Anda di halaman 1dari 12

Cairan tubuh total Sebagian besar tubuh manusia terdiri dari cairan.

Pada bayi prematur jumlahnya sebesar 80% dari berat badan; bayi normal sebesar 70-75% dari berat badan, sebelum pubertassebesar 65%-70% dari berat badan, orang dewasa sebesar 50-60% dari berat badan Dehidrasi Dehidrasi adalah berkurangnya cairan tubuh total, dapat berupa hilangnya air lebih banyak dari natrium(dehidrasi hipertonik), atau hilangnya air dan natrium dalam jumlah yang sama (dehidrasi isotonik), atau hilangnya natrium yang lebih banyak daripada air (dehidrasi hipotonik). Dehidrasi hipertonik ditandai dengan tingginya kadar natium serum (lebih dari 145 mEq/L) dan peningkatan osmolalitas efektif serum(lebih dari 285 mosmol/L). Dehidrasi isotonik ditandai dengan normalnya kadar natrium serum (135-145 mEq/L) dan osmolalitas efektif serum (270-285 mosmol/liter). Dehidrasi hipotonik ditandai dengan rendahnya kadar natrium serum (kurang dari 135 mEq/L) dan osmolalias efektif serum (kurang dari 135 mEq/L) dan osmolalitas efektif serum (kurang dari 135 mEq /L) dan osmolalitas efektif serum (kurang dari 270 mosmol/liter). Etiologi Secara garis besar dikenal 3 macam kehilangan cairan badan: 1. Kehilangan cairan sebagai akibat kehilangan air dari badan baik karena kekurangan pemasukan air atau kehilangan air berlebih melalui paru, kulit, ginjal, atau saluran makanan. Keadaan ini sering disebut dengan pure dehydration atau dehydration hypertonic atau water deficit atau water deficiency atau pure water depletion. Kehilangan cairan tipe ini biasa terjadi karena: a. Kehilangan cairan karena pemasukan air tidak mencukupi, misalnya: orang-orang yg kehabisan air minum,kesukaran atau tdk bisa menelan,rangsangan haus hilang. b. Kehilangan cairan karena pengeluaran melalui ginjal berlebihan: pada ginjal normal, misanya pada diabetes insipidus, karena berlebihan elektrolit atau hiperomoler dan pada pemasukan air yang berlebhan; pada pemasukan air yg berlebihan; pda gangguan fungsi ginjal yg disebut nephrogenik diabetes nsipidus, misalnya pada pyelonefritik kronik, glomerulonefritis, ginjal polkistik, fase diuresis pada kegagalan ginjal akut, hipokalemia, aldosteronisme primer, paska ransplantasi gnjal, efek toksik litium karbonat, atau anestesia yang mengandung penthrane. c. Kehilangan cairan karena sebab lain seprti: pngeluaran air berlebian seperti melalui paru, orang-orang yg kontak dengan sinar matahari dalam waktu yg ama tanpa minum, pada hiperventilasi dan demam; pengeluaran air yg brlebihan misalnya luka bakar; pengeluran air yg berlebihan melalui saluran cerna, misalnya pada gastroenteritis akut. 2. Kehilangan cairan krn kelebihan elektrolit. Kehilangan cairan krn ekskrsi urin yg mengandung banyak elektrolit seperti natrium, klorida, kalium, dan anion serta ktion lain, atau bahan-bahan yang bukan ion seperti dekstrosa, fruktosa, dan urea, asam amno, dan benda-benda nitrogen lainnya. Kehilangan cairan ini bisa karena:

a. Pemberian makanan yag mengandung bnyak garam dekstrosa, protein dan substansi lain dgn air yg tdk mncukupi pd pasien dgn koma b. Pemberian makanan yg mengandung susu dan krim tanpa air pd pasien dgn perdarahan lambung. c. Pemberian makanan dgn karbohidrat tinggi pd org2 yg baru sembuh dr luka bbakar yg berat d. Pasien dgn asidosis diabetik brt yg tdk diobati e. Keadaan lainnya yg berhubungan dgn hiperosmolaritas. 3. Kehilangan caiiran karena hiperosmolaritas. Hal ini terjadi jika cairan ekstraseluler karena suatu sebab menjadi hiperosmoler, misalnya karena hiperosmoler hiperglikemia, koma diabetik non ketoasidotik atau hiperosmoolaritas yang terjadi krn pemberian subsansi per parenteral maupun er rektalyg dapat menngkatkan osmaritas darah; koma hiperglikemik hiperosmolar dapat juga terjadi pada dialisis peritoneal. Hiperosmolar dapat juga terjadi pada angiografi dengan kontras, sesudah pemberian natrium sulfat intravena pada hiperkalsemia, sesudah pemberian makanan hipertonik pada megakolon (Mega kolon/penyakit hisprung adalah suatu penyakit yang terjadi karena adanya permasalahan pada persyarafan usus besar paling bawah, mulai anus hingga usus di atasnya. Syaraf yang berguna untuk membuat usus bergerak melebar dan menyempit biasanya tidak ada sama sekali atau kalaupun ada sedikit sekali) dan pada pasien yg baru sembuh dari luka bakar yg berat. Manifestasi Rasa haus meningkat, berkurangnya jumlah buang air kecil dengan warna urin gelap, tidak mampu berkeringat, dan perubahan ortostatik. Pada keadaan berat , dapat mengarah ke gagal ginjal akut dan perubahan status jiwa seperti kebingunan dan pusing kepala. Penentuan derajat dehidrasi A. Dehidrasi menurut keadaan klinisnya dapat dibagi atas 3 tingkatan : 1. Dehidrasi ringan (hilang cairan 2-5%BB) : gambaran klinisnya turgor kurang, suara serak (vix cholerica), pasien belum jatuh dalam presyok 2. Dehidrasi sdang (hilang cairan 5-8% BB) : turgoe buruk,suara serak, pasien jatuh dalam presyok atau syok , nadi cepat, naas cepat dan dalam 3. Dehidrasi berat (hilang cairan 8-10%BB): tanda dehidrasi sedang ditambah kesadaran menurun (apatis sampai koma), otot-otot kaku, sianosis. B. Berat jenis plasma: pada dehidrasi BJ plasma meningkat - Dehidrasi berat: BJ plasma 1,032-1,040 - Dehidrasi sedang: BJ plasma 1,028-1,032 - Dehidrasi ringan: BJ plasma 1,025-1,028 C. Pengukuran Central Venous Pressure (CVP): Bila CVP +4 s/d +11cm H2: Normal Syok atau dehidrasi maka CVP kurang dari +4 cm H2O

Pathogenesis dan Patofisiologi Cairan di dalam tubuh terdiri dari unsure-unsur cairan ekstraseluler , intraseluler dan interstitial. Jumlah air dalam tubuh dewasa dengan rata-rata berat badan 70kg mendekati 40 liter, rata-rata 52% berat badannya. Pada bayi yang baru lahir, mungkin mencapai 75% dari berat badan, kemudian menurun secara progresi dari lahir sampai umur tua. Kebanyakan penurunan terjadi dalam waktu 10 tahun awal kehidupan. Juga kegemukan menurun presentase air dalam tubuh, kadang mencapai 45%.

Ambilan dan Keluaran Air Kebanyakan ambilan air tiap hari masuk melalui oral. Hamper dua pertiga dalam bentuk air murni atau dalam bentuk minuman lain dan sisanya dari makanan yg dimakan. Sejumlah kecil juga disintesis dalam tubuh sebagai hasil oksidasi dari makanan. Jumlah sekitar 150 dan 250 ml/hari, tergantung dari derajat metabolismenya. Table 1 menunjukkan rute air yang hilang dari tubuh dalam keadaan yang berbeda. Normal dalam suatu lingkungan suhu 680F (200C) hamper 1400ml dan 2300ml ambilan air hilang lewat urin, 100ml lewat feses dan 100ml lewat keringat. Sisanya 700ml hilang lewat evaporasi dari respirasi atau diusi lewat kulit, yang kita sebut dengan insensible water loss. Rata-rata hilangnya air oleh difusi lewat kulit mendekati 300-400ml/hari, jumlah ini juga sama dengan seseorang yang dilahirkan tanpa kelenjar keringat.dengan kata lain, molekul secara difus menembus selsel kulit, yang dilapisi oleh jaringan tanduk kulit, yang terisi oleh kolesterol, bertindak sebagai pelindung terhapdap hilanggnya air oleh proses difusi. Tabel1.kehilangan air per hari (ml) Suhu normal Insensible loss: Kulit 350 Saluran napas 350 Urin 1400 Keringat 100 Feses 100 Total 2300

