Anda di halaman 1dari 31

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mengemban fungsi tersebut pemerintah menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Otonomi dalam penyelenggaraan pendidikan memberikan implikasi terhadap masing-masing sekolah untuk mengembangkan pendidikan sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Dalam hal ini maka akan terdapat variasi baik pengelolaan maupun perolehan pendidikan pada masing-masing sekolah tersebut. Dengan demikian, kurikulum konvensional-sentralistik yang berlaku untuk semua sekolah. Keadaan seperti itu memberikan konsekuensi terhadap perubahan paradigma tentang kurikulum sekolah di mana diperlukan suatu kurikulum yang dapat mengakomodasi semua potensi yang dimiliki oleh masing-masing sekolah. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang tidak akan terpisahkan bagi kehidupan manusia, kegiatan pendidikan diselenggarakan pada semua jenjang mulai dasri pendidikan dasar, pendidikan menengah dan perguruan tinggi. Tujuan pendidikan nasional menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 1989 yang dikutip oleh Mochamad Enoh (2003:16), sebagai berikut: Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi luhur, memiliki pengetahuan, keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta bertanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Dari pengertian tersebut dapat kita ketahui bahwa pada hakekatnya pendidikan di Indonesia tidak hanya mengandalkan kepada pengetahuan semata melainkan harus didukung oleh iman dan takwa sehingga hasil dari peserta didik dapat mendukung pembangunan yang sedang berjalan. Terdapat banyak permasalahan pendidikan di Indonesia. Menurut Soediyarto yang dikutip Sunardi (2004:1), masalah-masalah pendidikan di Indonesia tersebut bersumber dari beberapa fakta yang ada dilapangan, yaitu: 1. Waktu yang terbatas untuk terjadinya proses belajar mengajar. 2. Harapan yang terlalu besar terhadp sekolah karena lembaga pendidikan lain kurang memiliki potensi yang memadai. 3. Perkembangan masyarakat, ilmu pengetahuan dan tehnologi yang terus berkembang cepat. 4. Terbatasnya dana dan daya yang mendukung peran sekolah. 5. Heterogennya kemampuan dasar kognitif dan latar belakang budaya peserta didik. Terdapat dua hal yang menarik dalam sistem pendidikan di Indonesia, yaitu: 1. Pendidikan di Indonesia menekankan pada penguasaan fakta temuan pakar terdahulu, bukan pada keterampilan penemuan fakta baru. 2. Sistem pendidikan yang ada kurang memperhatikan perbedaan individu peserta didik. Sistem pendidikan nasional yang dipandang oleh berbagai pihak sudah tidak efektif dan tidak mampu lagi memberikan bekal serta tidak mampu lagu mempersiapkan peserta didik untuk bersaing dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Perubahan tersebut berkaitan dengan kurikulum yang dengan sendirinya menuntut dan mempersyaratkan berbagai perubahan pada komponen pendidikan lain, karena dalam kurikulum tersimpulkan segala sesuatu yang harus dijadikan pedoman hasil pelaksanaan pendidikan. Hubungan antara pendidikan dengan kurikulum adalah hubungan antara tujuan dan isi pendidikan, suatu tujuan pendidikan yang ingin dicapai akan dapat terlaksana jika isi kurikulum dijadikan acuan itu relevan artinya sesuai dengan tujuan pendidikan serta harus didukung dengan alat dan sarana yang maksimal.

Kurikulum

Tingkat

Satuan

Pendidikan

merupakan

upaya

untuk

menyempurnakan kurikulum agar lebih familiar dengan guru, dengan mereke banyak dilibatkan diharapkan memiliki tanggung jawab yang memadai. Penyempurnaan kurikulum yang berkelanjutan merupakan keharusan agar sistem pendidikan nasional selalu releven dan kompetitif. Hal tersebut sejalan dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 35 dan 36 yang menekankan perlunya peningkatan standar nasional pendidikan sebagai acuan kurikulum secara berencana dan berkala dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Agar pengembangan kurikulum di tingkat satuan pendidikan dapat dilaksanakan sesuai kondisi nyata, maka sekolah harus memahami aturan tentang hal apa saja yang dapat ditetapkan di masing-masing sekolah dan hal apa saja yang telah ditetapkan secara nasional sebagai standar nasional. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah tentang Standar Nasional Pendidikan penyusunan kurikulum pada satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah berpedoman pada panduan yang disusun oleh BSNP. Untuk keperluan tersebut, sesuai tugas dan fungsinya sebagai pengembang kurikulum, Pusat Kurikulum membantu BSNP untuk mengembangkan panduan kurikulum untuk tingkat satuan pendidikan Dihrapkan guru dapat memahami dan mengembangkan kurikulum dengan diberlakukannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan menerapkannya dalam pembelajaran. Dari uraian diatas peneliti berusaha untuk mengkaji lebih dalam lagi mengenai pemahaman guru tentang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dengan judul Analisis Pemahaman Guru Terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dalam Pengembangan Proses Belajar Mengajar (Studi di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Sragen Tahun Ajaran 2009/2010)

B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas dan dengan pertimbangan agar dapat terarah pada penyelesaian masalah, maka penelitian ini dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pemahaman guru SMK Negeri 1 Sragen dalam dalam pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan? 2. Faktor apakah yang mendukung di SMK Negeri 1 Sragen dalam pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan? 3. Hambatan yang dihadapi guru SMK Negeri 1 Sragen dalam pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan? 4. Bagaimana evaluasi hasil belajar dilaksanakan dalam pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan? 5. Bagaimana pemahaman guru terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dalam pengembangan proses belajar mengajar? C. Tujuan Penelitian Setiap pelaksanaan suatu aktivitas tidak dapat dipisahkan dari tujuan yang ingin dicapai dalam penyelenggaraan aktivitas tersebut, demikian pula penelitian ini merupakan suatu kegiatan yang bertujuan sesuai dengan pokok permasalahan yang telah dikemukakan diatas. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mendeskripsikan secara jelas mengenai pemahaman guru SMK Negeri 1 Sragen dalam pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. 2. Mengetahui factor pendukung pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang ada di SMK Negeri 1 Sragen. 3. Untuk mengetahui hambatan yang dihadapi guru SMK Negeri 1 Sragen dalam Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. 4. Mengetahui pelaksanaan evaluasi hasil belajar yang dilaksanakan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di SMK Negeri 1 Sragen. 5. Untuk mengetahui pemahaman guru terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dalam pengembangan proses belajar mengajar di SMK Negeri 1 Sragen.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Dari hasil penelitian ini diharapkan mampu memperluas pengetahuan tentang keefektifan dan efisiensi proses belajar mengajar melalui Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di SMK serta menambah referensi dan masukan bagi peneliti berikutnya. 2. Manfaat Praktis a. Bagi sekolah, dapat meningkatkan pemberdayaan kurikulum, terutama yang terkait dengan pengembangan proses belajar mengajar. b. Bagi guru dapat digunakan sebagai pembanding dan pengembang kurikulum, terutama yang terkait dengan pengembangan proses belajar mengajar serta menjadi motivasi bagi guru supaya mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya sehingga pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dapat berhasil dengan sukses.

BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Kesiapan dan Kinerja Guru dalam Proses Pembelajaran dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menurut Mulyasa (2003:138) bahwa dalam kesiapan sedikitnya terdapat tiga unsur yang mempengaruhinya, yaitu: a. Kesiapan Fisik, antara lain urat-urat syaraf dan otot. b. Kejiwaan, antara lain bebas dari konflik emosional. c. Pengalaman, antara lain berhubungan dengan keterampilan-keterampilan yang dipelajari sebelumnya. Margono (1995:9) menyatakan bahwa pembelajaran terdiri atas beberapa komponen yang saling berkaitan yang bekerja sama secara terpadu untuk tercapainya tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, yaitu: a. Tujuan, yaitu pernyataan tentang perubahan tingkah laku yang diinginkan terjadi pada siswa setelah melalui proses kegiatan belajar mengajar yang mencakup perubahan kognitif, afektif dan psikomotorik. b. Materi, yaitu segala informasi berupa fakta, prinsip dan konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan. c. Strategi Belajar Mengajar, yaitu kegiatan guru dalam proses belajar mengajar yang dapat memberikan kemudahan atau fasilitas kepada siswa agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. d. Evaluasi, yaitu cara tertentu untuk menilai suati proses dan hasilnya. Sebagaimana telah diketahui bahwa dalam proses pembelajaran guru dituntut untuk memiliki kompetensiyang memadai dalam melaksanakan kegiatan pembelajarannya dan harus mampu mewujudkan lingkungan belajar yang efektif dan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga prestasi belajar siswa tinggi. Terdapat empat kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap guru, yaitu: a. Kompetensi Paedagogik.

Menurut Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat 3 butir a, dikemukakan bahwa Kompetensi paedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Hal tersebut diuraikan lebih lanjut bahwa kompetensi paedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik. b. Kompetensi Kepribadian Menurut Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat 3 butir b, dikemukakan bahwa Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan bijaksana, menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia. c. Kompetensi Profesional Menurut Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat 3 butir c, dikemukakan bahwa Kompetensi professional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. d. Kompetensi Sosial Menurut Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat 3 butir d, dikemukakan bahwa Kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektifdengan peserta didik, sesame pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/ wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Guru memegang peranan kunci dalam proses pembalajaran, karena bagaimanapun baiknya sarana pendidikan apabila guru tidak malaksanakan tugasnya dengan baik maka hasil implementasi kurikulum tidak akan memuaskan. Hal senada diungkapkan Nana Syaodih dalam Mulyasa (2003:47), yang mengatakan betapapun bagusnya suatu kurikulum (offisial), tetapi hasilnya sangat tergantung pada apa yang dilakukan guru dan juga siswa dalam kelas (actual). Dengan demikian guru memegang peranan sangat penting baik dalam

penyusunan maupun pelaksanaan kurikulum. Oemar Hamalik (2003:27), mengungkapkan: Kurikulum dapat ditafsirkan dalam arti sempit dan luas oleh seorang guru. Pengertian pertama, kurikulum dianggap sebagai sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh oleh siswa untuk memperoleh ijazah. Dalam pengertian yang lebih luas, kurikulum adalah semua pengalaman yang dengan sengaja disediakan oleh sekolah bagi para siswanya untuk mencapaitujuan pendidikan. Pengertian yang lebih luas dalam pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang dipakai oleh seorang guru dalam mengartikan kurikulum, karena dalam pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang diharapkan adalah suatu kompetensi yang dimiliki peserta didik untuk bekal kehidupannya. Agar guru dapat mengimplementasikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan secara efektif, serta dapat meningkatkan kualitas pendidikan, khususnya dalam peningkatan prestasi belajar peserta didik, guru perlu memiliki berbagai kemampuan seperti yang dikemukakan oleh Mulyasa (2003:186-187) yaitu sebagai berikut: 1) Guru dapat menguasai dan memahami bahan dan hubungannya dengan bahan lain yang baik. 2) Guru menyukai apa yang diajarkannya dan menyukai mengajar sebagai suatu profesi. 3) Guru dapat memahami peserta didik, pengalaman, kemampuan, dan prestasinya. 4) Guru kreatif dalam menggunakan metode mengajar yang bervariasi. 5) Guru mampu mengeliminasi bahan-bahan yang kurang penting dan kurabg berarti. 6) Guru selalu mengikuti perkembangan pengetahuan mutakhir. 7) Guru selalu mempersiapkan proses pembelajaran. 8) Guru selalu mendorong peserta didik untuk memperoleh hasil yang lebih baik. 9) Guru menghubungkan pengalaman yang lalu dengan bahan yang akan diajarkan dengan tujuan agar siswa dapat dengan mudah memahami pelajaran.

Menurut Mulyasa (2003:186), agar implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan berhasil memperlihatkan perbedaan individu, maka guru perlu memperhatikan beberapa ketentuan sebagai berikut: 1) Berusaha mengurangi metode ceramah. 2) Berusaha memberikan tugas yang berbeda bagi setiap peserta didik. 3) Mampu mengelompokkan peserta didik berdasarkan kemampuannya, serta disesuaikan dengan mata pelajaran. 4) Bahan ajar harus dimodifikasi dan diperkaya. 5) Jangan ragu untuk berhubungan atau bekerja sama dengan spesialis, bila ada peserta didik yang memiliki kelainan. 6) Gunakan prosedur yang bervariasi dalam membuat penilaian dan membuat laporan. 7) Berusaha untuk memahami dan membantu siswa, ingat bahwa peserta didik tidak berkembeng dalam kecepatan yang sama. 8) Berusaha untuk selalu mengembangkan situasi belajar yang memungkinkan setiap anak untuk bekerja dengan kemampuan masing-masing pada tiap pelajaran. 9) Berusaha untuk selalu melibatkan peserta didik dalam berbagai kegiatan. Seorang guru harus memahami siswa melalui kegiatan-kegiatan sebagai berikut agar dapat berhasil mengajar dengan pendekatan yang memperlihatkan perbedaan individu, kegiatan tersebut antara lain: 1) Mengobservasi peserta didik dalam berbagai situasi, baik di kelas maupun di luar kelas. 2) Berusaha menyediakan waktu untuk mengadakan pertemuan dengan peserta didiknya, sebelum, selama dan setelah sekolah. 3) Mencatat dan mengevaluasi seluruh pekerjaan peserta didik dan memberikan komentar yang konstruktif. 4) Mempelajari catatan peserta didik yang telah lewat. 5) Membuat tugas dan latihan untuk kelompok. 6) Memberikan kesempatan khusus bagi peserta didik yang memiliki kemampuan yang berbeda.

