Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Nanosains & Nanoteknologi

Edisi Khusus, Agustus 2009

ISSN 1979-0880

Sintesis Nanopartikel Y 2 o 3 :Eu (Yttria) yang Didispersikan dalam Larutan Polivinil Alkohol Sebagai Tinta Luminisens
Astuti (1), Mikrajuddin Abdullah (2), dan Khairurrijal Kelompok Keahlian Fisika Material Elektronik - FMIPA Institut Teknologi Bandung Jalan Ganeca 10 Bandung 40132 e-mail: (1)tuty_phys@yahoo.com, (2)din@fi.itb.ac.id Diterima Editor Diputuskan Publikasi Abstrak Yttrium Nitrat Hexahidrat (Y(NO 3 ) 3 . 6H 2 O) yang di doping dengan Europium Nitrat Hexahidrat (Eu(NO 3 )3. 6H 2 O) merupakan salah satu material yang menghasilkan luminisens berwarna merah yang stabil. Sintesis nanopartikel ini telah dilakukan dengan menggunakan metoda pemanasan sederhana dalam larutan polimer (Polietilen Glikol (PEG)) pada temperatur 800 oC dan 1000 oC, dan konsentrasi doping divariasikan yaitu 4% mol/mol, 5% mol/mol, dan 7% mol/mol. Pada paper ini juga akan dilaporkan pembuatan sistem koloid dari nanopartikel tersebut dengan menggunakan pendispersi yaitu larutan Polivinil Alkohol (PVA). Proses pengadukan dan temperatur pemanasan saat pengadukan sangat berpengaruh terhadap kestabilan koloid. Koloid stabil diperoleh dengan temperatur pengadukan 30-40 oC, dan diaduk selama 8 jam. Koloid ini menunjukkan hasil yang baik, dan stabil setelah dibiarkan selama 4 bulan sehingga dapat diaplikasikan sebagai tinta Luminisens. Kata kunci: koloid luminisens, tinta luminisen, yttria, PVA. Y 2 O 3 : Eu yang di sintesis dengan metoda s ol ge l sederhana. Spektrum e ksitasi t ersebut m enghasilkan pita yang s angat lebar , y ang di eksitasi de ngan panjang gelombang 233,5 nm. E misi i ni di sebabkan ol eh t ransfer muatan o leh transisi k eadaan karena i nteraksi E uO. Berdasarkan h asil p enelitian, eksitasi p ada p anjang gelombang 2 33,5 nm t ersebut m erupakan t ransisi dari level 5D 0 ke l evel 7F J dari konfigurasi 4f 6 pada i on Eu3+ [32] . Sulitnya m embuat partikel f osfor dari l ogam oksida dalam ukuran nanometer m enjadi t antangan ba gi peneliti dalam membuat koloid fosfor tersebut. Selain itu media pe ndispersi y ang di gunakan s eringkali m enjadi penghambat da lam mengembangkan t inta luminisens i ni, karena u kuran pa rtikel da pat m enjadi semakin besar apabila di biarkan be berapa s aat s ehingga t erjadi pengendapan, akibatnya k oloid y ang dihasilkan t idak homogen dan t idak stabil. Untuk menghambat terjadinya penggumpalan partikel, maka permukaan partikel tersebut harus di de-aktivasi. S alah s atu car a de-aktivasi t ersebut adalah dengan m enggunakan k oloid pelindung, di mana koloid pelindung i ni a kan berikatan da n menyelubungi permukaan partikel s ehingga mencegah t erjadinya i katan sesama pa rtikel y ang di dispersikan. K oloid pelindung yang s ering digunakan a dalah s urfaktan da n polimer [32,34,36]. Tujuan dari penelitian i ni a dalah m embuat k oloid stabil dengan mendispersikan pa rtikel fosfor da ri Y 2 O 3 :Eu, ya ng menghasilkan luminisen m erah. Untuk membuat pa rtikel da lam uk uran s ubmikrometer s ampai dalam be berapa puluh nanometer da pat di guanakan metode p olimer k ompleks d engan pemanasan s ederhana 61 : : 23 Mei 2009 30 Mei 2009

