Anda di halaman 1dari 17

PENDAHULUA I LATAR adalah BELAKANG

Kesejahteraan sesuai yang diamanatkan Undang-Undang dasar suatu hak dari warga Negara Indonesia yang harus terutama oleh pemerintah. Sejak ditetapkannya otonomi diwujudkan

daerah, pusat tidak lagi menjadi satu-satunya sumber kebijakan terutama dalam rangka mengembangkan daerah tersebut dan tentu saja akan bermuara pada kesejahteraan masyarakat. Masing-masing daerah mengembangkan diri berdasarkan karakteristik dan potensi masing-masing, hal ini berlaku tidak hanya untuk pemerintahan provinsi, tetapi juga pemerintahan kabupaten, bahkan pemerintahan desa atau kelurahan sekalipun. Salah satu program tingkat desa dan kelurahan yang saat ini sedang digalakan ialah Kampung Wisata. Yogyakarta memiliki Malioboro yang merupakan pusat wisata yang dikelilingi berbagai situs budaya yang sangat potensial dan telah dapat menarik wisatawan dari berbagai Negara, tidak hanya dalam negeri saja. Keberadaan wisatawan ini merupakan peluang pasar bagi daerah-daerah disekitar Malioboro. Beberapa daerah sudah menyadari hal ini dan telah mengembangkan diri menjadi kampung wisata. Diantaranya adalah kampung Ketandan yang merupakan kampung wisata bertemakan budaya Tionghoa. Kelurahan Ngupasan yang juga merupakan salah satu wilayah lokasinya dekat dengan situs-situs budaya, Malioboro, dirasa perlu untuk mengambil peluang pasar yang ada. Kemudian muncul gagasan untuk mengembangkan kampung wisata di Kelurahan Ngupasan. Konsep Kampung Wisata ialah pengembangan potensi wilayah dari, oleh, dan untuk masyarakat wilayah tersebut dalam rangka untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan menarik wisatawan. Sehingga perlu dirumuskan jenis kampung wisata yang sesuai dengan karakteristik dan potensi yang dimiliki daerah. Selain itu, peran masyarakat dan program inisiasi kampung wisata ini sangatlah penting. Pada beberapa kasus, masyarakat enggan berperan karena ketidaktahuan akibat minimnya informasi, sehingga merasa kurang dilibatkan dan menjadi apatis. Penting bagi program inisisasi kampung wisata untuk menjamin pemahaman dan tertampungnya aspirasi masyarakat dalam perencanaan kampung wisata di kelurahan Ngupasan.

II

RUMUSAN MASALAH a b c d Bagaimana pengetahuan masyarakat Kelurahan Ngupasan mengenai Kampung Wisata? Apakah rencana Inisiasi Kampung Wisata di kelurahan Ngupasan mendapatkan persetujuan dari masyarakat? Bentuk kampung wisata apa yang diinginkan oleh warga kelurahan Ngupasan? Apakah warga ngupasan bersedia menyediakan fasilitas Akomodasi bagi wisatawan?

III a b c d

TUJUAN Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut: Untuk mengobservasi pengetahuan Masyarakat Kelurahan Ngupasan mengenai Kampung Wisata. Untuk mengetahui persetujuan wargaa Kelurahan Ngupasan terhadap rencana Inisiasi Kampung Wisata di kelurahan Ngupasan. Untuk mengetahui bentuk kampung wisata apa yang diinginkan oleh warga kelurahan Ngupasan. Untuk mengetahui kesediaan warga ngupasan dalam menyediakan fasilitas Akomodasi bagi wisatawan.