10

Tugas utama seorang guru dalam pembelajaran disekolah adalah bagaimana mengkondisikan lingkungan belajar yang menyenangkan dan membuat suasana tidak cepat bosan, pengkondisian lingkungan seperti ini penting agar dapat membangkitkan rasa ingin tahu para peserta didik sehingga tumbuh minat untuk belajar serta menunjang terjadinya perubahan perilaku peserta didik. Dari segi proses guru dikatakan berhasil apabila mampu melibatkan sebagian peserta didik secara aktif, baik fisik, mental maupun social dalam proses pembelajaran. Disamping itu dapat dilihat dari segi gairah dan hasil, guru dikatakan berhasil apabila pembelajaran yang diberikan mampu mengadakan perubahan perilaku pada sebagian besar peserta didik kea rah yang lebih baik.(Mulyasa, 2003:187) Kinerja adalah suatu aktivitas yang berhubungan dengan tiga aspek pokok yaitu perilaku, hasil dan aktivitas organisasi. Perilaku menunjukkan pada kegiatan-kegiatan dalam mencapai tujuan, efektifitas merupakan langkah-langkah dalam pertimbangan, hasil kerja, organisasional, menekankan kepada aspek proses kerja.(Smith, 1976:296). Dengan demikian kinerja guru berarti sesuatu yang telah dicapai guru atau prestasi yang telah diperlihatkan atau kemampuan kerja guru. Sehubungan dengan kinerjanya, maka guru ada yang memiliki kinerja yang baik dan ada yang memiliki kinerja yang kurang baik. Guru yang memiliki kinerja baik sering disebut guru yang professional. (Supriadi, 1999:98). 2. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan a. Pengertian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menurut Oemar Hamalik (2003:26), Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Menurut UU Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 10, Satuan pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, nonformal dan informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan. Menurut Joko Susila yang dikutip dari Mulyasa (2007:19) mengemukakan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan

11

pendidikan. Menurut Mulyasa (2007:8) menyatakan bahwa KTSP merupakan singkatan dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, yang dikembangkan sesuai tingkat satuan pendidikan, potensi sekolah/daerah, social budaya masyarakat setempat, dan karakteristik peserta didik. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Sesuai dengan pengertian tersebut, Kurikulum berisi seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi yang dibakukan untuk mencapai tujuan nasional dan cara pencapaiannya disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan daerah dan sekolah dan madrasah. Kurikulum sebagai rancangan pendidikan mempunyai kedudukan yang sangat strategis dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya peranan kurikulum di dalam pendidikan dan dalam perkembangan kehidupan manusia, maka dalam penyusunan kurikulum tidak bisa dilakukan tanpa menggunakan landasan yang kokoh dan kuat. (Dadang Sukirman, 2007) Dilihat dari beberapa batasan tersebut dapat disimpulkan bahwa,Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah perangkat rencana yang disusun, dikembangkan dan dilaksanakan sesuai dengan satuan pendidikan potensi sekolah/daerah, social budaya masyarakat setempat, dan karakteristik peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan, sehingga hasilnya diharapkan menjadikan momentum untuk perbaikan kualitas pendidikan, yang berarti juga meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia secara berkelanjutan. b. Perancangan pembelajaran pada kurikulum tingkat satuan pendidikan Perancangan pembelajaran sedikitnya mencakup tiga kegiatan, yaitu identifikasi kebutuhan, perumusan kompetensi dasar dan penyusunan program pembelajaran. 1) Identifikasi Kebutuhan Kebutuhan merupakan kesenjangan antara apa yang seharusnya dengan kondisi yang sebenarnya, atau sesuatu yang harus dipenuhi untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini, guru melibatkan peserta didik untuk mengenali,

12

menyatakan dan merumuskan kebutuhan belajar, sumber-sumber yang tersedia dan hambatan yang mungkin dihadapi dalam kegiatan pembelajaran untuk memenuhi kegiatan belajar. Identifikasi kebutuhan bertujuan antara lain untuk melibatkan dan memotivasi peserta didik agar kegiatan belajarnya dirasakan sebagai bagian dari kehidupan dan mereka merasa memilikinya. Kegiatan ini dapat dilakukan baik secara perorangan maupun kelompok. Secara perorangan peserta didik mengekspresikan pendapat masing-masing secara langsung, dan guru membantu mereka dalam menyusun kebutuhan belajar beserta hambatanhambatanya. Secara kelompok peserta didik mendiskusikan kebutuhan belajar sehingga menjadi kesepakatan kelompok. Berdasarkan identifikasi terhadap kebutuhan belajar bagi pembentukan kompetensi peserta didik, baik secara kelompok maupun perorangan, kemudian diidentifikasikan sejumlah kompetensi untuk menjadikan bahan pembelajaran. 2) Identifikasi Kompetensi Kompetensi merupakan sesuatu yang ingin dimiliki oleh peserta didik, dan merupakan komponen utama yang harus dirumuskan dalam pembelajaran, yang memiliki peran penting dan menentukan arah pembelajaran. Kompetensi yang harus dipelajari dan dimiliki peserta didik perlu dinyatakan sedemikian rupa agar dapat dinilai, sebagai wujud hasil belajar yang mengacu pada pengalaman langsung. Peserta didik perlu mengetahui tujuan belajar dan tingkat-tingkat penguasaan yang akan akan digunakan sebagai criteria pencapaian secara eksplisit, dikembangkan berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan dan memiliki kontribusi terhadap kompetensi-kompetensi yang sedang dipelajari. Penilaian pencapaian kompetensi prlu dilakukan secara objektif, berdasarkan kinerja peserta didik dengan bukti penguasaan mereka terhadap kompetensi sebagai hasil belajar. 3) Penyusunan program pembelajaran Penyusunan program pembelajaran bermuara pada rencana pelaksanaan pembelajaran sebagai produk program pembelajaran jangka pendek yang

