Anda di halaman 1dari 106

BAB I PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG Salah satu bagian dari pembangunan nasional adalah pembangunan kesehatan. Pembangunan kesehatan menjadi penting karena dengan adanya pembangunan kesehatan yang baik akan menunjang pembangunan nasional pada umumnya. Tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kehidupan sehat bagi tiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan pembangunan nasional. (1) Sehat adalah suatu keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial. Yang memungkinkan seseorang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. (UU 23 tahun 1992 tentang kesehatan). (2) Paradigma sehat adalah salah satu cara pandang dan atau suatu konsep dalam menyelenggarakan pembangunan kesehatan yang dalam

pelaksanaannya sepenuhnya menerapkan pengertian dan atau prinsip-prinsip pokok kesehatan.(1) Keberhasilan pembangunan kesehatan dengan paradigma sehat sangat ditentukan oleh keberhasilan menumbuhkan wawasan kesehatan pada setiap pelaku pembangunan (masyarakat maupun sektor lain diluar kesehatan). Konsep paradigma sehat berarti mencegah lebih baik daripada mengobati dan pemberdayaan pada masyarakat agar dapat berperilaku sehat,

hidup dalam lingkungan yang sehat. Paradigma sehat berisi tentang upayaupaya pemerintah dalam meningkatkan status kesehatan masyarakat Indonesia, yang meliputi jaminan Penerapan pembangunan pemeliharaan paradigma berwawasan kesehatan, dan

profesionalisme, desentralisasi.

kesehatan sebagai

masyarakat suatu

sehat

kebijakan

pembangunan kesehatan telah dijabarkan secara lengkap ke dalam empat hal yang bersifat pokok, (1) yaitu : 1. Visi pembangunan kesehatan di Indonesia adalah Indonesia Sehat Adalah suatu proyeksi tentang keadaan masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang ditandai oleh mayoritas penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, memiliki kemampuan menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta berada dalam derajat kesehatan yang optimal di seluruh pelosok tanah air. 2. a. b. c. Misi pembangunan kesehatan di Indonesia : Menggerakan pembangunan berwawasan kesehatan Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau d. Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat serta lingkungannya 3. a. b. Strategi pembangunan kesehatan di Indonesia : Pembangunan nasional berwawasan kesehatan Profesionalisme

c. d. 4. a. b. c. d. e. f.

Jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat Desentralisasi Pokok-pokok program pembangunan kesehatan : Pokok program pemberdayaan masyarakat. Pokok program upaya kesehatan. Pokok program lingkungan sehat. Pokok program pengembangan sumber daya kesehatan. Pokok program pengembangan kebijakan dan manajemen. Pokok program pengembangan dan penelitian kesehatan.

Perubahan pemahaman tentang pengertian sehat dan kesadaran yang semakin meningkat mengenai berbagai faktor yang mempengaruhi kesehatan telah membawa kesimpulan bahwa pemberian pelayanan yang bersifat kuratif dan rehabilitatif tidak akan mampu menciptakan masyarakat sehat seperti yang diharapkan. Upaya mencapai kesehatan masyarakat memerlukan pendekatan yang bersifat pembinaan yang dalam jangka panjang akan mampu mendorong masyarakat untuk bersikap mandiri dalam pemeliharaan kesehatan melalui peningkatan kesadaran mengenai pentingnya menjaga kesehatan. Upaya kesehatan yang semula lebih terfokus pada kuratif dan rehabilitatif, secara berangsur berkembang ke arah promotif dan preventif, sehingga puskesmas merupakan ujung tombak untuk mencapai Indonesia Sehat. Di dalam Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat (RPKMIS) masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui

pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa, dan negara yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan prilaku hidup sehat, memiliki kemampuan yang menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggitingginya. Adapun fungsi Puskesmas adalah (3): 1. Sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan 2. Sebagai pusat pemberdayaan keluarga dan masyarakat 3. Sebagai pusat pelayanan kesehatan strata pertama. Agar tercapainya tujuan tersebut, puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat, yang keduanya jika ditinjau dari sistem kesehatan nasional merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama. Upaya kesehatan tersebut dikelompokkan menjadi dua(3), yakni : 1. Upaya kesehatan wajib Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan komitmen nasional, regional dan global serta yang mempunyai daya ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini harus diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di Indonesia. Upaya kesehatan wajib tersebut adalah : a. b. c. d. Upaya promosi kesehatan Upaya kesehatan lingkungan Upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana Upaya perbaikan gizi masyarakat

e. f. 2.

Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular Upaya pengobatan Upaya kesehatan pengembangan Upaya kesehatan pengembangan puskesmas adalah upaya yang

diterapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta yang disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan yang ada di puskesmas adalah : a. b. c. d. Upaya perawatan masyarakat Upaya kesehatan jiwa Upaya kesehatan sekolah Upaya kesehatan usia lanjut

Untuk terselenggaranya berbagai upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat yang sesuai dengan azas dengan penyelenggaraan puskesmas perlu ditunjang oleh manajemen puskesmas yang baik. Manajemen puskesmas adalah rangkaian kegiatan yang bekerja secara sistematis untuk menghasilkan keluaran puskesmas yang efektif dan efisien. Visi Puskesmas Borobudur adalah menjadi pusat pelayanan kesehatan yang bermutu, terjangkau dan dipercaya sehingga terwujud masyarakat Borobudur Sehat. Adapun misinya adalah: 1. 2. Meningkatkan mutu pelayanan Menjalin kemitraan pelanggan dalam memelihara dan

meningkatkan kesehatan

3. 4. 5. Puskesmas 6.

Meningkatkan mutu dan profesionalisme SDM Meningkatkan kesejahteraan karyawan Meningkatkan kebersihan dan keindahan lingkungan

Memelihara agar orang tetap sehat dengan membentuk lingkungan yang sehat, mengikutkan peran serta masyarakat dan mendorong kemandirian hidup sehat

Sedangkan filosofi yang dianut oleh Puskesmas Borobudur adalah: 1. Memperlakukan pelanggan sebagaimana diri kita ingin diperlakukan 2. 3. Mencegah lebih baik dari pada mengobati Kepuasan pelanggan adalah hal utama

Pelayanan upaya kesehatan di Puskesmas dilaksanakan melalui 6 kegiatan pokok secara terpadu dan menyeluruh, meliputi KIA/KB, Usaha Peningkatan Gizi, Kesehatan Lingkungan, Pemberantasan Penyakit Menular (P2M), Pengobatan dan Penyuluhan Kesehatan Masyarakat (PKM) serta ditambah lagi dengan program kesehatan pengembangan yaitu : Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dan Perkesmas, sehingga dapat mewujudkan misi puskesmas. Secara operasional, Puskesmas berarti harus ada upaya yang berkelanjutan, menyeluruh, terpadu, sistematis dan objektif yang bertujuan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.

Untuk mengembangkan reformasi Puskesmas, ada 3 pendekatan yang dapat diterapkan yakni : 1. Penentuan prioritas program puskesmas 2. Pengembangan program menjaga mutu 3. Pengembangan swadana

Ketiga

pendekatan

itu

sebaiknya

dilaksanakan

bertahap

dan

berkelanjutan karena saling terkait satu sama lain. Dengan melakukan reformasi Puskesmas, diharapkan dapat mengatasi berbagai masalah kesehatan terutama yang potensial berkembang di wilayah kerja Puskesmas. Untuk mengetahui apakah manajemen dari suatu kegiatan berhasil atau tidak maka diperlukan adanya suatu evaluasi. Evaluasi adalah

membandingkan antara hasil yang telah dicapai dengan tujuan yang direncanakan. Evaluasi merupakan bagian yang penting dari proses manajemen, karena dengan evaluasi akan diperoleh umpan balik terhadap program atau pelaksanaan kegiatan. Tanpa adanya evaluasi, sulit rasanya untuk mengetahui sejauh mana tujuan-tujuan yang direncanakan itu telah mencapai tujuan atau belum. Dilihat dari implikasi hasil evaluasi bagi suatu program, dibedakan adanya jenis evaluasi, yakni jenis evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif dilakukan untuk mendiagnosis suatu program yang hasilnya digunakan untuk pengembangan atau perbaikan program. Biasanya evaluasi sumatif adalah suatu evaluasi yang dilakukan untuk menilai hasil akhir dari

suatu program. Meskipun demikian pada praktek evaluasi program sekaligus mencakup kedua tujuan tersebut. Evaluasi suatu program masyarakat dilakukan terhadap 3 hal, yakni evaluasi terhadap proses pelaksanaan program, evaluasi terhadap hasil program dan evaluasi terhadap dampak program: 1. Evaluasi proses ditujukan terhadap pelaksanaan program, yang

menyangkut penggunaan sumber daya seperti tenaga, dana dan fasilitas yang lain. 2. Evaluasi hasil program ditujukan untuk menilai sejauh mana program tersebut berhasil, yakni sejauh mana tujuan-tujuan yang telah ditetapkan tercapai. Misalnya: meningkatnya cakupan imunisasi, meningkatnya ibuibu hamil yang memeriksakan kehamilannya, dan sebagainya. 3. Evaluasi dampak program ditujukan untuk menilai sejauh mana program tersebut berdampak terhadap peningkatan kesehatan masyarakat. Dampak program kesehatan tercermin dari membaiknya atau meningkatnya indikator-indikator kesehatan masyarakat. Misalnya: menurunnya angka kematian bayi, balita dan Ibu, meningkatnya jumlah bayi lahir hidup, meningkatnya status gizi anak balita, meningkatnya angka harapan hidup, menurunnya angka kesakitan dan sebagainya.

Pada laporan ini akan dibahas tentang pelaksanaan manajemen pelayanan Puskesmas Borobudur dan permasalahannya. Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahan yang ada yaitu bagaimana

hasil

pencapaian

upaya

kegiatan

pokok

di

Puskesmas

Borobudur

dibandingkan dengan target dalam Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang berlaku.

I.2 TUJUAN Penulisan laporan kegiatan yang berjudul Evaluasi Manajemen Pelayanan Puskesmas Borobudur ini memiliki tujuan umum dan tujuan khusus.

I.2.1 TUJUAN UMUM Mengetahui dan mengevaluasi manajemen pelayanan Puskesmas Borobudur periode Januari Desember 2010

I.2.2 TUJUAN KHUSUS 1. Mendeskripsikan data umum (geografi, demografi, lingkungan, perilaku kesehatan) diwilayah kerja Puskesmas Borobudur. 2. Mengetahui hasil pencapaian upaya-upaya kesehatan KIA, KB, Gizi, Kesehatan Lingkungan, Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular (P2PM), Promosi Kesehatan, dan Pengobatan di Puskesmas Borobudur periode Januari-Desember 2010. 3. Mengetahui proses P1, P2, P3 di Puskesmas Borobudur 4. Mampu mengidentifikasi masalah manajemen program Puskesmas Borobudur periode Januari Desember 2010.

5. Mengetahui cara memprioritaskan masalah pencapaian upaya kegiatan Puskesmas Borobudur dengan metode Hanlon kuantitatif. 6. Mampu menganalisa penyelesaian masalah upaya-upaya kegiatan Puskesmas Borobudur dengan menggunakan fish bone dan dilihat dari manajemen Puskesmas. 7. Mampu membuat suatu kesimpulan dan memberikan saran-saran dari hasil analisa yang didapat.

I.3 METODOLOGI Laporan ini disusun berdasarkan data primer dan data sekunder yang didapatkan selama empat hari dari tanggal 17 Januari 2011 21 Januari 2011 di Puskesmas Borobudur. Data primer berupa pelaksanaan proses manajemen yang diperoleh dari wawancara dengan kepala puskesmas, dokter dan staf puskesmas, untuk memperoleh informasi program pelayanan di puskesmas. Data sekunder diperoleh dari data tertulis yang ada di Puskesmas dan juga di Kantor Kecamatan Borobudur, serta kantor Badan Pelayanan Statistik (BPS) kab. Magelang. Hasil data yang diperoleh dianalisa secara deskriptif. Kemudian dilakukan identifikasi masalah menggunakan SPM (Standar Pelayanan Minimal), dimana jika didapatkan hasil kegiatan yang kurang dari target lah yang menjadi masalah dan ditentukan prioritasnya menggunakan metode Hanlon Kuantitatif. Tahap selanjutnya yang dilakukan adalah analisa penyebab masalah menggunakan metode fishbone. Serta menentukan

10

alternatif pemecahan masalah dengan menggunakan kriteria matriks yang untuk selanjutnya dibuat rencana kegiatan (Planning of Action). Kegiatan yang telah dilakukan akan dipantau dan dievaluasi.

11

BAB II ANALISIS SITUASI

II.1 LINGKUNGAN(4) II.1.1 KEADAAN GEOGRAFIS Wilayah kecamatan Borobudur terdiri dari 20 desa 1. Batas batas wilayah Kecamatan Borobudur Utara Selatan Barat Timur : Kecamatan Mertoyudan : Kecamatan Kali Bawang, Propinsi DIY : Kecamatan Salaman dan Kecamatan Tempuran : Kecamatan Ngluwar

2. Luas wilayah Kecamatan Borobudur Wilayah kerja Puskesmas Borobudur adalah seluas 54,55 Km2 dengan ketinggian 235 m. Jumlah desa/kelurahan Jumlah desa yang ada di wilayah kerja Puskesmas Borobudur adalah 20 (dua puluh) desa. Peta wilayah Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang terbagi satu wilayah kerja Puskesmas, yaitu wilayah kerja Puskesmas Borobudur.

