Anda di halaman 1dari 6

MODUL 4 : ASPEK LINGKUNGAN

BAGAIMANA INTERAKSI ORGANISASI DENGAN LINGKUNGAN?

Aspek lingkungan merupakan elemen kegiatan, produk dan jasa dari suatu organisasi yang berinteraksi dengan lingkungan. Interaksi oleh seluruh atau sebagian kegiatan, produk atau jasa organisasi tersebut dapat menyebabkan perubahan terhadap lingkungan (dampak lingkungan), apakah perubahan yang merugikan (negatif) atau yang menguntungkan (positif). Hubungan antara aspek lingkungan dan dampak lingkungan merupakan suatu hubungan sebab dan akibat. Aspek lingkungan dapat positif atau negatif. Aspek lingkungan merupakan masukan (input), sedangkan dampak lingkungan merupakan keluaran (output). Dengan demikian, dapat diartikan bahwa identifikasi aspek lingkungan merupakan suatu proses kompilasi dari inventarisasi inputdan output.

Mengapa digunakan istilah aspek lingkungan, bukan dampak lingkungan? Hal ini menyiratkan arti organisasi tidak harus melakukan penilaian dampak lingkungan secara rinci seperti melakukan Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL), namun lebih bertujuan untuk mengukur dan mengetahui apa dan berapa besar input yang digunakan (misal: energi, air, bahan baku), serta apa dan berapa besar output yang berpengaruh terhadap lingkungan (misal: emisi udara, limbah cair). Namun demikian, persyaratan standar tidak menghalangi organisasi untuk melakukan penilaian lengkap resiko lingkungan. Hal terpenting yang ingin dicapai dengan dilakukannya identifikasi dan evaluasi aspek lingkungan adalah organisasi memahami apa yang terjadi dan telah dilakukan serta dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan.

Untuk merencanakan dan mengendalikan dampak, suatu organisasi harus mengetahui apa saja dampak yang ditimbulkannya. Namun mengetahui dampak barulah sebagian, organisasi harus mengetahui darimana dampak berasal dan apakah dampak tersebut penting. Dengan perkataan lain, bagaimana organisasi berinteraksi dengan lingkungan?

Organisasi harus mengidentifikasi aspek lingkungan yang:


dapat dikendalikan, dan dapat dipengaruhi.

Organisasi tidak diharapkan untuk mengelola dan mengendalikan dampak yang berada diluar pengaruh-nya, seperti misalnya organisasi mungkin saja dapat mengendalikan berapa banyak energi listrik yang dibeli dari pemasok (PLN), namun organisasi tidak dapat mengendalikan atau mempengaruhi cara energi listrik tersebut dibangkitkan. Dalam melakukan identifikasi aspek lingkungan, organisasi tidak perlu mengevaluasi seluruh produk, komponen, atau bahan baku, namun difokuskan pada kegiatan, produk, jasa organisasi yang berpotensi menimbulkan pengaruh atau dampak penting lingkungan. Cakupan identifikasi dan evaluasi aspek lingkungan perlu mempertimbangkan antara lain:
a. b.

Proses kegiatan organisasi di masa lalu dan sekarang yang menimbulkan dampak (positif atau negatif) terhadap lingkungan; Komponen lingkungan yang terkait, seperti: air, udara, tanah, limbah (cair, padat, gas), sumberdaya alam (energi, air, bahan baku), dan aspek sosial dan kesehatan masyarakat;

c. d.

Kondisi operasional organisasi: normal, abnormal, dan darurat; Kegiatan kontraktor dan pemasok di area yang menjadi tanggungjawab organisasi.

Analisis dan evaluasi aspek lingkungan merupakan hati dari fungsi SML ISO-14001, mengingat penerapan elemen-elemen SML tergantung pada seberapa lengkap dan cermat dilakukannya identifikasi aspek lingkungan. Oleh karena itu, organisasi perlu menetapkan metode atau cara mengidentifikasi aspek lingkungan, dengan maksud agar identifikasi aspek lingkungan dapat dilakukan secara sistematik dan konsisten dari waktu ke waktu. Selain itu organisasi perlu menetapkan kriteria aspek lingkungan penting, agar dapat menentukan tingkat prioritas aspek lingkungan yang akan dikelola dan dikendalikan. Standar SML ISO-14001 tidak menyatakan secara spesifik metode atau cara identifikasi aspek lingkungan. Organisasi bebas memilih metode yang digunakan, apakah metode kualititatif maupun kuantitatif, namun metode tersebut harus cukup memadai sebagai alat identifikasi dan evaluasi, dipahami penggunaannya, dan digunakan secara konsisten. Hal yang sama juga berlaku untuk penentuan kriteria aspek lingkungan penting. Organisasi bebas menentukan sendiri sesuai dengan karakteristik kegiatan, produk, jasa. Sebagai pedoman dapat digunakan beberapa kriteria berikut ini:
a. b. c. d. e. f. g.

Ada atau tidaknya peraturan perundang-undangan yang mengatur suatu aspek lingkungan; Tingkat pengendalian organisasi terhadap aspek lingkungan; Sifat sumberdaya alam yang digunakan (terbaharui atau tidak); Sifat negatif dan bahaya dampak lingkungan; Ketersediaan codes of practice dari proses organisasi; Ada tidaknya bukti resiko lingkungan yang timbul; Ketersediaan rekaman komplain terhadap proses organisasi.

