Anda di halaman 1dari 29

BAB II TEORI DASAR

2.1

Pencahayaan Setiap ruang kegiatan memiliki standar kuat penerangan (illumination)

yang berbeda-beda sesuai dengan kegiatan yang berlangsung di dalamnya. Adapun kualitas cahaya yang baik adalah yang tidak menyilaukan, karena kesilauan dapat melelahkan mata dan tekanan psikis. Pada daerah tropis, cahaya matahari merupakan potensi besar untuk penerangan ruang, yang dalam hal ini harus diperhatikan adalah terang langit dan radiasi panasnya. Standar terang langit minimal (untuk kegiatan kerja seperti mengetik, menghitung dengan kalkulator dan lain- lain) adalah 3000 lux, dengan day light faktor (perbandingan terang langit di dalam dan di luar ruang) sebesar 4%. Pencahayaan alami ini sering berubah-ubah kualitasnya. Selain itu untuk kasus ruang tertentu cahaya alami mempunyai keterbatasan untuk masuk, dan keterbatasan pemerataan kuat penerangan dalam ruang, sehingga pencahayaan buatan merupakan suatu hal yang mutlak. Adapun beberapa istilah yang digunakan pada pencahayaan : 1. Lux : Satuan intensitas penerangan per meter persegi yang dijatuhi arus cahaya 1 lumen. 2. Lux meter : alat yang digunakan untuk mengukur intensitas penerangan dalam satuan lux. 3. Luminance : Besaran cahaya yang diterima mata kita dari suatu benda yang terkena cahaya. Mudahnya seperti ini. Ada senter kecil dan senter

besar. Ketika digunakan di tempat gelap, kita bisa melihat lebih luas dan jelas dengan senter besar ketimbang senter kecil. Luminance dipengaruhi oleh kualitas filamen lampu, reflektor, dan sebagainya yang membantu pancaran cahaya menyebar dengan baik. 4. Tingkat/Kuat Penerangan (Iluminasi - Lux), didefinisikan sebagai sejumlah arus cahaya yang jatuh pada suatu permukaan seluas 1 (satu) meter persegi sejauh 1 (satu) meter dari sumber cahaya 1 (satu) lumen. 5. Intensitas Cahaya adalah arus cahaya yang dipancarkan oleh sumber cahaya dalam satu kerucut ("cone") cahaya, dinyatakan dengan satuan unit Candela. 6. Lumen adalah unit pengukuran dari besarnya cahaya (arus cahaya). 7. Cahaya adalah gejala gelombang Elektromagnetik yang dapat ditangkap oleh mata. 8. Titik Ukur adalah titik didalam ruangan yang keadaan pencahyaannya dipilih sebagai indikator untuk keadaan penerangan diseluruh ruangan. Kualitas cahaya ditentukan oleh: a) Penggunaan ruang yang dilihat dari beratnya beban mata akibat kegiatan yang harus dilakukan. b) Lamanya waktu kegiatan dengan penggunaan daya mata yang tinggi dan sifat kegiatannya. Sedangkan penggolongan kegiatan dikaitkan dengan kualitas cahaya adalah: a) Kegiatan halus sekali, adalah kegiatan cermat yang terus menerus, seperti menggambar ditail kecil. b) Kegiatan halus, adalah kegialan cermat yang tidak intensif, seperti menulis.

c) Kegiatan sedang, adalah kegiatan tanpa konsentrasi besar. d) Kegiatan kasar, adalah kegiatan ideal yang besar-besar. Dari penggolongan di atas dapat dilihat bahwa kegiatan halus sekali membutuhkan kualitas cahaya lebih tinggi dibandingkan kegiatan halus, demikian pula seterusnya.

2.1.1

Sistem Pencahayaan. a. Sistem pencahayaan merata. Sistem ini memberikan tingkat pencahayaan yang merata di seluruh ruangan, digunakan jika tugas visual yang dilakukan di seluruh tempat dalam ruangan memerlukan tingkat pencahayaan yang sama. Tingkat pencahayaan yang merata diperoleh dengan memasang armatur secara merata langsung maupun tidak langsung di seluruh langit-langit. b. Sistem pencahayaan setempat. Sistem ini memberikan tingkat pencahayaan pada bidang kerja yang tidak merata Ditempat yang diperlukan untuk melakukan tugas visual yang memerlukan tingkat pencahayaan yang tinggi, diberikan cahaya yang lebih banyak dibandingkan dengan sekitarnya. Hal ini diperoleh dengan mengkonsentrasikan penempatan armatur pada langit-langit di atas tempat tersebut. c. Sistem pencahayaan gabungan merata dan setempat. Sistem pencahayaan gabungan didapatkan dengan menambah sistem pencahayaan setempat pada sistem pencahayaan merata, dengan

armatur yang dipasang di dekat tugas visual. Sistem pencahayaan gabungan dianjurkan digunakan untuk : 1) Tugas visual yang memerlukan tingkat pencahayaan yang tinggi. 2) Memperlihatkan bentuk dan tekstur yang memerlukan cahaya datang dari arah tertentu. 3) Pencahayaan merata terhalang, sehingga tidak dapat sampai tempat yang terhalang tersebut. 4) Tingkat pencahayaan yang lebih tinggi diperlukan untuk orang tua atau yang kemampuan penglihatannya sudah berkurang.