12

Gambar 1. Peta Wilayah Kerja Puskesmas Borobudur

Transportasi Adapun untuk transportasi di wilayah kerja Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Borobudur yang sesuai dengan kondisi desa dapat dijabarkan sebagai berikut : a. Jumlah desa yang dapat dicapai dengan roda 4 ( empat ) : * * Pada musim kemarau Pada musim hujan : 20 desa : 20 desa

b. Jumlah desa yang dapat dicapai dengan roda 2 ( dua ) : * Pada musim kemarau * Pada musim hujan c. Kendaraan umum yang ada : : 20 desa : 20 desa

13

* Untuk mencapai kota kabupaten adalah bus dan angkutan desa * Untuk mencapai ke desa - desa adalah ojek d. Jarak Puskesmas : * Ke Dinas Kesehatan Kabupaten * Ke Kota Kabupaten 3. Jumlah desa Kecamatan Borobudur Jumlah desa wilayah kerja Puskesmas Borbudur sebanyak 20 desa, yang terdiri dari 92 dusun, dengan 7 desa tertinggal pada tahun 2009 (Giripurno, Kenalan, Sambeng, Ngargogondo, Karangrejo, Ngadiharjo, Bumiharjo). Desa di wilayah kerja Puskesmas Borobudur antara lain : 1) Giripurno 2) Giritengah 3) Tuksongo 4) Majaksingi 5) Kenalan 6) Bigaran 7) Sambeng 8) Candirejo 9) Ngargogondo 10) Wanurejo 11) 12) 13) 14) 15) 16) 17) 18) 19) 20) Tanjungsari Karanganyar Tegalarum Kembanglimus Wringinputih Bumiharjo Borobudur Karangrejo Ngadiharjo Kebonsari : 15 Km : 10 Km

14

4. Kondisi geografis Kecamatan Borobudur - Datar sampai bergelombang - Bergelombang sampai berbukit - Berbukit sampai bergunung 5. Komunikasi Sarana komunikasi dari puskesmas ke luar : telepon, radio, surat kabar. 6. Data kesehatan lingkungan a. Sarana pelayanan air bersih Tabel 1. Sarana Pelayanan Air Bersih No. 1. 2. 3. 4. 5. Sarana Pelayanan Air Bersih Sumur gali Perlindungan mata air Non PDAM PDAM Sumur pompa tangan TOTAL Sarana 5.472 36 1903 731 67 8209 Pemakai 31.652 5.028 544 1.034 979 39.237 Persentase 31,92% 9,16% 0,99% 5,56% 0,91% 48,54% : 29% (198.593,74 Ha) : 35% (239.682,1 Ha) : 36% (246.530,16 Ha)

Sumber : Data Kesehatan Lingkungan Puskesmas Borobudur tahun 2010

Dari data di atas terlihat sebagian besar penduduk (31,92%) di wilayah kerja Pusekesmas Borobudur memakai sumur gali sebagai sumber air bersih. Hal ini lebih rendah dibandingkan dengan profil Jawa Tengah (36,27%) b. Sarana Jamban

15

Tabel 2. Sarana Jamban No. 1. 2. 3. 4. Sarana Jamban Cemplung leher angsa Cemplung non leher angsa Septic tank non leher angsa Jamban umum (MCK) TOTAL Persentase 42,64 % 17,15 % 14,43 % 0% 70,97 %

Sarana Pemakai 5053 24183 1818 1165 40 8076 9725 6344 0 40225

Sumber : Data Kesehatan Lingkungan Puskesmas Borobudur tahun 2009

Dari data di atas terlihat bahwa penggunaan jamban cemplung leher angsa (42,64%) dalam masyarakat yang berada di wilayah kerja Puskesmas Borobudur lebih rendah dari profil Jawa Tengah (64,24%). c. Sarana pembuangan air limbah Dari 8.108 rumah terdapat 7.352 rumah (91%) yang memiliki saluran pembuangan air limbah. Dan 967 telah diperiksa dengan 452 telah memenuhi syarat.

7. Situasi Puskesmas Puskesmas Borobudur merupakan puskesmas rawat inap yang terdiri atas 1 puskesmas induk dan mempunyai 4 puskesmas pembantu (Kenalan, Karang anyar, Tegalarum, Borobudur). Luas tanah : 527 m2 16

Luas gedung Jumlah tempat tidur Ruang pelayanan yang tersedia a. Ruang rawat inap b. BP umum c. BP gigi d. Ruang KIA-KB e. Ruang laboratorium

: 365 m2 : 9 buah tempat tidur :

: 3 ruang : 2 ruang : 1 ruang : 2 ruang : 1 ruang

f. Ruang pelayanan obat : 1 ruang g. Gudang obat h. Dapur 8. Sarana Kesehatan buah Puskesmas pembantu (Kenalan, Karanganyar, Tegalarum, Borobudur) (Bumiharjo) Giritengah, Majaksingi, PKD : 12 buah (Giripurno, Ngadiharjo, Bigaran, Polindes : 1 buah : 4 buah Puskesmas induk : 1 : 1 ruang : 1 ruang

Sambeng,

Candirejo,

Kebonsari, Tuksongo, Ngargogondo, Karangrejo, Wanurejo)

17

(Giripurno, Wanurejo,

Bidan desa Giritengah,

: 21 orang di 20 desa Majaksingi, Sambeng,

Candirejo, Ngadiharjo, Tuksongo, Wringinputih, Kenalan, Bigaran, Tanjungsari, Kembanglimus) Bersih dan Sehat) Posyandu Karanganyar,

Karangrejo, Bumiharjo, Ngargogondo, Borobudur, Kebonsari, Tegalarum,

: 118 tempat : 66 tempat : 29 orang : 67 unit

Posyandu Lansia Dukun bayi terlatih UKS

Pelembagaan PHBS (Perilaku Hidup

Keluarga yang telah menganut pola hidup bersih dan sehat sesuai dengan urutan tingkat status kesehatan adalah sebagai berikut : Strata Pratama Strata Madya Strata Utama Strata Paripurna :2% : 30,75 % : 54,61 % : 12,57 %

II.1.2 KEADAAN PENDUDUK

18

1. Jumlah penduduk 2. Jumlah laki-laki 3. Perempuan 4. Jumlah KK 5. Kepadatan penduduk 6. Jumlah pasangan usia subur

: 56.928 jiwa : 28.644 jiwa : 28.284 jiwa : 14.237 KK : 18,93 jiwa/km2 : 10.546 pasangan

Data penduduk berdasarkan umur tampak pada tabel sebagai berikut : Tabel 3. Jumlah Penduduk Kecamatan Borobudur Menurut Golongan Umur pada Tahun 2009 NO. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. UMUR (TAHUN) 04 59 10 14 15 19 20 24 25 29 30 39 40 49 50 59 > 60 JUMLAH 4930 5860 5578 4451 3547 5857 9858 7434 4421 4392

Sumber : Badan Pusat Statistik Kab.Magelang 2009

Tabel 4. Komposisi Penduduk Per Desa di Wilayah Puskesmas Borobudur Tahun 2009 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Nama Desa Giripurno Giritengah Tuksongo Majaksingi Kenalan Bigaran Sambeng Laki-laki 1209 1680 1573 1344 695 649 699 Perempuan 1132 1627 1603 1409 685 674 721 Jumlah Penduduk 2341 3307 3176 2753 1380 1323 1420 19

8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.

Candirejo 2081 2085 Ngargogondo 839 812 Wanurejo 1905 1869 Borobudur 4157 4042 Tanjungsari 596 591 Karanganyar 855 790 Karangrejo 1298 1290 Ngadiharjo 2221 2289 Kebonsari 964 908 Tegalarum 1060 1111 Kembanglimus 968 913 Wringinputih 2557 2485 Bumiharjo 983 960 Total 28333 27996 Sumber : Badan Pusat Statistik tahun 2009

4166 1651 3774 8199 1187 1645 2588 4510 1872 2171 1881 5042 1943 56329

II.1.3 KEADAAN SOSIAL BUDAYA 1. Agama Data pemeluk agama dapat dilihat dari tabel berikut : Tabel 5. Data Pemeluk Agama di Kecamatan Borubudur tahun 2009 Agama Islam Kristen Katolik Budha Hindu Total Jumlah 54.709 114 1.489 13 4 56.329 Persentase 97,1% 0,20% 2,66% 0,02% 0,007% 100%

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Magelang tahun 2009

Sarana Peribadatan 2010 (data Kesehatan Lingkungan 2010) - Masjid : 106 buah

20

- Gereja - Musholla

: 3 buah : 47 buah

2. Pendidikan Tabel 6. Tingkat Pendidikan Usia 5 tahun keatas di Wilayah Puskesmas Borobudur Tahun 2009 Tingkat Pendidikan Belum pernah sekolah Tidak tamat SD Tamat SD/MI Tamat SLTP Tamat SLTA/MA Tamat AK/PT Total Jumlah 3304 10.760 21.150 7874 5761 757 51399

Sumber : Data Badan Pusat Statistik kab.Magelang tahun 2009

Sarana Pendidikan (data Badan Pusat Statistik kab.Magelang tahun 2009) : TK SD/MI SLTP/MTS SLTA/MA : 30 buah : 45 buah : 10 buah : 5 buah

3. Perilaku Masyarakat a. Perilaku positif (mendorong pembangunan kesehatan) Kegotongroyongan Kegiatan jumat bersih di beberapa desa

21

b.

Pertemuan dasa wisma (PKK rutin di desa-desa)

Perilaku negatif (menghambat pembangunan kesehatan) - BAB tidak pada tempatnya (disungai, kolam, kebun, selokan) - Kebiasaan membuang sampah tidak pada tempatnya

4. Sosial Ekonomi a. Mata Pencaharian Tabel 7. Banyaknya Penduduk Berumur 10 tahun ke atas menurut Mata Pencaharian pada akhir tahun 2009 Mata Pencaharian Buruh tani Petani Nelayan Buruh Industri Buruh bangunan PNS/ABRI Sopir angkutan Pedagang Pensiunan PNS/ABRI Pengusaha Lain-lain TOTAL Jumlah 6.571 11.215 0 1.604 1.351 1.128 474 1.702 383 1.107 18.940 44.475 Persentase 14,77 % 25,22% 0% 3,61 % 3,04 % 2,54 % 1,06 % 3,83 % 0,86 % 2,49 % 42,58 % 100 %

Sumber : Data BPS Kabupaten Magelang tahun 2009

b. Sarana perekonomian (data kesling 2010) Industri rumah tangga : 23 buah Pasar umum Bank Warung makan Rumah makan : 5 buah : 3 buah : 44 buah : 9 buah

22

KUD Terminal Salon Hotel

: 2 buah : 1 buah : 12 buah : 15 buah

II.2 KOMPONEN MASUKAN (INPUT) 1. Ketenagakerjaan Tabel 8. Tenaga Kerja di Wilayah Kerja Puskesmas Borobudur Tahun 2010 Tenaga Kerja Dokter umum Dokter gigi Bidan puskesmas Bidan desa Perawat kesehatan Perawat gigi Petugas gizi Tenaga laboratorium Pengelola obat Tenaga administrasi kesehatan Petugas loket Pengemudi Jumlah Kebutuhan 3 1 3 20 12 2 2 2 2 2 2 2 Jumlah Yang Ada 3 2 3 21 12 2 1 1 1 2 1 0

Sumber : Profil Tenaga Kerja Puskesmas Borobudur tahun 2010

2. Sarana a. Sarana fisik Gedung puskesmas meliputi ; loket pendaftaran, laboratorium, apotek, ruang KIA/KB, BP umum, BP gigi, kantor administrasi, tata usaha,

23

ruang kepala puskesmas, ruang imunisasi, ruang rawat inap, kamar mandi, tempat parkir, mushola, ruang tunggu. b. Sarana penunjang medis - Dental unit dan dental chair : dalam keadaan lengkap (satu unit) - Perlengkapan medik umum : KIA set dan KB set, poliklinik set terbatas, peralatan operasi, obstetry dan neonatal kid,perlengkapan laboratorium, EKG dan alat periksa. c. Sarana obat Jumlah obat cukup, jenis terbatas, dalam keadaan baik. Obat-obat berasal dari obat Instalansi Farmasi Kabupaten Magelang tiga bulan. d. Sarana penunjang mobil puskesling sepeda motor komputer lemari es alat komunikasi viewer : 2 buah : 5 buah : 8 buah : 1 buah : radio, telepon, dan alat-alat penyuluhan : 1 buah

3. Sumber dan penggunaan dana Dana puskesmas diperoleh dari APBD tingkat II (pengembalian rutin, BBM), ASKES, dan JAMKESMAS. Hasil yang diperoleh puskesmas dari biaya pengobatan disetorkan ke pemerintah daerah setiap

24

sebulan sekali. Pengembalian retribusi sebesar 85% dari yang disetorkan, berlaku mulai Mei 2007.

II.3 PROSES Puskesmas merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan pemerintah. Puskesmas memiliki wilayah kerja dan berhubungan langsung dengan dengan keluarga di rumah-rumah mereka. Dalam mencapai tujuan puskesmas yang berdaya guna dibutuhkan suatu proses (manajemen) yang baik dari puskesmas tersebut. Manajemen adalah ketrampilan untuk memperoleh hasil dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya dengan menggerakkan orang lain dan memanfaatkan sumber daya yang tersedia.
(1)

Sejalan dengan pengertian manajemen yang dirumuskan, maka akan dilakukan kegiatan pokok puskesmas hingga didapatkan fungsi manajemen yang lebih mengandung pengertian tentang perencanaan (P1), pergerakan pelaksanaan (P2), pengawasan, pengendalian dan penilaian (P3).

