Anda di halaman 1dari 3

Cagar alam Kabupaten Brebes

Oleh : Achmad saptono (Panggil; Tino)

Minggu 28 Juni 2009 kemarin, selepas Sholat Dhuhur tanpa ada rencana
berlibur akhirnya aku diajak salah seorang teman untuk berkunjung ke sebuah tempat
yang bagiku sangat kaya akan keindahan alamnya. Kaligoa, sebuah tempat yang kaya
akan keindahan alam itu terletak di Kabupaten Brebes-Jawa Tengah. Hanya
membutuhkan waktu ± 1/2 - 1 jam dari Kabupaten Brebes.
Awalnya saat temanku mengajak ke tempat yang penuh mitos dan sejarah itu,
aku merasa kurang tertarik dan menganggapnya biasa saja. Aku berfikir, pasti
tempatnya tidak jauh berbeda dengan Obyek Wisata Baturraden-Banyumas. Namun
setibanya di salah satu lokasi "Telaga Ranjeng", sebuah telaga yang tidak pernah
mengalami kekeringan, aku langsung merasa terkagum-kagum melihat ketenangan air
dan kelestarian di sekeliling genangan air yang masih sangat jernih itu. Satu hal lagi
yang membedakan Telaga Ranjeng dengan tempat wisata lainnya adalah Telaga
Ranjeng masih termasuk Cagar Alam; setiap pengunjung yang berkunjung ke tempat
ini sama sekali tidak dipungut retribusi/tiket masuk. Telaga ini masih benar-benar
alami, di sekelilingnya dipenuhi dengan rumput dan pohon pinus yang subur. Telaga
seluas 48,50 ha ini ditetapkan berdasarkan SK Pemerintah setempat sebagai salah satu
Cagar Alam pada tanggal 11 Januari 1925 M.
Berdasarkan cerita warga, telaga ranjeng itu setiap 4 bulan-sekali ada ikan
tawar jenis lele yang muncul ke permukaan dengan jumlah yang tidak terhitung
dengan jari. Bahkan beberapa tahun yang lalu pernah ada kejadian salah satu ikan
tawar jenis lele tersebut mati terdampar ke permukaan telaga seukuran badan manusia
dewasa. Telaga ini memang masih sangat sakral. Menurut penjaga/juru kunci Telaga
Ranjeng, "Dulu pernah ada pengunjung yang datang kesini dan mengambil beberapa
ikan lele dari telaga, kemudian beberapa hari setelahnya, warga sekitar Telaga
Ranjeng diserang angin Puting beliung kemudian ada berita kematian dari warga
sekitar telaga ini". Juru kunci menambahkan "Dulu juga sering ada berita orang
hilang di sekitar telaga ini, orang yang hilang itu dikarenakan melakukan hubungan
dewasa di sekitar telaga."
Selepas menikmati tenangnya Telaga Ranjeng, aku bersama Bagus (temanku)
melanjutkan kunjungan ke Perkebunan Teh-Kaligoa. Hanya dengan mengeluarkan isi
kantong sebesar 4 ribu rupiah dan membutuhkan waktu ± 15 menit dari telaga untuk
dapat menikmati anugerah Allah SWT yang indah dan sangat luas itu. Perkebunan teh
itu sepenuhnya di kelola oleh pemerintah Brebes. Sedangkan hasil produksi tehnya
sendiri, biasanya di ekspor sampai ke luar negeri. Sebelum masuk ke daerah
perkebunan teh, aku sempat merasa bingung untuk memilih lokasi mana yang
sebaiknya akan saya kunjungi. Ada Goa Jepang, Goa Barat…., Makam Van de Jong,
TUK air bening dan Puncak Sakub Perkebunan Teh Akhirnya saya memutuskan
untuk memilih Puncak Sakub yang memiliki ketinggian ± 3 km dari permukaan
Kabupaten Brebes. Motor pun mulai melaju ke tempat yang dituju, dengan
menggunakan gigi 1 motor melewati jalan yang penuh bebatuan runcing. Puncak
Sakub termasuk tempat yang memiliki sedikit peminat, karena lokasinya yang tinggi
dan karena faktor jalan yang tidak bisa dilalui oleh mobil. Udara dingin pegunungan
mulai menyentuh seluruh tubuhku, motor yang aku naiki pun berisik karena jalanan
yang tidak rata. Sesampainya di puncak, rasa dingin, capek, lelah bahkan semua hal
yang mengganjal di fikiranku seolah hilang seketika setelah aku bisa melihat
keindahan perkebunan teh dan sekelilingnya dengan jelas dari puncak sebelah
Gunung Slamet.
Di sekeliling perkebunan teh itu, ternyata banyak juga warga yang menanam
sayur-sayuran Sayur-syuran itu diantaranya adalah : Kol, Wortel, Tomat, Kentang,
dan Labu dalam jumlah yang cukup luas. Inilah yang termasuk salah satu mata
pencaharian dari warga Kali Goa dan sekitarnya. Ada juga warga yang mencari
nafkah dengan menjadi pemetik teh. Setelah aku menikmati keindahan alam sekitar
Perkebunan teh itu kemudian aku melongok jam yang ada di Handphone, tanpa
disadari ternyata jam sudah menunjukkan pukull 04 sore. Akhirnya aku putuskan
untuk pulang, perjalanan pulangku tidak melewati jalan pas berangkat. Aku pulang
menggunakan jalan lain yang akhirnya aku kembali bisa melihat Telaga Ranjeng. ± 10
menit-an aku berhenti kembali untuk menikmati tenangnya gengangan air di telaga
tersebut dari belakang pintu masuk utama Telaga Ranjeng. Setelah itu aku kembali
melanjutkan perjalanan pulang menuju rumah Bagus di desa Laren, Kecamatan BUmi
Ayu-Kabupaten Brebes.
Namun sampai aku menulis pengalaman yang sangat menarik ini, masih
banyak pertanyaan yang muncul di dalam benakku. Dengan kekayaan alam yang
begitu banyaknya kenapa Indonesia, lebih spesifik lagi Kabupaten Brebes tidak bisa
mengalami kemajuan pesat. Bahkan strata ekonomi masyarakat sekitar pun masih
sangat jelas mengalami ketimpangan. Kenapa pemerintah tidak memfasilitasi
masyarakat setempat dengan memperbaiki jalan menuju perkebunan teh tersebut. Lal
pertanyaan isengku pun muncul, kekayaan alam yang ada di Kabupaten Brebes ini
kan lebih banyak jika dibandingkan dengan Obyek Wisata Baturraden, akan tetapi
kenapa yang lebih terkenal keindahannya adalah Obyek Wisata Baturraden.
Masih banyak sejarah dan mitos yang belum sempat saya telisik lebih dalam
lagi di beberapa lokasi lain di sekitar Kali Goa tersebut. Aku sarankan agar anda
semua berkunjung langsung ke tempat yang dimaksud di atas.

Semoga bermanfaat.

Anda mungkin juga menyukai