2.1.2

Lampu pijar Lampu pijar menghasilkan cahaya dengan pemanasan listrik dari kawat

filamennya pada temperatur yang tinggi. Temperatur ini memberi radiasi dalam daerah tampak dari spektrum radiasi yang dihasilkan. Komponen utama lampu pijar terdiri dari : filamen, bola lampu, gas pengisi dan kaki lampu (fitting).

Gambar 2.1 Betuk Lampu Pijar Biasa

2.1.3

Kualitas Warna Cahaya Kualitas warna suatu lampu mempunyai dua karakteristik yang berbeda

sifatnya, yaitu : a). Tampak warna yang dinyatakan dalam temperatur warna. b). Renderasi warna yang dapat mempengaruhi penampilan obyek yang diberikan cahaya suatu lampu. Sumber cahaya yang mempunyai tampak warna yang sama dapat mempunyai renderasi warna yang berbeda. Pemilihan warna lampu bergantung kepada Tingkat pencahayaan yang diperlukan agar diperoleh pencahayaan yang nyaman. Dari pengalaman secara umum, makin tinggi tingkat pencahayaan yang diperlukan, makin sejuk tampak warna yang dipilih sehingga tercipta pencahayaan yang nyaman. Kesan umum yang berhubungan dengan tingkat pencahayaan yang bermacam-macam dan tampak warna yang berbeda dengan lampu fluoresen dapat dilihat pada tabel 2.1.
Tabel 2.1. Hubungan tingkat pencahayaan dengan tampak warna lampu

Sumber: Standar Nasional Indonesia (SNI), Rancang Bangun Gedung

2.1.4

Distribusi Luminansi Distribusi luminansi didalam medan penglihatan harus diperhatikan

sebagai pelengkap keberadaan nilai tingkat pencahayaan di dalam ruangan. Hal penting yang harus diperhatikan pada distribusi luminansi adalah sebagai berikut : a). Rentang luminasi permukaan langit-langit dan dinding. b). Distribusi luminansi bidang kerja. c). Nilai maksimum luminansi armatur (untuk menghindari kesilauan). d). Skala luminansi untuk pencahayaan interior dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2. Skala Luminansi Untuk Pencahayaan Interior

10

Sumber: Standar Nasional Indonesia (SNI), Rancang Bangun Gedung

2.1.5

Tingkat Pencahayaan Minimum Yang Direkomendasikan. Tingkat pencahayaan minimum dan renderasi warna yang

direkomendasikan untuk berbagai fungsi ruangan ditunjukkan pada tabel 2.2.


Tabel 2.2 Tingkat Pencahayaan Minimum dan Renderasi Warna Yang Direkomendasikan

Fungsi Ruangan Rumah Tinggal : Teras Ruang Tamu Ruang Makan Ruang Kerja Kamar Tidur Kamar Mandi Dapur Garasi Ruang Perkantoran Ruang Direktur Ruang Kerja Ruang Komputer Ruang Rapat Ruang Gambar Gudang Arsip Ruang Arsip Aktif Lembaga Pendidikan Ruang Kelas Perpustakaan Laboratorium Ruang Gambar Kantin Hotel dan Restoran Lobby, Koridor Ballroom/Ruang Sidang

Tingkat Pencahayaan (Lux) 60 120~150 120~150 120~150 120~150 250 250 250 350 350 350 300 750 150 300 250 300 500 750 200 100 200

Keterangan

Gunakan armatur berkisi untuk mencegah silau akibat pantulan layar monitor Gunakan pencahayaan pada meja gambar setempat

Gunakan pencahayaan pada meja gambar

setempat

Pencahayaan pada bidang vertical sangat penting untuk menciptakan suasana/kesan ruang yang baik Sistem pencahayaan harus dirancang untuk menciptakan suasana yang sesuai. Sistem pengendalian switching dan dimming dapat digunakan untuk memperoleh berbagai efek pencahayaan

Ruang Makan

250

11

Cafetaria Kamar Tidur Dapur Rumah Sakit/Balai Pengobatan : Ruang Rawat Inap Ruang Operasi, Ruang Bersalin Laboratorium Ruang Rekreasi dan Rehabilitasi Pertokoan/Ruang Pamer Ruang pamer dengan obyek berukuran besar (misalnya mobil) Toko kue dan makanan Toko buku dan alat tulis/gambar Toko perhiasan, arloji Toko barang kulit dan sepatu Toko pakaian Pasar swalayan Toko Alat Listrik (TV, Radio/Tape, mesin cuci dll) Industri (Umum) Ruang Parkir Gudang Pekerjaan kasar Pekerjaan sedang Pekerjaan halus Pekerjaan amat halus Pemeriksaan warna Rumah Ibadah Mesjid