II.3.1 Perencanaan (P1) Didalam perencanaan, langkah-langkah yang harus ditempuh dan dipahami oleh Pemimpin Puskesmas ialah sebagai berikut : 1. Mengetahui kebijaksanaan Pusat meliputi SKN, dll. 2. Mengetahui kebijaksanaan Din Kes Propinsi setempat 3. Mengetahui kebijaksanaan Din.Kes Kabupaten 4. Menentukan tujuan dan sasaran

25

5. Melakukan analisa situasi 6. Menemukan masalah dan menentukan prioritas masalah 7. Menyusun rencana operasional 8. Pengaturan sumber daya Hasil dari perencanaan (P1) ini adalah rencana kerja tahunan dan di Puskesmas Borobudur telah dilakukan pembuatan rencana kegiatan tahun 2011.

II.3.2 Pergerakan Pelaksanaan (P2) Kegiatan yang telah disusun menjadi rencana kerja perlu digerak laksanakan agar dapat mencapai tujuan/sasaran yang telah ditetapkan dnegan cara terarah, berhasil guna, dan berdaya guna. Kegiatan dalam fase ini adalah : 1. Pengorganisasian Surat keputusan MenDagri No.23 tahun 1994 tentang pedoman organisasi dan tata kerja Puskesmas menetapkan susunan organisasi nya sebagai berikut : a) Kepala Puskesmas b) Urusan Tata Usaha c) Unit-unit

26

d) Puskesmas Pembantu / Bidan di Desa 2. Pengurusan staf Menentukan dengan jelas wewenang, tugas pokok dan kegiatan tertentu bagi petugas kesehatan yang telah menduduki suatu posisi di Puskesmas. Pembinaan motivasi dan karier petugas kesehatan agar selalu timbul gairah kerja dalam kegiatan sehari-hari di Puskesmas. 3. Kerja sama lintas program dan lintas sektoral Dalam menciptakan suatu kerja sama yang baik perlu dipahami beberapa hal sebagai berikut : a. Kemampuan membina kerja sama yang intim dan harmonis dalam melaksanakan tugas adalah menjadi tanggung jawab masing-masing. b. Kesediaan untuk membawakan kepentingan pribadi dan

kelompok kepada kepentingan yang lebih luas. c. Kesediaan untuk menyerahkan kepada organisasi yang dibarengi oleh kesediaan untuk menerima kewajiban yang lebih besar. d. Adanya kepercayaan dan saling menghormati dan kesetiaan demi untuk mengadakan perubahan dan pengembangan organisasi. e. Adanya kemauan dan kemampuan serta menyempatkan diri untuk saling bekerjasama dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan bersama. 4. Bina peran serta masyarakat

27

Peran serta masyarakat didapat melalui pendekatan Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD).

II.3.3 Pengawasan , Pengendalian, dan Penilaian (P3) 1. Pengawasan : Dilakukan dengan mengamati seluruh proses upaya

kesehatan untuk menjamin agar semua kegiatan yang sedang dilaksanakan berjalan sesuai dengan rencana dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Bila terjadi penyimpangan dapat memberi saran tindakan koreksi yang dilakukan. 2. Pengendalian : Sebagai tindakan pengaturan dan pengarahan pelaksanaan agar tujuan dapat dicapai secara berhasil guna dan berdaya guna. Ada kewenangan melakukan tindakan koreksi. 3. Penilaian : Meningkatkan hasil guna serta daya guna perencanaan dan pelaksanaan program dan memberikan petunjuk dalam pengelolaan tenaga, dana, dan fasilitas untuk program yang ada sekarang dan yang akan datang. Proses ini pada dasarnya terdiri dari : a. Menetapkan standar performance / indikator b. Mengukur performance yang sesungguhnya

28

c. Membandingkan

performance

yang sesungguhnya dengan

standar yang diharapkan d. Mancari alasan-alasan terjadinya penyimpangan e. Menetapkan tersebut f. Melaksanakan cara-cara perbaikan tersebut cara-cara untuk memperbaiki penyimpangan

Manajemen Puskesmas yang terdiri dari P1, P2, dan P3 tersebut, dalam pelaksanannya secara berturut-turut adalah : 1. Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP) (3) Adalah suatu proses kegiatan yang sistematis untuk menyusun atau mempersiapkan kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Puskesmas pada tahun berikutnya untuk meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat dalam upaya mengatasi masalah masalah kesehatan setempat. 2. Lokakarya Mini Puskesmas (5) Adalah suatu pertemuan antar petugas Puskesmas dengan sektor terkait (lintas sektoral) untuk meningkatkan kerjasama tim, memantau cakupan pelayanan Puskesmas serta membina peran serta masyarakat secara terpadu agar dapat meningkatkan fungsi Puskesmas. Di Puskesmas Borobudur, lokakarya mini puskesmas dilakukan setiap Bulan dengan mengadakan rapat bulanan lintas Program yang dihadiri oleh Kepala Puskesmas dengan Koordinator program. Selain itu,

29

juga terdapat rapat bulanan yang dihadiri oleh seluruh dokter dan perawat di Puskesmas Borobudur. Untuk lokakarya mini puskesmas linytas sektor, umumnya Puskesmas Borobudur mengikuti rapat di kantor Kecamatan Borobudur. 3. Penilaian Kinerja Puskesmas (6) Puskesmas merupakan ujung tombak terdepan dalam

pembangunan kesehatan, mempunyai peran cukup besar dalam upaya mencapai tujuan pembangungan kesehatan, maka pedoman stratifikasi Puskesmas yang selama ini dipergunakan telah disempurnakan dan selanjutnya digunakan istilah penilaian kinerja Puskesmas. Penilaian kinerja Puskesmas adalah suatu upaya untuk melakukan penilaian hasil kerja/prestasi Puskesmas. Pelaksanaan penilaian dimulai dari tingkat Puskesmas sebagai instrument mawas diri karena setiap puskesmas melakukan penilaian kerjanya secara mandiri, kemudian dinas kesehatan kabupaten/kota melakukan verifikasi hasilnya. Adapun aspek penilaian meliputi hasil pencapaian cakupan dan manajemen kegiatan termasuk mutu pelayanan. Berdasarkan hasil verifikasi, dinas kesehatan

kabupaten/kota bersama Puskesmas dapat menetapkan Puskesmas kedalam kelompok (I, II, III) sesuai dengan pencapaian kerjanya. Di seluruh Puskesmas di Indonesia untuk penilaian kinerja Puskesmas diberlakukan penilaian Standar Pelayanan Minimal (SPM). Dan untuk SPM Puskesmas Borobudur telah kami lakukan pengevaluasian yang kami tuangkan dalam bentuk laporan ini.

30

II.4 DESKRIPSI KERJA II.4.1 Dokter / Kepala Puskesmas Tugas Pokok : Mengusahakan agar fungsi Puskesmas terselenggara dengan baik. Fungsi : 1. Sebagai Manager : a. Melaksanakan fungsi fungsi manajemen di Puskesmas b. Melaksanakan kerjasama lintas program dan lintas sektoral secara vertikal dan horizontal c. Menerima konsultasi dari semua kegiatan di Puskesmas. 2. Sebagai seorang Dokter : a. Melakukan pemeriksaan dan pengobatan penderita b. Merujuk kasus yang tidak bisa diatasi c. Melakukan masyarakat penyuluhan kesehatan kepada penderita dan

II.4.2 Dokter Umum Tugas Pokok : Mengusahakan agar pelayanan pengobatan di wilayah kerja Puskesmas dapat berjalan dengan baik. Fungsi : a. Mengawasi pelaksanaan pelayanan obat di Puskesmas

31

b. Memberikan pelayanan pengobatan di wilayah kerja Puskesmas baik di Puskesmas, Pustu atau Pusling c. Memberikan bimbingan dan supervise teknis kepada penderita dan masyarakat d. Membantu membina kerjasama lintas sektoral dalam pengembangan peran masyarakat e. Melakukan pencatatan dan pelaporan

II.4.3 Dokter Gigi Tugas Pokok : Mengusahakan agar pelayanan kesehatan gigi dan mulut di wilayah kerja Puskesmas agar dapat berjalan dengan baik. Fungsi : a. b. Mengawasi pelaksanaan kesehatan gigi di Puskesmas Memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di dalam wilayah kerja Puskesmas c. d. Supervisi dan bimbingan teknis pada program gigi di Puskesmas Memberikan penyuluhan kesehatan gigi pada penderita dan masyarakat

32

e.

Membantu membina kerjasama lintas sektoral dalam pengembangan peran serta masyarakat

f. g.

Memberikan penyuluhan kesehatan Melaksanakan pencatatan dan pelaporan

II.4.4 Perawat Gigi Tugas Pokok : Melaksanakan pelayanan kesehatan gigi di puskesmas. Fungsi : a. Membantu dokter gigi dalam pelayanan kesehatan di puskesmas b. Memeriksa, menambal, membersihkan karang gigi dan mengobati gigi yang sakit c. Merujuk kasus yang perlu ditindak lanjuti dari seorang dokter gigi d. Melaksanakan UKS dan UKGS (Usaha Kesehatan Gigi Sekolah) e. Melaksanakan kunjungan kesehatan gigi

II.4.5 Tata Usaha Tugas Pokok : a. Menghimpun dan menyusun semua laporan kegiatan Puskesmas b. Menghimpun, mengatur dan menyimpan semua surat masuk Fungsi : a. Mengumpulkan, membuat surat yang masuk / keluar yang didisposisi b. Mengumpulkan laporan berkala setiap tugas Puskesmas c. Penyiapan dan pengaturan tata usaha kepegawaian Puskesmas

33

d. Melakukan laporan berkala ketatausahaan

II.4.6 Petugas Puskesmas Tugas Pokok : Melaksanakan dan mengkoordinir pelaksanaan kegiatan Puskesmas di wilayah kerja Puskesmas agar berjalan dengan baik. Fungsi : a. Melaksanakan kegiatan Perkesmas baik di dalam maupun luar gedung b. Menyiapkan blanko-blanko dan pencatatan untuk kegiatan Perkesmas c. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan d. Memantau masyarakat/kasus-kasus rawan kesehatan di wilayah kerja Puskesmas e. Melakukan pendataan sasaran secara periodik

II.4.7 Petugas Pengobatan Tugas Pokok : a. Melaksanakan pengobatan rawat jalan di wilayah Puskesmas. b. Memeriksa dan mengobati penyakit menular secara pasif delegasi dari dokter c. Melaksanakan penyuluhan kesehatan d. Melakukan rujukan kasus bila tidak mampu mengatasi e. Melakukan pencatatan dan pelaporan f. Melakukan kegiatan Puskesmas atas

34

g. Ikut dalam kegiatan Puskesling dan Pustu

II.4.8 Petugas P2PM Tugas Pokok : Melaksanakan dan mengkoordinir kegiatan pencegahan dan pemberantasan penyakit menular di wilayah kerja Puskesmas. Fungsi : a. Melaksanakan pengamatan penyakit di wilayah kerja Puskesmas b. Melaksanakan tindakan pemberantasan penyakit menular c. Melaksanakan penyuluhan kesehatan tentang penyakit menular d. Melakukan penyuluhan, pencatatan dan pelaporan e. Melakukan pengobatan terhadap penderita penyakit menular atas delegasi dari dokter f. Melakukan kunjungan rumah g. Ikut dalam kegiatan Puskesling dan kegiatan terpadu lain yang terkait P2PM h. Memberikan penyuluhan kesehatan i. Melakukan pencatatan dan pelaporan

II.4.9 Petugas KIA Tugas Pokok : Melaksanakan kegiatan pelayanan KIA di wilayah kerja Puskesmas agar dapat berjalan dengan baik. Fungsi :

35

a. Melaksanakan pemeriksaan secara berkala ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan anak b. Mengatur dan menjaga tempat kerja dengan rapi c. Memberikan jelang imunisasi pada bayi dan ibu hamil d. Melakukan pembinaan dukun bayi e. Melakukan pembinaan kepada bidan desa f. Melaksanakan kegiatan Posyandu dan kegiatan terpadu lain yang terkait dengan KIA g. Melakukan penyuluhan kesehatan h. Melakukan pencatatan dan pelaporan i. Melakukan rujukan kasus bila tidak mampu mengatasi II.4.10 Petugas Gizi Tugas Pokok : melaksanakan kegiatan dan mengkoordinir perbaikan gizi di wilayah kerja Puskesmas. Fungsi : a. Melaksanakan pemberian makanan tambahan b. Memantau keadaan gizi di masyarakat khususnya kasus-kasus kurang gizi c. Membantu meningkatkan kerja sama lintas sektoral terkait dengan gizi d. Memberikan penyuluhan gizi, melatih kader gizi e. Melakukan pencatatan dan pelaporan - Melakukan pembagian vitamin A secara periodik - Melakukan monitoring garam beryodium secara periodik

36

- Melakukan pembinaan Posyandu - Melakukan rujukan kasus gizi

II.4.11 Petugas Sanitarian Tugas Pokok : Merubah, mengendalikan atau menghilangkan unsur fisik dan lingkungan yang memberikan pengaruh buruk terhadap kesehatan masyarakat. Fungsi :

a. Penyuluhan terhadap masyarakat tentang penggunaan air bersih, jamban keluarga, rumah sehat, kebersihan lingkungan dan pekarangan b. Membantu masyarakat dalam pembuatan sumur, perlindungan mata air, penampungan air hujan dan sarana air bersih lainnya c. Pengawasan higiene, perusahaan dan tempat tempat umum d. Melakukan pencatatan dan pelaporan e. Aktif memperkuat kerjasama lintas sektoral f. Ikut serta dalam Puskesling dan kegiatan terpadu yang terkait dengan H.S. g. Memberikan penyuluhan kesehatan h. Pengawasan, penyehatan perumahan i. Pengawasan pembuangan sampah j. Pengawasan makanan dan minuman k. Pembuatan SPAL (Sistem Pembuangan Air Limbah)

