkan 50 ml urin atau isi lambung dalam sebuah corong. Periksa dengan kertas lakmus, jika bersifat alkali tambahkan HCl sampai bersifat asam. Tambahkan 100 ml eter, kocok selama beberapa menit. Diamkan sebentar, tampak air terpisah dari eter, lapisan air dibuang, barbiturat terdapat dalam lapisan eter. Saring eter ke dalam beaker glass dan uapkan sampai kering di atas penangas air. Tambahkan 10 tetes kloroform untuk melarutkan sisa barbiturat yang mengering. Ambil beberapa tetes larutan dan letakkan pada white pocelain spot plate. Tambahkan 1 tetes kobalt asetat (1 % dalam metil alkohol absolut) dan 2 tetes isopropilamin (5% dalam metil-alkohol absolut), Barbiturat akan memberi warna merah muda sampai ungu. 8.2 Pemeriksaan Barbiturat pada Organ Tubuh12 Untuk pemeriksaan toksikologik, bahan yang harus dikirim ialah isi lambung, darah hati atau perifer, urin, ginjal, hati, sebagian otak dan lemak pada kasus keracunan barbiturat golongan kerja sangat singkat. Ada 5 macam metode ekstraksi (Moghrabi & Curry), dan yang memberikan hasil terbaik ialah ekstraksi langsung dengan kloroform. Bila kadar dalam darah sangat rendah maka metode yang diapakai adalah metode asam tungstat. Konsentrasi barbiturat dalam otak, hati dan ginjal menunjukkan jumlah yang besar sedangkan dalam otot dan tulang-tulang sedikit. Konsentrasi barbiturat yang terbesar terdapat dalam otak dan hati yang bervariasi antara 2,5-8 mg/100 gr jaringan.

8.1. Pemeriksaan Urine atau Bilasan Lambung dengan Metoda Kopanyi12

Dalam keadaan mayat yang membusuk lanjut, barbiturat masih tetap dapat ditentukan (lebih kurang 25 % dari konsentrasi semula) sehingga dalam melakukan penarikan kesimpulan, hal ini perlu diperhitungkan.

DAFTAR PUSTAKA

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Idries, Abdul, Munim. Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses Penyidikan. Jakarta : Sagung Seto, 2011. Idries, Abdul, Munim. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik, Edisi I. Jakarta : Binarupa Aksara, 1997. Sitorus, Seven. Kegawatan Klien dengan Keracunan. Jakarta. Available at : www.scribd.com Stark, Margaret M. Clinical Forensic Medicine A Physicians Guide, 2nd Edition. New Jersey : Humana Press, 2000. Mangku G. Diktat Kumpulan Kuliah buku I. Laboratorium Anesthesiologi dan reaminasi FK. Unud , Denpasar, 2002. Mangku G. Standart pelayanan dan tatalaksana anastesia analgesia dan terapi intensif rumah sakit sanglah denpasar FK UNUD , Denpasar, 2000. Latief SA dkk. Petunjuk Praktis Aneshtesiologi edisi kedua. bagian Anesthesiologi dan terapi intensif, Denpasar : FK UNUD, 2000. Available at : http://www.news-medical.net/health/Barbiturate-Abuse-(Indonesian).aspx Tjay dan Rahardja, Obat-obat Penting. Jakarta : PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, 2003.

10. Kumpulan kuliah farmakologi. Staf pengajar Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya, Ed. 2. Jakarta : EGC, 2009. Available at : www.Amazon.com 11. Katzung, Farmakologi Dasar dan Klinis, Staf Dosen Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. Jakarta : EGC, 1998. 12. Budiyanto A, Widiatmo W, Sudiono S, Winardi T, Munim A Sidhi, Hertian S, et al. Ilmu Kedokteran Forensik. 1st ed. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 1997. p. 47: 68-69: 92-100: 105-06: 111: 113: 125-26: 136-37: 144-46: 16796

Anda mungkin juga menyukai