Anda di halaman 1dari 0

Dedy Syahputra Sigalingging : Efek Samping Penggunaan Obat Antiretrovirus Di Rongga Mulut Pasien Hiv/Aids, 2009.

USU Repository 2009




EFEK SAMPING PENGGUNAAN OBAT ANTIRETROVIRUS
DI RONGGA
MULUT PASIEN HIV/AIDS

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi
syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi


Oleh:
DEDY SYAHPUTRA SIGALINGGING
NIM : 040600114


DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MULUT
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009


Dedy Syahputra Sigalingging : Efek Samping Penggunaan Obat Antiretrovirus Di Rongga Mulut Pasien Hiv/Aids, 2009.
USU Repository 2009


Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Ilmu Penyakit Mulut
Tahun 2009
Dedy Syahputra Sigalingging
EFEK SAMPING PENGGUNAAN OBAT ANTIRETROVIRUS DI RONGGA
MULUT PASIEN HIV / AIDS
viii +31 halaman
Infeksi HIV adalah masalah yang telah menjadi wabah yang telah menyebar di
hampir seluruh bagian di dunia ini, termasuk di kawasan Indonesia. Saat ini Indonesia
merupakan negara dengan penyebaran infeksi HIV terbesar di kawasan Asia.
Penderita HIV yang semakin bertambah ini membutuhkan perawatan khusus,
diantaranya adalah dengan pemberian obat antiretrovirus. Antiretrovirus merupakan obat
yang digunakan dalam terapi terhadap HIV dan telah terbukti dapat menekan jumlah virus
tersebut dalam tubuh penderita sehingga mampu meningkatkan harapan hidup penderita
HIV/AIDS. Tetapi sama seperti obat-obatan pada umumnya, antiretrovirus juga
memberikan efek samping terhadap tubuh penggunanya.
Efek samping dari obat antiretrovirus pada tubuh manusia ternyata juga dapat dilihat
melalui manifestasinya di daerah rongga mulut. Manifestasi pada daerah rongga mulut
akibat efek samping penggunaan obat antiretrovirus adalah timbulnya kelainan-kelainan
berupa Sindroma Steven-Johnson, makroglosia, warts, xerostomia, cheilitis dan parotid
lipomatosis. Meskipun telah diketahui bahwa obat antiretrovirus menimbulkan efek
samping yang tidak baik pada rongga mulut tetapi etiologi dari setiap kelainan masih
berupa teori yang masih belum dapat dipastikan.
Dedy Syahputra Sigalingging : Efek Samping Penggunaan Obat Antiretrovirus Di Rongga Mulut Pasien Hiv/Aids, 2009.
USU Repository 2009


Kelainan-kelainan yang timbul akibat efek samping penggunaan obat antiretrovirus
tersebut dapat dirawat sesuai dengan simtom yang ditimbulkannya. Tetapi perawatan yang
terbaik adalah penanggulangan yang sesuai dengan etiologi dari masing-masing kelainan
tersebut, untuk inilah diperlukan kerjasama antara dokter gigi dan dokter yang merawat
HIV/AIDS pasien tersebut.
Daftar Pustaka 38 (1996-2008)


























Dedy Syahputra Sigalingging : Efek Samping Penggunaan Obat Antiretrovirus Di Rongga Mulut Pasien Hiv/Aids, 2009.
USU Repository 2009


EFEK SAMPING PENGGUNAAN OBAT ANTIRETROVIRUS
DI RONGGA
MULUT PASIEN HIV/AIDS

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi
syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi


Oleh:
DEDY SYAHPUTRA SIGALINGGING
NIM : 040600114


DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MULUT
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009

Dedy Syahputra Sigalingging : Efek Samping Penggunaan Obat Antiretrovirus Di Rongga Mulut Pasien Hiv/Aids, 2009.
USU Repository 2009


PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan
di hadapan tim penguji skripsi









Medan, 21 Januari 2009


Pembimbing : Tanda tangan
Sayuti Hasibuan, drg., Sp.PM .
NIP : 132 161 242





Dedy Syahputra Sigalingging : Efek Samping Penggunaan Obat Antiretrovirus Di Rongga Mulut Pasien Hiv/Aids, 2009.
USU Repository 2009


TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji
pada tanggal 21 Januari 2009









TIM PENGUJI
KETUA : Sayuti Hasibuan, drg., Sp.PM
ANGGOTA : 1. Wilda Hafni Lubis., drg., MSi
2. Syuaibah Lubis., drg









Dedy Syahputra Sigalingging : Efek Samping Penggunaan Obat Antiretrovirus Di Rongga Mulut Pasien Hiv/Aids, 2009.
USU Repository 2009


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan kekuatan dan memampukan penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul Efek Samping Penggunaan Obat Antiretrovirus di Rongga Mulut Pasien HIV/AIDS.
Dalam menyusun dan menyelesaikan skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan
terutama dari bapak Sayuti Hasibuan, drg., Sp.PM selaku pembimbing skripsi yang telah
menyediakan waktu, tenaga dan pikirannya untuk membimbing penulis. Ucapan
terimakasih juga yang sebesar-besarnya kepada ibu Wilda Hafni Lubis, drg., MSi selaku
kepala departemen Ilmu Penyakit Mulut.
Penulis juga ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada Prof. Ismet Danial
Nasution, drg., PhD., Sp.Pros(k) selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi USU, Asfan
Bahri, drg., Sp.RKG selaku dosen pembimbing akademik dan seluruh staf pengajar dan
pegawai yang telah membimbing dan membantu penulis selama menjalani masa
perkuliahan.
Rasa terimakasih yang sebesar-besarnya juga penulis sampaikan pada keluarga yang
terkasih, Ayahanda William Sigalingging, Ibunda Dahlia Hutabarat dan saudara-saudaraku
Mario Sigalingging, SP dan Kristian Sigalingging yang terus memotivasi dan memberi
semangat serta kasih sayang kepada penulis.
Penulis juga ingin berterimakasih kepada Tahan, Ruth, Handoko serta seluruh
teman-teman angkatan 2004, juga buat teman-teman anggota kelompok kecil Immanuel
(kak Nova, kak Tini, Zovai, Stefen, Ramos dan Jery), kelompok kecil Syalom (Samuel,
Kristina, Tika dan Merry), buat adik-adik 2007, 2006, 2005 dan seluruh kakak senior FKG
Dedy Syahputra Sigalingging : Efek Samping Penggunaan Obat Antiretrovirus Di Rongga Mulut Pasien Hiv/Aids, 2009.
USU Repository 2009


beserta seluruh Koordinasi KMK FKG 2008/2009 dan Koordinator Wakil Koordinator dan
Koordinasi KMK USU 2008/2009 yang terus membantu penulis untuk terus bersemangat.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberi sumbangan yang
bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan baik bagi Fakultas, pembaca dan
masyarakat.

Medan, 21 Januari 2009
Penulis


(Dedy S. Sigalingging)
NIM: 040600114











Dedy Syahputra Sigalingging : Efek Samping Penggunaan Obat Antiretrovirus Di Rongga Mulut Pasien Hiv/Aids, 2009.
USU Repository 2009


DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL .......................................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................................... ii
HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ............................................................................. iii
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... iv
DAFTAR ISI .................................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... viii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 2
1.3 Tujuan dan Manfaat .............................................................................. 3
1.4 Ruang Lingkup ..................................................................................... 3
BAB 2 HIV/AIDS
2.1 Epidemiologi ....................................................................................... 4
2.2 Etiologi dan Patogenesis ...................................................................... 5
2.3 Manifestasi Rongga Mulut ................................................................... 8
2.4 Pengobatan Pada Pasien HIV/AIDS ................................................... 11
BAB 3 OBAT ANTIRETROVIRUS
3.1 Klasifikasi ......................................................................................... 12
3.2 Mekanisme Kerja .............................................................................. 14
3.3 Efek Samping .................................................................................... 16
Dedy Syahputra Sigalingging : Efek Samping Penggunaan Obat Antiretrovirus Di Rongga Mulut Pasien Hiv/Aids, 2009.
USU Repository 2009