37

II.4.12 Petugas Imunisasi Tugas Pokok : Melaksanakan dan mengkoordinir imunisasi di kerja Puskesmas. Fungsi : a. Melaksanakan kegiatan imunisasi di lapangan dan Puskesmas b. Melakukan penyuluhan kepada pasien tentang imunisasi c. Melakukan pencatatan dan pelaporan d. Menyelenggarakan dan memonitor Cold Chain dari imunisasi e. Menyediakan persediaan vaksin secara teratur f. Melakukan sweeping untuk daerah - daerah yang cakupannya kurang g. Memberikan penyuluhan kesehatan wilayah

II.4.13 Petugas Apotek Tugas Pokok : Memeriksa, meracik dan membungkus obat. Fungsi : a. b. Membantu pelaksanaan kegiatan petugas gudang obat Membantu dalam penyimpanan obat dan administrasi dari obat di apotik c. d. e. Membantu distribusi obat ke Puskesling, Pustu, dan PKD Melakukan pencatatan dan pelaporan obat Mengatur kebersihan dan kerapihan kamar obat

II.4.14 Petugas Laboratorium

38

Tugas Pokok : Melakukan pemeriksaan laboratorium di wilayah kerja Puskesmas. Fungsi :

a. Membantu menegakkan diagnosa penyakit b. Melaksanakan pemeriksaan spesimen c. Membantu rujukan spesimen d. Ikut membantu kegiatan lain yang berhubungan dengan kegiatan laboratorium e. Memberikan penyuluhan kesehatan f. Melakukan pencatatan dan pelaporan II.4.15 Petugas Pendaftaran Tugas Pokok : Melakukan proses pelayanan di pendaftaran pada semua pengunjung Puskesmas. Fungsi : a. Melakukan pelayanan pendaftaran secara berurutan b. Memberikan penjelasan kepada pasien tentang proses pendaftaran c. Memberikan gambar status/catatan medis untuk setiap pasien d. Mencatat semua kunjungan pasien pada buku e. Menata kembali dengan rapi status yang sudah dipergunakan hari tersebut f. Melakukan pencatatan dan pelaporan

II.4.16 Petugas Gudang Obat

39

Tugas Pokok : Mengelola obat-obat yang ada di puskesmas Fungsi : a. Membantu dokter atau Kepala Puskesmas dalam pengelolaan obat di Puskesmas b. Mempersiapkan pengadaan obat di Puskesmas c. Mengatur penyimpanan obat d. Mengatur administrasi obat dan mengatur distribusi obat e. Menyediakan obat untuk Puskesling, Pustu, dan Poliklinik Kesehatan Desa (PKD) f. Mengatur dan menjaga kerapihan, kebersihan dan pencahayaan dalam obat.

Tabel 9. Spesifikasi Kepegawaian Puskesmas Borobudur No 1. 1 4. 2 6. 3 Jenis Tenaga Dokter Umum Dokter Gigi Perawat Jumlah 3 2 12 Nama Dr.Farida Pujiastuti Dr.Yuniar Dr.Siswanto Drg.Lus Udiarti Drg.Sadewa Wiwik Widayati A.Md.Keb Mujiati Solimah A.Md.Keb Enik Kuswati A.Semi Rahayu S.Klp.Ns Istiqomah A.Md.Keb Nurmawati A.Md.Kep Sumaryani Wisnu Raharja A.Md.Kep Sayeti Puji Lestari, A.Md.Kep Fitri Sulistyowati, A.Md.Kep Ervin Noviana, A.Md. Kep 40

18. 4 19. 5 22. 6

Perawat Gigi Koordinator Bidan

2 3

Efi Kirnawati Walyana Endang Pujiati Esti Murdiwati Royani

Bidan

21

Dhanti Wardani Suprihastuti Nurhidayah Tri Sulistyowati Solikhatun Asmawati Puspitawati Ika Alvi Susana Rochyani Lestari Ari Sulistiyani Daroyah Ajeng Anita Nursayidah Lina Rahmawati Eni P Mikie Susanti Heny Kristanti Imayasari Diani Wulandari Marsanti Dwi Indarwati F.X. Listanto, A.Md.AK Haryanto, SKM Achmad d Listantono Susi Emawati Indah Kusniyati

39.

43. 7 44. 8 45. 9 46. 10 47. 11

Pranata Laboratorium Pelaksana Pelaksana Promkes Tata Usaha Farmasi Pelaksana Gizi

1 1 1 1 1

41

48. 12 49. 13 50.

Administrasi Keuangan Petugas Loket dan Rekam Medis Pengemudi

1 1 0

M. Kusen. A. Md. Sekrt Shinta Devianti, A. Md Nurmawati

42

II.5 SARANA PELAYANAN KESEHATAN 6 (Enam) Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas Borobudur, yaitu : 1. 2. 3. 4. 5. 6. Promosi Kesehatan Kesehatan Lingkungan KIA dan KB Gizi P2PM Pengobatan

Ada beberapa Upaya Kesehatan Pengembangan Puskesmas Borobudur, yaitu: 1. Upaya perawatan kesehatan masyarakat 2. Upaya kesehatan sekolah 3. Upaya kesehatan jiwa 4. USILA

Tabel 10. Pola Sepuluh Besar Penyakit Pasien Rawat Jalan Puskesmas Borobudur Semua Kelompok Umur Periode Januari - Desember Tahun 2010 (Semua Kunjungan Baru) No. 1. 2. 3. 4. Nama penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut Demam (Febris) KIR melamar pekerjaan Myalgia Jumlah penderita 2838 1325 1090 946 Persentase 29,99 % 14,00 % 11,52 % 9,99 % 44

5. 6. 7. 8. 9. 10.

Vulnus Hipertensi primer KB suntik Gastritis Diare dan gastroenteritis non spesifik Penyakit Pulpa dan jaringan periapikal Jumlah

942 813 809 639 625 521

9,95 % 8,59 % 8,55 % 6,75 % 6,60 % 5,50 %

9461

100 %

Sumber : Data Profil Kesehatan Puskesmas Borobudur berdasarkan SIMPUS tahun 2010

Derajat Kesehatan Derajat kesehatan jika dilihat dari angka kematian bayi (6/1000), balita (1/1000) dan kematian maternal 1/1000) maka Puskesmas Borobudur tahun 2010 sudah sehat. Hal ini karena semua angka kematian (bayi, balita dan ibu maternal) di bawah target.

45

BAB III DATA KHUSUS UPAYA PUSKESMAS / PROGRAM PUSKESMAS

III.1 PROGRAM-PROGRAM POKOK PUSKESMAS 1. Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah: a. Promosi Kesehatan b. Kesehatan Lingkungan c. KIA dan KB d. Perbaikan Gizi Masyarakat e. P2PM (Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular) f. Pengobatan 2. Upaya kesehatan pengembangan: a. b. c. d. Upaya perawatan masyarakat Upaya kesehatan jiwa Upaya kesehatan sekolah Upaya kesehatan usia lanjut

III.2 UPAYA KESEHATAN WAJIB PUSKESMAS III.2.1 PROMOSI KESEHATAN Berupa: 1. Pelayanan dikelola oleh 1 orang tenaga kesehatan.

46

2.

Pembinaan dan pengembangan peran serta aktif masyarakat. Dalam pembinaan dan pengembangan peran serta aktif masyarakat, yang dinilai adalah : a. Jumlah posyandu yang dinilai seluruhnya. Jumlah seluruhnya ada 118 posyandu, kegiatan posyandu terdiri dari 5 program yaitu KIA/KB, gizi, imunisasi, penyuluhan dan penanggulangan diare. b. Jumlah PKD (Poliklinik Kesehatan Desa). Jumlah seluruhnya 12 PKD (Giripurno, Giritengah, Majaksingi, Sambeng, Candirejo, Ngadiharjo, Kebonsari, Tuksongo,

Ngargogondo, Karangrejo, Nigaran, Wanurejo). c. Pembinaan dan penyelenggaraan penyuluhan kesehatan

Berdasarkan target Dinkes Kabupaten Magelang tahun 2010.

Indikator kinerja pada program ini adalah penyuluhan kelompok dan umum yang dibagi menjadi 2 jenis kegiatan, yaitu: a. Penyuluhan kelompok dan umum dan luar gedung puskesmas. Indikatornya: - Rumah tangga sehat - Bayi yang mendapatkan ASI eksklusif - Desa dengan garam beryodium - Keluarga sadar gizi (Kadarzi) - Posyandu purnama (indikator 2008)

47

- Posyandu mandiri (indikator 2008) - Jumlah kunjungan ke posyandu seluruhnya (y) - Frekuensi pembinaan (y/x) - Jumlah kader terlatih - Jumlah kader aktif b. Penyuluhan dan pencegahan dan penanggulangan

penyalahgunaan narkoba, psikotropika dan zat adiktif (P3 NAPZA). Indikatornya: - Penyuluhan P3 NAPZA di sekolah - Penyuluhan HIV/AIDS di sekolah - Penyuluhan NAPZA dan HIV/AIDS oleh petugas - Klien yang mendapatkan penanganan HIV/AIDS - Kasus infeksi menular seksual yang diobati

Tabel 11. Tabel Hasil Kegiatan Upaya Promosi Kesehatan Puskesmas Borobudur Januari Desember 2010 Indikator Target Cakupan Kegiatan Persen(% ) Rumah tangga sehat Bayi yang dapat ASI ekslusif Desa dengan garam beryodium Keluarga sadar 80% 90% 571 20 57% 85% 71% 94% 65% 15887 33% 51% Pencapaian (%)

48

gizi (Kadarzi) Posyandu purnama Posyandu mandiri Jumlah kunjungan posyandu seluruhnya Frekuensi pembinaan Jumlah kader terlatih Jumlah kader aktif Penyuluhan P3 NAPZA di sekolah Penyuluhan HIV/AIDS di sekolah Penyuluhan NAPZA dan HIV/AIDS oleh petugas Klien yang mendapatkan penanganan HIV/AIDS Kasus infeksi menular seksual yang diobati

80% 40% 6% 100% 100% 100% 80% 100%

118 118 1416 1180 590 511 8

35% 18% 100% 120% 87% 90% 50%

87% 297% 100% 120% 87% 113% 50%

100%

50%

50%

24%

6%

25%

III.2.2 UPAYA KESEHATAN LINGKUNGAN 1. Klinik higiene dan sanitasi:

49

Pelayanan di puskesmas buka setiap hari senin, dan pelayanan di luar puskesmas setiap hari selasa-sabtu, dikelola oleh 1 orang tenaga sanitarian yang juga bertugas dalam program lapangan. 2. Upaya kesehatan lingkungan Upaya kesehatan lingkungan ini bertujuan agar berubahnya, terkendalinya atau hilangnya semua unsur fisik dan lingkungan yang terdapat di masyarakat dimana dapat memberikan pengaruh jelek terhadap kesehatan. Jenis kegiatan: a. Pelayanan kesehatan lingkungan. Indikatornya: - Institusi yang dibina - Rumah sehat - Penduduk yang memanfaatkan jamban - Rumah yang mempunyai SPAL b. Pelayanan pengendalian vektor. Indikatornya: Rumah atau bangunan bebas jentik nyamuk

c. Pelayanan higienis dan sanitasi di tempat umum. Indikatornya: -TTU yang diperiksa -TTU yang memenuhi syarat sanitasi -T2PM yang diperiksa -T2PM yang memenuhi syarat sanitasi

50

Tabel 12. Tabel Hasil kegiatan Program Kesehatan Lingkungan Cakupan Kegiatan Persen (%) Tidak ada data Tidak ada data 48 19% 46 96%

Indikator Institusi yang dibina Jml TTU yg diperiksa* TTU yg memenuhi syarat sanitasi Tempat Pengolahan Makanan & Penjualan (TP2M) diperiksa* T2PM yg memenuhi syarat sanitasi* Rumah sehat Penduduk yg memanfaatkan jamban Rumah yg mempunyai SPAL Rumah/bangunan jentik bebas

Target 70% 100% 80%

Pencapaian Tidak ada data 19% 120%

90% 75% 70% 75% 65% 100%

39 24 49 1189 452

12% 62% 12% 77% 47%

13% 82% 18% 102% 73%

Sumber : Puskesmas Borobudur Januari - Desember 2010

III.2.3 KESEHATAN IBU DAN ANAK SERTA KB 1. Pelayanan KIA buka setiap hari, dikelola oleh dua orang bidan Puskesmas, Pelayanan KIA dilakukan setiap hari Senin-Sabtu. 2. Pelayanan KB buka setiap hari, khusus pelayanan KB IUD setiap hari Kamis. 3. Pelayanan Imunisasi untuk bayi dilakukan setiap hari Selasa, selain itu juga diadakan imunisasi posyandu.

51

III.2.3.1 KIA Upaya kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya di bidang kesehatan yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak balita serta anak pra sekolah. Tujuan dari program KIA adalah tercapainya kemampuan hidup sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal bagi ibu dan keluarganya menuju NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera) serta meningkatnya derajat kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh kembang optimal yang merupakan landasan bagi peningkatan kualitas manusia seutuhnya.

III.2.3.2 KB Upaya Keluarga Berencana (KB) adalah perencanaan kehamilan, jarak antara kehamilan diperpanjang dan kelahiran selanjutnya dapat dicegah apabila jumlah anak telah mencapai yang dikehendaki. Tujuan KB dapat dibagi 2, yaitu: 1. Tujuan umum

52

Yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam rangka mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera (NKBS). 2. Tujuan khusus Yaitu meningkatkan kesadaran keluarga/masyarakat untuk menggunakan alat kontrasepsi, menurunnya jumlah angka kelahiran bayi, meningkatnya kesehatan keluarga masyarakat dengan cara penjarangan kelahiran.