250 150 300 250 300 500 250 500

Diperlukan lampu tambahan pada bagian kepala tempat tidur dan cermin

Gunakan pencahayaan setempat pada tempat yang diperlukan

Tingkat pencahayaan ini harus dipenuhi pada lantai. Untuk beberapa produk tingkat pencahayaan pada bidang vertikal juga penting

250 300 500 500 500 500 250 50 100 100~200 200~500 500~1000 1000~2000 750 200 Untuk tempat-tempat yang membutuhkan tingkat pencahayaan yang lebih tinggi dapat digunakan pencahayaan setempat Idem Idem

Pencahayaan pada bidang vertikal pada rak barang

Gereja Vihara

200 200

Sumber : Standar Nasional Indonesia (SNI), Rancang Bangun Gedung

12

2.2

Resistor Resistor adalah komponen dasar elektronika yang digunakan untuk

membatasi jumlah arus yang mengalir dalam satu rangkaian. Sesuai dengan namanya resistor bersifat resistif dan umumnya terbuat dari bahan karbon. Dari hukum Ohm diketahui, resistansi berbanding terbalik dengan jumlah arus yang mengalir melaluinya. Satuan resistansi dari suatu resistor disebut Ohm atau dilambangkan dengan simbol (Omega). Tipe resistor yang umum adalah berbentuk tabung dengan dua kaki tembaga di kiri dan kanan. Pada badannya terdapat lingkaran membentuk gelang kode warna untuk memudahkan pemakai mengenali besar resistansi tanpa mengukur besarnya dengan Ohmmeter. Kode warna tersebut adalah standar manufaktur yang dikeluarkan oleh EIA (Electronic Industries Association) seperti yang ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel 2.3 Tabel Nilai Warna Gelang Resistor

Gambar 2.3 Resistor Tetap

13

2.2.1 Resistor Variabel ( Resistor Tidak tetap Manual ) Variabel Merupakan resistor yang memiliki nilai tidak tetap. Resistor inidapat berupa wirewound atau karbon.

Gambar 2.4 Resistor Variabel

Simbol Resistor Variabel:

Gambar 2.5 Simbol Resistor Variabel

Berdasarkan pengontrolnya, resistor variabel dibedakan menjadi 2 jenis yaitu jenis kontrol geser dan kontrol putar.

Gambar 2.6 Jenis Resistor Variabel

2.2.2

Light Dependent Resistor (LDR)

14

LDR atau light Dependent Resistor adalah salah satu jenis resistor yang nilai hambatannya dipengaruhi oleh cahaya yang diterima olehnya. LDR merupakan resistor tidak tetap otomat, dibuat dari Cadmium Sulfida yang peka terhadap cahaya. Seperti yang telah diketahui bahwa cahaya memiliki dua sifat yang berbeda yaitu sebagai gelombang elektromagnetik dan foton/partikel energi (dualisme cahaya).

Gambar 2.7 Light Dependent Resistor

LDR akan mempunyai hambatan yang sangat besar saat tak ada cahaya yang mengenainya(gelap). Dalam kondisi ini hambatan LDR, mampu mencapai 1 Mohm. Akan tetapi saat terkena sinar, hambatan LDR akan turun secara drastis hingga nilai beberapa puluh ohm saja.

2.3

Analog to Digital Converter (ADC) ADC adalah suatu komponen yang berfungsi sebagai akusisi data yaitu

mengambil isyarat analog untuk diubah menjadi isyarat digital. ADC yang tersedia dipasaran saat ini sudah banyak sfesifikasinya tetapi dalam perancangan ini digunakan ADC0804.. Gambar 2.8 (a) menunjukkan susunan kaki ADC tersebut.

Beberapa karakteristik ADC0804 adalah sebagai berikut:

15

Memiliki

masukan

analog

Vin

(+)

dan

Vin(-)

sehingga

memperbolehkan masukan selisih (diferensial). Dengan kata lain, tegangan masukan analog yang sebenarnya adalah selisih dari masukan kedua pin analog Vin = Vin(+) Vin(-) . Jika hanya satu masukan maka Vin(-) dihubungkan ke ground. Pada operasi normal, ADC menggunakan Vcc = +5V sebagai tegangan referensi, dan masukan analog memiliki jangkauan dari 0 sampai 5 V pada skala penuh. Mengubah tegangan analog menjadi keluaran digital 8 bit. Sehingga resolusinya adalah 5V/255 = 19.6 mV Memiliki pembangkit detak (clock) internal yang menghasilkan frekuensi f=1/(1,1RC), dengan R dan C adalah komponen eksternal. Memiliki koneksi ground yang berbeda antara tegangan digital dan analog. Kaki 8 adalah ground analog. Pin 10 adalah ground digital.

