Anda di halaman 1dari 11

PENDAHULUAN LANDASAN TEORI Otot merupakan suatu organ yang sangat penting bagi tubuh, karena dengan otot

tubuh dapat berdiri tegak. Otot merupakan suatu organ atau alat yang memungkinkan tubuh agar dapat bergerak. Otot merupakan alat gerak aktif, ini adalah suatu sifat yang penting bagi organisme. Sebagian besar otot tubuh melekat pada kerangka, yang menyebabkan dapat bergerak secara aktif sehingga dapat menggerakkan bagian-bagian kerangka dalam suatu letak tertentu otot merupakan suatu alat yang menguasai gerak aktif dan memelihara sikap tubuh. Dalam tubuh terdiri dari bermacam-macam jenis otot serta mempunyai sifat dan cara kerja sendiri-sendiri, untuk saling menunjang agar dapat bergerak. Otot memendek jika sedang berkontraksi dan memanjang jika berelaksasi. Kontraksi ini terjadi saat otot sedang melakukan kegiatan, sedangkan relaksasi saat otot sedang beristirahat. Di dalam serabut sendiri terdapat membrane dalam otot (sarkolema), myofibril dan pemitaan, reticulum sarkoplasma, mitikondria, tubulus T. Myofibril terdiri dari dua yaitu, miofilamen tipis (aktin, troponin, tropomisin) dan miofilamen tebal (myosin). Reticulum sarkoplasma menyimpanbanyak ion kalsium yang berperan penting dalam proses kontraksi. Mitokondria berperan dalam proses pembuatan ATP untuk berkontraksi. Kontraksi otot terjadi akibat mekanisme pergeseran filament ( filament aktin bergeser ke filament myosin). Kontraksi otot di awali dengan pengeluaran asetilkolin yang menyebabkan potensi aksi atau rangsangan merambat ke seluruh permukaan membrane otot. Hal ini menyebabkan Ion-ion kalsium lepas dalam jumlah besar ke dalam sarkoplasma. Ion-ion kalsium mengaktifkan kekuatan filament aktini untuk menarik kepala filament myosin. Sebuah filament aktin murni yang aktif sebenernya langsung bias berikatan kuat dengan filament myosin apabila terdapat ion magnesium dan ATP. Tetapi, karena adanya troponin-troposmisin, hal tersbut menjadi terhambat. Adanya ion-ion kalsium menghambat kerja troposin-troppmiosin, dan mengaktifkan kerja aktin, sehingga kontraksi bisa terjadi. Energy diperlukan dalam proses kontraksi. Energy ini berasal dari ikatan adenosine trifosfat (ATP) yang dipecah menjadi ADP, untuk memberikan energy yang diperlukan. Diawal siklus kontraksi, ATP berikan dengan kepala myosin di sisi ATPase (enzim yang menghidrolisis). ATPase memecah ATP menjadi ADP (ATP ADP+ P + Energi). Energy inilah yang yang digunakan untuk mengaktivasi kepala myosin, sehingga bisa mengikat aktin. Keadaan ini akan bertahan sampai sebuah ATP melekat dan melemahkan ikatan aktin-miosin. Kepala myosin lepas dan siap melekat dengan aktin yang baru. Siklus ini berulang selama masih ada rangsangan syaraf dan jumlah kalsium mencukupi. Apabila tidak cukup, maka ATP harus dibentuk kembali oleh sumber lain. Sumber lain itu antara lain CP (kreatinin fosfat), yang langsung tersedia untuk mempengaruhi ATP. ATP juga bisa dibentuk melalui reaksi anaerob, reaksi aerob, dan oxigent debt. Selain mengalami kontraksi, otot juga mengalami relaksasi. Relaksasi otot terjadi ketika stimulasi syaraf berhenti mengalir ke sarkolema, dan ion kalsium tak lagi dilepas. Ion kalsium dipompa kembali ke dalam membrane reticulum sarkoplasma. Akibatnya troposin-tropomiosin kembali menghalangi kerja filament aktin-miosin. Itulah penjelasan mengenai mekanisme kerja otot, yang terdiri dari kontraksi dan relaksasi yang

prosesnya saling berkebalikan. Dengan adanya kontraksi, otot menghasilkan gerakan pada tulang tempat otot tersebut melekat, dan menggerakkan bagian internal tubuh yang lain.