Tabel 13. Hasil Kegiatan Program KIA Puskesmas Borobudur Januari Desember 2010
Cakupan Indikator Cakupan Kunjungan bumil K1* Cakupan Kunjungan bumil K4 Deteksi kasus resiko tinggi Ibu hamil* Ibu hamil resiko tinggi yang ditangani (PONED) Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan Cakupan Kn1*) Cakupan kunjungan neonatus (Kn2) Cakupan kunjungan Bayi BBLR yg ditangani Neonatal resti yg ada / ditemukan* Jumlah dukun bayi yg terlatih Frekuensi pembinaan dukun Deteksi dini tumbuh kembang anak balita dan pra sekolah Cakupan pemeriksaan kesehatan siswa SD Target 100% 95% 100% 100% 95% 100% 95% 90% 100% 100% 100% 100% 95% 100% Kegiatan 1245 1172 527 499 1188 1181 1179 1806 59 67 29 10 7265 1741 Persen (%) 95% 90% 201% 95% 95% 99% 99% 152% 100% 100% 100% 100% 117% 75% Pencapaian (%) 95% 94% 205% 95% 100% 99% 104% 169% 100% 100% 100% 100% 123% 75%

53

& setingkat Jumlah TK yang dibina Jumlah seluruh peserta KB aktif Jumlah posyandu pra Usila dan Usila Cakupan pelayanan pra Usila dan Usila

100% 80% 100% 70%

36 8243 103 2025

97% 78% 515% 44%

97% 98% 515% 63%

Tabel 14. Tabel Kesehatan Anak Sekolah dan Usia Pra-Sekolah Puskesmas Borobudur Januari - Desember 2010
Indikator Target Cakupan Kegiatan Persen (%) 7265 117% Pencapaian

Deteksi

dini

tumbuh

95%

123%

kembang anak balita dan pra sekolah Cakupan Pemeriksaan kesehatan Siswa SD dan setingkat oleh tenkes, atau tenaga terlatih/ guru UKS/ dokter kecil (penjaringan kelas 1) Cakupan I SLTP, pemeriksaan SLTA dan 80% 1987 103% 129% 80% 5325 98% 122% 100% 1741 75% 75%

kesehatan siswa TK, kelas setingkat Cakupan kesehatan (penjaringan

pelayanan remaja kelas 1

SLTP,SLTA/ setingkat) Jumlah TK yang dibina

100%

36

97%

97%

54

III.2.4 PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT 1. Pelayanan dikelola nutritionis di bagian gizi yang dibuka setiap hari senin-sabtu. 2. Pelayanan gizi. Tujuan dari program ini adalah untuk menurunkan angka penyakit gizi kurang yang umumnya banyak diderita oleh masyarakat yang berpenghasilan rendah, terutama pada anak balita dan wanita. Upaya yang dilakukan pada pelayanan gizi terutama diarahkan untuk menanggulangi 4 masalah gizi utama yaitu kurang kalori protein, kurang vitamin A, gangguan akibat kekurangan yodium, dan anemia gizi. Jenis kegiatan: 1. Pemantauan dan pertumbuhan balita Indikatornya : Balita yang datang dan ditimbang(D/S) Balita yang naik berat badannya(N/D) Balita BGM

2. Pelayanan gizi Indikatornya : Cakupan bayi (6-11 bulan) diberi kapsul vitamin A dosis tinggi 1x/tahun. Cakupan anak balita (12-59 bulan) yang diberi kapsul vitamin A 2x/thn. Cakupan bumil yang diberi 90 tablet Fe.

55

Cakupan pemmberiaan pmt MP ASI pada bayi. Balita gizi buruk yang mendapat perawatan. Desa dengan cakupan keluarga bergaram. Cakupan kapsul yodium untuk WUS di daerah endemik. Kecamatan bebas rawan gizi. Cakupan bufas mendapat kapsul vitamin A.

Tabel 15. Tabel hasil kegiatan Gizi Puskesmas Borobudur Januari Desember 2010
Cakupan Indikator Balita yg datang dan ditimbang (D/S) Balita yg naik berat badannya (N/D) Cakupan bayi (6-11 bln) yg diberi kaps vit A dosis tinggi Cakupan anak balita ( 12 - 59 bln) yg diberi kapsul vit A 2x/ thn Cakupan ibu hamil yg diberi 90 tablet Fe Balita BGM Cakupan pemberiaan pmt MP ASI pada ibu hamil Balita gizi buruk mendapat perawatan Desa dengan cakupan keluarga bergaram yodium Cakupan kapsul yodium untuk WUS di daerah endemik Kecamatan bebas rawan gizi Cakupan bufas mendapat kapsul vit A Target 80% 80% 95% 95% 90% <1,5% 98% 100% 90% 90% 80% 89% Kegiatan 3856 2994 574 3532 1163 69 Persen (%) 81,84% 77,63% 102,96% 99,14% 105,82% 1,79% Pencapaian 102% 97% 108% 104% 118% 84%

102,78%

103%

1204

105,15%

118%

56

III.2.5 UPAYA PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR (P2PM) 1. Pelayanan buka setiap hari yang dikelola oleh 3 orang tenaga kesehatan. 2. Program pencegahan dan pemberantasan penyakit menular.

Tujuan dari program P2PM ini adalah menurunkan angka kesakitan dan kematian serta mencegah akibat buruk lebih lanjut penyakit serta menkonsolir penyakit yang telah dapat dikendalikan. Kegiatan dari P2PM adalah : 1. P2 TB Paru Indikatornya : Cakupan suspect TB paru Penderita BTA + (case detection rate) Angka konversi (convertion rate) Angka kesembuhan (cure rate)

2. P2 ISPA Indikatornya : Cakupan pneumonia balita yang ditangani.

3. P2 Diare Indikatornya : Balita dengan diare yang ditangani

57

4. Imunisasi Indikatornya : Jumlah bumil yang mendapat TT1 Jumlah bumil yang mendapat TT2 Jumlah bayi yang mendapat imunisasi: 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 5. P2 DBD Indikatornya : Penderita DBD yang ditangani sesuai standar Rumah atau bangunan bebas jentik Tingkat insidens (20/100.000 penduduk) Kematian karena DBD BCG DPT1 DPT3 Polio 1 Polio 4 Campak Hepatitis B 1 (0-7 hari) Hepatitis B 1 total

6. P2 Malaria Tabel 16. Tabel Hasil Kegiatan Penanggulangan Penyakit Menular Puskesmas Borobudur Januari Desember 2010
Cakupan Indikator Target Kegiatan Persen (%) Pencapaian (%)

58

Jumlah penderita yang diperiksa sediaan darahnya slide ACD Jumlah penderita yang diperiksa sediaan darahnya slide PCD Cakupan suspek tb paru* Penemuan kasus TB BTA(+) (Case Detection Rate) Angka konversi(convertion rate) * Angka kesembuhan (cure rate) Cakupan balita dg pneumoni yg ditemukan / ditangani (sesuai standar) Balita dg diare yg ditangani sesuai standar Penderita kusta yang selesai berobat Jumlah bumil yg mendapat TT1* Jumlah ibu hamil yg mendapat TT2* BCG* DPT 1* DPT 3 * Polio 1* Polio 4* Campak* Hepatitis B1 ( 0 - 7 Hr)* Hepatitis B1 total* Hepatitis B2 * Hepatitis B3* Penderita DBD yg ditangani*sesuai standar Incidence rate 5% 2% 80% 70% 80% 85% 100% 100% 100% 98% 95% 95% 95% 95% 95% 95% 95% 95% 95% 95% 95% 100% 20/100.000 penduduk 2293 921 68 6 5 13 74 1005 Tidak ada Kasus baru 1145 1111 1187 1206 1234 1140 1185 1211 1176 1285 1196 1234 18 18 27% 10,91% 11% 10% 50% 100% 25,34% 594% Tidak ada Kasus baru 87% 85% 100% 101% 104% 96% 100% 102% 99% 108% 101% 104% 100% 32 543% 550% 14% 14% 63% 118% 25% 594% Tidak ada Kasus baru 89% 89% 105% 107% 109% 101% 105% 107% 104% 114% 106% 109% 100% 63%

III.2.6 UPAYA PENGOBATAN A. Pengobatan

59

Upaya pengobatan adalah upaya untuk menghilangkan penyakit dan gejalanya, yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dengan cara dan teknologi yang khusus untuk keperluan tersebut. Tujuan dari upaya pengobatan dapat dibagi menjadi 2 macam, yaitu: 1. Umum, yaitu untuk meningkatkan derajat kesehatan

perorangan dan masyarakat. 2. Khusus, dapat dibagi menjadi 4 tujuan, yaitu: a. Menghentikan proses perjalanan penyakit yang diderita seseorang. b. Mengurangi penderitaan seseorang karena sakit. c. Mencegah dan mengurangi kecacatan. d. Meneruskan penderita ke fasilitas yang lebih baik.

Adapun kegiatan pokok dalam program pengobatan, yaitu: 1. Melakukan diagnosa sedini mungkin. 2. Melakukan tindakan pengobatan. 3. Melakukan upaya rujukan bila dipandang perlu. 4. Melaksanakan pertolongan pertama pada trauma (kecelakaan), keracunan dan lain-lain.

Pada program pengobatan, keberhasilan program dapat dilihat dengan menilai jumlah kasus yang ada. Kunjungan ini dapat

60

dibagi menjadi 3 kriteria yang merupakan indikator kinerja kerja pada program pengobatan, yaitu: 1. Kasus baru : pernyataan diagnosa pertama kali oleh dokter/paramedis bahwa seseorang menderita penyakit tertentu. Dengan indikator pencapaian target yang ditetapkan Dinas Kesehatan

Kabupaten Magelang tahun 2010 sebesar 60% kali jumlah penduduk. 2. Kasus lama : kunjungan ketiga dan seterusnya suatu kasus (lama) penyakit yang masih dalam periode penyakit yang bersangkutan. Untuk penyakit menahun adalah kunjungan pertama kali dalam tahun berikutnya namun masih dalam suatu periode penyakit yang bersangkutan. 3. Kunjungan kasus lama : kunjungan ketiga dan seterusnya suatu kasus (lama) penyakit yang masih dalam periode penyakit yang bersangkutan. Untuk penyakit menahun adalah kunjungan kedua dan seterusnya pada tahun berikutnya Frekuensi kunjungan adalah rata-rata jumlah kunjungan setiap kasus ke Puskesmas dan jaringannya sampai sembuh.

61

Tabel 17. Tabel Hasil Kegiatan Jangkauan Pengobatan Rawat Jalan Puskesmas Borobudur Januari Desember 2010
Indikator Jumlah kasus baru (x) Target 60% Cakupan Kegiatan Persen (%) 15860 59% Pencapaian 98%

Frekuensi kunjungan : jml kasus B+L+KK / B BOR (Bed occupance rate) LOS (length of Stay) 1,21 60% 4 20004 2884 2695 1,00 89% 4,15 121% 148% 96%

B. Pelayanan Pengobatan Puskesmas Borobudur 1. Rawat Jalan a. Poliklinik Umum 1) Poliklinik Puskesmas Induk. Pelayanan buka setiap hari kecuali hari libur, dikelola oleh: Tenaga dokter: 3 orang. Bertugas setiap hari. Tenaga paramedic : 2 orang di Pengobatan dan 2 orang di Rawat Inap.

62

Bertugas setiap hari Senin sampai Sabtu, bekerja sama dengan dokter. 2) Poliklinik Puskesmas Pembantu. - Tegalarum : buka setiap hari Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Sabtu, dikelola oleh Puskesmas. - Kenalan : buka setiap hari Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Sabtu, dikelola oleh Puskesmas. - Borobudur : buka setiap hari Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Sabtu, dikelola oleh Puskesmas. - Karanganyar : buka setiap hari Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Sabtu, dikelola oleh Puskesmas perawat perawat perawat perawat

3) Pondok Bersalin Desa (Polindes). Terdapat 1 pondok bersalin desa buka 24 jam.

4) Poliklinik Kesehatan Desa (PKD). Terdapat 12 Poliklinik Kesehatan Desa buka setiap hari pukul 7.00 - 14.00 WIB

63

b. Poliklinik Gigi Pelayanan dokter gigi setiap hari Senin sampai Sabtu, dibantu oleh 2 orang perawat gigi dilakukan setiap hari. Poliklinik gigi dikelola oleh: Tenaga dokter gigi Tenaga perawat gigi : 2 orang. : 2 orang.

III.3 UPAYA KESEHATAN PENGEMBANGAN III.3.1 UPAYA KESEHATAN SEKOLAH Kegiatan rutin UKS buka setiap hari sekolah, dikelola oleh 1 orang paramedis beserta dokter kecil yang anggotanya merupakan siswa/siswi sekolah yang bersangkutan. Setiap satu bulan sekali, Puskesmas mengadakan kunjungan langsung ke UKS untuk mengadakan kegiatan kesehatan, sesuai jadwal yang disepakati bersama antara sekolah dan Puskesmas.

III.3.2 Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat Pelaksanaan dilakukan menurut kebutuhan masyarakat pada waktu tertentu oleh tenaga kesehatan dan dibantu oleh kader kesehatan, tokoh masyarakat, organisasi kemasyarakatan dan masyarakat sendiri

64

melalui PKD, Posyandu, penyuluhan dan upaya promosi kesehatan lainnya.

