Anda di halaman 1dari 2

ABSTRAK

SEORANG LAKI-LAKI 43 TAHUN DENGAN PROPABLE LEPTOSPIROSIS, ACUTE KIDNEY INJURY, HIPERTENSI STAGE II, DAN ANEMIA NORMOSITIK NORMOKROMIK Marisa Rachim*

Pasien datang ke RSDK dengan keluhan utama 3 hari BAB cair ampas (+) sedikit, lendir (-), darah (-) frekuensi 2x, sebelumnya frekuensi BAB cair 4-11x. BAB cair menyebabkan pasien hanya bisa tiduran di tempat tidur. Pasien juga merasakan mual, muntah hingga 5 kali,berisi apa saja yang dimakan dan diminum, nafsu makan menurun, demam ngelemeng, nyeri kepala, nyeri ulu hati, keringat dingin, BAK warna kuning keruh. Pasien tidak memiliki riwayat makan makanan pedas dan bersantan, sakit mag, kencing manis, sakit kuning, tidak bepergian ke luar kota (endemis malaria), namun didapatkan bahwa pasien mempunyai riwayat darah tinggi sejak 4 tahun yang lalu namun pasien tidak rutin kontrol dan minum obat dan riwayat kontak dengan air kencing tikus (+). Riwayat penyakit keluarga juga tidak ada yang mengalami atau pernah mengalami BAB cair, ikterik, demam ngelemeng seperti penderita, namun ibu penderita juga memiliki riwayat darah tinggi. Untuk riwayat psikososial ekonomi, penderita berusia 43 tahun bekerja sebagai salesman dari desa ke desa melewati sawah yang banyak tikus. Penderita tinggal bersama istri di rumah sendiri, rumah banyak tikus (+), banjir (-). Memiliki 3 orang anak yang belum mandiri. Biaya: Jamkesmas. Kesan: sosial ekonomi kurang. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital tekanan darah yang meningkat yaitu160/110mmHg dan suhu 36,70C, sclera ikterik, nyeri ulu hati, nyeri tekan m.gastrocnemius. Pemeriksaan penunjang didapatkan anemia normositik normokromik dan leukositosis, azotemia, hiperbilirubinemia, hiponatremia, hipokalemia, hipoklorida. Pemeriksaan urine didapatkan hasil proteinuria, glukosuria, bilirubinuri, urobilinogenuri, bakteriuria. Pada pemeriksaan feses didapatkan sisa lemak, sisa karbohidrat, sisa protein dan sel eritrosit. X Foto Thorax AP-Lateral didapatkan hasil kardiomegali. Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, didapatkan tanda-tanda dan gejala dari probable leptospirosis yaitu adanya demam ngelemeng, nyeri tekan m.gastrocnemius, diare, sclera ikterik, hepatomegali, oliguri, anuria sehari sebelum pemeriksaan kemudian pasien diberikan terapi infus RL 40 tts/menit injeksi Ceftriaxon 1x2 gr, injeksi Ranitidin 2x1 amp dan Paracetamol 3x500 mg bila panas > 38o C. Pada pasien ditemukan komplikasi acute kidney injury (AKI) dapat dilihat dari pemeriksaan kimia klinik didapatkan peningkatan creatinin serum 9,4 mg/dl dimana sudah terdapat peningkatan >3,0 kali nilai dasar atau >4 mg/dL dengan

62

kenaikan akut > 0,5 mg/dL, dan urine output <0,3 mL/kg/jam dalam >24 jam yaitu 20cc/24 jam sehingga berdasarkan kriteria AKIN pasien pada tahap III AKI. LFG pada pasien yaitu 11,75 ml/menit/1,73m2 dimana penurunan LFG lebih dari 75%. Pada pasien ini sudah memasuki kategori Failure dalam RIFLE. Pemeriksaan urin ditemukan sedimen epitel yang menunjukkan ATN dan sedimen eritrosit pada AIN yang merupakan proses dari AKI. Pada pasien tetap monitoring : BC/6jam, jumlah urin, ureum dan kreatinin serum, elektrolit. Tatalaksana AKI pada pasien ini harus dicari etiologinya terlebih dahulu. Untuk itu dapat dicari osmolalitas urin, kadar Na, Cr, urea urin untuk membedakan AKI pada pasien ini disebabkan prerenal atau renal dan USG untuk menentukan apakah pada pasien terjadi proses Acute on chronic kidney disease (ukuran ginjal yang mengecil) atau AKI(ginjal yang membesar dengan ekogenitas parenkim yang relatif normal menunjukan nefritis tubulointertitial. Pada AKI dilakukan terapi supportif untuk mencegah progresivitas penurunan fungsi ginjal, meringankan keluhan akibat akumulasi toksi azotemia, mempertahankan dan memperbaiki metabolisme secara optimal, memelihara keseimbangan elektrolit cairan dan asam basa. Bila terapi suportif tidak dapat memperbaiki kondisi klinik pasien, maka harus dilakukan terapi pengganti ginjal. Pasien mengalami hipertensi stage II dengan TD : 160/110, dengan demikian diberikan pengobatan kombinasi diuretik yaitu Captopril 3 x 25 mg dan Beta Blocker yaitu Bisoprolol 1 x 2,5 mg, serta untuk diet diberikan diet lunak rendah garam 1700 kkal/hari. Selain itu dilakukan pemeriksaan kolesterol total, LDL, HDL, trigliserid, dan asam urat untuk mencari faktor risiko terjadinya komplikasi. Monitoring tekanan darah per 6 jam dilakukan untuk evaluasi respon pengobatan. Pasien diedukasi untuk memperbaiki pola hidup dan minum obat serta kontrol teratur. Untuk problem 4 yaitu anemia normositik normokromik akan terus dipantau dan dicari etiologinya apakah karena infeksi kronik atau karena intake yang kurang, dengan pemeriksaan gambaran darah tepi, hitung jenis, retikulosit, Fe, Ferritrin, TiBC, dengan monitoring Hemoglobin (Hb). Anemia penyakit kronis bila retikulosit meningkat, serum Fe menurun, dan ferritin normal.

63

Anda mungkin juga menyukai