BAB 4 KELAINAN-KELAINAN DI RONGGA MULUT AKIBAT EFEK
SAMPING PENGGUNAAN OBAT ANTIRETROVIRUS PADA PASIEN
HIV / AIDS DAN PERAWATANNYA .................................................. 19
BAB 5 KESIMPULAN ....................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 28


















Dedy Syahputra Sigalingging : Efek Samping Penggunaan Obat Antiretrovirus Di Rongga Mulut Pasien Hiv/Aids, 2009.
USU Repository 2009


DAFTAR GAMBAR

No Halaman
1. Perjalanan replikasi HIV di dalam sel........................................................ 6
2. Pathogenesis HIV yang tidak diobati ......................................................... 8
3. Tempat kerja obat antiretrovirus .............................................................. 15
4. Cara kerja obat NNRTI ........................................................................... 16
5. Sindroma Steven-Johnson ....................................................................... 20
6. Makroglosia ............................................................................................ 21
7. Warts ...................................................................................................... 22
8. Cheilitis .................................................................................................. 25




















Dedy Syahputra Sigalingging : Efek Samping Penggunaan Obat Antiretrovirus Di Rongga Mulut Pasien Hiv/Aids, 2009.
USU Repository 2009


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
AIDS merupakan singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome yaitu
menurunnya daya tahan tubuh terhadap berbagai penyakit karena adanya infeksi virus HIV
(Human Immunodeficiency Virus). Seseorang yang terinfeksi HIV dengan mudah dapat
terserang berbagai penyakit lain karena rendahnya daya imunitas tubuh dan dapat
mengakibatkan kematian.
1

HIV yang merupakan penyebab terjadinya AIDS mempunyai target sel utama yaitu
sel Limfosit T4, yang mempunyai reseptor CD4. HIV menginfeksi dengan cara, protein
selubung HIV gp 120 akan bersentuhan dan terikat pada reseptor CD4 sel pejamu,
kemudian terjadi replikasi virus, dimulai dengan adanya produksi RNA provirus yang sama
sehingga akan terbentuk virion baru, sebuah virus HIV baru yang siap untuk menginfeksi
sel target yang lain, setelah keluar dari sel pejamu melalui budding.
1

Setelah para ahli menemukan bahwa AIDS disebabkan oleh HIV, maka dimulailah
berbagai penelitian mengenai obat-obat yang dapat mengeliminasi virus ini. Obat yang
digunakan dalam terapi virus HIV adalah obat antiretrovirus.
1

Saat ini teknik pemberian obat antiretrovirus yang cukup dikenal adalah Highly
Active Antiretroviral Therapy (HAART), yang telah membawa perubahan yang
revolusioner terhadap pengobatan dan prognosis penyakit HIV dan AIDS bagi mereka yang
dapat keuntungan dari pengobatan tersebut. HAART merupakan suatu kombinasi dari agen
antiretrovirus yaitu Reverse Transcriptase Inhibitors dan Protease Inhibitor. Strategi terapi
ini memberikan hasil yang sangat signifikan dalam mengurangi kecacatan, prevalensi
Dedy Syahputra Sigalingging : Efek Samping Penggunaan Obat Antiretrovirus Di Rongga Mulut Pasien Hiv/Aids, 2009.
USU Repository 2009


beberapa lesi mulut dan kematian yang disebabkan oleh infeksi HIV. Oleh karena itu
HAART dapat memperbesar harapan hidup dari pasien HIV. Meskipun penggunaan
HAART dapat meningkatkan harapan hidup pasien tetapi masalah utama yang harus
dijadikan pertimbangan ialah dampak buruk penggunaan obat ini terutama masalah yang
ditimbulkannya pada rongga mulut.
2, 3

Beberapa temuan klinis dampak buruk akibat pemakaian obat antiretrovirus pada
rongga mulut penderita HIV/AIDS mulai banyak ditemukan. Suatu kasus mengenai efek
samping penggunaan obat antiretrovirus dilaporkan oleh Mariela, dkk yaitu ditemukannya
lesi rongga mulut berupa plak keputih-putihan pada bibir dan mukosa bukal sebelah kanan
yang telah terjadi lebih dari satu bulan disertai keluhan gangguan pengecapan, xerostomia,
dan perasaan terbakar pada mukosa pasien yang menggunakan Nevirapine, Zidovudine, dan
Lamivudine.
3

Kasus lainnya juga dilaporkan oleh Liza Meutia Sari dan Gus Permana Subita yang
mendapati Sindroma Stevens-Johnson (SSJ) pada seorang pasien yang menggunakan terapi
kombinasi obat antiretrovirus yang terdiri dari Duvival (Zidovudine 300 mg dan
Lamivudine 150 mg) dan Neviral (Nevirapine 100 mg) dua kali sehari.
4


1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas dirumuskan masalah sebagai berikut :
- Apakah obat antiretrovirus dapat menimbulkan manifestasi di rongga mulut dan
kelainan apa saja yang timbul ?
- Bagaimana patogenesis obat-obat antiretrovirus menimbulkan kelainan-kelainan di
rongga mulut ?
Dedy Syahputra Sigalingging : Efek Samping Penggunaan Obat Antiretrovirus Di Rongga Mulut Pasien Hiv/Aids, 2009.
USU Repository 2009



1.3 Tujuan dan Manfaat
Tulisan ini dibuat untuk memberikan penjelasan mengenai efek samping dari
penggunaan obat antiretrovirus pada pasien HIV/AIDS khususnya di daerah rongga mulut.
Tulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu :
- Menambah pengetahuan mengenai kelainan-kelainan rongga mulut yang disebabkan oleh
obat-obatan khususnya penggunaan obat antiretrovirus,
- Meningkatkan kerjasama antara dokter gigi dengan dokter penyakit dalam khususnya
dalam hal penanganan efek samping pada rongga mulut dari penggunaan obat
antiretrovirus yang diberikan oleh dokter penyakit dalam yakni dalam pengkonsultasian
mengenai pertimbangan untuk menggunakan obat HIV/AIDS.
1.4 Ruang Lingkup
Dalam skripsi ini akan dijelaskan mengenai efek-efek samping pada rongga mulut
yang ditimbulkan dari penggunaan obat antiretrovirus pada terapi pasien penderita
HIV/AIDS, patogenesis dan perawatannya.








Dedy Syahputra Sigalingging : Efek Samping Penggunaan Obat Antiretrovirus Di Rongga Mulut Pasien Hiv/Aids, 2009.
USU Repository 2009


BAB 2
HIV / AIDS

Saat AIDS pertama kali dikenal di Amerika Serikat tahun 1981, kasus ini
diidentifikasikan melalui penemuan infeksi oportunistik yang parah seperti pneumonia
pneumokistik yang menunjukkan kerusakan yang berat pada imunitas seluler saat penyebab
penurunan imunitas lainnya tidak didapati.
5

Epidemiologi
Penyebaran HIV terus berlangsung dalam kurun waktu 20 tahun belakangan ini,
dimulai dengan penyebaran infeksi dalam skala yang kecil pada tahun 80-an. Sampai
akhirnya menjadi epidemi di seluruh dunia yang terus meluas. Menurut data dari UNAIDS
tahun 2007, jumlah orang yang hidup dengan HIV sekitar 33,2 juta jiwa dengan perincian
dewasa 30,8 juta, wanita 15,4 juta dan anak dibawah 15 tahun 2,5 juta jiwa. Disamping itu
didapat juga data orang yang baru terinfeksi HIV total 2,5 juta jiwa dimana 2,1 juta orang
dewasa dan 420.000 jiwa anak dibawah 15 tahun. Ini lebih besar dibanding jumlah
penderita yang meninggal yaitu 2,1 juta jiwa yang terdiri dari 1,7 juta jiwa dan 330.000
jiwa anak di bawah 15 tahun, di regional Asia Tenggara dan Selatan sendiri ada 4 juta orang
yang menderita HIV dengan jumlah penderita baru 340.000 jiwa dan yang meninggal
270.000 jiwa.
7,8