1. Pendahuluan Beberapa tahun be lakangan, pe nelitian fosfor untuk t inta l uminisen s edang giat d ilakukan. Tinta i ni digunakan sebagai tinta pengaman, yang lebih efektif dan dengan b iaya yang l ebih m urah dalam u saha m encegah terjadinya pemalsuan dokumen, uang kertas, pasport, dll. Tinta l uminisen da pat dibuat da lam be ntuk l uminisen koloid, dimana k oloid t ersebut m engandung partikelpartikel l uminisen y ang t erdispersi dalam pe ndispersi. Koloid l uminisen t elah b anyak dibuat da ri ba han semikonduktor ( seperti C dSe, c dTe), namun dalam aplikasinya s ebagai t inta l uminisen t idak t erlepas d ari bahaya dari l ogam s emikonduktor t ersebut. Salah s atu material y ang be rpotensi u ntuk koloid l uminisen a dalah dari m aterial o ksida. S ampai s ekarang i ni, penelitian luminisen koloid dari m aterial o ksida masih s angat sedikit, b eberapa co ntohnya ad alah L aPo 4 :Ce, T b d an LaPo 4 :Eu y ang disintesis de ngan menggunakan m etoda induksi gelombang mikro [21]. Irradiasi n anokristal Y 2 O 3 :Eu dengan s inar U ltra Violet (UV) akan menghasilkan emisi warna merah yang didominasi o leh t ransisi 5D 0 ke 7F 2 . B erdasarkan h asil penellitian yang telah dilakukan, eksitasi transfer muatan yang terjadi disebabkan oleh eksitasi lokal dimana sebuah elektron pa da orbital 2 p da ri O 2- tereksitasi k e orbital 4 f ini dari E u3+. Transisi e lektronik E u3+-ligand menghasilkan pita transfer muatan ( charge transfer band) dalam r entang p anjang ge lombang a bsorpsi da ri 220 nm sampai 280 nm [30,31]. Zhang dkk [31], mengukur spektrum eksitasi merah t erhadap t ransisi dari 5D 0 ke 7F 2 , de ngan panjang gelombang e misi a dalah 612 nm da lam na nokristal

J. Nano Saintek. Edisi Khusus, Agust. 2009

62

yang kur ang da ri s atu jam. K emudian p artikel Y 2 O 3 :Eu akan di dispersikan da lam media yang c ocok unt uk mendapat kolid yang stabil. 2. Eksperimen Penelitian i ni di lakukan da lam dua t ahap, t ahap pertama yaitu pembuatan nanopartikel Y 2 O 3 :Eu. Variabel yang a kan divariasikan a dalah t emperatur s intering dan konsentrasi E uropium s ebagai d oping. Nanopartikel Y 2 O 3 : E u disintesis de ngan m enggunakan m etode pemanasan s ederhana d alam larutan p olimer yaitu PEG. tahap kedua a dalah pembuatan k oloid y ang di lakukan dengan cara mendispersikan nanopartikel Y 2 O 3 : E u, dan pelarut y ang d igunakan a dalah P olivinil A lkohol (PVA) dan Alkohol. di sini P VA be rfungsi s ebagai k oloid pelindung yang m encegah t erjadinya aglomerasi da n pengendapan partikel, sehingga koloid lebih stabil da lam waktu yang cukup lama. Pembuatan Nanopartikel Y 2 O 3 :Eu Sintesis n anopartikel Y 2 O 3 :Eu d ilakukan d engan metoda pe manasan s ederhana ( pemanasan s ederhana). Yttrium n itrate h exahydrate Y (NO 3 ) 3 .6H 2 O (K anto Chemicals, J apan), E uropium ni trate he xahydrate Eu(NO 3 ) 3 .6H 2 O (Kanto C hemicals, J apan), P olietilen Glikol (PEG, Wako Pure Chemicals, Japan) sebanyak 8 gr, dilarutkan d alam 100 m l a ir destilasi. K emudian diaduk dengan m enggunakan s tirrer dan di panaskan pada temperatur 100o C s elama 2 j am. S etelah l arutan t erlihat transparan da n ke ntal, ke mudian di masukkan ke dalam alumina crucible da n di sintering de ngan m enggunakan furnace pada temperatur 800o C dan 1000o C selama 3 0 menit da n 4 5 menit be rturut-turut. P erbandingan mol Y(NO 3 ) 3 6H 2 O d an E u(NO 3 ) 3 6H 2 O ya ng dibuat d alam penelitian ini a dalah s ebanyak 3 s ampel, yaitu 4 %, 5 %, 7% mol/mol. Variasi do ping Eu di lakukan unt uk mendapatkan intensitas fotoluminisens yang maksimum. Pembuatan Koloid Y 2 O 3 :Eu Powder Y 2 O 3 :Eu y ang su dah d isintesis, dihaluskan m enjadi pa rtikel-partikel y ang l ebih kecil dengan c ara digerus. M edia pendispersi y ang di gunakan adalah l arutan P VA (bratachem, I ndonesia) d alam ai r dengan k onsentrasi molar 5%. P owder Y 2 O 3 :Eu sebanyak 0,15 gr didispersikan dalam larutan 5 ml larutan PVA dan di aduk dengan m enggunakan s tirrer m agnetik sambil di panaskan pa da temperatur yang di variasikan, yaitu pa da temperatur ruang, temperatur 30o- 40o C da n pada temperatur diatas 5 0o C. P engadukan i ni dilakukan selama 1 jam. S etelah p owder Y 2 O 3 :Eu dan PVA tercampur merata, maka diencerkan dalam 10 ml alkohol (70%, br atachem, I ndonesia) da n d idispersikan d engan cara menggunakan homogenizer, d engan kecepatan diset pada level 4 selama 2 jam, untuk memecah partikel lebih lanjut di gunakan ultrasonic ba th s elama 3 ja m d an terakhir diaduk l agi dengan m enggunakan h omogenizer selama 2 jam. Setelah rangkaian pengadukan selesai maka sampel disimpan pa da temperatur kamar dan di biarkan dan diamati setiap hari.