Setelah aspek lingkungan organisasi diidentifikasi, organisasi harus menetapkan apakah aspek tersebut berdampak penting terhadap lingkungan? Aspek yang mempunyai satu atau lebih dampak lingkungan penting seharusnya dipertimbangkan sebagai aspek lingkungan penting. Aspek lingkungan penting ini harus dipertimbangkan saat organisasi menetapkan tujuan dan sasaran lingkungan,

menetapkan pengendalian operasi, melaksanakan pemantauan dan pengukuran. Aspek lingkungan organisasi harus selalu dipelihara keterbaharuannya. Hal ini berarti organisasi harus melaksanakan evaluasi dan kaji ulang secara berkala: apakah terjadi perubahan pada kegiatan, produk, atau jasa dari organisasi? apakah telah dilaksanakan pengendalian dan pencegahan dampak lingkungan sehingga potensi dampak yang terjadi akan berkurang? apakah terjadi perubahan proses produksi, penggantian/penambahan peralatan baru, atau proyek pengembangan baru?. Adanya proses kaji ulang aspek lingkungan mencerminkan sifat dinamis dari suatu sistem. Proses ini secara periodik mengkaji tingkat kepentingan aspek lingkungan organisasi, melalui suatu proses umpan balik dari mekanisme sistem. Suatu aspek lingkungan yang awalnya berkategori penting setelah dilaksanakan pengelolaan dan pengendalian lingkungan akan berkategori tidak penting, namun sebaliknya yang tidak penting pada periode waktu tertentu karena tidak dikelola dan dikendalikan dapat menjadi kategori penting. Proses kaji ulang aspek lingkungan sangat besar manfaatnya sebagai feed back loop bagi perencanaan SML, dan dapat menjadi indikator tercapainya proses perbaikan berkelanjutan. Namun disayangkan, banyak organisasi yang telah menerapkan SML ISO-14001 kurang memahami arti penting proses kaji ulang aspek lingkungan. Aspek lingkungan dianggap sebagai sesuatu yang statis, hanya perlu dilaksanakan pada awal penerapan SML, sehingga dijumpai setelah beberapa tahun melaksanakan SML tidak terjadi perubahan pada aspek lingkungan. Hasil identifikasi aspek lingkungan sangat menentukan keberhasilan penerapan SML ISO-14001, karena terkait dengan elemen-elemen SML lainnya, terutama dalam penetapan tujuan dan sasaran lingkungan, program manajemen lingkungan, pengendalian operasional, pemantauan dan pengukuran lingkungan, dan audit SML. TIPS

Untuk mengidentifikasi aspek lingkungan, dibutuhkan pemahaman mendalam tentang seluruh proses dan aktifitas pendukung yang dilaksanakan dalam menghasilkan produk dan jasa. Sebagai alat bantu dalam proses ini dibutuhkan materi atau bahan sebagai berikut: o Diagram proses o Diagram tata letak pabrik

Data biaya lingkungan (pembuangan limbah, ijin, pembayaran listrik, air, dsb-nya) o Lembar data keselamatan bahan ( Material Safety Data Sheets -MSDS) o Laporan insiden dan kecelakaan (tumpahan, kebakaran, komplain) o Daftar peraturan dan persyaratan lain. Diskusikan dengan anggota Tim Inti ISO-14001 tentang definisi aspek dan dampak lingkungan, dan kembangkan suatu daftar dampak lingkungan sebagai rujukan. Hal ini untuk mempermudah agar dampak lingkungan terlihat konsisten, dan pertimbangkan pula dampak tersebut actual atau potensial. o Limbah (scrap metal, limbah kertas, dll) o Produk tidak berguna o Penggunaan sumberdaya alam (air, bahan kimia,dll) o Penggunaan energi o Emisi udara o Dampak terhadap air permukaan o Dampak terhadap air tanah o Kebisingan o Bau o Dan Lainnya. Tetapkan kategori kegiatan dalam organisasi (misal: penerimaan, proses produksi, inspeksi, pengemasan, pengiriman, dll). Cuplik satu kategori kegiatan, dan rancang diagram sederhana yang mengindikasikan masukan (kimia, materi, energi, sumberdaya alam), dan keluaran (produk, emisi, limbah). Perhatikan berbagai kegiatan (atau aspek) yang berasosiasi dengan masukan, dan dampak (actual dan potensial) yang berasosiasi dengan keluaran. Ingat pula agar melakukan identifikasi kategori jasa seperti yang dilakukan pada kategori kegiatan atau produk. Selain identifikasi yang dilakukan pada tapak operasi di dalam (on-site), organisasi perlu pula mengidentifikasi dampak potensial yang terjadi di luar tapak (seperti kegiatan pemeliharaan peralatan). Demikian pula halnya organisasi memperhatikan pula berbagai kondisi operasional pada operasi normal, shut-down dan start-up, termasuk pula kondisi darurat. Selanjutnya, organisasi harus menetapkan kriteria penting untuk aspek lingkungan. Berikut adalah contoh pertimbangan yang dapat digunakan: o Kriteria aspek penting yang berkaitan dengan peraturan perundangan lingkungan atau terkait dengan pernyataan dalam kebijakan lingkungan organisasi; o Kriteria aspek penting berdasarkan pandangan pihak yang berkepentingan. o Kriteria aspek penting berdasarkan besaran, frekuensi, dan lamanya suatu dampak berlangsung. Beberapa organisasi menggunakan sistem scoring peringkat, sedangkan yang lainnya menggunakan pendekatan kriteria kualitatif sederhana sebagai berikut:
o

Setelah aspek dan dampak lingkungan teridentifikasi, dan aspek lingkungan penting ditetapkan, informasi ini digunakan sebagai dasar menetapkan tujuan dan sasaran lingkungan. Organisasi harus mengelola dan mengendalikan dengan efektif seluruh aspek penting tersebut. Namun hal ini tidak berarti organisasi harus meningkatkan seluruh kinerja lingkungan yang berkaitan dengan aspek lingkungan penting pada saat yang bersamaan.

Anda mungkin juga menyukai