Cuaca panas 350 250 1200 1400 100 3300

Latihan berat dan lama 350 650 500 5000 100 6500

Semua udara yang melalui alat pernapasan mencapai kelembaban yg jenuh, sampai tekanan uap hamper 47mmHg, sebelum dikeluarkan. Tekanan uap udara luar yang terhisap melalui paru-paru biasanya jauh di bawah 47 mmHg, sehingga mengakibatkan rata-rata air yang hilang melalui paru berkisar 300-400ml/hari. Karena tekanan udara luar menurun dgn menurunnya temperature, hilangnya air yang melewati paru terbanyak dalam cuaca yg sangat panas. Hal ini menerangkan perasaan kering dalam saluran pernapsan yg terjadi pada cuaca dingin. Sedangkan dalam cuaca yg sangat panas, air yg hilang dalam keringat ditingkatkan mencapai 1,5-2 liter/jam, sehingga mengurangi cairan tubuh dengan cepat. Latihan meningkatkan hilangnya air lewat 2 jalan. Pertama, latihan meningkatkan derajat pernapasan, dengan meningkatkan kenaikan hilangnya air lewat saluran pernapasan sesuai dengan meningkatnya derajat ventilasi. Kedua, latihan meningkatkan panas badan dan akibatnya menghasilkan keringat yg berlebihan.

Unsure-unsur Cairan Tubuh Sekitar dari 25 sampai 40 liter cairan tubuh ada dalam 75 trilyun sel tubuh, disebut cairan intraselular. Masing-masing sel berisi cairan yg berisi campuran beberapa unsure yg berbeda, namun konsentrasi unsure-unsur ini serupa antara satu sel dengan yg lainnya. Semua cairan yg berada di luar sel disebut cairan ekstraselular, merupakan cairan yg konstan, rata-rata 15 liter pada org dewasa dgn berat badan 70kg. cairan ekstraseluler ini terbagi menjadi cairan interstisial, plasma, cairan serebrospinal, cairan intraokuler, cairan traktus gastrointestinal, dan cairan ruang potensial. Plasma adalah bagian dari darah yg non seluler, yg merupakan bagian dari cairan ekstraseluler dan berhubungan dengan cairan interstisial melalui lubang-lubang dalam kapiler secara terus-menerus. Volume plasma rata-rata 3 liter pada dewasa normal. Darahh berisi cairan ekstraseluler (plasma) dan cairan intraseluler (dalam darah sendiri). Rata-rata volume darah dewasa normal mendekati 5000ml, sekitar 3000ml berupa plasma dan 2000ml berupa sel darah. Nilai ini sangat bergantung dengan jenis kelamin, berat badan, dan actor-faktor yg mempengaruhi volume darah. Secaara fisiologis, jumlah cairan tubuh pada orang dewasa berkisar 4570% berat badan (BB), rata-rata 57% dan bergantung dengan gemuk dan kurusnya seseorang, sedangkan pada anak-anak cairan tubuh berkisar 70-80% berat badan, rata-rata 75%. Cairan tubuh terdiri dari : Cairan intraseluler (CIS) : 40% BB Cairan ekstraseluler (CES) : plasma (5%BB) dan cairan interstisial (15% BB) Cairan Transeluler (CTS) : 1-3% BB

Unsure-unsur Cairan Ekstraseluler Pada cairan plasma dan cairan interstisial mengandung sejumlah besar ion Na+ dan ion Cl, sejumlah besar ion bikarbonat, dan sejumlah kecil ion K, Ca++, Mg++, PO4, SO4, serta ion asam organic.

Unsur-unsur cairan Intraseluler cairan intraseluler hanya berisi sejumlah kecil Na+, dan Cl dan hampir sama sekali tidak terdapat ion Ca++, tetapi mengandung sejumlah besar K+ dan PO4, dan sejumlah kecil Mg++ dan ion SO4. Sel-sel berisi sejumlah besar protein hamper mencapai 4 kali lipat dibandingkan plasma.