3. Hasil dan Pembahasan

Gambar. 1 . P owder y ttria y ang d isintesis de ngan temperatur sintering 800oC (kiri), dan 1000oC (kanan). Gambar. 1 adalah powder Y 2 O 3 :Eu yang disinari dengan lampu UV de ngan panjang ge lombang 32 5 nm , pada g ambar t ersebut t erlihat b ahwa powder y ang disebelah kanan yaitu yttria yang disintesis dengan temperatur sintering 100 0o C m enghasilkan l uminisens yang le bih te rang d ibandingkan d engan powder ya ng sebelah ki ri yang di sintesis de ngan temperatur sintering 800o. P enurunan i ntensitas l uminisen da pat di sebabkan oleh ad anya c acat y ang t erdapat dalam k isi n anokristal Y 2 O 3 :Eu. S edangkan pe ningkatan i ntensitas l uminisens ini di sebabkan ol eh pe ningkatan temperatur sintering yang menyebabkan peningkatan kr istalinitas dan penurunan rapat cacat d alam n anokristal s erta t erjadi penurunan ukuran partikel Y 2 O 3 :Eu. Berdasarkan S EM pada Gambar 2(a). terlihat bahwa powder Y 2 O 3 :Eu yang disintering pada temperatur 800oC mempunyai ukuran partikel 70-100 nm, sedangkan pada G ambar 2( b) adalah partikel y ang disintering pa da temperatur 10 00o C, d imana terlihat ukuran p artikel adalah 4 0-80 n m. Pemanasan y ang t inggi menyebabkan ukuran partikel s emakin m enurun dan k ristalinitasnya meningkat.

J. Nano Saintek. Edisi Khusus, Agust. 2009

6

Gambar 2 . (a) SEM d ari powder y ttria y ang disintering dengan temperatur 8000 C, (b ) SEM d ari p owder y ttria yang disintering pada temperatur 10000 C. Untuk m engetahui i ntensitas l uminisens da ri koloid Y 2 O 3 : E u maka dilakukan dikarakterisasi dengan menggunakan spektrometer Photoluminisence (PL). Gambar 4 . M emperlihatkan hasil Photoluminesen dari partikel Y 2 O 3 : E u y ang disintesis pa da t emperatur 10000C. P anjang gelombang e ksitasi y ang digunakan dalam p egukuran in i a dalah 250 nm d an pun cak e misi tertinggi y ang di hasilkan a dalah 612 nm . E misi y ang berada pada panjang gelombang tersebut disebabkan oleh transisi d ari 5D 0 ke 7F 2 dari e uropium. S edangkan puncak-puncak e misi y ang l ainnya l emah, y aitu t ransisi dari 5D 0 ke 7F 0,1,3 .