Gambar 2.8 Kaki-Kaki ADC 0804

16

Sensor yang kita gunakan adalah sensor pengubah tegangan. Bila cahaya yang diterima berubah, maka tegangan pada sensor akan berubah juga. Perubahan inilah yang kita manfaatkan sebagai masukan pada adc, yang kemudian akan ditampilkan di komputer.

2.4

Mikrokontroler AT89S52 Mikrokontroler merupakan sistem mikroprosesor untuk tujuan khusus

dalam rangkaian terintegrasi (chip), yang terdiri dari Central Processing Unit (CPU), dan Register sebagai pemroses utama, sedangkan Read only Memory (ROM), Random Acsess Memory (RAM), Timer, dan Input/Output (I/O). Mikrokontroler AT89S52 diproduksi oleh ATMEL dan kompatibel dengan mikrokontroler standar industri MCS-52TM . Mikrokontroler AT89S52 merupakan mikrokontroler CMOS dengan 8-bit yang berdaya rendah dan dilengkapi dengan Programmable and Eresable Read Only Memory (PEROM) 8 Kbyte. Bagian lain dalam mikrokontroler AT89S52 adalah RAM 256 bytes, port I/O, timer/counter 16 bit, pengendali interupsi, pengendali bus, port serial full duplex dan on-chip oscillator. Mikrokontroler berguna untuk megubah keluaran adc yang berbentuk paralel ke dalam bentuk serial. Mikrokontroler digunakan sebagai otak kecil yang mudah untuk diprogram. Pada keperluan ini mikrokontroler digunakan untuk mengubah data paralel ke dalam bentuk serial. Peran peting mikrokontroller AT89S52 dalam sistem pengukuran adalah sebagai tempat pengolahan data hasil pembacaan oleh ADC0804 dan kontrol data. Sebelum data ditampilkan ke PC, data diproses dalam mikrokontroller.

17

Gambar 2.9 Pin-Pin IC AT89S52

Di dalam sebuah IC AT89S52 selain CPU (Central Prosessing Unit) juga terintegrasi di dalamnya: 1. RAM (Random Acces Memory) sebesar 256 bytes. RAM merupakan tempat menyimpan sementara, yang akan terhapus apabila sistem mikrokontroller dimatikan. 2. ROM (Read Only Memory) sebesar 8Kbytes. ROM ini berisikan programprogram yang akan dijalankan oleh mikrokontroller. ROM hanya bisa dibaca tidak bisa ditulis pada saat eksekusi program. Untuk menghapus program di ROM ada berbagai macam cara yang disesuaikan dengan jenis ROM tersebut. a. Untuk EPROM (Erasable Programable ROM) dapat dihapus dengan menggunakan sinar ultra violet selama kurang lebih 15 menit. Setelah itu EPROM dapat ditulis program menggunakan EPROM Programer.

18

b. Untuk EEPROM (Electric Erasable Programable ROM) dapat dihapus dengan memberikan tegangan 5 volt selama beberapa saat pada pin tertentu, setelah itu dapat ditulis program kembali dengan menggunakan EPROM programer. 3. Register Pewaktu (Timer Register) sebanyak 3 buah yaitu Timer 0, Timer 1 dan Timer 2 yang masing-masing berkapasitas 16 bit. 4. Port Input/Output. IC AT89S52 mempunyai 4 buah port yang dapat dikontrol sebagai I/O yaitu P0, P1, P2, dan P3. sebuah port mempunyai 8 pin atau 8 bit. Meskipun semua port dapat dikontrol, masing-masing port mempunyai fungsi yang berbeda. a. Port 0 mempunyai fungsi sebagai port alamat dan data. Maka jika mikrokontroller sedang mengakses alamat, P0 aktif sebagai pembawa alamat 8 bit yang bawah (A0-A7). Ketika mengakses data (bisa input atau output) port ini berfungsi sebagai jalur data (D0-D7). b. Port 1 tidak mempunyai fungsi lainnya selain I/O sehingga port ini sering digunakan untuk mengontrol piranti lain di sistem antar muka. c. Port 2 berfungsi sebagai pembawa alamat 8 bit atas (A8-A15). Berbeda dengan port 0, port ini tidak bersifat sebagai jalur data hanya sabagai pembawa alamat. Dengan demikian jelas bahwa untuk alamat AT89S52 menyediakan 16 bit sedangkan untuk jalur data 8 bit.