KAJIAN PUSTAKA 1 Kampung Wisata Kampung wisata dapat didefinisikan sebagai suatu wilayah pedesaan yang memiliki potensi keunikan dan daya tarik wisata yang khas, baik berupa karakter fisik lingkungan alam pedesaan dan kehidupan sosial budaya masyarakat, yang dikelola dan dikemas secara menarik dan alami dengan pengembangan fasilitas pendukung wisatanya. Selanjutnya desa wisata adalah suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku (Nuryanti, 1993). Sedangkan menurut Julisetiono (2007), Konsep Desa Wisata, meliputi: (a) berawal dari masyarakat, (b) memiliki muatan lokal, (c) memiliki komitmen bersama masyarakat, (d) memiliki kelembagaan, (e) adanya keterlibatan anggota masyarakat, (f) adanya pendampingan dan pembinaan, (g) adanya motivasi, (h) adanya kemitraan, (i) adanya forum Komunikasi, dan (j) adanya studi orientasi. Dalam rangka mewujudkan kampung wisata ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi oleh suatu wilayah diantaranya ialah: a b Atraksi wisata; yaitu semua yang mencakup alam, budaya dan hasil ciptaan manusia. Atraksi yang dipilih adalah yang paling menarik dan atraktif di desa. Jarak Tempuh; adalah jarak tempuh dari kawasan wisata terutama tempat tinggal wisatawan dan juga jarak tempuh dari ibukotaprovinsi dan jarak dari ibukota kabupaten. c Besaran Desa; menyangkut masalah-masalah jumlah rumah, jumlah penduduk, karakteristik dan luas wilayah desa. Kriteria ini berkaitan dengan daya dukung kepariwisataan pada suatu desa. d Sistem Kepercayaan dan kemasyarakatan; merupakan aspek penting mengingat adanya aturan-aturan yang khusus pada komunitas sebuah desa. Perlu dipertimbangkan adalah agama yang menjadi mayoritas dan sistem kemasyarakatan yang ada.

Ketersediaan infrastruktur; meliputi fasilitas dan pelayanan transportasi, fasilitas listrik, air bersih, drainase, telepon dan sebagainya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk suksesnya pembangunan desa wisata, perlu ditempuh upaya-upaya, sebagai berikut :

1. Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) Pelaksanaan pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM), bisa dilakukan melalui pendidikan, pelatihan dan keikutsertaan dalam seminar, diskusi, dan lain sebagainya, serta di bidang-bidang kepariwisataan. Pendidikan diperlukan untuk tenaga-tenaga yang akan dipekerjakan dalam kegiatan manajerial. Untuk itu, sebaiknya ditugaskan generasi muda dari desa yang bersangkutan untuk dididik pada sekolah-sekolah kepariwisataan, sedangkan pelatihan diberikan kepada mereka yang akan diberi tugas menerima dan melayani wisatawan. Keikutsertaan dalam seminar, diskusi, dan lain sebagainya diberikan kepada para petugas kepariwisataan di desa, kecamatan, dan kabupaten, karena penduduk desa umumnya hanya mempunyai keterampilan bertani. Kepada mereka dapat diberikan pelatihan keterampilan lain untuk menambah kegiatan usaha seperti kerajinan, industri rumah tangga, pembuatan makanan lokal, budi daya jamur, cacing, menjahit, dan lain sebagainya. 2. Kemitraan Pola kemitraan atau kerjasama dapat saling menguntungkan antara pihak pengelola desa wisata dengan para pengusaha pariwisata di kota atau pihak Pembina desa wisata dalam hal ini pihak dinas pariwisata daerah. Bidangbidang usaha yang bisa dikerjasamakan, antara lain seperti : bidang akomodasi, perjalanan, promosi, pelatihan, dan lain-lain. 3. Kegiatan Pemerintahan di Desa Kegiatan dalam rangka desa wisata yang dilakukan oleh pemerintah desa, antara lain seperti : Rapat-rapat dinas, pameran pembangunan, dan upacaraupacara hari-hari besar diselenggarakan di desa wisata. 4. Promosi Desa wisata harus sering dipromosikan melalui berbagai media, oleh karena itu desa atau kabupaten harus sering mengundang wartawan dari media cetak maupun elektronik untuk kegiatan hal tersebut. 5. Festival / Pertandingan Secara rutin di desa wisata perlu diselenggarakan kegiatan-kegiatan yang bias menarik wisatawan atau penduduk desa lain untuk mengunjungi desa wisata