Absorpsi Air dan Elektrolit Sejumlah kecil cairan hanya terserap dalam mukosa lambung, tetapi air terserap baik melalui mukosa usus halus dan mukosa usus besar untukk mengatur naik turunnya nilai osmotic. Na+ berdifusi ke dalam dan keluar usus halus tergantung dengan naiknya konsentrasi. Karena membrane usus halus dan usus besar permeable terhadap Na+ , dan membrane basolateral mengandung Na+ K+ ATP ase, sehingga Na+ aktif diserap. Dalam usus halus, transportasi Na+ , penting untuk menyerap glukosa, asam amino dan bahan lainnya. Adanya glukosa dalam lumen usus membantu reabsorbsi Na+. Hal ini merupakan fisiologi dasar pengobatan hilangnya Na+ dan air pada diare dengan pemberian larutan yg berisi glukosa dan NaCl. Begitu juga gandum berguna untuk pengobatan diare. Ion Cl secara normal disekresi ke dlm lumen usus halus oleh saluran Cl- yg diaktivasi oleh siklik AMP. Enterosit juga menyerap Na, K, Cl dengan bantuan suatu contransporter INa+ - IK+ - 2Cl dalam membrane basolateral. Pada penyakit kolera yg disebabkan oleh vibrio kolera yg tinggal di lumen usus, menghasilkan suatu toksin yg engikat adenosine difosfat ribosilase subunit G5, menghambat aktivasi GTPase, perubahan ini menyebabkan stimulasi adenilsiklase yg berkepanjangan dan berakibat kenaikan siklik AMP intraseluler. Pada diare yg disebabkan Eschericia coli menghasilkan toksin yg serupa, dimana akumulasi siklik AMP menaikan sekresi Cl- dari kelenjar intestinal dan menghabat fungsi mukosa pembawa Na+ , dengan hasil akhir menurunkan absorbs NaCl. Kenaikan elektrolit dan air mengisi usus sehingga timbul diare. Na+ K+ ATPase dan Na/glukosa cotransporter tak terpengaruh, sehhingga reabsorbsi glukosa dan Na+ tetap terjadi. Air bergerak keluar masuk usus sampai tekanan osmotic isi usus sama dengan plasma. Isi duodenum osmolaritasnya bias hipotonik ataupun hipertonik tergantung pada makanan yg dicerna, tetapi pd waktu makanan masuk jejunum, osmolaritasnya mendekati plasma. Osmolaritas dipertahankan sepanjang sisa seluruh usus hlus, partikel osmotic aktif yg dihasilkan oleh pencernaan diambil lewt absorbs dan air mengalir secara pasif keluar dri usus besar mengikuti osmotic yg dihasilkan. Dalam usus besar Na dipompakan keluar dan air mengalir secara pasif dengannya, sesuai dengan naik turunnya osmolaritas. Ada beberapa sekresi K ke dalam lumen usus, terutama sebagai komponen mucus, tetapi sebaian terbanyak, perpindahan K ke dalam usus disebabkan karena difusi. Ion K ddapat juga disekresi kan ke

dalam kolon. Akumulasi K dalam kolon adalah akibat kerja dari H+ - K+ ATPase dalam mebran sel lumen kolon bagian distal, dengan hasil akhir transportasi K+ yg aktif ke dalam sel. Walaupun deikian, hilangnya cairan di ileum dan kolon pada diare kronik dapat menyebabkan hipokalemia berat. Jika diet mengandung K tinggi untuk jangka panjang, sekresi aldosteron meningkatkan lebih banyak K yang disekresikan ke dalam kolon, dikarenakan pompa Na+ K+ ATPase di dalam membrane sel, menyebabkan konsentrasi kenaikan K intraseluler dan difusi K dari lumen ke dalam membrane sel.

Homeostasis Untuk keseimbangan cairan tubuh dan elektrolitnya, mekanisme homeostasis diselenggarakan oleh: a. Ginjal, dengan mekanisme rennin-angiotensin, mempengaruhi tekanan darah b. Kelenjar anak ginjal dengan mekanisme aldosteron akan mempengaruhi retensi Na c. Kelenjar hipofisis , dengan mekanisme ADH , akan mempengaruhi resorpsi air d. Paru-paru, dengn mekanisme asidosis-alkalosis untuk enjaga asam basa.

Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang yang menunjukkan kelainan antara lain: 1. Hematokrit, biasanya meningkat akibat hemokonsentrasi 2. Peningkatan berat jenis plasma 3. Peningatan protein total 4. Kelainan pada analisa gas darah (asidosis metabolik) 5. Sel darah putih meningkat (karena hemokonsentrasi) 6. Fosfatase alkali meningkat 7. Natrium dan kalium masih normal, setelah rehidrasi kaliom ion dalam serum rendah
Komplikasi Dehidrasi akibat patogen non invasif biasanya ringan, namun pada kondisi pasien yg jelek tanpa memperoleh rehidrasi yg adekuat dapat menjadi nekrosis tubular akut hingga bisa menyebabkan kematian yg diakibatkan dgn renjatan hipovolemik. Untuk rehidrasi sendiri jika tdk mencapau hidrasi

normal dpt terjai gagal ginjal akut dan sebaliknya jika terjadi overhidrasi bisa meninggal akibat edema paru akut. Dehidrasi akibat bakteri patogen invasif biasanya lebih berat dibanding noninvasif, dan komplikasinya semakin berat jika rehidrasinya tdk adekuat, sehingga bisa menyebabkan gagal ginjal akut dan akan terjadi edema paru akut jika rehidrasi yg berlebihan. Dehidrasi akibat virus komplikasinya hampir sama dgn yg disebabkan bakteri, kebanyakan lebih ringan. Sedangkan dehidrasi yg disebabkan protozoa biasanya lebih akut ataupun kronik tergantung dengan banyak maupun virulensi protozoa tersebut. Bila jumlahnya banyak dan virulensinya tinggi selain komplikasinya seperti yg disebabkan oleh bakteri jg dapat mengakibatkan perforasi usus, peritonitis maupun terjadinya abses secara emboli pada organ yg terserang.

Pengobatan Pengobatan dapat dibagi menjai : rehidrasi (suportif), pengobatan yg ditujukan etiologinya, pengobatan spesifik untuk retrovirus, dan pengobatan protozoa penyebab diare.

Rehidrasi

Rehidrasi menurut Goldberg E (1980) Cara 1 Jika ada rasa haus dan tdk ada tanda-tanda klinis dehidrasi lainnya, aka kehilangan air diperkirakan 2% dari berat badan pada waktu itu. Jika sesorang pada waktu itu sedang berpergian 3-4 hari tanpa air dan ada rasa haus, mulut kering dan oliguria, maka deficit air diperkirakan 6% dari berat badan pada waktu itu. Bila ada tanda-tanda diatas ditambah dengan kelemahan fisik yg nyata, perubahan mental seperti bingung atau delirium maka deficit air sekitar 7-13% berat badan pada waktu itu.

Cara 2 Jika pasien dapat ditimbang tiap hari maka kehilangan berat badan 4 kg pada fase akut sama dengan deficit air 4 liter.

Cara 3 Dengan kenyataan konsentrasi natrium dalam plasma berbanding terbalik dengan volume air ekstraseluler dengan pengertian bahwa kehilangan air tidak disertai dgn perubahan konsentrasi natrium plasma maka dapat dihitung dgn rumus Na2 x BW2 = Na1 x BW1 Di mana : Na1 : kadar natrium plasma normal (142 mEq/L) BW1 : volume air badan normall, biasana 60% dari BBpra dan 50% dr BB wanita Na2 : kadar natrium plasma sekarang BW2 : volume ar badan sekarang Table 3. skor Daldiyono Gejala klinis Muntah Voxs Choleric (suara serak) Kesadaran apatis Kesadaran somnolen , sopporous sampai komaa Tensi stolik 90 mmHg Nadi lebih 120 x/menit Napas kusmaul > 30 x/menit Turgor kulit kurang Facies colerica Ekstrimitas dngin skor 1 2 1 2 2 1 1 1 2 1

Jar tangan keriput (washer hand) Sanosis Umur 50 tahun atau lebihh Umur 60 tahun atau lebih

1 2 -1(negatif) -2(negatif)