dihasilkan jauh l ebih t inggi y aitu mencapai 80% l ebih tinggi dari pada konsentarsi doping 5% mol/mol. Karakteristik e misi ( luminisens) pada n anokristal Y 2 O 3 :Eu sangat d ipengaruhi o leh kristalinitas p artikel. Kenaikan konsentrasi i on E u3+ dalam na nokristal menyebabkan peningkatan de populasi ke adaan eksitasi dari i nteraksi i on-ion. K enaikan ko nsentrasi do ping secara t erus menerus pada l evel t ertentu menyebabkan penurunan i ntensitas fotoluminisens, karena a danya e fek Quenching ( Quencing effect) t erhadap k onsentrasi pa da ion Eu3+. Quencing effect pada ion Eu3+ disebabkan oleh cross relaxation yang t erjadi an tara pasangan i on E u3+. Emisi yang dipancarkan oleh ion Eu3+ dimatikan oleh ion tetangganya, a kibatnya intensitas l uminisens y ang dihasilkan menurun. P ada konsentrasi y ang s angat t inggi luminisens yang di hasilkan bi sa tidak ada s ama s ekali. Koloid Y 2 O 3 : Eu dengan intensitas f otoluminisens yang tinggi ini dapat digunakan sebagai tinta luminisens, yang nantinya dapat di aplikasikan sebagai ba rcode, a tau t inta pengaman. Untuk m endapatkan p owder Y 2 O 3 : Eu d engan ukuran pa rtikel lebih kecil, t emperatur s intering memainkan p eran y ang c ukup pe nting. P eningkatan temperatur dapat m enurunkan u kuran pa rtikel dan meningkatkan kristalinitas p artikel. Be rdasarkan hasil SEM dan P hotoluminescence dapat dilihat ba hwa Y 2 O 3 : Eu y ang di sintering de ngan temperatur 1000o C mempunyai ukuran g rain y ang l ebih kecil dan i ntensitas luminesens y ang dihasilkan l ebih t inggi di bandingkan dengan pemanasan pada temperatur 800o C. Untuk melihat ukuran k ristal d ari partikel Y 2 O 3 : E u ya ng disintering p ada temperatur 1 000oC, da pat di tentukan dengan X-Ray D iffractometer ( XRD). Hasil XR D dari powder Y 2 O 3 : Eu pada temperatur 1000o C d apat d ilihat pada Gambar 5. Ukuran kr istal dapat di tentukan de ngan metode Scherrer, y aitu dengan menggunakan persamaan berikut [6].
t=K

B cos B

(1)

Gambar 4 . P hotoluminescence d ari Y 2 O 3 : E u, de ngan variasi konsentrasi E u, y aitu 4 % m ol/mol, 5 % m ol/mol dan 7% m ol/mol ya ng dieksitasi de ngan p anjang gelombang 250 nm. Berdasarkan h asil penelitian i ni ditemukan ba hwa konsentrasi E u 4% mol/mol adalah k onsentrasi d oping yang o ptimum. S ampel de ngan konsentrasi 4% m ol/mol terlihat mempunyai i ntensitas y ang lebih t inggi dibandingkan de ngan y ang l ainnya. Intensitas y ang

Dengan t adalah ketebalan kristal yang juga dapat adalah p anjang dianggap sebagai uk uran kr istal, gelombang s inar-X, yang bi asa di gunakan dalam eksperimen adalah 0,1540598 nm, B adalah setengah dari nilai FWHM karena sumbu datar adalah sudut dinyatakan yang d inyatakan d alam r adian, dan K a dalah dalam konstanta m aterial y ang nilainya k urang d ari s atu. Nilai 0,9. yang um umnya di pakai untuk K adalah Berdasarkan data f itting L orentzian, d an dengan mensubstitusikan nilai tersebut kedalam persamaan diatas, maka diperoleh: t = 43,371 nm . Nilai t ini dapat dikatakan sebagai ukuran kristal dari partikel Y 2 O 3 : Eu.