Diantara negara-negara di dunia dengan penderita HIV, Indonesia merupakan
negara dengan penyebaran HIV tercepat di Asia. Umumnya infeksi HIV diperkirakan
terjadi melalui penggunaan jarum suntik yang terkontaminasi, heteroseksual, homoseksual,
transfusi darah, ibu ke anaknya.
7,8,9,10,11

Dedy Syahputra Sigalingging : Efek Samping Penggunaan Obat Antiretrovirus Di Rongga Mulut Pasien Hiv/Aids, 2009.
USU Repository 2009


Di Indonesia kasus HIV yang dilaporkan meningkat dari 4333 kasus pada Maret
2006 menjadi 6130 kasus pada Maret 2008. Menurut data KPA (Komisi Penanggulangan
AIDS) pada April 2008, Provinsi Sumatera Utara berada di peringkat ke empat dalam daftar
daerah yang memiliki jumlah kasus HIV/AIDS terbanyak di Indonesia setelah Papua, DKI
Jakarta dan Jawa Timur. Hingga April 2008 tercatat sebanyak 1.238 penderita HIV/AIDS di
Sumatera Utara terdiri dari 503 HIV dan 735 AIDS. Sedangkan jumlah penderita HIV /
AIDS terbesar di Sumatera Utara berdasarkan data KPA Desember 2007 berada di kota
Medan yaitu, 559 orang pengidap HIV dan AIDS sebanyak 310 orang.
10,11,12,13

Etiologi Dan Patogenesis
Penyebab dari infeksi HIV adalah virus dari golongan Retrovirus yaitu subfamili
Lentivirus. Luc Montagnier dkk tahun 1983 menemukan LAV (Lymphadenophaty
Associated Virus) dari seorang dengan pembengkakan kelenjar limfe (PGL). Pada tahun
1984 sejenis virus yang disebut HTVL 3 (Human T cell lymphotropic virus tipe 3)
ditemukan dari pasien AIDS di AS oleh Robert Galle dkk. Kemudian diketahui bahwa ke 2
virus tersebut sama dan oleh Komite Taksonomy Internasional pada tahun 1985 disebut
sebagai HIV. Sampai saat ini dikenal 2 subtipe virus HIV 1 dan HIV 2.
1

Perjalanan penyakit dimulai setelah virus masuk ke dalam tubuh pejamu dan protein
HIV gp 120 bersentuhan dan berikatan pada reseptor CD 4 sel pejamu, maka selubung HIV
akan mengalami fusi dengan membran sel pejamu dan mendorong inti HIV masuk ke dalam
sitoplasma sel pejamu, di dalam sitoplasma, RNA virus dikonversi menjadi DNA oleh
enzim Reverse Transkriptase, menjadi DNA provirus yang akan masuk ke dalam inti sel
pejamu dengan enzim integrase (endonuklease). Kemudian akan dilanjutkan produksi RNA
provirus baru untuk membentuk virion baru yang siap menginfeksi sel pejamu lain.
1

Dedy Syahputra Sigalingging : Efek Samping Penggunaan Obat Antiretrovirus Di Rongga Mulut Pasien Hiv/Aids, 2009.
USU Repository 2009



Gambar 1 . Perjalanan replikasi HIV di dalam sel
(www.nature.com)

Perjalanan khas infeksi HIV yang tidak diobati, berjangka waktu sekitar satu
dekade. Tahap-tahap perjalanan infeksi HIV meliputi infeksi primer, penyebaran virus ke
organ limfoid, latensi klinis, peningkatan ekspresi HIV, penyakit klinis dan kematian
apabila tidak diobati. Tahap ini dimulai dengan infeksi primer oleh HIV melalui berbagai
cara yang telah disebutkan sebelumnya seperti melalui jarum suntik. Setelah infeksi primer,
terdapat 4-11 hari masa antara infeksi mukosa dan viremia permulaan, dimana viremia ini
dapat terdeteksi selama sekitar 8-11 minggu. Kemudian selama masa ini virus tersebut
menyebar ke seluruh tubuh melalui organ limfoid. Selama masa ini terdapat penurunan
jumlah sel-T CD4 yang beredar secara signifikan. Respon imun terhadap HIV terjadi 1
Dedy Syahputra Sigalingging : Efek Samping Penggunaan Obat Antiretrovirus Di Rongga Mulut Pasien Hiv/Aids, 2009.
USU Repository 2009


minggu sampai 3 bulan setelah infeksi, viremia plasma menurun, dan level sel CD4 kembali
meningkat. Tetapi, respon imun tidak mampu menyingkirkan infeksi secara sempurna, dan
sel-sel yang terinfeksi HIV menetap dalam limfonodi
9
.
Masa laten klinis ini bisa berlangsung selama 10 tahun. Selama masa ini, terjadi
banyak replikasi virus. Diperkirakan sekitar 10 milyar partikel HIV dihasilkan dan
dihancurkan setiap harinya. Waktu paruh virus dalam plasma adalah sekitar 6 jam, dan
siklus hidup virus (dari saat infeksi sel ke saat produksi keturunan baru yang menginfeksi
sel berikutnya) rata-rata 2,6 hari, sedangkan limfosit T CD4+adalah sekitar 1,6 hari.
Karena cepatnya proliferasi virus ini dan angka kesalahan Reverse Transkiptase HIV yang
berkaitan, diperkirakan bahwa setiap nukleotida dari genom HIV mungkin bermutasi dalam
basis harian.
9

Akhirnya, pasien akan menderita gejala-gejala konstitusional dan penyakit klinis
yang nyata, seperti infeksi oportunistik atau neoplasma. Level virus yang lebih tinggi dapat
terdeteksi dalam plasma selama tahap infeksi yang lebih lanjut. Secara klinis, sindroma
disebabkan oleh salah satu dari 3 mekanisme yaitu immunodeficiency, autoimmunity, dan
alergi atau reaksi hipersensitivitas. Akibat dari mekanisme tersebut timbullah gejala-gejala
klinis, yaitu : keluhan sistemik (seperti penurunan berat bedan dan mual), penyakit paru-
paru, penyakit sistem syaraf pusat, sistem saraf perifer, manifestasi rematik, Myopathy,
retinitis, manifestasi saluran pencernaan, manifestasi endokrin, manifestasi kulit, HIV
berhubungan dengan malignansi, manifestasi ginekologi, penyakit arteri koroner, reaksi
inflamasi ( immune reconstitution syndromes atau IRIS) dan lesi oral.
5,9

Dedy Syahputra Sigalingging : Efek Samping Penggunaan Obat Antiretrovirus Di Rongga Mulut Pasien Hiv/Aids, 2009.
USU Repository 2009



Gambar 2 . Pathogenesis HIV yang tidak diobati
(www.microbiologybytes.com)

Manifestasi Rongga Mulut
Seperti dituliskan sebelumnya bahwa HIV/AIDS menyerang sistem imunitas tubuh
manusia sehingga menyebabkan penurunan daya tahan pada tubuh, dan sebagai kelanjutan
efek serangan tersebut maka akan terjadi berbagai kelainan baik oleh kondisi daya tahan
tubuh maupun oleh berbagai penyakit oportunistik. Beberapa kelainan/penyakit oportunistik
ini juga terjadi pada rongga mulut dan tentunya pasti memiliki manifestasi klinis pada
rongga mulut manusia.
5
Terdapat 2 sistem klasifikasi utama dari lesi oral berhubungan dengan infeksi HIV.
Sistem pertama adalah berdasarkan etiologi dari lesi oral, sedangkan yang kedua adalah
berdasarkan derajat hubungannya dengan infeksi HIV yang direkomendasikan oleh EC
Clearinghouse dan WHO Collaborating Centre. Dari kedua sistem di atas yang paling luas
digunakan adalah sistem kedua yang direkomendasikan oleh EC Clearinghouse dan WHO
Collaborating Centre.
14




Dedy Syahputra Sigalingging : Efek Samping Penggunaan Obat Antiretrovirus Di Rongga Mulut Pasien Hiv/Aids, 2009.
USU Repository 2009