OTOT RANGKA I

TUJUAN PERCOBAAN 1. Membuat sediaan otot katak sesuai dengan petunjuk umum praktikum. 2. Menggunakan alat stimulator induksi sehingga dapat merangsang sediaan otot dengan berbagai macam kekuatan : arus tunggal buka dan arus tunggal tutup serta mencatat saat pemberian rangsang dengan menggunakan sinyal magnit. 3. Membuat pencatatan kontraksi otot (mekaniomiogram) pada kimograf dan memfiksasikannya. 4. Merangsang otot katak dengan beberapa macam kekuatan rangsang yakni rangsang : Bawah rangsang (sub threshold) Ambang (threshold) Submaksimal Supramaksimal Masing-masing untuk rangsang buka dan tutup. 5. Menarik kesimpulan dari hasil latihan ini tentang pengaruh kekuatan rangsang terhadap kekuatan kontraksi otot. ALAT DAN BAHAN 1. Kimograf + kertas + perekat 2. Statip + klem + pencatat otot + klem femur + batang kuningan 3. 2 buah sinyal magnit : 1 unit mencatat waktu 1 unit mencatat tanda rangsang 4. Stimulator induksi + elektroda perangsang + sakelar + kawat-kawat listrik 5. Papan fiksasi + jarum pentul = penusuk katak +katak 6. Benang + kapas + gelas arloji 7. Botol plastik berisi latutan Ringer + pipet + Waskom kecil TATA KERJA Hubungan antara kekuatan rangsang dan tinggi mekanomiogram akibat kekuatan otot 1. Pasanglah semua alat sesuai dengan gambar. 2. Buatlah sediaan otot menurut petunjuk umum. Sebelum digunakan, bungkuslah sediaan otot tersebut dengan kapas yang dibasahi dengan larutan Ringer Laktat dan letakkanlah di gelas arloji. 3. Pasanglah sediaan otot sesuai dengan gambar. P.II.1.1. Manakah yang harus diselesaikan lebih dahulu, pemasangan alat atau pembuatan sediaan otot ? Jawaban : Pemasangan alat karena apabila pembuatan sediaan otot yang lebih dulu dilakukan, otot tersebut sudah tidak dapat melakukan kontraksi. Untuk menjaga kesegaran otot agar tidak dehidrasi ataupun kekurangan nutrisi, maka harus diberikan larutan Ringer.