19

d. Port 3 mempunyai fungsi yang berbeda-beda dari setiap pinnya yaitu P3.7 kaki read yang aktif manakala sedang melakukan eksekusi yang sifatnya membaca data. P3.6 kaki write yang aktif saat melakukan eksekusi yang sifatnya menulis data ke suatu alamat. P3.5 merupakan pin yang berhubungan dengan timer register 1 P3.4 merupakan pin yang berhubungan dengan timer register 0

P3.3 dan P3.2 berhubungan dengan kontrol interupsi. P3.1 dan P3.0 berhubungan dengan port serial 5. Kontrol intrupsi. Intrupsi yang dilayani oleh AT89S52 dapat berasal dari; a. Piranti di luar AT89S52. Untuk intrupsi ini AT89S52 menyediakan dua buah kontrol yaitu INT0 dan INT1 (pin P3.3 dan P3.2). b. Timer Register ada 3, Timer 0, Timer 1 dan Timer 2. c. Port serial yaitu melalui register TI (Transmit Interupt) atau RI (Receive Interupt). 6. Jalur kontrol. Sebagai mikrokontroller yang berorientasi kontrol AT89S52 mempunyai pin yang berfungsi secara khusus untuk mengontrol piranti lain untuk melakukan sebuah eksekusi atau mengakses data. 7. Osilator On-Chip AT89S52 sangat penting dalam menentukan tekanan siklus mesin dari AT89S52. Osilator ini dibangkitkan oleh kristal ataupun dari TTL (Transitor Transistor Logic) luar. Semakin besar frekuensi yang dipakai oleh osilator on-chip ini semakin cepat siklus mesin dari

20

AT89S52 berarti semakin cepat pula kemampuan AT89S52 mengeksekusi suatu program. Semua mikrokontroller dalam keluarga MCS51 memiliki pembagian ruangan alamat untuk program dan data. Pemisahan memori program dan memori data memperbolehkan memori data untuk diakses oleh alamat 8 bit. Sekalipun demikian, alamat data memori 16 bit dapat dihasilkan melalui register DPTR (Data Pointer Register). DPTR adalah suatu register untuk mengakses suatu alamat eksternal (di luar chip AT89S52) dengan lebar 16 bit.

2.4.1 Serial Port AT89S52 Port serial pada AT89S52 bersifat duplex penuh atau full duplex, artinya port serial bisa menerima dan mengirim data pada waktu yang bersamaan. Selain itu juga memiliki penyangga penerima, artinya port serial mulai bisa menerima byte yang kedua sebelum byte yang pertama dibaca oleh register penerima (jika sampai byte yang kedua selesai diterima sedangkan byte pertama belum juga dibaca, maka salah satu byte akan hilang). Penerimaan dan pengirimn data port serial melalui register SBUF. Penulisan ke SBUF (biasanya dari akumulator) berarti mengisi register pengiriman SBUF sedangkan pembacaan dari SBUF berarti membaca register penerimaan SBUF yang memang terpisah secara fisik (secara perangkat lunak namanya satu yaitu SBUF). Port serial pada AT89C51/52/55 bisa digunakan dalam 4 mode kerja. Dari keempat mode tersebut, satu mode diantaranya bekerja secara sinkron dan tiga lainnya bekerja secara asinkron. Keempat mode kerja tersebut adalah:

21

a). Mode 0 Mode ini bekerja secara sinkron, data serial dikirim dan diterima melalui kaki P3.0 (RxD), sedangkan kaki P3.1 (TxD) dipakai untuk menyalurkan detak pendorong data serial yang dibangkitkan Ic Mikrokontroler. Data dikirim atau diterima 8 bit sekaligus, dimulai dari bit yang bobotnya paling kecil atau LSB (bit 0) dan diakhiri dengan bit yang bobotnya paling besar atau MSB (bit 7). Kecepatan pengiriman data (baudrate) adalah 1/12 frekuensi kristal yang digunakan. b). Mode 1 Pada mode ini data dikirim melalui kaki P3.1 (TxD) dan diterima melalui kaki P3.0 (RxD), secara asinkron (juga mode 2 dan 3). Pada Mode1 ini, data dikirim atau diterima 10 bit sekaligus, diawali dengan 1 bit start, disusul dengan 8 bit data yang dimulai dari bit yang bobotnya paling kecil (bit 0), diakhiri dengan 1 bit stop. Pada AT89S52 yang berfungsi sebagai penerima bit stop adalah RB8 dalam register SCON. Kecepatan pengiriman data (baudrate) bisa diatur sesuai dengan keperluan. Mode inilah (Mode 2 dan juga Mode 3) yang umum dikenal sebagai UART atau Universal Asynchronous Receiver/Transmitter. c). Mode 2 Data dikirim atau diterima 11 bit sekaligus, diawali dengan 1 bit start, disusul 8 bit data yang dimulai dari bit yang bobotnya paling kecil (bit 0), kemudian bit ke 9 yang bisa diatur lebih lanjut, diakhiri dengan 1 bit stop. Pada Ic Mikrokontroler yang berfungsi sebagai pengirim, bit 9 tersebut berasal dari bit TB8 dalam register SCON. Pada Mikrokontroler

22

yang berfungsi sebagai penerima, bit 9 ditampung pada bit RB8 dalam register SCON, sedangkan bit stop diabaikan dan tidak ditampung. Kecepatan pengiriman data (baudrate) bisa dipilih antara 1/32 atau 1/64 frekuensi kristal yang digunakan. d). Mode 3 Mode ini sama dengan Mode 2, hanya saja kecepatan pengiriman data (baudrate) bisa diatur sesuai dengan keperluan, seperti halnya Mode 1. Pada Mode asinkron (Mode 1, Mode 2, Mode 3), port serial AT89S52 bekerja secara full duplex.