Lesi Rongga Mulut Dan Wajah Yang Berhubungan
Dengan HIV / AIDS Pada Dewasa
14

Lesi yang berhubungan kuat dengan infeksi HIV
1. Kandidiasis 4. Non-Hodgkins lymphoma
Erythematous 5. Penyakit periodontal
Pseudomembranous Linear gingival erythema
2. Hairy leukoplakia Necrotizing(ulcerative)gingivitis
3. Sarkoma kaposi Necrotizing(ulcerative)periodontitis
Lesi yang umumnya kurang berhubungan dengan infeksi HIV
1. Infeksi bakteri 7. Infeksi virus
Mycobacterium avium-intracellulare Herpes simplex virus
Mycobacterium tuberculosis Human papillomavirus(lesi seperti kutil)
2. Melanotic hyperpigmentation Condyloma acuminatum
3. Necrotizing (ulcerative) stomatitis Focal epithelial hyperplasia
4. Penyakit kelenjar ludah Verruca vulgaris
Xerostomia karena menurunnya aliran ludah Varicella zoster virus
Pembesaran kelenjar ludah mayor bilateral Herpes zoster
atau unilateral Varicella
5. Thrombocytopenic purpura
6. ulserasi selain yang spesifik
Lesi yang jarang berhubungan infeksi HIV
1. Infeksi bakteri 6. Infeksi jamur selain kandidiasis
Actinomyces Israel Cryptococcus neoformans
Escherichia coli Geotrichum candidum
Klebsiella pneumoniae Histoplasma capsulatum
2. Cat-scratch disease Mucoraceae(mucormycosis/zygomycosis)
3. Reaksi obat (ulcerative, erythema multiforme, Aspergillus flavus
Lichenoid, toxic epidermolysis) 7. Recurrent aphthous stomatitis
4. Epithelioid (bacillary) angiomatosis 8. Infeksi virus
5. Gangguan neurologis Cytomegalovirus
Facial palsy Molluscum contagiosum
Trigeminal neuralgia
Dedy Syahputra Sigalingging : Efek Samping Penggunaan Obat Antiretrovirus Di Rongga Mulut Pasien Hiv/Aids, 2009.
USU Repository 2009


Sistem klasifikasi tersebut (EC Clearinghouse dan WHO Collaborating Centre)
membagi lesi orofasial yang berhubungan dengan infeksi HIV menjadi 3 kelompok, yaitu
lesi-lesi yang sangat erat berhubungan dengan infeksi HIV, lesi-lesi yang umumnya kurang
berhubungan dengan infeksi HIV dan lesi-lesi yang jarang berhubungan dengan infeksi
HIV. Dari ketiga jenis kelompok tersebut kelompok pertamalah yang paling sering
dikaitkan dengan terjadinya infeksi HIV, yaitu: kandidiasis, Hairy leukoplakia, sarkoma
kaposi, Non-Hodgkins lymphoma dan penyakit periodontal.
14

Kandidiasis terjadi karena daya tahan tubuh melemah terhadap jamur dan seringkali
merupakan manifestasi yang pertama kali muncul pada penderita. Menurut sebuah
penelitian, kandidiasis oral sendiri memiliki persentase muncul sekitar 29 % pada pasien
AIDS. Kandidiasis oral sendiri disamping 2 bentuk klinis berdasarkan klasifikasi di atas
sebenarnya memiliki 2 bentuk klinis lain yang didapati pada pasien AIDS yaitu angular
cheilitis dan kandidiasis hiperplastik. Sedangkan bila berdasarkan usap pewarnaan KOH
atau kultur jamur menunjukkan morfologi khas dari Candida albicans
15,16
.

Sedangkan sarkoma kaposi dan Non hodgkins lymphoma timbul akibat terjadinya
proliferasi vaskuler yang terjadi pada kulit dan jaringan mukosa yang belum diketahui pasti
penyebabnya, tapi dicurigai bahwa masalah ini timbul akibat virus dan reaksi pertahanan
tubuh. Diantara keduanya, sarkoma kaposi yang paling umum berkaitan dengan infeksi
HIV, yang diperkirakan terjadi pada sekitar 20% pasien AIDS.
15

Hairy leukoplakia yang disebabkan oleh virus Epstein-Barr yang memiliki
persentase 32% pada pasien AIDS. Bukti histopatologis dari Hairy leukoplakia adalah
penting, karena diagnosis tersebut dapat meramalkan perkembangan AIDS pada 80%
penderita terinfeksi dalam 1 sampai 3 tahun.
16

Dedy Syahputra Sigalingging : Efek Samping Penggunaan Obat Antiretrovirus Di Rongga Mulut Pasien Hiv/Aids, 2009.
USU Repository 2009


Manifestasi oral oleh karena bakteri pada pasien HIV memiliki 3 gambaran unik
yaitu Gingivitis ulseratif nekrosis akut, Periodontitis ulseratif nekrosis dan Linear gingival
erythema. Dari seluruh manifestasi bakteri di atas, diperkirakan bahwa kelainan kekebalan
tubuhlah yang berperan pada proses infeksi ini, termasuk ketidaknormalan PMN.
15

Pengobatan Pada Pasien HIV/AIDS
Pasien HIV/AIDS menerima berbagai pengobatan yang ditujukan terhadap HIV,
infeksi oportunistik, kanker sekunder, status kekebalan tubuh, simtomatis dan suportif.
Pengobatan terhadap HIV merupakan bagian yang sangat penting dalam terapi pada
penderita HIV/AIDS, karena meskipun tidak dapat menyembuhkan HIV, tetapi obat-obat
ini dapat mengendalikan jumlah virus dalam tubuh, memungkinkan penyembuhan dari
respon imun terhadap patogen oportunistik dan memperpanjang harapan hidup pasien. Obat
yang digunakan untuk mengobati HIV adalah obat yang berasal dari golongan
antiretrovirus, yang terdiri dari 6 golongan. Obat-obat ini digunakan secara kombinasi,
karena tidak dapat memberi hasil maksimal bila diberikan sebagai terapi tunggal.
1,9

Penjelasan mengenai obat-obat antiretrovirus ini akan dibahas pada bab 3, terkhusus
mengenai pembagiannya, klasifikasinya dan juga mengenai efek samping obat-obat
tersebut.






Dedy Syahputra Sigalingging : Efek Samping Penggunaan Obat Antiretrovirus Di Rongga Mulut Pasien Hiv/Aids, 2009.
USU Repository 2009


BAB 3
OBAT ANTIRETROVIRUS

Pada era sebelumnya penanggulangan masalah HIV/AIDS hanya diprioritaskan
melalui upaya pencegahan saja. Tetapi dengan meningkatnya pengidap HIV dan penderita
AIDS, maka strategi penanggulangan dilakukan dengan mengkombinasikan upaya
pencegahan dan upaya perawatan.
17
Penemuan obat antiretrovirus yang berkhasiat pada tahun 1996 mendorong suatu
revolusi dalam perawatan ODHA di negara maju, meskipun belum mampu menyembuhkan
penyakit dan menambah tantangan dalam hal efek samping serta resistensi kronis terhadap
obat, namun secara dramatis obat ini menunjukkan penurunan angka kematian dan
kesakitan serta peningkatan kualitas hidup ODHA.
17


3.1 KLASIFIKASI
Antiretrovirus merupakan obat yang berfungsi menekan pertumbuhan HIV dengan
mengintervensi salah satu siklus hidupnya, oleh karena itu diproduksilah beberapa jenis
obat antiretrovirus yang diklasifikasikan menjadi 6 golongan. Dari 6 golongan tersebut 3
golongan merupakan obat yang telah lama digunakan, yaitu :
1. Non Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitors (NNRTI)
2. Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitors (NRTI)
3. Protease Inhibitors (PI)
Sedangkan 3 golongan lainnya adalah merupakan agen tambahan, yakni :
1. Fusion Inhibitors
Dedy Syahputra Sigalingging : Efek Samping Penggunaan Obat Antiretrovirus Di Rongga Mulut Pasien Hiv/Aids, 2009.
USU Repository 2009


