Anda di halaman 1dari 2

HUBUNGAN ANTARA INDEX EFUSI PLEURA DAN MORTALITAS PADA ANAK DENGAN DENGUE SHOCK SYNDROME

ABSTRAK
LATAR BELAKANG Angka kematian dengue shock syndrome masih tinggi. Tingkat plasma di dengue shock syndrome dapat di identifkasi dengan posisi right lateral dekubitus di foto rontgen dada, dan dihitung dengan indeks efusi pleura (PEI). Diperkirakan nilai PEI dapat digunakan untuk memprediksi mortalitas DSS pada anak. Efusi pleura pada pasien DSS dapat menyebabkan terjadinya gagal nafas dan kematian. TUJUAN Untuk mencari hubungan antara PEI dan mortalitas pada anak dengan DSS METODE Cross-sectional ini, study retrospective dilakukan di Rumah Sakit DR Kariadi Semarang, Indonesia. Data diambil dari catatan medis pasien DSS dari Pediatric Intensive Care Unit (PICU) yang dirawat dari Januari 2009-Januari 2011. Diagnosis DSS sesuai dengan klinis dan manifestasi secara radiologi. Diagnosis PEI diketahui dengan adanya cairan pada rongga pleura pada gambaran radiologi paru. Foto rontgen telah diinterprestasi oleh ahli radiologi yang bertugas pada saat itu. Test ChiSquare dan Logistic Regression digunakan untuk menganalisa data.

HASIL Terdapat 48 subjek dengan DSS, terdiri dari 18 laki-laki (37,5%) dan 30 perempuan (62,5%). 29 subjek bertahan ( 60,4%) dan 19 subjek meninggal (39,6%). 1 pasien (2,1%) dengan PEI <6%, 4 (8,3%) dengan PEI 6-15 %, 17(35,4%) dengan PEI 15-30 %, dan 26 (54,2%) dengan PEI > 30% pada foto rontgen mereka. Angka kematian DSS dengan PEI 15-30 % adalah 11,8 % (95 % CI 0,021 to 0,564 ;P<0,005) dan PEI >30% adalah 65,4 % (95 % CI 3,581 to 99,642;P<0,005). KESIMPULAN PEI > 15% adalah faktor resiko untuk mortalitas pada anak dengan DSS Demam Berdarah Dengue adalah penyebab penting pada morbiditas anak Asia, dan dengue shock syndrome adalah penyebab signifikan angka kematian anak. DSS adalah dicirikan dengan peningkatan tetap pada permeabilitas pembuluh darah dengan akibat terjadinya hipovolemia. WHO mendefinisikan DSS sebaga DHF ditambah tanda dari kegagalan sirkulasi dengan tanda nadi yang cepat dan lemah, tekanan nadi yang sempit (< 20 mmHg) atau hipotensi, pengisian kapiler berkepanjangan, kulit yang dingin dan basah dan adanya kegelisahan. Onset terjadinya shock adalah akut dan terjadi pada saat penurunan suhu tubuh sampai normal, biasanya setelah 2-5 hari demam. Selama shock, pasien dengan suhu tubuh subnormal, kulit dingin dan basah, maupun dengan nadi

yang cepat dan lemah. Pengukuran Efusi pleuran dan asites bisa digunakan untuk memprediksi timbulnya DSS. Efusi pleura terjadi pada fase kebocoran plasma, menyebabkan penurunan dada dan kapasitas fungsional residual berkurang. Selain itu, efusi pleura menyebabkan hipoxemia dan peningkatan nafas saat beraktivitas. Manifestasi klinis disebabkan oleh efusi pleuran yang bergantung volume cairan pada pleura, disamping patologi parenkim paru ,seperti sindrom distres pernafasan akut. Posisi right lateral dekubitus pada foto rontgen digunakan untuk evaluasi efusi pleura. Derajat pada kebocoran plasma bisa dihitung dengan PEI. PEI dihitung dengan 100% dikali lebar maksimum efusi pleura kanan , dibagi dengan lebar maksimal hemithoraks kanan. Tujuan pada studi ini adalah untuk mengevaluasi kegunaan dari hasil PEI untuk memprediksi mortalitas DSS pada anak.

Anda mungkin juga menyukai