13

mencakup komponen program kegiatan belajar dan proses pelaksanaan program. Komponen program mencakup kompetensi dasar, materi standar, metode dan tehnik, media dan sumber belajar, waktu belajar dan daya dukung lainnya. c. Pelaksanaan Pembelajaran Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungan, sehingga terjadi perubahan tingkah laku kea rah yang lebih baik. Dalam interaksi tersebut banyak sekali factor yang mempengaruhinya, baik factor internal yang dating dari dalam diri pribadi individu, maupun factor eksternal yang dating dari lingkungan. Tugas paling utama guru dalam pembelajaran adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku dan pembentukan kompetensi peserta didik. Umumnya pelaksanaan pembelajaran mencakup tiga hal: pre tes, proses, dan post test, sebagai berikut: 1) Pre Test Pelaksanaan pembelajaran biasanya dimulai dengan pre test, untuk menjajagi proses pembelajaran yang akan dilaksanakan. Oleh karena itu, pre test memegang peranan penting dalam proses pembelajaran, yang berfungsi antara lain sebagai berikut: a) b) Untuk menyiapkan peserta didik dalam proses belajar. Untuk mengetahui tingkat kemajuan peserta didik sehubungan dengan proses pembelajaran yang dilakukan, dengan cara membandingkan hasil dari pre test dengan post test. c) Untuk mengetahui kemampuan awal yang telah dimiliki peserta didik mengenai kompetensi dasar yang akan dijadikan topic dalam proses pembalajaran. d) Untuk mengetahui darimana seharusnya pembelajaran dimulai, kompetensi dasar mana yang telah dimiliki peserta didik, tujutn-tujuan mana yang perlu mendapat penekanan dan perhatian khusus. 2) Proses

14

Proses pembelajaran dan pembentukan kompetensi dikatakan berhasil dan berkualitas apabila masukan merata, menghasilkan output yang banyak dan bermutu tinggi, serta sesuai dengan kebutuhan, perkembangan masyarakat dan pembangunan. Untuk memenuhi tuntutan diatas, perlu dikembangkan pengalaman belajar yang kondusifdalam membentuk manusia yang berkualitas tinggi, baik spiritual, mental, social, moral maupun fisik. Hal ini berarti kalau tujuan bersifat afektif psikomotorik, tidak cukup hanya diajarkan dengan sumber yang mengandung nilai kognitif. Namun perlu penghayatan yang disertai pengalaman nilai-nilai kognitif, afektif yang dimanifestasikan dalam perilaku sehari-hari. 3) Post Test Pada umumnya pelaksanaan pembelajaran diakhiri dengan post test. Seperti halnya pre test, post test memiliki banyak kegunaan terutama dalam melihat keberhasilan pembelajaran. Fungsi post test antara lain dapat dikemukakan sebagai berikut: a) b) c) Untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap kompetensi yang telah ditentukan, baik secara individu maupun kelompok. Untuk mengetahui kompetensi dasar dan tujuan-tujuan yang dapat dikuasai oleh peserat didik. Untuk mengetahui peserta didik yang perlu mengikuti kegiatan remedial dan yang perlu mengikuti kegiatan pengayaan serta untuk mengetahui tingkat kesulitan belajar. d) Sebagai bahan acuan untuk melakukan perbaikan terhadap proses pembalajaran dan pembentukan kompetensi peserta didik yang telah dilaksanakan. d. Evaluasi Belajar Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Evaluasi hasil belajar dilakukan untuk mengetahuiperubahan perilaku dan pembentukan kompetensi pesrta didik, yang dapat dilakukan dengan penilaian kelas, tes kemampuan dasar, penilaian akhir satuan pendidikan dan sertifikasi, benchmarking, serta penilaian program. 1) Penilaian Kelas

15

Penilaian kelas dilakukan dengan ulangan harian, ulangan umum, an ujian akhir. Ulangan harian dilakukan setiap selesai program pembelajaran dalam satuan bahasan atau kompetensi tertentu. Ulangan harian minimal dilakukan tiga kali dalam satu semester. Ulangan ulangan umum dilaksanakan setiap akhir semester. Ulangan umum dilaksanakan secara bersama untuk kelas parallel, dan pada umumnya dilaksanakan ulangan umum bersama. Hal ini dilakukan terutama dimaksudkan untuk meningkatkan pemerataan mutu pendidikan dan menjaga keakuratan soal-soal yang diujikan. Di samping untuk menghemat tenaga dan biaya. Ujian akhir dilakukan pada akhir program pendidikan. Bahan-bahan yang diujikan meliputi seluruh materi yang telah diberikan, dengan penekanan pada bahan-bahan yang diberikan pada kelas-kelas tinggi. Hasil ujian akhir ini terutama digunakan untuk menentukan kelulusan bagi setiap peserta didik dan layak tidaknya untuk melanjutkan pendidikan pada tingkat atasnya. Penilaian kelas dilakukan oleh guruuntuk mengetahui kemajuan dan hasil belajar peserta didik, mendiagnosa kesulitan belajar, memberikan umpan balik, memperbaiki proses pembelajaran dan pembentukan kompetensi peserta didik serta menentukan kenaikan kelas. 2) Test Kemampuan Dasar Tes kemampuan dasar untuk mengetahui kemampuan membaca, menulis dan berhitung yang diperlukan dalam rangka memperbaiki program pembelajaran. Tes kemampuan dasar dilakukan pada setiap tahun akhir kelas III. 3) Penilaian Akhir Satuan Pendidikan dan Sertifikasi Pada setiap akhir semester dan tahun pelajaran diselenggarakan kegiatan penilaian guna mendapatkan gambaran secara utuh dan menyeluruh mengenai ketuntasan belajar peserta didik dalam satuan waktu tertentu. Untuk keperluan sertiffkasi, kinerja dan hasil belajar tidak semata-mata didasarkan atas hasil penilaian pada akhir jenjang sekolah. 4) Benchmarking

16

Benchmarking merupakan suatu standar untuk mengukur kinerja yang sedang berjalan, proses dan hasil untuk mencapai suatu keunggulan yang memuaskan. 5) Penilaian Program Penilaian program dilakukan oleh Departeman Pendidikan Nasional dan Dinas Pendidikan secara berkesinambungan. Penilaian program dilakukan untuk mengetahui kesesuaian kurikulum dengan dasar, fungsi dan tujuan pendidikan nasional, serta kesesuaiannya dengan tuntutan perkembangan masyarakat dan kemajuan zaman. e. Landasan Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dilandasi oleh undang-undang dan peraturan pemerintah sebagai berikut: 1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. 3) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. 4) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan Menengah. 5) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan Standar Kompetensi Lulusan dan Pelaksanaan Standar isi. f. Ciri-ciri Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Mulai tahun ajaran 2006/2007 diberlakukan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Kebujakan ini berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Pada tahun 2010 seliruh sekolah harus melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan secara penuh diharapkan mulai tahun ajaran 2007. Perlu ditegaskan bahwasannya standar pendidikan tidak sama dengan kurikulum. Standar nasional meliputi delapan hal yaitu: Satuan Pendidikan Dasar dan Pendiikan