2. Chemokine Coreceptor Antagonists
3. Integrase Inhibitors
18

Dalam pengklasifikasian atau pembagian dari obat-obat antiretrovirus di atas, para
pakar membaginya berdasarkan mekanisme-mekanisme kerja dari tiap golongan obat
terhadap proses replikasi dari HIV, jadi obat antiretrovirus tidak dapat sepenuhnya
mengeliminasi seluruh virus yang ada di tubuh manusia.
18
Golongan NRTI telah menjadi landasan terhadap pengobatan infeksi HIV sejak
zidovudine tersedia pada tahun 1986. Obat-obat yang termasuk golongan ini adalah
Abacavir (ABC), Didanosine (ddI), Emtricitabine (FTC), Lamivudine (3TC), Stavudine
(d4T), Tenofovir (TDF) dan Zidovudine (ZDV atau AZT).
18
Dengan ditemukannya Nevirapine tahun 1996 dan Delavirdine tahun 1998 oleh
FDA dan hasil yang mengesankan dari percobaan klinis dari Efavirenz, NNRTI
memperoleh tempat pasti dalam pengobatan infeksi HIV. Obat-obat yang termasuk
golongan ini adalah ketiga obat yang telah disebutkan sebelumnya, yaitu Delavirdine
(DLV), Efavirenz (EFV) dan Nevirapine (NVP).
18
Obat antiretrovirus golongan PI mulai banyak dipergunakan sebagai penghambat
replikasi HIV yang potensial sejak tahun 1996 yang dimulai dengan ditemukannya
Saquinavir tahun 1995. Sejak saat itu mulai banyak jenis obat-obat PI yang diproduksi
seperti Amprenavir (APV), Atazanavir (ATV), Fosamprenavir (FPV), Indinavir (IDV),
Lopinavir (LPV), Nelvinafir (NFV), Ritonavir (RTV), Saquinavir (SQV) dan
Timpranavir.
18
Dedy Syahputra Sigalingging : Efek Samping Penggunaan Obat Antiretrovirus Di Rongga Mulut Pasien Hiv/Aids, 2009.
USU Repository 2009


Sedangkan 3 golongan antiretrovirus lainnya hanya memiliki sediaan yang lebih
sedikit, yaitu Enfuvirtide/T20 (Fusion Inhibitors), Maraviroc (Chemokine Coreceptor
Antagonists) dan Raltegravir (Integrase Inhibitors).
18

Meskipun obat-obat antiretrovirus memiliki berbagai golongan dan jenis, tetapi obat
ini lebih sering digunakan dengan cara kombinasi. Penggunaan obat secara kombinasi ini
disebut Highly active anti-retroviral therapy atau HAART yang dikenalkan tahun 1995.
Terdapat 20 obat antiretrovirus yang berbeda dalam 4 kelas berbeda yang digunakan dalam
kombinasi spesifik. Berbagai jenis kombinasi telah dipergunakan dan setiap kombinasi
memiliki keuntungan dan kerugiannya masing-masing. Pada dasarnya, ada 3 jenis
kombinasi yang digunakan secara umum, yaitu : 1 NNRTI +2 NRTI; 1 atau 2 PI +2 NRTI
dan 3 NRTI.
2


3.2 MEKANISME KERJA
Sebagaimana telah disampaikan pada klasifikasi sebelumnya, obat-obat
antiretrovirus dibagi menjadi beberapa golongan menurut mekanisme kerjanya, di bawah
ini akan dijelaskan sedikit mengenai mekanisme kerja dari obat-obat antiretovirus yang
termasuk 3 golongan utama yang telah lama berkembang, yaitu: golongan NRTI, golongan
NNRTI dan golongan PI.
1. Golongan NRTI
Berdasarkan namanya obat golongan ini bekerja dengan cara menghambat enzim
Reverse Transcriptase dan merusak perpanjangan rantai DNA provirus.
19

Dedy Syahputra Sigalingging : Efek Samping Penggunaan Obat Antiretrovirus Di Rongga Mulut Pasien Hiv/Aids, 2009.
USU Repository 2009



Gambar 3. Tempat kerja obat antiretrovirus
(www.industryplayer.com)

2. Golongan NNRTI
Golongan jenis ini memberikan mekanisme kerja yang sama dengan obat dari golongan
NRTI, walaupun ada cukup perbedaan dalam struktur molekul. NNRTI menghambat
replikasi HIV dengan cara berikatan kepada sebuah saku non substrat hidrofobik spesifik
dari transcriptase HIV tipe 1. Bagian perlekatan ini berbeda dengan sisi perlekatan NRTI
tapi tetap menghambat replikasi virus. Sisi perlekatan NNRTI berada dekat dengan sisi
katalitis Reverse Transcriptase; ikatan alosterik menginaktifasi Reverse Transcriptase HIV
tipe 1 dengan merubah bentuk penyesuaiannya.
19

Dedy Syahputra Sigalingging : Efek Samping Penggunaan Obat Antiretrovirus Di Rongga Mulut Pasien Hiv/Aids, 2009.
USU Repository 2009



Gambar 4. Cara kerja obat NNRTI
(www.thebodypro.com)

3. Golongan PI
PI bekerja berdasarkan pada pengenalan rangkaian asam amino dan pembelahan protein
HIV. PI pada HIV berguna untuk mencegah pembelahan gag dan gag-pol prekursor protein
dalam sel yang terinfeksi secara akut dan kronis, menahan pematangan sehingga dengan
cara demikian membloking aktivitas infeksi virion yang baru muncul. Aksi utama dari
Protease Inhibitor-HIV adalah mencegah gelombang infeksi berikutnya.
20


EFEK SAMPING
Seperti kebanyakan obat-obatan, obat antiretrovirus dapat menimbulkan efek
samping. Efek yang tidak di inginkan ini seringkali ringan, tapi dapat menjadi lebih serius
dan memberikan dampak yang besar bagi kesehatan atau kualitas hidup. Berikut akan
disampaikan beberapa efek samping dari ke 3 golongan antiretroviral yang telah dijelaskan
sebelumnya.
21

Dedy Syahputra Sigalingging : Efek Samping Penggunaan Obat Antiretrovirus Di Rongga Mulut Pasien Hiv/Aids, 2009.
USU Repository 2009



1. NRTI
Obat yang termasuk dalam golongan ini dihubungkan dengan degenerasi lemak
hepar dan asidosis laktat sehubungan dengan keracunan mitokondrial seluler. Pada awalnya
asidosis laktat kemungkinan muncul dengan gejala gastrointestinal yang tidak spesifik
seperti mual, muntah, rasa sakit dan peregangan abdomen serta kelemahan secara
menyeluruh. Hal ini kemungkinan akan meningkat menjadi tachypnoe dan dyspnoe dan
akhirnya kegagalan respirasi. NRTI harus dihentikan bila asidosis laktat diperkirakan
terjadi. Diperkirakan 3-5% anak-anak dan dewasa yang menerima Abacavir menghasilkan
reaksi hipersensitif berbahaya yang potensial. Gejalanya termasuk demam, keluhan
gastrointestinal (mual, muntah, diare atau rasa sakit abdomen), keletihan dan/atau gejala
respirasi (faringitis, batuk, atau dyspnoe). Temuan fisikal termasuk lymphadenopathy,
ulcerasi membran mukosa dan skin rash. Abnormalitas laboratorium termasuk peningkatan
enzim liver, creatinine phosphokinase, creatine dan thrombocytopenia.
21
2. NNRTI
Obat-obatan yang termasuk ke dalam kelas NNRTI dihubungkan dengan skin rash
yang mungkin ringan atau meningkat menjadi Sindroma Steven-Johnson. NNRTI juga
dapat menimbulkan peningkatan alanine/aspartate aminotransferase dan kasus hepar parah
yang jarang. Diantara obat-obat golongan NNRTI, Nevirapine paling banyak menyebabkan
hepatitis klinis. Diperkirakan dua pertiga dari hepatitis klinis yang berhubungan dengan
Nevirapine terjadi dalam 12 minggu pertama; yang akan meningkat dengan cepat menjadi
kegagalan hepar yang sangat mengkhawatirkan.
21

Dedy Syahputra Sigalingging : Efek Samping Penggunaan Obat Antiretrovirus Di Rongga Mulut Pasien Hiv/Aids, 2009.
USU Repository 2009




3. PI
Efek samping yang spesifik dari kelas protease inhibitor termasuk tahanan insulin,
diabetes melitus, hyperlipidemia, lipodistrophy, hepatitis, kerusakan tulang dan
peningkatan perdarahan pada hemophilia.
22

Disamping berbagai efek samping di atas, obat-obat antiretrovirus secara khusus
juga menyebabkan beberapa kelainan pada rongga mulut. Efek samping pada rongga mulut
tersebut selengkapnya akan dibahas pada bab 4.