tersebut, misalnya mengadakan festival kesenian, pertandingan olah raga, dan lain sebagainya. 6. Membina Organisasi Warga Penduduk desa biasanya banyak yang merantau di tempat lain. Mereka akan pulang ke desa kelahirannya pada saat lebaran Idul Fitri, yang dikenal dengan istilah mudik. Mereka juga bisa diorganisir dan dibina untuk memajukan desa wisata mereka. Pada setiap hari raya Idul Fitri mereka berkumpul secara bergiliran saling ketemu, kemudian mereka membentuk suatu organisasi. Badan organisasi dinamakan koperasi keluarga, mereka yang sukses membantu keluarga yang kurang mampu. Fenomena kemasyarakat semacam ini perlu didorong dan dikembangkan untuk memajukan desa wisata. 7. Kerjasama dengan Universitas. Perlu dijalin atau diadakan kerjasama antara desa wisata dengan Universitas yang ada, agar bisa memberikan masukan dan peluang bagi kegiatan di desa wisata untuk meningkatkan pembangunan desa wisata tersebut. Pembangunan desa wisata mempunyai manfaat ganda di bidang ekonomi, sosial, politik, dan lain-lain. Manfaat ganda dari pembangunan desa wisata, adalah: 1 2 3 Ekonomi : Meningkatkan perekonomian nasional, regional, dan masyarakat lokal. Sosial : Membuka lapangan kerja dan lapangan berusaha bagi masyarakat di desa. Politik : * Internasional : Menjembatani perdamaian antar bangsa di dunia. * Nasional : Memperkokoh persatuan bangsa, mengatasi disintegrasi 4 5 6 7 Pendidikan : Memperluas wawasan dan cara berfikir orang-orang desa, mendidik cara hidup bersih dan sehat. Ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) : Meningkatkan ilmu dan teknologi bidang kepariwisataan. Sosial budaya : Menggali dan mengembangkan kesenian serta kebudayaan asli daerah yang hampir punah untuk dilestarikan kembali. Lingkungan : Menggugah sadar lingkungan (Darling), yaitu menyadarkan masyarakat akan arti pentingnya memelihara dan melestarikan lingkungan bagi kehidupan manusia kini dan di masa datang. 2 Profil Kelurahan Ngupasan Berdasarkan data yang diperoleh dari situs resmi Kelurahan Ngupasan, diperoleh data profil Kelurahan Ngupasan sebagai berikut:

a b c d e f g

Desa/Kelurahan Kecamatan Propinsi Dati I YOGYAKARTA Keadaan data tahun semester Luas Desa/Kelurahan Batas Wilayah: 1) Sebelah Utara 2) Sebelah Selatan 3) Sebelah Barat 4) Sebelah Timur

: NGUPASAN : GONDOMANAN : DAERAH ISTIMEWA : 2012 :1 : 67Ha. : Kel.Suryatmajan : Kel. Prawirodirjan : Kel. Ngampilan dan Notoprajan : Kel.Purwokinanti : 1 Km. : 3

Kabupaten/Kotamadya Dati II: KOTA YOGYAKARTA

h 1 2 3 4 i 1 a b

Orbitan (jarak dari pusat Pemerintahan Desa/Kelurahan): Jarak dari Pusat Pemerintahan Kecamatan Km. Jarak dari Ibukota Propinsi Dati I Jarak dari Ibukota Negara Jenis Kelamin Laki-laki : 3350 Orang. : 3487 Orang. : 6837 Orang. 00 - 03 Tahun 04 - 06 Tahun 07 - 12 Tahun 13 - 15 Tahun 16 - 18 Tahun 19 Keatas Kelompok Tenaga Kerja a b c d e 10 - 14 Tahun 15 - 19 Tahun 20 - 26 Tahun 27 - 40 Tahun 41 - 56 Tahun : 504 Orang. : 506 Orang. : 660 Orang. : 1600 Orang. : 1663 Orang. : 261 Orang. : 231 Orang. : 566 Orang. : 300 Orang. : 312 Orang. : 5169 Orang. Perempuan : 1Km. : 625Km. Jarak dari Ibukota Kabupaten/Kotamadya Daerah Tingkat II

Jumlah Penduduk

Jumlah 2 a b c d e f 3

Kelompok Pendidikan

f 4 a b c d e f 5

57 Keatas Tingkat Pendidikan

: 1157 Orang.

Taman Kanak-kanak : 0 Orang. Sekolah Dasar SMP / SLTP MA / SLTA Akademi / D1 - D3 Sarjana (S1 - S3) Mata Pencaharian : 1593 : 434 Orang. : 945 Orang. : 2031 Orang. : 383 Orang.

a. Karyawan Pegawai Negeri Sipil : 204 Orang. ABRI Swasta c. Tani d. Pertukangan e. Buruh Tani f. Pensiunan 6 a b c d Penduduk Miskin : 3 Orang. : 1169 Orang. : 9 Orang. : 16 Orang. : 0 Orang. : 113 Orang. : 10 Orang. : 4 Orang. : 0 KK.

b. Wiraswasta/Pedagang : 1388 Orang.