17

1) Standar Isi 2) Standar Proses 3) Standar Kompetensi Lulusan 4) Standar Pendidik Dan Tenaga Kependidikan 5) Standar Sarana Dan Prasarana 6) Standar Pengelolaan 7) Standar Pembiayaan 8) Standar Penilaian Pendidikan Sekarang masing-masing sekolah bisa membuat silabus, kurikulum dan indicator-indikatornya sendiri, bahkan kepala dinas tidak boleh ikut campur tangan dalam pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan sekolah. Beberapa cirri terpenting dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah sebagai berikut: 1) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan menganut prinsip fleksibilitas 2) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan membutuhkan pemahaman dan keinginan sekolah untuk mengubah kebiassaan lama yakni kebergantungan pada birokrat. 3) Guru kratif dan siswa aktif. 4) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dikembangkan dengan menganut prinsip diversifikasi. 5) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan sejalan dengan konsep desentralisasi pendidikan dan manajemen berbasis sekolah. 6) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan tanggap terhadap perkembangan iptek dan seni. 7) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan beragam dan terpadu. g. Faktor Pendukung Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Pengembangan dan penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan agar mampu mendongkrak kualitas pendidikan perlu didukung oleh perubahan mendasar dalam kebijakan pengelolaan sekolah yang menyangkut aspek-aspek: 1) Iklim Pembelajaran yang Kondusif

18

Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan perlu didukung oleh iklim pembelajaran yang kondusif bagi terciptanya suasana yang aman, nyaman dan tertib sehingga proses pembalajaran dapat berlangsung dengan tenang dan menyenangkan. Kondisi yang demikian akan mendorong terwujudnyaproses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan bermakna. Suasana tersebut akan memupuk tumbuhnya kemandirian dan berkurangnya ketergantungan dikalangan warga sekolah. 2) Otonomi Sekolah dan Satuan Pendidikan Sekolah dan satuan pendidikan sebagai pelaksana kurikulumhampir tidak pernah diberi kewenangan untuk menentukan kurikulum atau evalusipembelajaran sesuai dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik secara actual dalam pengembangan kurikulum sentralisasi. Berbeda dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, kebijakan pengembangan kurikulum dan pembelajaran beserta system eveluasinya didesentralisasikan ke sekolah dan satuan pendidikan, sehingga pengembangan kurikulum diharapkan sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan masyarakat secara lebih fleksibel. Desentralisasi kebijakan dalam pengembangan kurikulum dan pembelajaran beserta system evaluasinys merupakan prasyarat untuk mengimplementasikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. 3) Kewajiban Sekolah dan Satuan Pendidikan Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan perlu disertai seperangkat kewajiban serta monitoring dan tuntutan pertanggungjawaban yang relative tinggi, untuk menjamin bahwa sekolah selain memiliki otonomi juga menpunyai kewajiban melaksanakan kebijakan pemerintah dan harapan masyarakat. Sekolah dan satun pendidikan dituntut mampu mengembangkan kurikulum dan mengelola sumber daya secara transparan, demokratis dan bertanggung jawab baik terhadap masyarakat maupun pemerintah dalam rangka meningkatkan kapasitas pelayanan dan kualitas terhadap pesrta didik. 4) Kepemimpinan Sekolah yang Demokratis dan Profesional

19

Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan memerlukan sosok kepala sekolah yang memiliki kemampuan manajerial dan integritas professional yang tinggi, serta demokratis dam mengambil keputusankeputusan yang mendasar. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, kepala sekolah dan guru adalah orang yang diberi tanggung jawab untuk mengembangkan dan melaksanakan kurikulum untuk mewujudkan pembelajaran yang berkualitas sesuai visi, misi dan tujuan sekolah. Dalam implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, kepala sekolah dituntut memiliki wawasan yang luas tentang pembelajaran yang efektif serta kemampuan professional yang memadai dalam bidang perencanaan, kepemimpinan, manajerial, dan supervise pendidikan. Kepala sekolah juga harus memiliki kemampuan untuk membangun kerja sama yang harmonis dengan berbagai pihak yang terkait dengan kurikulum. 5) Revitalisasi Partisipasi Masyarakat dan Orang Tua Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan perlu partisipasi aktif berbagai kelompok masyarakat dan pihak orang tua dalam perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pembimbingan dan pengawasan programprogram sekolah. Masyarakat dan orang tuaharus disadarkan bahwa sekolah merupakan lembaga pendidikan yang perlu didukung oleh semua pihak. Prestasi keberhasilan sekolah harus menjadi kebanggaan masyarakat dan lingkungannya. Pihak sekolah, dalam hal ini kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan sekolah lainnya harus menggunakan berbagai strategi dan daya untuk mendorong masyarakat dan orang tua menjadi bagian integral dari system sekolah beserta seluruh bagiannya. B. Kerangka Berfikir Perubahan-perubahan strategis dilingkungan pendidikan baik karena kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Tehnologi serta perubahan kurikulum berimbas pada dunia pendidikan. Implikasinya berupa anjuran pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada seluruh dunia pendidikan di Indonesia pada awal tahun ajaran 2006/2007. Uji coba dilaksanakannya Kurikulum Tingkat Satuan