J. Nano Saintek. Edisi Khusus, Agust. 2009

6

Gambar 5. X RD p owder Yttria yang di sintesis dengan temperatur 1000oC. Untuk m embuat koloid Yt tria di perlukan pengadukan y ang i ntensif s elama 8 jam. Perlakuan ya ng diberikan s elama pr oses pengadukan seperti l amanya waktu pengadukan da n t emperatur s elama pe ngadukan sangat berpengaruh untuk kestabilan koloid. Koloid Yttria yang stabil telah dperoleh dengan memberikan temperatur pemanasan 30- 40 oC saat mendispersikan powder Yttria dalam larutan PVA .

Spektrum FTIR dari koloid yang disintesis dengan temperatur pe manasan 1000oC da n di biarkan s elama 4 bulan da pat d ilihat pada G ambar 7. P uncak y ang diberi label A yaitu sekitar 3346 cm-1 merupakan stretching dari O-H dalam group hydroxyl. Begitu juga PVA dan alkohol mengandung gr oup hydroxcyl ya itu ik atan C-H d engan label B a dalah pa da rentang 2980-2840 c m-1. Combnination band atau i katan t ambahan b erada pada daerah C ya itu pa da rentang 2000-1667 c m -1. A bsorpsi berada pada daerah 1400-1213 cm-1 yaitu dengan label D yang m erupakan i katan C -H da n C -C. S tretching C-O pada l abel E dapat di lihat pada 1023 c m-1. Disini b elum dapat d itemukan i katan at au s tretching s eperti Y -O ya ng berada pada 562 cm-1 dan 46 4 c m-1 karena k eterbatasan kemampuan a lat y ang a da. Puncak a bsorbsi da ri i katan logam bi asanya t erlihat pa da pa njang gelombang pe ndek yang sering j uga di sebut b erada pa da d aerah sidik j ari (finger print). Tipe ikatan gl iserin yang di hasilkan mirip de ngan PVA, y aitu pada gambar 7(a) m irip de ngan ga mbar 7 (c) dan 7(d). Puncak asorpsi pada panjang gelombang 923,90 cm-1 tidak t erlihat, y ang m embuktikan bahwa puncak tersebut adalah puncak a bsorpsi y ang diakibatkan ol eh ikatan antara r antai P VA dan p ermukaan Y 2 O 3 : Eu. Selanjutnya, a pabila partikel Y 2 O 3 : Eu di dispersikan dalam l arutan P VA dan g liserin, m aka t erlihat p uncak absorpsi pa da panjang ge lombang 9 23,90 cm-1 lebih lemah. Namun puncak tersebut tetap ada karena kehadiran PVA da n pa rtikel Y 2 O 3 : E u. H al i ni di sebabkan karena adanya gliserin yang menurunkan ikatan antara PVA dan partikel Y 2 O 3 : Eu.

Gambar 6. Koloid Yttria setelah dibiarkan selama 4 bulan. Berdasarkan G ambar 6, terlihat ba hwa koloid tersebut tidak mengalami pengendapan dan penggumpalan. D alam ha l i ni P VA be rperan s ebagai koloid pe lindung ba gi pa rtikel-partikel y ttria, d imana PVA m enghambat pe tumbuhan partikel y ang dapat menyebabkan penggumpalan da n a khirnya mengendap. Selain P VA, yang be rperan di sini a dalah t emperatur pengadukan yaitu 30 - 40 oC, yang merupakan temperatur optimal t erjadinya i katan a ntara p artikel y ttria d an P VA, selain i tu j uga m emberikan e fek p eningkatan e nergi kinetik partikel, s ehingga gerak a cak a tau gerak B rown dari partikel tidak dapat dikalahkan oleh gaya gravitasi. Konsentrasi da ri PVA j uga mempengaruhi kestabilan k oloid ini. S emakin tinggi ko nsentrasi PVA yang di gunakan, maka laju pe ngendapan pa rtikel yang terdispersi akan semakin menurun. Selain itu, yang terpenting adalah u kuran pa rtikel y ang t erdispersi dalam pelarut. P artikel de ngan ukuran y ang ke cil a kan l ebih stabil dibandingkan dengan partikel yang berukuran besar.

Gambar 7. S pektrum F TIR koloid Yttria. ( a) Yttria + PVA, (b) Y ttria + P VA + g liserin, (c ) P VA, d an (d ) Yttria + gliserin.