Jumlah penduduk miskin/keluarga miskin Kepala Keluarga Miskin Bantuan Langsung Tunai

Keluarga Menuju Sejahtera : 221 KK.

METODE PENELITIAN Lokasi penelitian dilakukan di Dusun Kelurahan Ngupasan yang merupakan bagian dari Kecamatan Gondomanan, DIY. Pengambilan data dilaksanakan pada Sabtu, 29 Juni 2013 dan Minggu 7 Juli 2013. Sampel yang diambil untuk penelitian ini sejumlah 36 orang warga Kelurahan Ngupasan yang ditentukan secara Insidental. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan yaitu dengan mendatangi langsung responden dan mengajukan pertanyaan yang telah dipersiapkan berupa kuesioner. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi atau dinas yang mempunyai kaitan dengan daerah penelitian. Data sekunder berupa informasi yang berhubungan dengan lokasi penelitian, kondisi fisik, kondisi demografi, dan aspek sosial ekonomi.

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif berdasarkan hasil dari survey melalui angket dengan instrumen terlampir. Analisis yang dilakukan berdasarkan alur sebagai berikut: Gambar1. Alur pembuatan laporan kampung inisiasi

HASIL DAN PEMBAHASAN Kelurahan Ngupasan memiliki warga dengan corak multikultural yang merupakan perpaduan etnis jawa dan Tionghoa. Dengan jumlah penduduk 7000-an orang sebagian besar dari mereka bermata pencaharian sebagai wiraswasta/pedagang, terutama pedagang dibidang kuliner. Dari sisi keanakaragaman dan letak strategis Kelurahan Ngupasan yang berada dekat dengan pusat pemerintahan dan situs budaya serta tujuan wisata, sangat ideal untuk wilayah ini jika diadakan inisiasi Kampung Wisata. Desa wisata biasanya berupa kawasan pedesaan yang memiliki beberapa karakteristik khusus yang layak untuk menjadi daerah tujuan wisata. Di kawasan ini, penduduknya masih memiliki tradisi dan budaya yang relatif masih asli. Selain itu, beberapa faktor pendukung seperti makanan khas, sistem pertanian dan sistem sosial turut mewarnai sebuah kawasan desa wisata. Di luar faktor-faktor tersebut, sumberdaya alam alam dan lingkungan alam yang masih asli dan terjaga merupakan salah satu faktor penting dari sebuah kawasan desa wisata. Selain berbagai keunikan tersebut, kawasan desa wisata juga dipersyaratkan memiliki berbagai fasilitas untuk menunjangnya sebagai kawasan tujuan wisata. Berbagai fasilitas ini akan memudahkan para pengunjung desa wisata dalam melakukan kegiatan wisata. Fasilitas-fasilitas yang seyogyanya ada di suatu kawasan desa wisata antara lain: sarana transportasi, telekomunikasi, kesehatan, dan akomodasi. Khusus untuk sarana akomodasi, desa wisata dapat menyediakan sarana penginapan berupa pondok-pondok wisata (home stay) sehingga para pengunjung dapat merasakan suasana pedesaan yang masih asli. Kelurahan Ngupasan merupakan daerah yang memiliki berbagai etnis, utamanya yakni Jawa dan Tionghoa. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, tradisi dan budaya kurang berkembang di Kelurahan Ngupasan mayoritas warganya bermata pencaharian sebagai pedagang, terutama makanan, baik itu oleh-oleh (makanan khas) maupun makanan sehari-hari. Perlu dirumuskan jenis kampung wisata yang akan dapat mewadahi keberagaman keberadaan tersebut. Sehingga muncullah 3 Alternatif pilihan kampung wisata untuk Kelurahan Ngupasan, yakni angkringan bergaya Tionghoa, sentra makanan khas, dan kampung lampion. Penelitian yang dilakukan di Kelurahan Ngupasan terkait dengan inisiasi kampung wisata. Hasil dari data primer yang diperoleh dari hasil wawancara menggunakan kuesioner kepada responden memperoleh hasil sebagai berikut:

Pengetahun warga kelurahan Ngupasan mengenai kampung wisata Pengetahuan warga Ngupasan mengenai kampung wisata diketahui dengan mengajukan pilihan apakah warga sudah pernah mendengar mengenai kampung wisata atau belum pernah mendengar, warga juga diminta menuliskan apa yang diketahui tentang kampung wisata jika sudah pernah mendengar sebelumnya. Berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa 75% responden warga Ngupasan sudah pernah mendengar tentang kampung wisata dan sejumlah 58.33% dapat mendeskripsikan kampung wisata dengan tepat, 16.67% belum pernah mendengar, dan 8.33% tidak memilih jawaban.