Dedy Syahputra Sigalingging : Efek Samping Penggunaan Obat Antiretrovirus Di Rongga Mulut Pasien Hiv/Aids, 2009.
USU Repository 2009


BAB 4
KELAINAN-KELAINAN DI RONGGA MULUT AKIBAT EFEK SAMPING
PENGGUNAAN OBAT ANTIRETROVIRUS PADA PASIEN HIV / AIDS DAN
PERAWATANNYA


Dimulainya pengobatan menggunakan golongan antiretrovirus telah memberikan
hasil berkurangnya frekwensi dari beberapa kelainan yang disebabkan oleh infeksi HIV,
termasuk kelainan oral. Tetapi disamping menurunkan frekwensi beberapa kelainan rongga
mulut, obat ini ternyata juga dapat menimbulkan bahkan meningkatkan kelainan rongga
mulut lainnya.
23

Sindroma Steven-Johnson
Sindroma Steven-Johnson merupakan suatu reaksi hipersensitivitas dengan
karakteristik blister pada kulit yang akut dan erosi membran mukosa. Etiologi dari SSJ
sukar untuk ditentukan dengan pasti karena dapat disebabkan oleh berbagai faktor.
Walaupun demikian pada umumnya SSJ sering berkaitan dengan respon imun terhadap
obat, dimana 50 % penyebab SSJ adalah penggunaan obat. Ada beberapa jenis obat-obatan
yang dapat menyebabkan SSJ, salah satu diantaranya adalah Nevirapine antiretrovirus
golongan NNRTI
4,24,25
.
Pada sebuah penelitian yang diadakan pada 3 rumah sakit di Perancis didapatkan
beberapa pasien yang menderita SSJ akibat penggunaan NNRTI yaitu Nevirapine. Di
Indonesia sendiri pernah ada laporan mengenai efek samping SSJ akibat penggunaan
Nevirapine pada seorang pasien AIDS di RSCM.
4,14

Dedy Syahputra Sigalingging : Efek Samping Penggunaan Obat Antiretrovirus Di Rongga Mulut Pasien Hiv/Aids, 2009.
USU Repository 2009


Sebenarnya mekanisme dari timbulnya reaksi SSJ masih tidak jelas, namun diduga
hal ini disebabkan oleh reaksi antara limfosit T dan sel target (keratinosit) yang dipicu
adanya antigen, reaksi ini disebut delayed drug hypersensitivity reaction. Interaksi ini
menyebabkan keluarnya perforin dan granzyme B dari limfosit T sehingga terjadi apoptosis
keratinosit dan vaskulitis. Kehancuran lapisan epitel terjadi akibat adanya Fas ligand, suatu
molekul tumour necrosis factor (TNF) yang berikatan dengan reseptor Fas pada
keratinosit.
4


Gambar 5. Sindroma Steven-Johnson
(aidsmyth.addr.com)

Dalam menanggulangi masalah SSJ ini, pertama sekali harus dicari dahulu
penyebab utamanya, bila penyebabnya adalah obat-obatan antiretrovirus maka
penatalaksanaan utamanya adalah penghentian obat tersebut, kemudian perawatan
dilanjutkan terhadap masalah yang bersifat simtomatik, yakni berupa pemberian
antihistamin untuk mengatasi gejala pruritus/gatal, larutan burowi untuk blister kulit,
steroid topikal untuk papula dan makula pada kulit yang intak, antibiotika untuk mengobati
infeksi kulit menggunakan yang berspektrum luas dan Imunoglobulin intravena untuk
menghambat kematian keratinosit oleh Fas. Sedangkan perawatan konservatif ditujukan
Dedy Syahputra Sigalingging : Efek Samping Penggunaan Obat Antiretrovirus Di Rongga Mulut Pasien Hiv/Aids, 2009.
USU Repository 2009


untuk merawat lesi kulit yang terbuka dengan berkoordinasi dengan unit luka bakar, terapi
cairan elektrolit, alimentasi kalori dan protein secara parenteral dan pengendalian nyeri.
25

Makroglosia
Makroglosia merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan lidah yang
membesar secara abnormal.Etiologi dari kelainanan lidah ini bervariasi dan dapat
disebabkan oleh hipertrofi otot idiopatik, malformasi vaskuler, kelainan endokrin, reaksi
alergi, tumor, dlll. Selain beberapa etiologi di atas, makroglosia juga dapat disebabkan oleh
obat-obatan. Diantara obat-obatan tersebut Lopinavir/Ritonavir obat antiretrovirus golongan
PI juga termasuk di dalamnya. Dari sebuah laporan kasus yang terjadi di daerah
Thessaloniki (Yunani) ditemukan kelainan lidah berupa makroglosia pada seorang pasien
HIV yang disebabkan oleh penggunaan Lopinavir/Ritonavir.
15,26


Gambar 6. Makroglosia
(www.ohiohealth.com)

Dedy Syahputra Sigalingging : Efek Samping Penggunaan Obat Antiretrovirus Di Rongga Mulut Pasien Hiv/Aids, 2009.
USU Repository 2009


Makroglosia pada penderita HIV/AIDS karena penggunaan obat-obatan
antiretrovirus terjadi karena efek samping berupa redistribusi lemak pada tubuh, dimana
lemak tersebut menginfiltrasi jaringan terkhusus pada jaringan lidah yang terlihat dari bukti
histopatologis berupa penumpukan jaringan lemak pada jaringan lidah.
26

Apabila penyebab makroglosia tersebut adalah obat antiretrovirus yang digunakan
oleh pasien maka dapat dikonsultasikan kepada dokter yang memberikan terapi
antiretrovirus tersebut untuk mengganti obat dengan jenis lain yang diperkirakan tidak akan
memberikan efek samping yang sama karena perawatan yang dapat dilakukan adalah
menghilangkan penyebab utamanya atau dapat dilakukan koreksi secara bedah .
15,26

Warts
Warts adalah tumor atau pertumbuhan pada kulit yang disebabkan oleh Human
Papillomavirus (HPV). Lesi ini umumnya kecil (<5mm), asimtomatik dan memiliki
gambaran yang eksofitik dengan hiperkeratosis seperti daun pakis, papula yang mempunyai
bentuk seperti kubah dengan warna seperti mukosa normal atau putih akibat hiperkeratosis
atau papula dengan bagian datar pada puncaknya yang hanya sedikit bertumbuh diatas
permukaan dan umumnya berwarna seperti mukosa normal.
27

Dedy Syahputra Sigalingging : Efek Samping Penggunaan Obat Antiretrovirus Di Rongga Mulut Pasien Hiv/Aids, 2009.
USU Repository 2009



Gambar 7. Warts
(www.dentistry.leeds.ac.uk)

Pada pasien HIV/AIDS sebenarnya kelainan ini telah ada, berdasarkan sebuah
penelitian persentase timbulnya sekitar 5% pada pasien yang tidak diberi terapi
antiretrovirus. Namun setelah diperkenalkannya penggunaan antiretrovirus, lesi ini
mengalami peningkatan yang cukup tinggi, dimana pada pasien yang menggunakan Reverse
Transkriptase lesi ini meningkat menjadi 15% sedangkan pada pasien yang diberi tambahan
PI persentasenya bisa meningkat sampai 23%.
28