J. Nano Saintek. Edisi Khusus, Agust. 2009

6

Kemungkinan ikatan yang terjadi antara PVA dan Y 2 O 3 : Eu adalah O-O, O-H, dan O-C. Dimana atom-atom sisi k iri a dalah k ontribusi dari Y 2 O 3 , dan s isi k anan kontribusi da ri P VA. Dan kombninasi l ain y ang t idak mungkin t erlihat a dalah Y-O, Y -C, d an Y-H, k arena ikatan tersebut menghasilkan puncak panjang gelombang pendek. Sebagai contoh, ikatan Y-O berada pada panjang gelombang 562 cm-1 dan 464 cm-1. Ikatan O-H dihasilkan pada pu ncak 10 23 cm-1 dan O -H pa da p uncak a bsopsi 3346 c m-1. S edangkan i katan O-O d iasumsikan terjadi antara P VA dan p artikel Y 2 O 3 , dimana loka si pu ncak absopsi lebih r endah di bandingkan de ngan ikatan O-C. Hal i ni di sebabkan oleh m assa r eduksi i katan O -O l ebih besar dibandingkan de ngan m assa reduksi O -C. M assa 16 16 reduksi O-O adalah O O = 8 amu , dan massa 16 + 16 16 12 reduksi dari O -C a dalah O C = 6,9 amu . 16 + 12 Karena bilangan g elombang be rbanding t erbalik dengan kuadrat massa reduksi, maka dapat didekati bahwa lokasi absorpsi ikatan O -O a dalah d isekitar

O O O C

O C O O

dengan m

enggunakan

Gambar 9. Hasil t ulisan t inta l uminisens Yttria yang ditulis p ada k ertas p utih s etelah di sinari d engan l ampu UV. Dari Gambar 9, dapat di lihat c ontoh t ulisan pa da kertas putih, yang memancarkan luminisens warna merah setelah di sinari de ngan l ampu UV de ngan panjang gelombang 325 nm. H al t ersebut m embuktikan bahwa tinta luminisen dari Yttria ini dapat diaplikasikan sebagai tinta pengaman. 5. Kesimpulan Berdasarkan h asil SEM d apat dilihat b ahwa, ukuran partikel Y 2 O 3 :Eu y ang di buat dengan t emperatur 800 oC ad alah 7 0-100 nm , sedangkan pa rtikel Y 2 O 3 :Eu yang dibuat dengan temperatur 1000 oC adalah 40-80 nm. Disini da pat disimpulkan de ngan m eningkatnya temperatur maka ukuran partikel akan semakin kecil, dan kristalinitas a kan s emakin tinggi. Intensitas l uminisens yang di hasilkan fosfor Y 2 O 3 :Eu juga di pengaruhi ol eh konsentarsi i on E u, peningkatan ko nsentrasi Eu3+ pada level t ertentu dapat m enyebabkan pe nurunan i ntensitas luminisens dan a khirnya t idak muncul lagi, hal ini disebabkan k arena ad anya quenching effect d alam f osfor Y 2 O 3 :Eu. I ntensitas t ertinggi d iperoleh d ari k onsentrasi 4% m ol/mol, yang s angat b erpotensi u ntuk diggunakan sebagai tinta luminisens. Berdasarkan contoh tulisan dari koloid y ttria, i ni m embuktikan ba hwa k oloid i ni dapat diaplikasikan untuk m embuat t inta pengaman s eperti barcode dll. Referensi [1] M. Ab dullah, C. P anatarani, T .O. Kim, a nd K. Okuyama, J. Alloys Comp. 377, 298 (2004). [2] S.S. Chadha, D .W. S mith, A. Vecht, and C.S. Gibbons, SID Dig. 51, 1 (1994). [3] S.H. C ho, J .S. Yo o, a nd J .D. L ee, J . E lectrochem. Soc. 143, L231 (1994).

O C = 1023 cm-1, m aka d iiperoleh O O 947 cm-1 , yang s angat d ekat de ngan puncak a bsorbsi pa da label X yaitu 923,90 cm-1.
4. Koloid Yttria dan Aplikasinya pada Kertas sebagai Tinta Luminisens.

Gambar 8 . Koloid Yttria setelah disinari U V de ngan panjang gelombang 325 nm.