III.3.3 Upaya Kesehatan Jiwa Pelaksanaan dilakukan menurut kebutuhan masyarakat pada waktu tertentu oleh tenaga kesehatan dan dibantu oleh kader kesehatan melalui PKD, Posyandu dengan kegiatan berupa konseling dan upaya promosi kesehatan jiwa. Tabel 18. Tabel Hasil Kegiatan Upaya Kesehatan Jiwa Sumber : Puskesmas Borobudur Januari - Desember 2010
Indikator Target Hasil Pelayanan gangguan jiwa di sarkes umum 15% kegiatan 256 Cakupan Persen (%) 1% Pencapaian

9%

III.3.4 Upaya Penunjang Laboratorium Pelayanan buka setiap hari, dikelola oleh 1 petugas laboratorium, dan seorang petugas laboratorium pembantu, dengan pemeriksaan yang dapat dilakukan seperti pemeriksaan hemoglobin, golongan darah, kadar gula darah, asam urat, PP test, pemeriksaan BTA , pemeriksaan darah malaria, tes kehamilan.

65

Cakupan Program dan Data Pembanding (SPM): terlampir (lampiran 1)

BAB IV ANALISIS MASALAH

Hasil kegiatan Puskesmas pada bulan Januari Desember 2010, berdasarkan Standar Pelayanan Minimal (SPM) telah disebutkan pada bab sebelumnya. Hasil cakupan kegiatan Puskesmas pada bulan Januari Desember 2010, yang masih menjadi masalah perlu diupayakan pemecahannya dengan menggunakan kerangka pikir pendekatan sistem, sebagai berikut :

INPUT Man Money Method Material Machine

PROSES Fungsi Manajemen (P1,P2,P3) dan Manajemen Mutu

OUTPUT Cakupan Kegiatan dan Mutu

OUTCOME

IMPACT

LINGKUNGAN Fisik Kependudukan Sosial Budaya Sosial Ekonomi Kebijakan

66

Gambar 3. Kerangka Pikir Pendekatan Sistem

Masalah yang timbul terdapat pada output dimana hasil kegiatan tidak sesuai standar minimal. Hal yang penting pada upaya pemecahan masalah adalah kegiatan dalam rangka pemecahan masalah harus sesuai dengan penyebab masalah tersebut, berdasarkan pendekatan sistem masalah dapat terjadi pada input maupun proses.

IV.1 CAKUPAN PROGRAM YANG MASIH BERMASALAH Berdasarkan data pencapaian kegiatan 7 program Puskesmas Borobudur mulai bulan Januari sampai dengan Desember 2010 didapatkan beberapa program yang masih bermasalah karena skor pencapaiannya kurang dari 100% :

Tabel 19. Daftar Masalah Manajemen Program Puskesmas Borobudur berdasarkan SPM Bulan Januari Desember 2010

67

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36

Daftar Masalah Cakupan kunjungan bumil K1 Cakupan kunjungan bumil K4 Ibu hamil RESTI yang ditangani (PONED) Cakupan Kn1 (lahir sampai dengan 48jam) Cakupan pemeriksaan dan kesehatan siswa oleh tenkes /terlatih / guru UKS/ dokter kecil ( penjaringan kelas 1 SD) Jumlah TK yang dibina Jumlah seluruh peserta aktif KB Cakupan pelayanan USILA dan PRAUSILA Balita yang naik berat badan ( N/D) Balita BGM Jumlah tempat-tempat umum Tempat pengolahan makanan dan penjualan T2PM yang memenuhi syarat sanitasi Rumah sehat Rumah yang mempunyai SPAL Cakupan suspek TB paru Penemuan kasus TB BTA (+) Angka konversi Cakupan balita dengan pneumonia yang ditemukan dan ditangani Jumlah bumil yang mendapat TT1 Jumlah bumil yang mendapat TT2 Incidence rate DBD Rumah tangga sehat Bayi yang dapat ASI eksklusif Desa dengan garam beryodium Posyandu Purnama(indicator 2008) Jumlah kader yang terlatih Penyuluhan P3 NAPZA di sekolah Penyuluhan HIV AIDS di sekolah Penyuluhan HIV AIDS oleh klien penanganan HIV-AIDS Pembentukan dokter kecil PSN di sekolah Jumlah kasus baru LOS Deteksi kasus baru dan lama P2TM Pelayanan gangguan jiwa di sarkes umum

Skor Pencapaian (%) 95 94 95 99 75 97 98 63 97 84 19 13 82 18 73 14 14 63 25 89 89 63 51 71 94 87 87 50 50 25 37 59 98 96 5 9

yang

mendapatkan

IV.2 TEKNIK PRIORITAS MASALAH

68

Tabel diatas menunjukkan adanya masalah pada manajemen program Puskesmas Borobudur bulan Januari - Desember 2010. Melihat banyaknya masalah yang ditemukan, maka perlu dilakukan pemilihan prioritas masalah dengan menggunakan metode Hanlon Kuantitatif.

Metode Hanlon Kuantitatif Merupakan metode yang mudah dipakai untuk menentukan prioritas masalah, dengan rumus (A + B) x C x D

Keterangan : 1. Kriteria A 2. Kriteria B 3. Kriteria C 4. Kriteria D : Besar Masalah : Kegawatan Masalah : Kemudahan Penanggulangan : PEARL Faktor (nilai 0-10) (nilai 1-5) (nilai 1-5) (nilai 0 atau 1)

Adapun

tujuan

menggunakan

metode

Hanlon

Kuantitatif

dalam

menentukan prioritas masalah : 1. Identifikasi faktor - faktor luar yang dapat diikutsertakan dalam proses penentuan masalah. 2. Mengelompokkan faktor - faktor yang ada dan memberikan bobot terhadap kelompok faktor tersebut.

69

3. Memungkinkan anggota untuk mengubah faktor dan nilai sesuai kebutuhannya.

Kriteria A : Besar Masalah Menetapkan faktor yang digunakan untuk menentukan besarnya masalah. Data yang digunakan bersifat kuantitatif. Misal : prosentase penduduk yang terkena efek langsung masalah tersebut, asumsi jumlah biaya yang dikeluarkan perorangan per bulan oleh karena masalah tersebut, besar kerugian (biaya) yang dialami penduduk dan lain-lain. Untuk menetapkan besar masalah dapat dilihat dari populasi dan sasaran Standar Pelayanan Minimal (SPM). Dalam menilai besar masalah maka hal yang perlu diperhatikan adalah penetapan range untuk menentukan nilai besarnya masalah. Langkah langkahnya : 1. 100% dikurang skor pencapaian (dalam persen) dari masing-masing masalah, maka akan dihasilkan besar masalah . Tabel 20. Tabel Hasil Besar Masalah Puskesmas Borobudur Januari - Desember 2010
Skor Pencapaian No 1 2 3 4 5 Daftar Masalah Cakupan kunjungan bumil K1 Cakupan kunjungan bumil K4 Ibu hamil RESTI yang ditangani (PONED) Cakupan Kn1 (lahir sampai dengan 48jam) Cakupan pemeriksaan dan kesehatan siswa oleh tenkes /terlatih / guru UKS/ dokter kecil (%) 95 94 95 99 75 Masalah (%) 5 6 5 1 25 Besarnya

70

6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36

( penjaringan kelas 1 SD) Jumlah TK yang dibina Jumlah seluruh peserta aktif KB Cakupan pelayanan USILA dan PRAUSILA Balita yang naik berat badan ( N/D) Balita BGM Jumlah tempat-tempat umum Tempat pengolahan makanan dan penjualan T2PM yang memenuhi syarat sanitasi Rumah sehat Rumah yang mempunyai SPAL Cakupan suspek TB paru Penemuan kasus TB BTA (+) Angka konversi Cakupan balita dengan pneumonia yang ditemukan dan ditangani Jumlah bumil yang mendapat TT1 Jumlah bumil yang mendapat TT2 Incidence rate DBD Rumah tangga sehat Bayi yang dapat ASI eksklusif Desa dengan garam beryodium Posyandu Purnama(indicator 2008) Jumlah kader yang terlatih Penyuluhan P3 NAPZA di sekolah Penyuluhan HIV AIDS di sekolah Penyuluhan HIV AIDS oleh klien mendapatkan penanganan HIV-AIDS Pembentukan dokter kecil PSN di sekolah Jumlah kasus baru LOS Deteksi kasus baru dan lama P2TM Pelayanan gangguan jiwa di sarkes umum

97 98 63 97 84 19 13 82 18 73 14 14 63 25 89 89 63 51 71 94 87 87 50 50 25 37 59 98 96 5 9

3 2 37 3 16 81 87 18 82 27 86 86 37 75 11 11 37 49 29 6 13 13 50 50 75 63 31 2 4 95 91

yang

2. Menentukan jumlah kolom yang akan digunakan: K = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 36 = 1 + 5,13 = 6,13 ~ 7 kolom

71

3. Selisih dari besar masalah yang tertinggi dan terendah kemudian dibagi jumlah kolom, akan didapatkan range Range = 95% - 1% = 13,43% 7

4. Setelah mendapatkan range, kita akan mendapatkan skala besar masalah. 1 + 13,43 = 14,43 14,44 + 13,43 =27,87 skala I skala II : 1-14,43 : 14,44 27,87 : 27,88 41,31 : 41,32 54,75 : 54,75 68,19 : 68,20 81,63

27,88 + 13,43 = 41,31 skala III 41,32 + 13,43 = 54,75 skala IV 54,75 + 13,43 = 68,19 skala V 68,20 + 13,43 = 81,63 skala VI

81,63+ 13,43= 95,07 skala VII : 81,63-95,07

5. Kemudian besar masalah dapat diklasifikasikan ke dalam skala - skala yang telah kita tentukan sebelumnya. Sehingga kita bisa mendapatkan nilai untuk tiap - tiap masalah.

Tabel 21. Kriteria A (Besar Masalah)


1.00 Besar No Daftar Masalah masalah 14,43 (%) 1 2 3 4 5 6 7 27,87 41,31 54,75 68,19 81,63 95,07 Nilai 14,44 27,88 Besar Masalah 41,32 54,76 68,20 81,64

72

1. 2. 3.

Cakupan kunjungan bumil K1 Cakupan kunjungan bumil K4 Ibu hamil RESTI yang ditangani

5% X 6% X 5% X 1% X 25 % 1 1 1 1

4.

(PONED) Cakupan Kn1 (lahir sampai dengan

5.

48jam) Cakupan pemeriksaan dan kesehatan siswa oleh tenkes /terlatih / guru UKS/ dokter kecil ( penjaringan kelas 1

6. 7. 8.

SD) Jumlah TK yang dibina Jumlah seluruh peserta aktif KB Cakupan pelayanan USILA dan

3% X 2% 37% X 31% X 3 2 6 X 87% X 7 16% 81% X 3 X 1 1

9. 10. 11. 12.

PRAUSILA Balita yang naik berat badan ( N/D) Balita BGM Jumlah tempattempat umum Tempat pengolahan makanan dan

73

13.

penjualan T2PM yang memenuhi syarat

18% X 82% 27% X 86% 86% 37% 75% X X 6 X 2 7 2 X 7 X 7 3

14. 15. 16. 17. 18. 19.

sanitasi Rumah sehat Rumah yang mempunyai SPAL Cakupan suspek TB paru Penemuan kasus TB BTA (+) Angka konversi Cakupan balita dengan pneumonia yang ditemukan dan

20. 21. 22. 23. 24. 25. 26.

ditangani Jumlah bumil yang mendapat TT1 Jumlah bumil yang mendapat TT2 Incidence rate DBD Rumah tangga sehat Bayi yang dapat ASI eksklusif Desa dengan garam beryodium Posyandu Purnama(indicator

11% X 11% X 37% 49% 29% X 6% X 13% X 13% X 50% X 1 1 4 1 3 X X 1 2 4 1

27. 28.

2008) Jumlah kader yang terlatih Penyuluhan P3 NAPZA di sekolah

74

29. 30.

Penyuluhan HIV AIDS di sekolah Penyuluhan HIV AIDS oleh klien yang mendapatkan penanganan HIV-

50% 75%

X 4

31. 32. 33. 34. 35.

AIDS Pembentukan dokter kecil PSN di sekolah Jumlah kasus baru LOS Deteksi kasus baru dan lama P2TM

63% X 31% 2% 4% 95% X X X 7 91% X 7 X 5 3 1 1

36.

Pelayanan gangguan jiwa di sarkes umum

Kriteria B : Kegawatan Masalah Penilaian kriteria ini lebih bersifat subyektif. Tentukan 3 faktor tingkat kegawatan: 1. Tingkat urgensi (mendesak) 2. Tingkat keganasan yang menyebabkan kematian, kecacatan dan lain-lain 3. Kecenderungan penyebaran Tentukan bobot nilai (1-5) pada masing-masing faktor.