Pengetahun warga kelurahan Ngupasan mengenai kampung wisata Jumlah Responsen Prosentase Pernah 27 orang 75 Tidak Pernah 6 orang 16.67 Tidak memilih 3 orang 8.33 Jumlah 36 100

Gambar2. Persentase pengetahuan warga Ngupasan mengenai kampung wisata Hasil penelitian menunjukkan informasi mengenai kampung wisata sudah cukup diketahui oleh masyarakat. Namun, jangkauannya masih harus diperluas lagi agar semua warga memiliki pemahaman dan pengetahuan yang sama mengenai inisisai kampung wisata tersebut. 2 Persetujuan warga Kelurahan Ngupasan terhadap rencana Inisiasi Kampung Wisata di kelurahan Ngupasan. Persetujuan warga Kelurahan Ngupasan terhadap rencana inisiasi Kampung Wisata di kelurahan Ngupasan diperoleh dengan mengajukan pertanyan dengan pilihan jawaban setuju dan tidak setuju. Diperoleh hasil 83.33% responden setuju

dengan inisiasi kampung wisata di kelurahan Ngupasan. Dan sisanya sebanyyak 16.67% tidak memilih jawaban. Persetujuan warga Kelurahan Ngupasan terhadap rencana Inisiasi Kampung Wisata Jumlah Responsen Prosentase Setuju 30 83.33 Tidak Setuju --Tidak memilih 6 16.67 Jumlah 36 100

Gambar3. Persentase persetujuan warga terhadap inisiasi kampung wisata Hasil penelitian menunjukkan tingkat persetujuan tinggi terhadap inisiasi kampung wisata dari warga kelurahan Ngupasan. Untuk sisanya yang tidak memilih jawaban bias disiasati dengan meningkatkan sosialisasi kampung wisata dan manfaat yang akan diperoleh sehingga tidak adalagi keraguan dalam diri warga untuk menyetujui adanya inisisai kampung wisata. 3 Bentuk kampung wisata apa yang diinginkan oleh warga kelurahan Ngupasan. Untuk mengetahui bentuk kampung wisata yang didinginkan oleh warga diajukan pilihan angkringan bergaya Tionghoa, Sentra makanan khas,Kampung lampion, serta disediakan kolom untuk pendapat warga. Responden yang memilih Angkringan bergaya Tionghoa, kampung lampion, dan mengosongkan jawaban masing-masing 8.33%. 52.78% lainnya memilih sentra makanan khas sisanya 22.22% memilih gabungan antara angkringnan bergaya Tionghoa dengan sentra makanan khas, sentra makanan khas dengan kampung lampion, angkringan bergaya Tionghoa dengan kampung lampion, serta gabungan dari ketiga pilihan tersebut.

Angkringan

Jenis Kampung Wisata Jumlah Responsen bergaya 3 19 3 8 36

Prosentase 8.33 52.78 8.33 22.22 100

Tionghoa Sentra Makanan Khas Kampung Lampion Lain-lain Jumlah

Gambar4. Persentase kampung wisata pilihan warga kelurahan Ngupasan Jenis kampung wisata yang paling banyak dipilih adalah sentra makanan khas. Hal ini, bia dipahami karena memang sebagian besar warga ngupasan sudah menggeluti bidang tersebut. Hanya saja, persaingan dibidang makanan khas bisa dibilang cukup tinggi sehingga harus benar-benar dibuat konsep yang berbeda dan baru jika dibandingkan dengan yang sudah ada. Adanya campuran budaya Tionghoa pada masyarakat Ngupasan bisa menjadi peluang untuk memberi karakteristik khusus pada kampung wisata yang akan diwujudkan. 4 Kesediaan warga ngupasan dalam menyediakan fasilitas akomodasi bagi wisatawan. Kesediaan warga ngupasan dalam menyediakan fasilitas akomodasi bagi wisatawan diketahui dengan mengajukan pertanyaan kesediaan dan kapasitas yang dapat diakomodasi. Dari 36 orang responden hanya 22.22% yang bersedia menyediakan fasilitas akomodasi dengan daya tamping 2 hingga 16 orang. fasilitas akomodasi Jumlah Responsen 8 Prosentase 22.22