2.4.2

REGISTER KONTROL PORT SERIAL Register control dan status untuk port serial berada dalam SCON.

Register ini mengandung bit-bit pemilihan mode kerja port serial, bit data ke 9 pengiriman dan penerimaan (TB8 dan RB8) serta bit-bit interupsi port serial (T1 dan R1).
Tabel 2.4 Susunan Bit dalam Register SCON

Keterangan : Bit SM0 dan SM1 (bit 7 dan 6 pada register SCON) dipakai untuk menentukan mode kerja port serial. Setelah reset kedua bit ini bernilai 0 dan penentuan mode kerja port serial mengikuti table penentuan mode kerja port serial.

23

Table 2.5 Tabel Penentuan Mode Kerja Port Serial

SM0 SM1 Mode


0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 2 3

Keterangan
Register geser UART 8-bit UART 9-bit UART 9-bit

Baudrate
Tetap(Fosc/12) Bisa diubah-ubah (dengan timer) Tetap(Fosc/64 atau Fosc/32) Bisa diubah-ubah (dengan timer)

Bit

SM2

digunakan

untuk

mengaktifkan

fiture

komunikasi

multiprosesor pada Mode 2 dan 3. Pada mode-mode ini, jika SM2=1, maka RI tidak akan diaktifkan jika data bit ke-9 yang diterima adalah 0. Sedangkan pada Mode 1, jika SM2=1, maka RI tidak akan diaktifkan jika belum diterima data bit stop yang sah. Pada Mode 0, SM2 harus diisi 0. Dengan demikian bit SM2 sebenarnya digunakan untuk mengaktifkan pengujian bit stop, hal ini diperlukan bisaanya untuk aplikasi-aplikasi saat komunikasi serial rentan terhadap gangguan-gangguan interferensi. Bit REN (bit 4) dipakai untuk mengaktifkan kemampuan port serial untuk menerima data. Pada Mode 0 kaki RxD ( P3.0) dipakai untuk mengirim data serial dan juga untuk menerima data serial. Setelah reset bit REN bernilai 0. Sifat ini terbawa pula pada saat port serial bekerja pada Mode 1, Mode 2 dan Mode 3, agar kaki RxD bisa dipakai untuk menerima data, terlebih dahulu harus dibuat REN=1. Pada Mode 2 dan Mode 3, port serial bekerja dengan 9 bit data (dari 11 bit, 1 bit untuk start dan 1 bit untuk stop), SBUF yang kapasitasnya 8 bit tidak cukup u tuk keperluan ini. Bit ke-sembilan yang akan dikirim terlebih dulu diletakkan di TB8 (bit 3), sedangkan bit RB8 (bit 2)

24

merupakan bit yang dipakai untuk menampung bit ke-sembilan yang diterima port serial. Pada mode 1, RB8 dipakai untuk menampung bit stop yang diterima, dengan demikian apabila RB8 bernilai 1 maka data diterima dengan benar, sebaliknya apabila RB8=0 berarti terjadi kesalahan frame (framing error). Bit ke-9 ini biasa dipakai sebagai bit paritas, hanya saja bit paritas yang dikirim harus ditentukan sendiri dengan program dan diletakkan pada TB8 dan bit paritas yang diterima pada RB8 dipakai untuk menentukan integritas data secara program pula. Dalam hal ini, kedua program harus mengacu pada ketentuan bit paritas yang sama, jika satunya genap, maka ditempat lain juga harus mengacu pada bit paritas genap juga. Idak seperti pada UART standard, semuanya dikerjakan oleh perangkat keras dalam IC UART. Bit TI (bit 1) merupakan sinyal yang setara dengan sinyal THRE (Transmitter Holding Register Empty) yang umum dijumpai pada UART standard. Setelah port serial selesai mengirim data yang tersimpan dalam SBUF, bit TI akan bernialai 1 dengan sendirinya, kemudian bit ini harus di-nol-kan secara manual dalam program agar bias dipakai untuk memantau keadaan SBUF dalam pengirimn data berikutnya. Bit RI (bit 0) merupakan sinyal yang setara dengan sinyal RDA (Receive Data Available) yang umum dijumpai pada UART standard. Setelah SBUF menerima data dari port serial, bit RI akan bernilai 1

25

dengan sendirinya, bit ini haus inolkan secara manual dalam program agar bisa dipakai untuk memantau keadaan SBUF dalam penerimaan data berikutnya.
PCON Power Control Register Tabel 2.6 Bit SMOD dalam register PCON Bit 7 bit6 bit5 bit4 bit3 bit2 bit1 bit0

SM0D

GF1

GF0

PD IDL

RESET:

2.4.3

Alamat Data IC AT89S52 Untuk memori program, pada AT89S52 sudah terintegrasi di

dalamnya. Memori program berisi vektor interupsi dan kode-kode perogram yang ingin dijalankan oleh mikrokontroller. Vektor interupsi mengarahkan eksekusi ke lokasi memori program tertentu ketika terjadi interupsi. Memori data dalam mikrokontroller AT89S52 terintegrasi didalamnya sebesar 256 byte. Memori data terdiri dari empat (4) buah register bank yang berisi 8 buah register, memori data umum dan register dengan fungsi khusus. Register bank R0-R7 dapat digunakan untuk program pengulangan dan pengalamatan secara tidak langsung (hanya R0 dan R1). Bank register yang berjumlah empat (4) buah ini dapat dipilih mana yang aktif dengan mengatur pada bit 3 dan bit 4 pada PSW (Program Status Words). Untuk

26

memori umum internal beralamat dari 20H-7FH. Untuk register dengan fungsi khusus terdiri dari alamat-alamat dari port dan register yaitu : 1 1. Port port : 1 2 3 4 a. Port 0 (alamatnya pada byte 80H) b. Port 1 (alamatnya pada byte 90H) c. Port 2 (alamatnya pada byte A0H) d. Port 3 (alamatnya pada byte B0H) port-port diatas merupakan pengunci-pengunci (latches), yang digunakan untuk menyimpan data yang akan dibaca atau ditulis dari/ke port.

2. Register register 0 a. ACC atau akumulator yang menempati lokasi E0H digunakan sebagai register untuk penyimpanan data sementara, dalam program instruksi mengacunya sebagai register A (bukan ACC). 2 b. Register B beralamat pada byte F0H digunakan selama operasi perkalian dan pembagian sebagai untuk instruksi scratch lain dapat (papan

diperlakukan

register

pad

corat-coret) lainnya. c. Stack Pointer (SP) alamatnya pada byte 81H merupakan register dengan panjang 8 bit, digunakan dalam proses simpan dan ambil dari/ke stack d. Data Pointer (DPTR) dengan Data Pointer Low (DPL) alamatnya pada byte 82H dan Data Pointer High (DPH)

27

alamatnya di byte 83H. Data Pointer ini digunakan untuk pengalamatan 16 bit dan biasanya bersifat eksternal. 0 e. Timer Control Register (TCON) alamat pada byte 88H Timer Mode Register (TMOD) alamat pada byte 89H merupakan register yang digunakan untuk mengatur kerja Timer 0 dan Timer1 0 f. Register data timer yaitu Timer Low ke 0 (TL0) alamat pada byte 8AH. Timer High ke 0 (TH0) alamat pada byte 8CH. Timer Low ke 1 (TL1) alamat pada byte 8BH. Timer High ke 1 (TH1) alamat pada byte 8DH. 1 2 0 g. Interupt Enable Register (IE) alamat pada byte A8H h. Interupt Priority (IP) alamat pada byte A8H i. bitStatus auxiliary register, yang bias 3 2.5 THYRISTOR Thyristor berakar kata dari bahasa Yunani yang berarti pintu'. Dinamakan demikian barangkali karena sifat dari komponen ini yang mirip dengan pintu yang dapat dibuka dan ditutup untuk melewatkan arus listrik. Thyristor merupakan salah satu tipe devais semikonduktor daya yang paling penting dan telah banyak Program Status Word (PSW) alamat pada byte D0H, berisi bit status yang berkaitan dengan kondisi CPU saat itu. yang tersimpan dalam PSW meliputi: carry bit, the carry (untuk operasi BCD), dua bit pemilih bank oferlow flag, sebuah bit paritas dan dua flag status didefinisikan sendiri (user-definable).

28

digunakan secara ekstensif pada rangkaian daya . Thyristor biasanya digunakan sebagai saklar/bistabil, beroperasi antara keadaan non konduksi ke konduksi. Pada banyak aplikasi, thyristor dapat diasumsikan sebagai saklar ideal akan tetapi dalam prakteknya thyristor memiliki batasan karakteristik tertentu. Ada beberapa komponen yang termasuk thyristor antara lain PUT (programmable uni-junction transistor), UJT (uni-junction transistor ), GTO (gate turn off switch), photo SCR dan sebagainya. Namun pada kesempatan ini, yang akan kemukakan adalah komponen-komponen thyristor yang dikenal dengan sebutan TRIAC dan DIAC. Pembaca dapat menyimak lebih jelas bagaimana prinsip kerja dari kedua komponen ini..

2.5.1

TRIAC TRIAC bekerja mirip seperti SCR yang paralel bolak-balik,

sehingga dapat melewatkan arus dua arah. Akan tetapi ketika ON hanya bisa melewatkan arus satu arah saja yaitu dari anoda menuju katoda. Struktur TRIAC sebenarnya adalah sama dengan dua buah SCR yang arahnya bolak-balik dan kedua gate-nya disatukan. Simbol TRIAC ditunjukkan pada gambar 2.10 TRIAC biasa juga disebut thyristor bidirectional dan biasa digunakan untuk pengendali fasa ac.