Rehidrasi menurut Daldiyono Daldiyono (1973) mengemukakan salah satu cara menghitung kebutuhan cairan untuk hidrasi inisial pada gastroenteritis akut/diare koliform berdasarkan system skor (nilai). Jumlah skor dapa dhtung dan dihitung dlm pemberian cairan dalam 2 jam: Skor 15 Rehidrasi menurut Morgan-Watten Dengan mengukur berat jens plasma Berat jenis plasma 1.025 0,001 Cara pemberian Bila pasen dapat menelan, air diberikan peroral, kecuali kalau pasien muntah-muntah. Air juga diberikan per rectal. Air murni tidak boleh diberikan perinfus dikarenakan akan menyebabkan eritrosit x BB (kg) x 4 x 10% BB (kg) x 1 liter

membengkak dan erjadi hemolisis. Puruhito (1980) memberikan pedoman sebagai berikut
- Ligasi pungsi Infus sebaiknya diberikan pada lengan untuk memudahkan perawatannya,antara lain vena jugularis eksterna, vena subklavia, vena basilica vena sefalika, vena mediana kubiti, vena orsalis manus atau pedis,vena safena magna. Untuk pemasangan central venous catheter (CVC), vena yg dipakau adalah vena jugularis eksterna, vena subklavia, vena basilika, vena sefalika,vena inguinalis interna

- urutan kerja Lihat etiket pd botol infus, apakah sesuai dgn yg dijadwalkan, lihat kualitas cairan apakah ada kekeruhan, perubahan warna, partikel kotoran. Jarum infus yg dipakai sebaiknya yg disposable. Tutup infuse dibersihkan dhn alkohol dan infus set diisi dgn cairan infus terisi penuh dan tdk ada udara. Kemudian dilakukakn pungsi vena di tempat yg dipilih. Jarum pungsi difiksasi pada kulit plester, lalu pengaturan tetesan dibuka sesuai dgn jadwal yg di berikan. Disamping pemberian cairan lwt infus, kita kenal pemberian cairan lewat hipodemoklinis pada pasien dgn penyakit jantung yg tdk memungkinkan pemberian lwt peroral atau infus, dgn syarat-syarat sbb: 1. Cairan harus isotonik dgn plasma. Jika hipertonik akan terjadi retribusi cairan ke jaringan interstisial dan merangsang subkutan. 2. Dekstrosa 5% dan air tdk boleh diberikan subkutan karena akan terjadi difusi natrium dari plasma ke jaringan interstisial Kecepatan tetesan Biasanya kehilangan cairan dapat dikoreksi dlm 2 hari. Setengah kebutuhan diberikan pada hari yg pertama, dapat peroral, rektal atau infus. Bila kehilangan cairan cukup berat dan pemberian infus terlalu cepat, akan mengakibatkan intoksikasi air dan kejang, disebabkan sel-sel lain mengalami edema dgn cepat. Untuk itu pemberian cairan dgn memperlambatknya dan selalu diukur kadar natrium serim setelah setengah kebutuhan cairan diberikan. Pengobatan pada Etiologinya Penggunaan antibiotik thdp bakteri patogen noninvasif, pada umumnya : - tetrasiklin 30mg/KgBB per oral tiap 6 jam, selama 2 hari - Trimetoprim 160mg dan sulfametoksazol 800mg, per oral, 2x/hari, selama 5 hari Pengobatan bateri patogen yg invasif, pd umumnya selain obat" diatas, dpt diberikan juga kloramfenikol ataupun ampisilin. Pengobatan untuk Rotavirus, yg spesifik tdk ada, jadi sifat pengobatannya hanya simtomatik atau supotif. Sedangkan untuk pengobatan diare yg isebabkan protozoa adalah -untuk Giardia lamblia dgn Quinakrin 100mg, 3x/hari, selama 5-7 hari atau metronidazol 250mg, 3x/hari, selama 5-7 hari. -untuk amoebiasis dgn metronidazol 750mg, 3x/hari, slama 7-10 hari

Prognosis Pada umumnya baik, terutama jika mendapat penanganan cepat, tepat dan adekuat. Kematian terjadi

jika mempunyai penyakit dasar yg berat dan penanganan yg tdk adekuat. Penanganan rehidrasi yg terlambat dan tdk adekuat sering menimbulkan penyulit gagal ginjal.

Anda mungkin juga menyukai