75

Keterangan : Tingkat Urgensi dalam interval skor 1-5, yaitu : Tidak Mendesak Agak Mendesak Mendesak Sangat Mendesak :1 :2 :3 :4

Amat Sangat Mendesak : 5

Tingkat Kegawatan dalam interval skor 1-5, yaitu : Tidak Ganas Agak Ganas Ganas Sangat Ganas Amat Sangat Ganas :1 :2 :3 :4 :5

Tingkat Penyebaran dalam interval skor 1-5, yaitu : Tidak Besar Agak Besar Besar Sanagt Besar Amat Sangat Besar :1 :2 :3 :4 :5

Tabel 22. Kriteria B (Kegawatan Masalah)


No Daftar Masalah Keganasan Tingkat Kecenderunga Nilai

76

1 2 3 4. 5

Cakupan kunjungan bumil K1 Cakupan kunjungan bumil K4 Ibu hamil RESTI yang ditangani (PONED) Cakupan Kn1 (lahir sampai dengan 48jam) Cakupan pemeriksaan dan

2 2 4 3 2

Urgensi 2 3 4 3 2

n penyebaran 3 3 2 1 1

7 8 10 7 5

kesehatan siswa oleh tenkes /terlatih / guru UKS/ dokter 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 kecil ( penjaringan kelas 1 SD) Jumlah TK yang dibina Jumlah seluruh peserta aktif KB Cakupan pelayanan USILA dan PRAUSILA Balita yang naik berat badan ( N/D) Balita BGM Jumlah tempat-tempat umum Tempat pengolahan makanan dan penjualan T2PM yang memenuhi syarat sanitasi Rumah sehat Rumah yang mempunyai SPAL Cakupan suspek TB paru Penemuan kasus TB BTA (+) Angka konversi Cakupan balita dengan pneumonia yang ditemukan dan 20 21 ditangani Jumlah bumil yang mendapat TT1 Jumlah bumil yang mendapat TT2 3 3 3 3 2 2 8 8 1 3 3 3 3 2 2 1 2 2 3 4 3 3 1 3 2 2 3 1 1 2 1 1 3 4 3 3 1 2 2 2 1 2 2 3 2 2 3 2 2 3 3 8 7 7 7 5 5 6 5 5 9 10 8 9

77

22 23 24 25 26 27 28 29 30

Incidence rate DBD Rumah tangga sehat Bayi yang dapat ASI eksklusif Desa dengan garam beryodium Posyandu Purnama(indicator 2008) Jumlah kader yang terlatih Penyuluhan P3 NAPZA sekolah Penyuluhan HIV AIDS

2 3 3 3 2 3 3 2 3

2 1 3 3 1 2 2 2 2

2 3 2 3 2 3 2 2 1

6 7 8 9 5 8 7 6 6

di di

sekolah Penyuluhan HIV AIDS oleh klien yang mendapatkan

31 32 33 34 35 36

penanganan HIV-AIDS Pembentukan dokter kecil PSN di sekolah Jumlah deteksi kasus baru dan lama LOS Deteksi kasus baru dan lama P2TM Pelayanan gangguan jiwa di sarkes umum

2 3 1 1 2 2

1 1 2 1 2 2

1 2 2 1 2 1

4 6 5 3 6 5

Kriteria C : Kemudahan Penanggulangan Menilai masalah tersebut dalam penanggulangan tentang keberadaan sumber daya ( tenaga, alat, obat, biaya, fasilitas kesehatan, dll ), teknologi yang digunakan tersedia, dan kemampuan serta kemudahan menyelesaikan masalah. Bobot penilaian antara 1-5 yaitu : Sulit ditanggulangi Cukup sulit ditanggulangi Tidak mudah ditanggulangi :1 :2 :3

78

Mudah ditanggulangi Sangat mudah ditanggulangi

:4 :5

Tabel 23. Kriteria C (Kemudahan Penanggulangan) Daftar Masalah Puskesmas Borobudur berdasarkan Kriteria C

Masalah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

Nilai 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3

Masalah 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36

Nilai 3 4 4 4 3 4 3 2 3 4 3 2 4 4 4 4 3 3

79

Kriteria D : PEARL Factor Terdiri dari beberapa faktor yang saling menentukan dapat atau tidaknya suatu program dilaksanakan, faktor-faktor tersebut adalah : 1. P : Propriate (Kesesuaian dengan program nasional/kesepakatan dunia/ program daerah) 2. E 3. A 4. R 5. L : Economic (Secara ekonomi murah, kegiatan tersebut untuk dilaksanakan) : Acceptable (Dapat diterima oleh masyarakat, Pemda, dll) : Resource (Tersedianya sumber daya yang mendukung kegiatan) : Legality (Ada landasan hukum/etika kedokteran, dll)

Bobot nilai bila dijawab ya bernilai 1 dan bila dijawab tidak bernilai 0.

80

Hasil maksimal dari perhitungan rumus Hanlon tersebut adalah 100, semakin tinggi nilai angka perhitungan maka masalah tersebut akan diprioritaskan untuk ditanggulangi. Tabel 24. Kriteria D (PEARL Factor)
Masalah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 P 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 E 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 A 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 R 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 L 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 Hasil 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

81

29 30 31 32 33 34 35 36

1 1 1 1 1 1 1 1

1 1 1 1 1 1 1 1

1 1 1 1 1 1 1 1

1 1 1 1 1 1 1 1

1 1 1 1 1 1 1 1

1 1 1 1 1 1 1 1

Semua masalah diatas dengan menggunakan kriteria D (PEARL Faktor ) didapatkan hasil satu dari setiap masalah. Karena dilihat dari sumber daya seperti tenaga, alat, biaya, obat, fasilitas serta teknologi yang mendukung masalah yang ada dari setiap masalah yang muncul, kelima faktor tersebut mendukung sehingga program pemecahan masalah dapat dilaksanakan.

IV.3 PENENTUAN PRIORITAS MASALAH KEGIATAN PELAYANAN KESEHATAN Penentuan prioritas masalah pelayanan kesehatan adalah suatu proses oleh kelompok secara bersama dalam menentukan masalah dari yang paling penting sampai masalah yang kurang penting. Setelah nilai kriteria A, B, C dan D didapatkan, nilai tersebut dimasukkan dalam formula: Nilai Prioritas Dasar (NPD) : (A + B) C Nilai Prioritas Total (NPT) : (A + B) C x D

82

Tabel 25. Urutan Prioritas Masalah


No 1 2 3 4 5 Daftar Masalah Cakupan kunjungan bumil K1 Cakupan kunjungan bumil K4 Ibu hamil RESTI yang ditangani (PONED) Cakupan Kn1 (lahir sampai dengan 48jam) Cakupan pemeriksaan dan kesehatan siswa oleh tenkes /terlatih / guru UKS/ dokter 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. kecil ( penjaringan kelas 1 SD) Jumlah TK yang dibina Jumlah seluruh peserta aktif KB Cakupan pelayanan USILA PRAUSILA Balita yang naik berat badan ( N/D) Balita BGM Jumlah tempat-tempat umum Tempat pengolahan makanan dan 1 1 3 3 2 6 7 2 7 2 7 7 3 6 1 1 2 4 3 1 1 1 1 3 8 7 7 7 5 5 6 5 5 9 10 8 9 8 8 6 7 8 9 5 8 7 4 4 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 4 3 2 3 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 36 40 40 36 33 36 32 36 21 48 51 33 45 36 36 32 33 44 30 12 27 32 16 36 40 40 36 33 36 32 36 21 48 51 33 45 36 36 32 33 44 30 12 27 32 XXXIV IX V VI X XIX XI XXIII XII XXXII II I XX III XIII XXXIII XXIV XXI IV XIV XXXVI XXVIII XXV A 1 1 1 1 2 B 7 8 10 7 5 C 4 4 3 3 4 D 1 1 1 1 1 NPD 32 36 33 24 28 NPT 32 36 33 24 28 Prioritas XXII VIII XVIII XXIX XXVII

dan

penjualan T2PM yang memenuhi syarat sanitasi Rumah sehat Rumah yang mempunyai SPAL Cakupan suspek TB paru Penemuan kasus TB BTA (+) Angka konversi Cakupan balita dengan pneumonia yang ditemukan dan ditangani Jumlah bumil yang mendapat TT1 Jumlah bumil yang mendapat TT2 Incidence rate DBD Rumah tangga sehat Bayi yang dapat ASI eksklusif Desa dengan garam beryodium Posyandu Purnama(indicator 2008) Jumlah kader yang terlatih Penyuluhan P3 NAPZA di sekolah

83

29. 30 31 32. 33. 34. 35. 36.

Penyuluhan HIV AIDS di sekolah Penyuluhan HIV AIDS oleh klien yang mendapatkan penanganan HIV-AIDS Pembentukan dokter kecil PSN di sekolah Jumlah kasus baru LOS Deteksi kasus baru dan lama P2TM Pelayanan gangguan jiwa di sarkes umum

4 6 3 3 1 1 7 7

6 6 4 6 5 3 6 5

3 2 4 4 4 4 3 3

1 1 1 1 1 1 1 1

30 24 36 36 24 16 39 36

30 24 36 36 24 16 39 36

XXVI XXX XV XVI XXXI XXXV VII XIII

IV.4 URUTAN PRIORITAS MASALAH Berdasarkan tabel urutan prioritas masalah, didapatkan urutan masalah di Puskesmas Borobudur sebagai berikut : I. Penemuan kasus TB BTA (+) II. Cakupan suspek TB paru III. Cakupan balita dengan pneumonia yang ditemukan dan ditangani IV. Bayi yang mendapat ASI eksklusif V. Cakupan pelayanan USILA dan PRAUSILA VI. Balita yang naik berat badan ( N/D) VII. Deteksi kasus baru dan lama P2TM
VIII. Cakupan kunjungan bumil K4

IX. Jumlah seluruh peserta aktif KB X. Balita BGM XI. Tempat pengolahan makanan dan penjualan XII. Rumah sehat XIII. Jumlah bumil yang mendapat TT1 XIV. Desa dengan garam beryodium XV. Pembentukan dokter kecil 84

XVI. PSN di sekolah XVII. Pelayanan gangguan jiwa di sarkes umum XVIII. Ibu hamil resti yang ditangani (PONED) XIX. Jumlah tempat-tempat umum XX. Angka konversi XXI. Rumah tangga sehat XXII. Cakupan kunjungan bumil K1 XXIII. T2PM yang memenuhi syarat sanitasi XXIV. Insidence rate DBD XXV. Penyuluhan P3 NAPZA di sekolah XXVI. Penyuluhan HIV AIDS di sekolah XXVII. Cakupan pemeriksaan dan kesehatan siswa oleh tenkes/terlatih/ guru UKS/dokter kecil(penjaringan kelas 1 SD) XXVIII. Jumlah kader yang terlatih XXIX. Cakupan Kn1 (lahir sampai dengan 48jam) XXX. Penyuluhan HIV AIDS XXXI. Jumlah kasus baru XXXII. Rumah yang mempunyai SPAL XXXIII. Jumlah bumil yang mendapat TT2 XXXIV. Jumlah TK yang dibina XXXV. LOS XXXVI. Posyandu purnama

85

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

V.1 KEGIATAN / INDIKATOR YANG BERMASALAH Berdasarkan prioritas masalah yang sudah dibahas pada Bab sebelumnya, maka ditemukan masalah dengan urutan prioritas utama adalah penemuan kasus TB BTA (+). Akan tetapi, pada analisa pemecahan masalah kali ini, kami akan membahas mengenai cakupan pelayanan pra usila dan usila sesuai kesepakatan bersama dengan Puskesmas Borobudur. Berdasarkan perhitungan yang kami lakukan dalam menyusun SPM Borobudur pada bulan Januari hingga Desember 2010, kami mendapatkan hasil cakupan pelayanan prausila dan usila adalah 44,04%. Sedangkan target yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang tahun 2010 adalah sebesar 70%. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hasil cakupan pelayanan prausila dan usila pada bulan Januari hingga Desember 2010 belum mencapai target yang telah ditentukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang tahun 2010.

V.2 KERANGKA PIKIR MPEMECAHAN MASALAH Masalah adalah suatu kesenjangan antara keadaan yang diharapkan dengan keadaan yang dihasilkan atau didapatkan, sehingga menimbulkan rasa tidak puas dan keinginan untuk memecahkannya.

86

Ciri-ciri masalah adalah : 1. 2. 3. Menyatakan hubungan dua atau lebih variabel Dapat diukur Dapat diatasi

Urutan dalam siklus pemecahan masalah antara lain :

Gambar 4. Siklus Pemecahan Masalah 1. Identifikasi / Inventarisasi masalah Menetapkan keadaan spesifik yang diharapkan dan yang ingin dicapai, kemudian menetapkan indikator tertentu sebagai dasar

pengukuran kinerja. Untuk hal ini digunakan format atau blangko SPM. Setelah itu membandingkan antara hasil kegiatan pelaksanaan pelayanan kesehatan dengan sasaran dan target yang sudah ditentukan. 2. Penentuan prioritas masalah

87

Untuk mengetahui permasalahan, dapat dilakukan berbagai cara. Diantaranya melakukan penelitian, mempelajari laporan, dan berdiskusi dengan para ahli. Salah satu metode yang kami gunakan adalah metode Hanlon. 3. Penentuan penyebab masalah Analisa penyebab masalah merupakan kegiatan untuk mengaitkan masalah dengan faktor-faktor penyebabnya. Beberapa metode untuk menganalisa penyebab masalah antara lain fishbone analysis system, analisis sistem, pendekatan H.L.Blum, analisis epidemiologi, dan pohon masalah. Dalam hal ini, kami menggunakan metode fishbone analysis. 4. Memilih penyebab yang paling mungkin Bertujuan untuk mengurangi faktor-faktor penyebab yang ada, antara lain dengan cara : a. Penetapan tujuan dan sasaran b. Mencari alternatif pemecahan masalah Penyebab masalah yang paling mungkin harus dipilih dari sebab-sebab yang didukung oleh data atau konfirmasi. 5. Menentukan alternatif pemecahan masalah Seringkali pemecahan masalah dapat dilakukan dengan mudah dari penyebab yang sudah diidentifikasi. Jika penyebab sudah jelas maka dapat langsung pada alternatif pemecahan. 6. Penetapan pemecahan masalah terpilih

88

Setelah alternatif pemecahan masalah ditentukan, maka dilakukan pemilihan pemecahan terpilih. Apabila diketemukan beberapa alternatif maka digunakan Hanlon kualitatif untuk menentukan/memilih pemecahan terbaik. 7. Penyusunan rencana penerapan Rencana penerapan pemecahan masalah dibuat dalam bentuk POA (Plan of Action atau Rencana Kegiatan). 8. Monitoring dan evaluasi Ada dua segi pemantauan yaitu apakah kegiatan penerapan pemecahan masalah yang sedang dilaksanakan sudah diterapkan dengan baik dan menyangkut masalah itu sendiri, apakah permasalahan sudah dapat dipecahkan.