Gambar 2.10 Simbol TRIAC

29

2.5.2 OPTOTRIAC Optotriac (MOC-3014) merupakan suatu komponen yang bekerja seperti triac yaitu dapat mengalirkan arus bolak balik karena memiliki 2 buah SCR dan infrared emmiting dioda yang berfungsi sebagai pemicu 2 SCR tersebut. Rangkaian Optotriac berfungsi untuk memicu rangkaian power triac. Alat ini digunakan untuk mempermudah triac dalam mengontrol resistivitas dan inductivitas untuk operasi 115 vac

Gambar 2.11 Internal Optotriac

2.6

Komunikasi Data Serial Suatu komunikasi data antar PC dapat dilakukan dengan menggunakan

berbagai macam interface I/O. Pada PC terdapat interface yaitu serial, parallel, network atau yang biasa disebut Ethernet. Tapi yang akan dibahas saat ini yaitu port serial saja karena penulis hanya membutuhkan koneksi serial antara PC dengan mikrokontroler. Dikenal 2 macam cara pengiriman (transmisi) data secara serial. Kedua cara tersebut dibedakan oleh sinyal detak yang dipakai untuk mendorong data

30

serial. Kedua cara pengiriman data tersebut yaitu pengiriman data serial secara sinkron dan pengiriman data serial secara asinkro RS-232 Standar sinyal komunikasi serial yang banyak digunakan adalah standar RS232 yang dikembangkan oleh Electronic Industry Association and the Telecommunications Industry Association (EIA/TIA) yang pertama kali dipublikasikan pada tahun 1962. ini terjadi jauh sebelum IC TTL popular sehingga sinyal ini tidak ada hubungan sama sekali dengan level tegangan IC TTL.Standar ini hanya menyangkut komunikasi data antara computer (Data Terminal Equipment DTE) dengan alat alat pelengkap computer (Data Circuit Terminating Equipment DCE). Standar RS232 inilah yang biasa di gunakan pada port serial IBM PC kompatibel.

Gambar 2.11 Konektor serial DB-9

Gambar 2.11 adalah gambar konektor port serial DB-9 pada bagian belakang CPU. Pada computer IBM PC kompatibel biasanya kita dapat menemukan dua konektor port serial DB-9 yang biasa dinamai COM1 dan COM2. Konfigurasi dan nama pin konektor port serial ditunjukan pada tabel 2.7 dibawah ini.

31

Tabel 2.7 Konfigurasi pin dan nama sinyal konektor serial

NOMOR PIN 1 2 3 4 5 6 7 8 9

NAMA SINYAL DCD RxD TxD DTR GND DSR RST CTS RI

DIRECTION IN IN OUT OUT IN OUT IN IN

KETERANGAN Data Carrier Detect / Received line signal detect Receive data Transmit data Data terminal ready Ground Data set ready Request to send Clear to send Ring indikator

Keterangan mengenai fungsi saluran RS232 pada konektor DB-9 adalah sebagai berikut : Received line signal detect, dengan saluran ini DCE memberitahukan ke DTE bahwa pada terminal masukan ada data masuk. Receive data, digunakan DTE menerima data dari DCE. Transmit Data, digunakan DTE mengirimkan data ke DCE. Data terminal ready, pada saluran ini DTE memberitahukan kesiapan terminalnya. Signal ground, saluran ground. Ring indikator, pada saluran ini DCE memberitahu ke DTE bahwa sebuah stasiun menghendaki hubungan dengannya. Clear to send, dengan saluran ini DCE memberitahukan bahwa DTE boleh mulai mengirim data.

32

Request to send, dengan saluran ini DCE diminta mengirim data oleh DTE.

DCE ready, sinyal aktif pada saluran ini menunjukan bahwa DCE sudah siap.

Standar sinyal serial RS232 memiliki ketentuan level tegangan sebagai berikut: Logika 1 disebut mark terletak antara -3 Volt hingga -25 Volt. Logika 0 disebut space terletak antara +3 Volt hingga +25 Volt

2.7

Program Aplikasi ( VISUAL BASIC 6.0 ) Visual Basic adalah salah satu bahasa pemrograman komputer. Bahasa

pemrograman adalah perintah-perintah yang dimengerti oleh komputer untuk melakukan tugas-tugas tertentu. Bahasa pemrograman Visual Basic, yang dikembangkan oleh Microsoft sejak tahun 1991, merupakan pengembangan dari pendahulunya yaitu bahasa pemrograman BASIC (Beginner's All-purpose Symbolic Instruction Code) yang dikembangkan pada era 1950-an. Visual Basic merupakan salah satu Development Tool yaitu alat bantu untuk membuat berbagai macam program komputer, khususnya yang menggunakan sistem operasi Windows. Visual Basic merupakan salah satu bahasa pemrograman komputer yang mendukung object (Object Oriented Programming = OOP).

33

Anda mungkin juga menyukai