20

Pendidikan mulai tahun 2006 dipandang sebagai suatu konsep yang menawarkan otonomi daerah atau sekolah untuk meningkatkan mutu dan efisiensi pendidikan agar dapat menghasilkan siswa-siswi yang berkualitas dan berprestasi maupun memiliki suatu keterampilan pada bidang tertentu. Keberhasilan dalam bidang pendidikan di Indonesia dipengaruhi oleh berbagai factor diantaranya bagaimana pelaksanaan di sekolah. Guru merupakan factor yang sangat menentukan keberhasilan pendidikan disekolah, disamping berbagai factor lain. Factor-faktor yang berpengaruh terhadap prestasi siswa berasal dari dalam diri siswa sendiri dan lungkungannya. Dari sudut pandang siswa guru merupakan factor yang mempengaruhi perkembangan dirinya yang berasal dari lingkungan pendidikan. Oleh karena itu, guru mempunyai peranan penting dalam menentukan keberhasilan pendidikan siswa karena guru berinteraksi langsung dengan siswa dalam proses pembelajaran. Kurikulum sebagai seperangkat materi pembelajaran yang relevan, dan sengaja dirancang oleh suatu lembaga untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu melalui berbagai variasi pembelajaran. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah seperangkat rencana yang disusun, dikembangkan, dan dilaksanakan sesuai dengan setiap satuan pendidikan, potensi sekolah, soaial budaya masyarakat setempat dan karakteristik peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan. Hasil dari proses penyusunan, pengembangan dan pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan diharapkan menjadi momentum untuk perbaikan kualitas pendidikan, yang berarti juga meningkatkan kualitas sumbar daya manusia Indonesia secara berkelanjutan. Guru melaksanakan proses pembalajaran di sekolah yang berpedoman pada kurikulum sebagai rambu-rambu yang mengatur proses pembelajaran di sekolah. Kompetensi siswa merupakan dasar untuk mengetahui keberhasilan dalam pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, hal ini diwujudkan dengan kebiasaan berfikir dan bertindak siswa dalam kehidupan sehari-hari dilingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Kompetensi siswa diperoleh dari proses pembelajaran yang bermutu, efektif dan terarah. Hal ini didukung oleh kesiapan guru dalam proses kegiatan belajar mengajar, seorang guru harus memenuhi

21

empat kompetensi agar proses pembelajaran berjalan dengan baik, efektif, dan terarah. Sehingga diharapkan hasil dari proses pembelajaran dapat maksimal. Empat kompetensi tersebut antara lain: 1) Kompetensi Pedagogic 2) Kompetensi Kepribadian 3) Kompetensi Profesional 4) Kompetensi sosial

22

BAB III METODOLOGI PENELITIN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Suatu memerlukan tempat yang akan dijadikan lokasi penelitian untuk memperoleh data yang mendukung tercapainya tujuan penelitian. Tempat penelitian sebagai latar belakang untuk memperoleh data yang berguna untuk mendukung tercapainya tujuan penelitian ini adalah SMK Negeri 1 Sragen. Peneliti mengambil lokasi di SMK Negeri 1 Sragen dengan alasan sebagai berikut: a. Di SMK Negeri 1 Sragen terdapat data yang diperlukan peneliti untuk digunakan sebagai objek penelitian. b. Adanya kecenderungan permasalahan yang terkait dengan topic penelitian di SMK Negeri 1 Sragen. c. Belum adanya penelitian tangtang topic di atas di SMK Negeri 1 Sragen. 2. Waktu Penelitian Bertolak dari masalah yang penulis teliti, maka penelitian ini akan direncanakan pada bulan Februari 2009 sampai dengan terselesainya laporan penetian tersebut. B. Bentuk dan Strategi Penelitian 1. Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian yang akan digunakan dalam penelitian adalah Deskriptif Kualitatif. Penelitian kualitatif lebih menekankan pada sifat naturalisme artinya bahwa realitas yang muncul menjadi bahan kajian dalam penelitian ini. Hal tersebut sesuai dengan pendapat HB Sutopo (2002:35) yang mengatakan bahwa Pada penelitian kualitatif peneliti berusaha menganalisis data dengan semua kekayaan wataknya yang penuh nuansa sedekat mungkin dengan bentuk aslinya seperti pada waktu yang dicatat. Winarno Surachmad (1998:40) menerangkan bahwa penelitian deskriptif memiliki cirri sebagai berikut:

23

a. Memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada sekarang dan pada masalah-masalah actual. b. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan kemudian dianalisis (karena itu metode ini sering pula disebut metode Analitik). Berdasarka pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa bentuk penelitian kualitatif merupakan bentuk penelitian yang didasarkan pada hal yang lebih menekankan pada sifst naturalisme, yaitu realitas yang muncul dan didasarkan pada peristiwa-peristiwa nyata yang menjadi bahan kajian penelitian. Fakta yang diperoleh menjadi data yang dikomunikasikan dalam bentuk informasi yang dilaporkan secara narasi yang berisi ketajaman analisis penelitian. Peneliti merupakan instrument yang menentukan tinggi rendahnya kualitas dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan dalam penelitian kualitatif yang sangat penting adalah kedalaman materi bukan keluasan materi, sehingga sangat diperlukan kemampuan peneliti untuk menganalisis dan menterjemahkan data agar sesuai dengan judul dan karakteristik deskriptif kualitatif, maka pada penelitian ini peneliti menggunakan bentuk kualitatif dengan pendekatan deskriptif. 2. Strategi Penelitian Diperlukan suatu pendekatan pemecahan suatu permasalahan dalam mengkaji permasalahan penelitian secara lengkap yaitu melalui pemolihan strategi penelitian yang lengkap. Strategi yang dipilih peneliti dipergunakan untuk mengamati, mengumpulkan informasi dan menyajikan analisis hasil penelitian juga untuk menentukan pemilihan sample serta instrument penelitian yang dipergunakan untuk mengolah informasi. Strategi penelitian didalamnya terdapat metode dan tehnik yang membawa konsekuensi perbedaan pada penelitian serta dapat mempengaruhi hasil penelitian. Oleh karena itu, dalam suatu penelitian perlu menggunakan metodologi penelitian dan bentuk pendekatan yang tepat. Strategi penelitian yang akan digunakan adalah deskriptif tunggal terpancang. Penelitian bertujuan untuk menggambarkan data dengan kata-kata atau uraian penjelasan, sesuai dengan pendapat Winarno Surachmad (1998:139) yang mengemukakan bahwaMetode penelitian deskriptif

24

adalah prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek/objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagai mana adanya. Strategi yang lebih spesifik dari rencana yang digunakan untuk mngumpulkan dan menganalisis data, strategi menjelaskan bagaimana objek masalah yang dihadapi dapat dipecahkan. Dalam penelitian kualitatif, meliputi strategi tunggal untuk membeberkan sekaligus menganalisis kasus yang diteliti, komposisi semacam laporan biasa yang dilengkapi table, gambar dan grafik. Strategi ganda holistic, setiap bagian merupakan laporan atau analisis antar kasus secara holistic, memilih makna atau arti yang lengkap bilamana dikaitkan dengan kesatuannya, realitas tidak bisa diambil tanpa makna bagian dalam konteks keseluruhan. (HB Sutopo 2002:41) penelitian deskriptif tunggal terpancang digunakan dalam penelitian ini strategi tunggal karena masalah yang dikaji hanya satu yaitu tentang pemahaman guru terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dalam pengembangan proses belajar mengajar, terpancang karena secara relative memerlukan waktu yang cukup pendek, dan peneliti sudah membatasi penelitiannya pada aspek-aspek yang terpilih. C. Sumber Data