V.3 ANALISA PENYEBAB MASALAH Analisa penyebab masalah dengan metode fish bone berdasarkan kerangka pendekatan sistem, seperti gambar di bawah ini : Proses P2 P3 P1 MASALAH Dll Money Man Input Lingkungan

89

Gambar 5. Diagram Fish Bone

BAB VI ANALISA PENYEBAB MASALAH

VI.1 ANALISIS / INVENTARISASI PENYEBAB MASALAH Terdapat beberapa hal yang mendasari timbulnya kesenjangan antara target hasil yang ditetapkan dengan hasil nyata yang dicapai dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Salah satu metode yang digunakan untuk menentukan penyebab masalah adalah dengan membuat diagram fish bone dengan menggunakan data yang telah diolah selama satu tahun terakhir. Cara menganalisis penyebab masalah digunakan pendekatan sistem yang meliputi input, proses, output, outcome, serta environment. Sehingga dapat ditemukan dan disimpulkan hal-hal yang menyebabkan munculnya permasalahan. Beberapa kemungkinan penyebab masalah yang ada adalah : 1. Input
Kelebihan Man - Adanya tenaga kesehatan (dokter, bidan desa, perawat) program posyandu lansia - Tersedianya 1 bidan untuk masingmasing desa - Terdapat koordinator program posyandu lansia Kekurangan - Jumlah kader terlatih posyandu lansia terbatas. - Belum tersedia bidan maupun kader khusus dan terlatih yang menangani posyandu lansia. - Belum semua kader memahami metode pemeriksaan posyandu lansia.

90

Money

- Adanya alokasi dana dari puskesmas untuk biaya transportasi. - Adanya penyediaan dana untuk pengadaan alat alat pemeriksaan posyandu lansia.

Terbatasnya pembiayaan untuk posyandu lansia dalam pengadaan alat pendukung kegiatan (ATK dan KMS)

Belum ada program pembiayaan khusus posyandu lansia dari pemerintah untuk mendukung operasional dan pelaksanaan

Methode

- Adanya metode sistem 5 meja : 1. Pendaftaran 2. Pencatatan kegiatan sehari-hari dan penimbangan serta pengukuran tinggi badan 3. Pengukuran tekanan darah, pemeriksaan kesehatan, pemeriksaan status mental 4. Pemeriksaan hemoglobin dan urin (lab sederhana) minimal 1 kali per tahun 5. Penyuluhan dan konseling - Adanya kegiatan tambahan posyandu lansia (senam lansia)

posyandu lansia Belum tercapainya penerapan sistem 5 meja yang baik dan benar : - Belum rutinnya pelaksanaan pemeriksaan laboratorium - Pemeriksaan status mental belum dilakukan. - Penyuluhan dan monitoring belum dilaksanakan secara rutin.

Material

- Adanya pedoman posyandu lansia - Sudah tersedianya pustu, PKD dan posyandu

- Kurangnya jumlah posyandu lansia

91

Machine

- Sudah tersedianya alat-alat pemeriksaan fisik - Tersedianya peralatan laboratorium di puskesmas - Tersedianya KMS lansia

Keterbatasan jumlah kartu KMS Buku pedoman pemeliharaan kesehatan (BPPK) tidak dimiliki oleh lansia dan tenaga kesehatan maupun kader posyandu lansia

2. Proses Fungsi manajemen :


PROSES P1 (Perencanaan) KELEBIHAN - Ada jadwal rutin posyandu lansia setiap bulannya (1 kali tiap bulannya) P2 (Pelaksanaan) - Pelaksanaan sistem 5 meja - Pelaksanaan kegiatan tambahan posyandu lansia KEKURANGAN - Belum tersedia tim yang khusus menangani posyandu lansia - Kurangnya sosialisasi jadwal posyandu lansia - Belum semua kader memahami metode pemeriksaan status mental - Tidak semua kader posyandu datang di lokasi setiap kali kegiatan posyandu lansia - Kurangnya sosialisasi oleh tenaga kesehatan dan kader kepada lansia mengenai tujuan program posyandu lansia sehingga menyebabkan rendahnya angka kehadiran lansia - Waktu pelaksanaan yang seringkali bersamaan dengan rutinitas prausila dan usila

92

- Ada pelaksanaan kegiatan posyandu lansia yang hampir selalu berbarengan P3 (Pengawasan, Pengendalian dan penilaian) - Adanya laporan bulanan dan kegiatan oleh koordinator lansia - Pengawasan langsung proses kegiatan posyandu lansia oleh dokter puskesmas atau koordinator program dengan posyandu balita Kurangnya pemantauan terhadap tata cara pemeriksaan

Environment/Lingkungan (baik fisik maupun non fisik) :


Kelebihan Adanya fasilitas pendanaan bagi warga yang memiliki Jamkesmas atau Jamkesda (yang berguna untuk sistem rujukan) Adanya alokasi pendanaan kas desa untuk mendukung kebutuhan posyandu lansia Prausila dan usila yang masih bekerja umumnya masih bekerja pada saat penyelenggaraan posyandu lansia Letak posyandu lansia belum merata Kekurangan Demografi tempat tinggal yang luas, berbukit dan areal persawahan.

KEMUNGKINAN PENYEBAB MASALAH 1. Belum tersedia bidan maupun kader khusus yang menangani posyandu lansia. 2. Belum semua bidan dan kader terlatih menangani posyandu lansia 93

3. Belum ada pembiayaan khusus bagi program posyandu lansia dari pemerintah untuk mendukung operasional dan pelaksanaan posyandu lansia 4. Kurangnya jumlah posyandu lansia 5. Keterbatasan jumlah KMS dan tidak tersedianya Buku Pedoman Pemeliharaan Kesehatan (BPPK) 6. Demografi penduduk dan lingkungan yang tidak merata 7. Kurangnya sosialisasi jadwal dan tujuan program posyandu lansia 8. Belum dilakukannya penerapan sistem 5 meja yang baik dan benar 9. Tidak semua kader posyandu datang di lokasi setiap kali kegiatan posyandu lansia. 10. Kurangnya pemantauan terhadap tata cara pemeriksaan dan pelaporan kegiatan 11. Posyandu lansia hampir selalu berbarengan dengan posyandu balita 12. Waktu pelaksanaan yang seringkali bersamaan dengan rutinitas pesertanya

94

95

Penyebab Masalah Setelah di Konfirmasi dengan Koordinator Program Usila, Pra Usila dan Bidan Desa. 1. Belum tersedia bidan maupun kader khusus dan terlatih yang menangani posyandu lansia. 2. Belum ada pembiayaan khusus bagi program posyandu lansia dari pemerintah untuk mendukung operasional dan pelaksanaan posyandu lansia 3. Keterbatasan jumlah KMS dan tidak tersedianya Buku Pedoman Pemeliharaan Kesehatan (BPPK) 4. Kurangnya sosialisasi jadwal dan tujuan program posyandu lansia

V.2 INVENTARISASI KEMUNGKINAN PENYEBAB MASALAH DAN PENERAPANNYA Setelah mendapatkan data primer dan sekunder terhadap masalah cakupan lansia, maka terdapat beberapa alternatif pemecahan masalah yang dapat dilakukan baik dalam jangka waktu pendek maupun dalam jangka waktu panjang.

96

Tabel 26. Inventarisasi Kemungkinan Penyebab Masalah dan Penerapannya


Masalah Cakupan Pelayanan pra usila dan usila 2. Belum ada pembiayaan khusus bagi program posyandu lansia dari pemerintah untuk mendukung operasional dan pelaksanaan 3. posyandu lansia Keterbatasan jumlah KMS dan tidak tersedianya Buku Pedoman Pemeliharaan Kesehatan 4. (BPPK) Kurangnya sosialisasi jadwal dan tujuan program posyandu lansia No 1. Penyebab Belum tersedia bidan maupun kader khusus dan terlatih yang menangani posyandu lansia Alternatif Pemecahan Masalah - Membentuk tim khusus posyandu lansia - Memberikan pendidikan dan pelatihan mengenai posyandu lansia Pengajuan proposal pendanaan khusus dari puskesmas ke pemerintah pusat yang dialokasikan untuk pelaksanaan posyandu lansia Pengajuan dan pengadaan perlengkapan dari puskesmas kepada pemerintah - Memberikan penyuluhan secara intensif oleh bidan desa kepada lansia dan keluarganya mengenai pentingnya kesadaran akan kesehatan - Sosialisasi oleh kader tentang manfaat posyandu lansia - Penyesuaian jadwal pelaksanaan posyandu lansia antara bidan desa dan kader dengan para pesertanya

97

- Menyediakan waktu khusus dan terpisah bagi pelaksanaan posyandu lansia dari kegiatan posyandu lainnya

VI.3 ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH 1. Membentuk tim khusus posyandu lansia serta memberikan pendidikan dan pelatihan mengenai posyandu lansia 2. Pengajuan proposal pendanaan khusus dari puskesmas kepada pemerintah, yang dialokasikan untuk pelaksanaan posyandu lansia 3. Memberikan penyuluhan dan sosialisasi secara intensif kepada warga mengenai pentingnya kesadaran akan kesehatan. 4. Penyesuaian jadwal pelaksanaan posyandu lansia antara bidan desa dan kader dengan para pesertanya

Penentuan prioritas pemecahan masalah adalah untuk menentukan pemecahan masalah yang paling efektif, efesien dan mudah dilakukan sehingga pemecahan masalah tersebut mampu menyelesaikan masalah yang ada dengan efisien dan efektif, dengan menggunakan metode MIV : M.I.V C M I V = Magnitude, besarnya penyebab masalah yang dapat diselesaikan = Importancy, pentingnya penyelesaian masalah = Vulnerability, sensitifitas cara penyelesain masalah

98

C Skor : 1 2 3 4 5

= Cost, biaya

= Sangat kurang efektif = Kurang efektif = Cukup efektif = Efektif = Sangat efektif

Untuk mendapatkan nilai dari setiap poin M, I, V, dan C, dilakukan penilaian menggunakan metode Hanlon kualitatif, sebagai berikut :

Penentuan Prioritas Pemecahan Masalah Berdasarkan Metode MIV/C Hasil akhir penentuan prioritas pemecahan masalah
Penyelesaian Masalah Nilai Kriteria M I 4 V 4 C 2 Hasil Akhir (M.I.V)/C 24 Urut an I

1. Membentuk tim khusus posyandu lansia


serta memberikan pendidikan dan pelatihan mengenai posyandu lansia 2. Pengajuan proposal pendanaan khusus dari

16

IV

99

puskesmas kepada pemerintah, yang dialokasikan untuk pelaksanaan posyandu lansia 3. Memberikan penyuluhan dan sosialisasi secara intensif kepada warga mengenai pentingnya kesadaran akan kesehatan 4. Penyesuaian jadwal pelaksanaan posyandu lansia antara bidan desa dan kader dengan para pesertanya 3 3 3 1 18 II 3 4 4 3 16 III

Dari hasil metode MIV/C, prioritas penyelesaian masalah yang paling efektif dan efisien yaitu : Membentuk tim khusus posyandu lansia serta memberikan pendidikan dan pelatihan mengenai posyandu lansia.

100

101

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

VII.1 KESIMPULAN Berdasarkan hasil penilaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang dilakukan, diperoleh beberapa masalah yang tidak mencapai target di Puskesmas Borobudur periode Januari-Desember 2010. Dari penilaian SPM didapatkan 36 masalah yang kemudian kami tentukan prioritas masalah dengan menggunakan metode hanlon kuantitatif. Berdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa hasil cakupan pelayanan pra usila dan usila

Puskesmas Borobudur selama periode Januari s/d Desember 2010 adalah

102

sebesar 44% , masih cukup rendah bila dibandingkan dengan target pencapaian yang ditetapkan Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang untuk tahun 2010 yaitu sebesar 70% dengan skor pencapaiannyasebesar 63 %. Dengan menggunakan analisa masalah fish bone, didapatkan beberapa hal yang dapat menyebabkan cakupan pelayanan pra Usila dan Usila belum mencapai target adalah karena tidak adanya tim khusus posyandu lansia yang sudah terlatih, kemudian karena tidak adanya pendanaan khusus dan kurangnya pendanaan dari pemerintah. Keterbatasan perlengkapan, sarana, dan prasarana untuk melaksanakan program posyandu lansia juga dapat meyebabkan target tidak terpenuhi. Penyebab lain juga dapat diakibatkan karena kurangnya kesadaran lansia dan keluarga mengenai tujuan dan pentingnya diadakan program posyandu lansia. Untuk alternatif pemecahan masalah tersebut adalah dengan membentuk tim khusus posyandu lansia dan memberikan pelatihan mengenai posyandu lansia, pengajuan proposal tentang pendanaan khusus dari puskesmas yang dialokasikan untuk pelaksanaan posyandu lansia, memberikan penyuluhan dan sosialisasi secara intensif kepada warga mengenai pentingnya kesadaran akan kesehatan yang kemudian kami tuangkan dalam Planning of Action (POA).

VII.2 Saran 1. Membentuk tim khusus posyandu pra-usila dan usila yang terlatih

103

2.

Mengawasi kader setiap akan menimbang, supaya penimbangan lebih akurat

3.

Menyelenggarakan posyandu pra-usila dan usila minimal satu bulan sekali disetiap dusun

4. 5.

Melakukan pelatihan terhadap kader tentang gizi dan penimbangan Mengajukan proposal oleh puskesmas kepada pemerintah untuk penyediaan dana untuk penyelenggaraan posyandu pra-usila dan usila

6.

Mengajukan proposal pengadaan perlengkapan, sarana, dan prasarana oleh puskesmas untuk melaksanakan program posyandu pra-usila dan usila

7.

Mengadakan penyuluhan kesehatan pra-usila dan usila.

104

105

106

Anda mungkin juga menyukai