Bersedia

Tidak bersedia Tidak Memilih Jumlah

27 1 36

75 2.78 100

Gambar5. Persentase kesediaan warga kelurahan Ngupasan dalam menyediakan fasilitas akomodasi Penelitian menunjukkan hanya sedikit warga yang bersedia menyediakan fasilitas akomodasi. Sehingga penyelenggara Kampung wisata nantinya perlu mengadakan kerjasama dengan pihak luar. Atau bias juga masyarakat secara bersama sama menciptakan fasilitas akomodasi tersebut. Alternatif yang bisa ditempuh lainnya ialah dengan pendekatan pasar untuk pengembangan kampung wisata berupa interaksi setengah langsung yakni wisatawan hanya singgah dan tidak tinggal bersama dengan penduduk. Pada jenis kampung wisata dengan pendekatan interaksi setengah langsung ini ketersediaan akomodasi tidak menjadi permasalahan karena hanya berkunjung dan tidak menetap. Penyelenggara kampung wisata ini harus mampu mengembangkan sumber daya yang ada agar dapat berpartisipasi secara maksimal, melalui pendidikan, pelatihan dan keikutsertaan dalam seminar, diskusi mengenai kepariwisataan. Pelatihan dan pendidikan ini penting utamanya bagi mereka yang nantinya akan menjadi pengurus dari kampung wisata di Kelurahan Ngupasan. Pemuda tidak boleh dikesampingkan juga mereka bia diarhkan untuk dididik pada sekolah-

sekolah kepariwisataan, pelatihan diberikan kepada mereka yang akan diberi tugas menerima dan melayani wisatawan. Promosi dan kemitraan perlu juga dikembangkan untuk mendukung inisiasi kampung wisata. Melalui kemitraan, akan terjalin hubungan saling menguntungkan yang akan dapat menutup kekurangan-kekurangan atau bahkan memaksimalkan sumber daya yang telah dimiliki oleh Kelurahan Ngupasan. Misalnya dalam hal pembiayaan, akomodasi, program kunjungan wisatawan, dan lainnya. Promosi sangat penting untuk menarik wisatawan dari yang tidak tahu menjadi tahu dan tertarik hingga akhirnya mau mengunjungi kampung wisata Ngupasan. Strategi untuk mengadakan kegiatan/festival budaya yang juga bisa menjadi pilihan untuk ajang promosi menarik wisatawan. Kegiatan festival harus dikemas semenarik dan seunik mungkin dengan tidak mengesampingkan ciri khas/karateristik dari wilayah Kelurahan Ngupaan itu sendiri. Akan lebih baik lagi jika nantinya kegiatan/festival ini bisa menjadi kegiatan rutin.

KESIMPULAN Kampung wisata merupakan suatu usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat dari, untuk, dan oleh masyarakat melalui pengembangan potensi daerah untuk dapt menarik wisatawan. Inisiasi kampung wisata di kelurahan Ngupasan disambut baik oleh warga karena warga telah memiliki pengetahuan tentang kampung wisata.

Ngupasan yang masyarakatnya terdiri dari berbagai etnis terutama Jawa dan Tionghoa akan sesuai jika menerapkan konsep Kampung wisata Multikultur yang berbasis makanan khas, sesuai dengan mata pencaharian sebagian besar penduduknya. Dari sisi akomodasi, masyarakat Ngupasan sendiri kurang siap dalam pengadaannya. Sehingga perlu dilakukan kerjasama dengan pihak lain juga dengan menerapkan pendekatan pola interaksi setengah langsung dimana wisatawan tidak menginap bersama penduduk melainkan hanya sebatas singgah. SARAN Untuk penelitian selanjutnya dapat dikaji mengenai efektivitas Kampung Wisata dalam kesejahteraan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA Departemen Dalam Negeri, 2000. Tentang Visi, Misi, Startegi, dan Kebijakan Pemberdayaan Masyarakat Desa. Bidang Industri, Perdagangan, Koperasi dan UKM, 2010 Departemen Pariwisata, 1999. Pariwisata Inti Rakyat Kelurahanngupasan.blogspot.com

www.puslitsosekhut.web.id

LAPORAN PENELITIAN

PERENCANAAN KAMPUNG WISATA KELURAHAN NGUPASAN

Disusun oleh : Tim KKN-PPL UNY 2013

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2013

Anda mungkin juga menyukai