Menurut HB Sutopo (2002:49) sumber data penelitian kualitatif dapat berupa manusia, peristiwa dan tingkah laku, dokumen serta arsip sebagai benda lain.adapun sumber data dalam penelitian ini adalah: 1. Informan Pengertian informan adalah orang yang dianggap mengetahui dengan baik terhadap masalah yang diteliti dan bersedia untuk memberikan informasi kepada peneliti. Menurut HB Sutopo (2002:50) Dalam penelitian kualitatif posisi nara sumber sangat penting, sebagai individu yang sangat penting. Informan merupakan tumpuan pengumpulan data bagi peneliti dalam mengungkap permasalahan penelitian. Adapun informan dalam penelitian ini adalah:

25

a. Kepala sekolah SMK Negeri 1 Sragen b. Guru SMK Negeri 1 Sragen 2. Tempat dan Peristiwa Tempat dan peristiwa menjadi informasi karena dalam pengamatan harus sesuai dengan konteksnya dan setiap situasi social melibatkan tempat, perilaku dan aktivitasnya. Peneliti mengambil tempat penelitian di SMK Negeri 1 Sragen, karena di SMK tersebut tersedia data yang bermanfaat untuk memecahkan masalah dalam penelitian ini. 3. Arsip dan Dokumen Merupakan sumber data yang sangat penting dalam penelitian kualitatif apabila sasaran terarah pada latar belakang peristiwa masa lampau dan yang berkaitan dengan peristiwa masa kini yang harus dipelajari. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data penelitian meliputi segala bentuk literature, pustaka, arsip dan dokumen operasional yang relevan dengan objek penelitian. D. Teknik Sampling

Pengambilan sample dalam penelitian ini menggunakan teknik Purposive Sampling atau sampling bertujuan. Penelitian ini hanya memilih informan yang dinggap mengetahui masalahnya. Menurut HB Sutopo (2002:36) Purposive Sampling adalah penelitian yang cenderung memilih informan yang dianggap tahu dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap dan mengetahui masalahnya secara mendalam. Menurut Lexy J. Moleong (2002:165) bahwa Dengan teknik Purposive Sampling yang mengandung maksud untuk menjaring sebanyak mungkin informasi dari berbagai informasi dari berbagai macam sumber data dan bangunannya(constructions). Sample yang diambil tidak ditekankan pada jumlah dalam penelitian ini, malainkan lebih ditekankan pada kualitas pemahannya pada permasalahan yang diteliti. Cara pengambilan sampel didasarkan pada karakteristik-karakteristik tertentu yang dimiliki sampel sesuai dengan tujuan penelitian, karena sampel tidak dimasukkan dalam generalisasi. Penelitian tidak menentukan jumlah informan dalan penelitian ini untuk diwawancarai guna memperoleh informasi tentang

26

permasalahan yang diteliti. Informan yang terpilih dapat menunjuk informan lainnya yang lebih mengetahui, maka pemilihan informan dapat berkembang sesuai dengan pendalaman dan kemantapan peneliti dalam memperoleh data. Peneliti berusaha mendapat informasi sebanyak mungkin yang dapat diperoleh dari berbagai sumber. E. Teknik Pengumpulan Data 1. Wawancara

Lexy J. Moleong (2002:135) menyatakan bahwa Wawancara adalah percakapan yang dilakukan dengan maksud tertentu dan dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (interviuwer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviuwe) yang memberikan jawaban pertanyaan itu. Dari pendapat diatas, untuk memperoleh data utama adalah melalui wawancara kepada informan guna memperoleh data yang akurat dan relevan. Cara yang dilakukan dalam teknik wawancara ini adalah dengan mengajukan pertanyaan kepada informan untuk mendapat data mengenai permasalahan yang sedang diteliti. Pertanyaan yang diajukan terlebih dahulu telah disiapkan serta dibuat kerangkanya secara sistematis sebelum berada dilokasi penelitian. Pertanyaanpertanyaan tersebut dapat berkembang bahkan dapat diluar dari daftar pertanyaan dengan maksud untuk lebih mengetahui secara jelas jawaban yang dibutuhkan, namun tetap mengacu pada pokok permasalahannya. 2. Observasi Suharsimi Arikunto (2002:146) mendefinisikan bahwa Observasi adalah kegiatan yang meliputi pemusatan terhadap objek yang menggunakan seluruh aspek indera. Dari pengertian ini dapat diambil suatu pengertian bahwa, Observasi merupakan pengamatan secara langsung terhadap aktivitas dilapangan. Adapun caranya adalah peneliti terjun langsung ke lokasi penelitian untuk mengambil data yang ada dilapangan. Obsrvasi dilakukan peneliti dengan cara mencatat secara sistematis, mengenai fenomena yang diamati, tetapi peneliti tidak ikut ambil bagian dalam kegiatan yang dilakukan oleh para subjek yang diobservasi atau dapat juga disebut observasi sistematis atau berstruktur.

27

Menurut Kartini Kartono (1996:162) menyatakan bahwa, observasi sistematis atau berstruktur yaitu teknik observasi yang mempunyai struktur atau kerangka yang jelas, didalamnya berisikan semua factor yang diperlukan dan juga dikelompokkan dalam kategori dan tabulasi tertentu. 3. Analisis Dokumen Merupakan teknik penelitian yang dilakukan dengan cara mencatat dan mengumpulkan data yang bersumber dari arsip dan dokumen yang isinya berhubungan dengan masalah dan tujuan penelitian. Metode ini untuk mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan-catatan, transkip, bukubuku, surat kabar, prasasti, notulen rapat, dan sebagainya (Suharsimi Arikunto, 2002:202). F. Validitas Data

Validitas data berasal dari kata validity yang berarti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrument pengukur (tes) dalam melakukan fungsi ukurannya (Saifudin Azwar, 2001:73). Jadi validitas data merupakan sarana untuk menjaga keabsahan data yang dikumpulkan dan untuk menghindari adanya bias penelitian Guna menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan data didasarkan atas sejumlah criteria tertentu, sedangkan dalam penelitian ini teknik pemeriksaan data yang dilakukan aalah teknik triangulasi. Menurut Patton dalam buku Lexy J. Maleong (2002:178) mengatakan bahwa teknik triangulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber lainnya. Adapun macam triangulasi tersebut adalah sebagai berikut: 1) Teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber. Yaitu dengan membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. 2) Teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan metode. Dalam teknik pemeriksaan ini terdapat dua strategi yaitu: a) pengecekkan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik

28

pengumpulan data. b) pengecekkan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama. 3) Teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan penyidik. Teknik ini dengan jalan memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekkan kembali. 4) Teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan teori. Menurut Lincoln dan Guba teknik ini berdasarkan anggapan bahwa fakta tertentu tidak dapat diperiksa derajat kepercayaannya dengan satu atau lebih teori. Teknik pemeriksaan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber. Menurut pendapat Lexy J. Moleong (2002:178) hal tersebut dapat dicapai dengan jalan: 1) 2) 3) 4) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara. Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintah. 5) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. Disamping menggunakan cara triangulasi data tersebut, penelitian ini juga menggunaakan teknik review informan yaitu pencocokan data atau informasi yang dilakukan dengan cara mengklarifikasi data atau informasi yang telah diperoleh dari informan yang telah diwawancarai. G. Analisis Data

Patton dalam Lexy J. Moleong (2002:103) mengatakan bahwa Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam pola,

29

kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Langkah-langkah analisis data yang digunakan dalam penelitian ini mengikuti teknis analisis mengalir dan interaktif. Mathew B. Miles dan A. Michael Huberman (1992:16) Analisis mengalir terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu: reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan atau verifikasi. Ketiga komponen analisis yaitu reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan atau verifikasi dilakukan dalam bentuk interaktif dengan proses siklus agar lebih jelas. Dalam bentuk analisis ini peneliti tetap bergerak dalam empat komponen yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan atau verifikasi. Adapun kegiatannya adalah sebagai berikut: 1) Reduksi data adalah Reduksi Data proses menyeleksi, memfokuskan dan

mengabstraksikan data kasar yang telah diperoleh dari laporan penelitian. Reduksi data acapkali tampak pada saat sebelum peneliti memutuskan kerangka konseptual wilayah penelitian, permasalahan penelitian dan pengumpulan data yang dipilihnya, dan tahap ini berlangsung terus sampai lapooran akhir lengkap tersusun. Sebagai bagian dari analisis, maka proses menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan data merupakan hal yang sangat penting dilakukan, sehingga akan mempermudah dalam menarik dan memverifikasikan kesimpulan akhir. Setelah mendapatkan data dari hasil penelitian berupa hasil wawancara, terdapat beberapa data yang dibuang karena terdapat data yang lebih kompeten sehingga peneliti hanya menggunakan data hasil penelitian yang dianggap perlu dalam proses penyajian data. 2) Penyajian Data Penyajian data adalah sekumpulan informasi yang tersusun memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data ini dapat membantu peneliti dalam memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan. Penyajian informasi ini dalam bentuk matriks, grafif,

30

jaringan dan bagan yang tersusun secara terpadu sehingga memudahkan peneliti dalam menentukan langkah selanjutnya yang harus dilakukan. Kegiatan penyajian data disamping sebagai kegiatan analisis juga merupakan kegiatan reduksi data. Penyajian data dilakukan dengan membuat triangulasi data dengan tujuan untuk mengetahui validitas data dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Setelah itu data disajikan dalam bentuk diskripsihasil penelitian. 3) Menarik Kesimpulan atau Verifikasi Pada dasarnya kasimpulan awal dudah dapat diatarik pada saat matriks terisi, tetapi hal tertsesebut belum begitu jelas,dalam hal ini dapat menggiring pada pengambilan keputusan untuk menentukan langkah-langkah berikutnya yang harus dilakukan. Kesimpulan akhir merupakan keadaan yang belum jelas kemudian meningkat sampai pada pernyataan yang telah memiliki landasan ynag kuat dari proses analisis terhadap gejala yang ada atau dari beberapa permasalahan didiskusikan dengan berbagai pihak yang relevan yag akhirnya terjadi sebuah kesimpulan. Hal ini dimaksudkan apabila ada data baru kemudian akan merubah kesimpulan sementara segera melakukan perbaikan melalui data yang diperoleh selanjutnya. H. sebagai berikut: 1. Tahap Pra Lapangan Tahap pra lapangan ini dilakukan mulai pembuatan usaha atau proposal penelitian sampai dengan pencarian berkas perijinan penelitian lapangan. Adapun caranya adalah dengan mengadakan survey awal, memilih dan memanfaatkan informasi yang bersifat informal dan menyiapkan perlengkapan penelitian dan protocol penelitian untuk mengembangkan pedoman pengumpulan data (daftar pertanyaan dan petunjuk observasi, menyusun jadwal secara rinci). 2. Tahap Pengumpulan Data Tahap ini dilakukan untuk mengambil data yang relevan dan akurat dengan cara terjun langsung ke lokasi penelitian sesuai dengan tujuan penelitian dengan Prosedur Penelitian

Didalam penelitian ini peneliti menggunakan prosedur atau langkah-langkah

31

melakukan wawancara, observasi dan pencatatan dokumen. Adapun tujuan kegiatan ini adalah: a. b. Memahami latar belakang penelitian dan persiapan mengadakan penyesuaian diri terhadap tempat penelitian. Mendapatkan data secara lengkap dengan terjun langsung ke lokasi penelitian. Disamping kegiatan tersebut, pada tahap ini digunakan untuk melaksanakan reveiw dan pembahasan dengan beragam data yang dikumpulkan dengan melekukan refleksi dan juga menentuka strategi pengumpulan data yang dipandang paling tepat serta menentukan fakus, pendalaman data, pementapan data pada proses pengumpulan data berikutnya, kemudian mengatur untuk kepentingan analisis awal. 3. Tahap analisis data Tahap ini meliputi kegiatan pengolahan data atau analisis akhir dari data yang telah dikumpulkan dari likasi penelitian, bila data dirasa belum cukup untuk mendukung maksud dan tujuan penelitian, maka penelitian dapat dilakukan pengumpulan data kembali dan melakukan analisis awal. Pada tahap ini merupakan usaha menemukan tema-tema yang relevan dengan masalah penelitian serta merumuskan hipotesis dan mengadakan analisis berdasarkan hipotesis tersebut. 4. Tahap Penulisan Laporan Peneliti mulai menyusun laporan awal pada tahap ini, melaksanakan review laporan dengan orang yang cukup memahami permasalahan penelitian untuk mendiskusikan laporan yang telah disusun sementara, dalam kegiatan ini tidak menutup kemungkinan melaksanakan perbaikan laporan. Kemudian kegiatan berikutnya menyusun laporan akhir penelitian dan memperbanyak laporan tersebut sesuai kebutuhan.

Anda mungkin juga menyukai