Mekanisme pasti dari meningkatnya persentase warts pada pasien yang menerima
terapi antiretrovirus belum diketahui pasti, tetapi ada perkiraan bahwa kemungkinan
peningkatan persentase ini disebabkan oleh efek samping berupa Immune reconstitution
syndrome. Pada sindroma ini imunitas dari tubuh akan kembali setelah pasien menerima
terapi obat antiretrovirus sehingga tubuh akan kembali bereaksi terhadap HPV yang telah
ada sebelumnya sehingga reaksi inflamasi akan semakin parah. Sebenarnya efek samping
ini akan berkurang seiring waktu, tetapi waktu yang diperlukan oleh setiap individu tidak
Dedy Syahputra Sigalingging : Efek Samping Penggunaan Obat Antiretrovirus Di Rongga Mulut Pasien Hiv/Aids, 2009.
USU Repository 2009


sama. Tetapi akibat keluhan yang dirasakan pasien baik karena estetis maupun rasa sakit
yang ditimbulkan maka dapat dilakukan perawatan meskipun hal ini sulit mengingat lesi ini
sering kambuh. Perawatan yang dapat dilakukan adalah kimiawi dengan menggunakan
asam salicylic untuk menyingkirkan bagian sel yang mati pada permukaan kulit,
cryotherapy dengan menggunakan nitrogen cair untuk menghancurkan kulit yang terinfeksi,
electrosurgery untuk menyingkirkan warts yang luas dan mengganggu serta pengobatan
lainnya seperti immune modulator contohnya Imiquimod.
13,27,29,30

Xerostomia
Xerostomia merupakan kondisi dimana saliva tidak dapat berfungsi dengan baik
sehingga menyebabkan kondisi mulut menjadi kering. Xerostomia dapat disebabkan oleh
berbagai hal seperti efek samping obat, komplikasi penyakit dan infeksi, dehidrasi, terapi
radiasi dan pembedahan untuk membersihkan kelenjar saliva. Antiretrovirus merupakan
salah satu obat yang memberikan efek samping xerostomia. Obat antiretrovirus yang dapat
memberikan efek samping xerostomia adalah Didadosine, Efivarenz, Indinavir, Nelfinavir,
Ritonavir dan Saquinavir.
3,15,31

Penyebab pasti dari terjadinya xerostomia pada pasien HIV belum diketahui pasti
tetapi dari beberapa efek samping obat antiretrovirus, infiltrasi lemak pada kelenjar parotis
mungkin merupakan salah satu hal yang dapat menyebabkan hal ini, karena pembesaran
kelenjar parotis yang kemungkinan akan mengganggu aliran saliva.
32

Penanggulangan masalah xerostomia adalah dengan mencari penyebab utamanya
untuk diatasi bila memungkinkan. Bagi pasien yang xerostomianya berhubungan dengan
pengobatan, perawatan terhadap simtom mungkin akan berguna untuk mengatasi masalah
yang ditimbulkan regimen obat yang digunakannya. Perawatan terhadap simtom secara
Dedy Syahputra Sigalingging : Efek Samping Penggunaan Obat Antiretrovirus Di Rongga Mulut Pasien Hiv/Aids, 2009.
USU Repository 2009


khusus dibagi dalam 4 hal, yaitu : meningkatkan aliran saliva yang keluar dengan cara
menstimulasinya menggunakan bahan-bahan kimia seperti anhydrous crystalline maltose,
menggantikan sekresi yang hilang dengan menggunakan saliva buatan, mengontrol karies
gigi dan tindakan khusus seperti pengobatan terhadap infeksi.
33

Cheilitis
Cheilitis merupakan kondisi bibir yang terlihat kering, bersisik dan mungkin
memiliki satu atau lebih retakan atau fisur yang kecil. Etiologi dari penyakit ini terdiri dari
berbagai faktor seperti infeksi, faktor mekanik, nutrisional atau imunologi. selain hal
tersebut obat-obatan juga dapat menyebabkan timbulnya cheilitis walaupun tanpa adanya
infeksi Candida albicans. Obat antiretrovirus juga termasuk dalam obat-obatan yang dapat
menimbulkan efek samping berupa cheilitis, khususnya dari golongan PI yaitu Indinavir
dan Ritonavir.
3,34,35

Pada sebuah penelitian yang dilakukan di sebuah daerah di Spanyol terhadap 332
pasien HIV yang diperiksa secara berurutan, didapatkan hasil 15 kasus cheilitis
berhubungan dengan Indinavir (20% dari pasien yang menggunakan Indinavir) dan 1 kasus
cheilitis berhubungan dengan Ritonavir (4% dari pasien yang menerima Ritonavir).
Sedangkan pada sebuah penelitian lain di daerah Cesena-Itali juga dilakukan observasi
terhadap 101 pasien yang menerima PI (Indinavir) ditambah 2 obat golongan NRTI,
didapatkan hasil 48 pasien (57%) menderita cheilitis dari 84 pasien yang dapat di
evaluasi.
36,37

Mekanisme terjadinya cheilitis yang disebabkan oleh antiretrovirus belum diketahui
pasti tetapi ada yang mencoba menghubungkan hal ini dengan efek samping beberapa
antiretrovirus yang akan mempengaruhi metabolisme retinol, yang menyebabkan
Dedy Syahputra Sigalingging : Efek Samping Penggunaan Obat Antiretrovirus Di Rongga Mulut Pasien Hiv/Aids, 2009.
USU Repository 2009


peningkatan level retinol atau asam retinoid atau mempengaruhi jalur sinyal mediasi-
retinoid. Peningkatan level asam retinoid ini diperkirakan bertanggungjawab terhadap
timbulnya cheilitis.
38


Gambar 8. Cheilitis
(pathmicro.med.sc.edu)

Penanganan utamanya adalah menghilangkan segala faktor sistemik yang menjadi
penyebab timbulnya cheilitis dan bila disebabkan oleh infeksi maka organisme yang
menginfeksi tersebut harus di eliminasi. Perawatan potensial terhadap simtomnya adalah
penggunaan protectans untuk mengurangi sementara cheilitis tersebut dan membantu
mempertahankan bibir agar tidak menjadi kering akibat angin atau karena udara dingin,
hidrokortison berguna untuk mengobati iritasi minor pada kulit, gatal dan ruam-ruam.
34,35

Parotid Lipomatosis
Parotid lipomatosis merupakan penumpukan lemak pada jaringan kelenjar ludah
parotis. Penumpukan lemak yang tidak normal di sini disebabkan oleh obat antiretrovirus
golongan PI yang telah diketahui memberikan efek samping penumpukan lemak tidak
normal pada pasien HIV. Obat antiretrovirus yang telah dilaporkan memberikan efek
samping parotid lipomatosis diantaranya adalah Saquinavir, Amprenavir, Indinavir,
Dedy Syahputra Sigalingging : Efek Samping Penggunaan Obat Antiretrovirus Di Rongga Mulut Pasien Hiv/Aids, 2009.
USU Repository 2009


Nelfinavir, Ritonavir. Di daerah Spanyol kasus parotid lipomatosis dilaporkan terjadi pada
seorang pasien HIV yang menggunakan Ritonavir dan seorang pasien HIV yang
menggunakan Saquinavir.
3,32

Mekanisme terjadinya belum diketahui pasti tetapi salah satu hipotesis memberi
masukan bahwa kelainan ini mungkin terjadi akibat efek samping obat antiretrovirus yaitu
terjadinya redistribusi lemak, dimana HIV-1 PI menginduksi lipodistropy perifer dan hal ini
disebabkan oleh penghambatan 2 protein yang meregulasi metabolisme lemak, Hal ini
menyebabkan berkurangnya diferensiasi dan meningkatnya kematian sel adiposa perifer
dengan kerusakan penyimpanan lemak dan pelepasan lipid.
32

Belum ada perawatan yang spesifik untuk kasus parotid lipomatosis yang
disebabkan oleh obat antiretrovirus ini tapi dari sebuah kasus yang terjadi, setelah obat yang
diperkirakan menjadi penyebab digantikan dengan obat lain ternyata kelainan ini menjadi
berkurang.
32











Dedy Syahputra Sigalingging : Efek Samping Penggunaan Obat Antiretrovirus Di Rongga Mulut Pasien Hiv/Aids, 2009.
USU Repository 2009


BAB 5

KESIMPULAN

HIV/AIDS merupakan suatu penyakit yang belum dapat disembuhkan.
Antiretrovirus merupakan terapi yang terbukti dapat memperpanjang usia penderita
HIV/AIDS. Tetapi seperti layaknya kebanyakan obat, antiretrovirus juga memberikan efek
samping terhadap tubuh manusia. Secara khusus antiretrovirus juga menimbulkan efek
samping pada rongga mulut yaitu Sindroma Steven-Johnson, makroglosia, warts,
xerostomia, cheilitis dan parotid lipomatosis. Oleh karena hal inilah maka seorang dokter
gigi perlu mengetahui efek samping ini untuk membantu dalam mendiagnosa sehingga
dapat melakukan tindakan yang tepat pada kelainan rongga mulut tersebut.
Dalam merawat efek samping rongga mulut yang ditimbulkan obat antiretrovirus ini
dibutuhkan kerjasama yang baik antara dokter gigi yang merawat kelainan di rongga mulut
dan dokter yang merawat penyakit HIV/AIDS pasien tersebut.