J. Nano Saintek. Edisi Khusus, Agust. 2009

66

[4] S. It oh, H. T oki, K. T amura, a nd F . K atoka, J pn. J . Appl. Phys. 38, 6387 (1999). [5] M. Abd ullah, K. Okuyama, I .W. Lenggoro, a nd S . Taya, J. Non-Cryst. Solids 351, 697 (2005). [6] M. Abdullah and Khairurrijal, J. Nano Saintek. 1, 79 (2008). [7] D. Matsuura, Appl. Phys. Lett. 81, 4526 (2002). [8] Y.L. S oo, S .W. Hu ang, Z .H. M ing, Y.H. K ao, G .C. Smith, E . Goldburt, R . Hodel, B . K urkarni, J .V.D. Veliadis, and R.N. Bhargava, J. Appl. Phys. 83, 5404 (1998). [9] R. S chmechel, M . Ke nnedy, H . von Seggern, H. Winkler, M . Kolbe, R .A. Fischer, L . X aomao, A . Benker, M. Winterer, and H. Hahn, J. Appl. Phys. 89, 1679 (2001). [10] T. Y e, Z. G uiwen, Z. W eiping, and X. S hangda, Mater. Res. Bull. 32, 501 (1997). [11] T. Igarashi, M. Ihara, T. Kusunoki, K. Ohno, T. Isobe, and M. Senna, Appl. Phys. Lett. 76, 1549 (2000). [12] Y.C.Kang, S.B.Park, I. W. L enggoro, a nd K. Okuyama, J. Mater. Res. 14, 2611 (1999). [13] M. Ab dullah, I. W. L enggoro, B . Xia, a nd K. Okuyama, J. Ceram. Soc. Jpn 113, 97 (2005). [14] X. Guo, Y. Wang, and J. Zhang, J. Cryst. Growth (in press, 2009). [15] J.L. F erraru, A.M. P ires, a nd M .R. Davolos, M ater. Chem. J. 91, 272 (2009). [16] E.D. Shchukin, et al. Colloid and Surface Chemistry. 1st ed.. Netherland: Elsevier ( 2001) [17] W.-C. Chien, J. Cryst. Growth 290, 554 (2006). [18] W.-C. Chine, a nd Y .-Y. Y u, M ater. Lett. 62, 42 17 (2008). [19] R.N. B hargava, G . Gallaghar, X. H ong, and A. Nurmikko, Phys. Rev. Lett. 72, 416 (1994). [20] G. Mauthner, K. Landfester, A. Kck, H. Brckl, M. Kast, C . Stepper, a nd E .J.W. L ist, O rg. E lectron. 9, 164 (2008). [21] G. Bhler and C. Feldmann, Appl. Phys. A. 87, 631 (2007). [22] V. S vrcek, D. M ariotti, R. H ailstone, H. F ujiwara, and M. Kondo, Mater. Res. Symp. Proc. 1066, 1066A18-10 (2008). [23] A. Fojtik, M. Giersing and A. Henglein, Ber. BunsenGes. Phys. Chem. 97, 1493 (1993). [24] A. F ojtik a nd A. H englein, Chem. P hys. L ett. 221, 363 (1994). [25] O. A. Lopez, J. McKittrick, and L.E. Shea, J. Lumin. 71, 1 (1997). [26] S. Y amamoto, M. Kakihana, and S. K ato, J . A lloys Comp. 297, 81 (2000). [27] P. Duran, F . Capel, D. G utierrez, J . T artaj, a nd C . Moure, J. Eur. Ceram. Soc. 22, 1171 (2002). [28] J.C. Ray, R.K. Pati, and P. Pramanik, Mater. Lett. 48, 74 (2001). [29] S. Shionoya and W .M. Y en, Phosphor Handbook, CRC Press (1998). [30] G. B lasse a nd B .C. G rabmaier, Luminescent Materials, Springer-Verlag (1994). [31] Vetrone Fiorenzo, et al. Encyclopedia of Nanoscience and Nanotechnology 10, 725 , American S cientific

Publisher. (2004). [32] C. Williams, Experimental and Theoretical Investigation of Transport Phenomena in Nanoparticle Colloids, Thesis. MIT, (2006) [33] O. Ichiro, E ncyclopedia o f N anoscienceand Nanotechnology 8, 41, American Scientific Publisher (2004). [34] M. Dietzel, R. Nicole, and D. Poulikakos, Int. J. Heat Fluid Flow 29, 250 (2008) [35] Z.H. M bhele, G. M. S alemane, I nfluence of Nanoparticle Content On The Physica (2003).

Anda mungkin juga menyukai