Dedy Syahputra Sigalingging : Efek Samping Penggunaan Obat Antiretrovirus Di Rongga Mulut Pasien Hiv/Aids, 2009.
USU Repository 2009


DAFTAR PUSTAKA
1. Noer M S, eds. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam-Jilid 1. 3
rd
ed Balai Penerbit FKUI,
1996: 543-57.
2. Flint S R, Tappuni A, Leigh J, Schmidt-Westhausen A-M, MacPhail L. (B3)
Markers of Immunodeficiency and Mechanisms of HAART Therapy on Oral Lesions.
J Adv Dent Res. 2006; 19(4): 146-51.
3. Moura M D G, Senna M I B, Madureira D F, Fonseca L M S, Mesquita R A.
Oral Adverse Effects Due to the Use of Nevirapine. J Contemporary Dental Practice.
2008; 9(1): 84-8.
4. Sari L M, Subita G P. Manifestasi Sindroma Stevens-Johnson Akibat Obat
Antiretroviral Nevirapine Pada Pasien Acquired Immunodeficiency Syndrome
(AIDS). Dentika Dental Journal. 2006; 11(2): 171-6.
5. McPhee S J, Papadakis M A, Tierney L M, eds. Lange 2008 Current Medical
Diagnosis & Treatment. 47
rd
ed. McGrawHill Medical, 2008:1150-77.
6. Kesrepro. Perkembangan Epidemi AIDS di Indonesia. 2007
<http://www.kesrepro.info>(17 Februari 2008).
7. Yunanto K T. Penyebaran AIDS di Indonesia Tercepat di Asia. 2008
<http://www.vhrmedia.com>(17 Februari 2008).
8. UNAIDS. AIDS Epidemic Update. Geneva: WHO, 2008: 1-39.
9. Brooks G F, Butel J S, Morse S A. Mikrobiologi Kedokteran. Alih Bahasa. Nani
Widorini. Jakarta: Salemba Medika, 2005: 292-311.
10. KPA. Statistik Kasus s/d Maret 2008. 2008
Dedy Syahputra Sigalingging : Efek Samping Penggunaan Obat Antiretrovirus Di Rongga Mulut Pasien Hiv/Aids, 2009.
USU Repository 2009


<http://www.aidsindonesia.or.id>(22 April 2008).
11. KPA. Statistics as of March 2006. 2006
<http://www.aidsindonesia.or.id>(22 April 2008).
12. AntaraNews. 1033 Warga Sumut Tertular HIV/AIDS. 2007
<http://www.antara.co.id>(27 April 2008).
13. Analisa. Hingga Desember 2007, Jumlah Penderita HIV/AIDS di Sumut 1.157
orang. 2007
<http://www.aidsindonesia.or.id>(17 Desember 2008).
14. Vaseliu N, Kamiru H, Kabue M. Oral Manifestations of HIV Infection. HIV
Curriculum For The Health Professional, 2005: 173-85.
15. Langlais R P, Miller C S. Atlas Berwarna: Kelainan Rongga Mulut yang Lazim.
Alih Bahasa. Budi Susetyo. Jakarta: Hipokrates, 2000: 44-106.
16. Greenspan D, Canchola A J, MacPhail L A, Cheikh B, Greenspan J S. Effect of
Highly Active Antiretroviral Therapy on Frequency of Oral Warts. Lancet 2001;
357: 1411-12.
17. DIRJEN Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan. Pedoman
Nasional Terapi Antiretroviral-2004. DEPKES RI, 2004: 1.
18. McNicholl I. Adverse Effects of Antiretroviral Drugs. 2007
<http://hivinsite.ucsf.info>(8 Februari 2008).
19. Max B, Sherer R. Management of the Adverse Effects of Antiretroviral Therapy and
Medication Adherence. CID 2000; 30(Suppl 2): S96-116.
20. Flexner C. HIV-Protease Inhibitors. The New England Journal of Medicine 1998;
338(18): 1281-93.
Dedy Syahputra Sigalingging : Efek Samping Penggunaan Obat Antiretrovirus Di Rongga Mulut Pasien Hiv/Aids, 2009.
USU Repository 2009


21. Noble R. Antiretroviral drug side effects. 2008
<http://www.avert.org>(18 November 2008).
22. WHO. Antiretroviral Drugs Side Effects. 2006
<http://www.searo.who.int>(1 Agustus 2008).
23. Greenspan D, Canchola A J, MacPhail L A, Cheikh B, Greenspan J S. Effect of
Highly Active Antiretroviral Therapy on Frequency of Oral Warts. 2001
<http://www.aegis.com>(17 Desember 2008).
24. Fagot J P, Mockenhaupt M, Bouwes-Bavinck J N, Naldi L, Viboud C, Roujeau J C,
et al. Nevirapine and the risk of Stevens-Johnson Syndrome or Toxic Epidermal
Necrolysis (Clinical Science: Concise Communication). AIDS 2001; 15(44): 1843-
8.
25. Harsono A. Sindroma Steven Johnson: Diagnosis dan Penatalaksanaan. Continuing
Education XXXVI 2006: 1-7.
26. Vritsali E, Kolokotronis A, Valagouti D, Miteloudis G, Zaraboukus T, Kioses V, et
al. Case Report: Acquired Macroglossia due to Lopinavir/Ritonavir treatment. J
Oral Pathol Med 2005; 34: 56-8.
27. Rockoff A. Warts (common warts). 2008
<http://www.medicinenet.com>(26 Januari 2009)
28. Wilson M. Watch for Warts When Treating HIV Infection. 2001
<http://www.jwatch.org>(9 Juli 2008).
29. Moyle J. Outbreake of Oral Warts Coinciding With HAART. 2002
<http://www.medscape.com>(9 Juli 2008).
30. AETC. Oral Warts. 2006
Dedy Syahputra Sigalingging : Efek Samping Penggunaan Obat Antiretrovirus Di Rongga Mulut Pasien Hiv/Aids, 2009.
USU Repository 2009


<http://www.aidsetc.org>(8 Februari 2008).
31. ADA. Xerostomia (Dry Mouth). 2008
<http://www.simplestepsdental.com>(9 Juli 2008).
32. Olive A, Salavert A, Monriquez M, Clotet B, Moragas A. Parotid Lipomatosis in
HIV Positive Patients: a New Clinical Disorder Associated With Protease Inhibitor.
1998
<http://www.pubmedcentral.nih.gov>(17 Desember 2008).
33. Bartels C L. Xerostomia Information for Dentists. 2001
<http://www.oralcancerfoundation.org>(9 Juli 2008).
34. ODGT. Angular Cheilitis (Angular Stomatitis). 2008
<http://www.odgt.net>(5 Desember 2008).
35. Pray W S. Treatment of Chapped Lips (Cheilitis). US Pharm 2005; 30(5): 68-69.
36. Jesas G S, Manuel A, Javier J, Carmen P, Soledad L C, Jesasdel P, et al. Protease
Inhibitor-Related Paronychia, Ingrown Toenails, DesquamativeCheilitis and
Cutaneous Xerosis (Correspondence). AIDS 2000; 14(9): 1289.
37. Calista D, Boschini A, Cutaneous side effects induced by Indinavir. European
Journal of Dermatology 2000; 10(4): 292-6.
38. Emil T, Dominic D, Chow L N, V P B. HIV-Protease Inhibitors alter retinoic acid
synthesis (clinical science). AIDS 2001; 15(15): 1979-1984.

Anda mungkin juga menyukai