4. Dengan tromol tetap diam, otot dirangsang sehingga terdapat suatu kerutan. P.II.1.2. Bila hasil pencatatan kontraksi otot sangat kecil, bagaimana memperbesarnya? Jawab : Dengan cara memperbesar jumlah voltase sehingga meningkatkan kontraksi otot menjadi maksimal. P.II.1.3. Bila hanyasebagian kontraksi yang tercatat, apa yang harus diperhatikan atau diperbaiki ? Jawaban : Besarnya jumlah rangsangan yang diberikan atau sediaan otot tidak boleh kering. Harus selalu diolesi dengan larutan ringer agar bisa berkontraksi. Hal tersebut dikarenakan sediaan otot telah terpisah dari tubuh katak, sehingga akan kaku bila tidak dilumuri larutan ringer. Lagipula larutan ringer berfungsi sebagai cairan synovial. 5. Pencatat selalu dilakukan pada tromol yang diam. Berilah waktu istirahat selama 15 detik sesudah tiap perangsangan. Putarlah tromol sepanjang cm pada tiap kali sesudah pemberian rangsangan tutup dan 2 cm tiap kali sesudah pemberian rangsangan buka. P.II.1.4. Mengapa harus diberi waktu istirahat ? Jawaban : Agar otot melakukan relaksasi, sehingga hasil yang diperoleh lebih akurat. Apabila otot tidak diberikan waktu istirahat kontraksinya memang akan lebih besar, tapi otot akan cepat fatigue(lelah otot), waktu relaksasi yang dibutuhkan untuk mengembalikan filamen-filamen aktin ke posisi awal setelah terlepasnya kalsium lebih lama dari waktu awal memulainya suatu reaksi potensial aksi. 6. Pangsanglah sediaan otot dengan rangsang tutup dan rangsang buka berturut-turut dengan kekuatan rangsang yang setiap kali diperbesar 0,5 volt, sehingga didapatkan makaniomiogram sebagai hasil perangsangan bawah ambang, ambang, submaksimal, maksimal, dan supramaksimal. P.II.1.5. Apa yang disebut rangsang bawah ambang (subthreshold) ? Jawaban : Subtershold adalah keadaan dimana stimulus berupa listrik yang diberikan belum mencapai ambang karena kecilnya sebuah rangsangan sehingga tampak seperti tidak berkontraksi. P.II.1.6. Mengapa efek fisiologis arus buka lebih besar dari pada arus tutup walaupun voltase sama ? Jawaban : Karena pada arus buka serat telah mengalami relaksasi sempurna sedangkan pada arus tertutup serat belum mengalami relaksasi sempurna sehingga menyebabkan respon kontraktil yang ditambahkan secara dukungan-dukungan dan membutuhkan energy yang lebih besar. P.II.1.7. Bagaimana kita dapat membedakan rangsangan maksimal dengan supramaksimal ? Jawaban : Rangsang maksimal adalah suatu rangsang yang dapat menyebabkan kontraksi yang terbesar. Sedangkan rangsang supramaksimal adalah rangsang yang lebih besar dari rangsangan maksimal tetapi kontraksinya sama dengan atau kurang dari rangsangan maksimal. Hal tersebut dikarenakan miofibril-miofibril dalam otot sudah melakukan kontraksi semua.

Hasil Praktikum Intensitas Rangsangan (mVolt) 5 10 20 30 50 100 Tinggi Mekanomiogram (cm) 0,5 1 1,5 2 2,8 2,8

Hubungan kekuatan rangsangan dan tinggi mekanomiogram


3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 5 10 20 30 50 100

Hasil Diskusi : Pada intensitas 5 mVolt otot yang dipengaruhi masih menunjukkan sedikit kontraksi, pada saat ini disebut keadaan subthreshold. Ketika itensitas ditambah 10 mVolt otot berada dalam keadaan threshold. Tetapi ketika mencapai 100 mVolt otot konstan berada pada posisinya, hal ini menunjukkan bahwa pada intensitas 100 mVolt otot berada dalam keadaan supramaksimal. Kesimpulan : Semakin intensitas yang diberikan ke otot maka akan semakin besar pula kontraksi otot, tetapi kontraksi yang supramaksimal ketika ditambah arus yang lebih tinggi otot tetap akan berkontraksi sebagaimana pada arus yang diberikan ketika terjadi kotraksi maksimal.

OTOT RANGKA II TUJUAN PERCOBAAN 1. Merangsang sediaan otot katak dengan arus faradic dengan berbagai kekuatan rangsang 2. Membebani sediaan otot katak dengan cara pembebanan langsung dan tidak langsung 3. Mendemonstrasikan hubungan antara panjang awal otot dengan kekuatan kontraksi 4. Menghitung kerja sediaan otot katak 5. Mendemonstrasikan hubungan antara pembebanan dengan kerja otot 6. Mengukur kekuatan kontraksi otot ekstensor dan otot fleksor manusia dalam berbagai sikap tubuh ALAT DAN BAHAN 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Kimograf + kertas + perekat Statif + klem-klem + pencatat otot + klem femur Stimulator induksi + elektroda perangsang Papan fiksasi + jarum-jarum pentul + penusuk katak + katak Beban-beban dengan penggantungnya Benang + kapas + gelas arloji Botol plastik berisi larutan Ringer + pipet+ Waskom + gelas beker Dinamometer

TATA KERJA I. Pengaruh panjang awal (Initial lenght) otot katak terhadap kekuatan kerutan. 1. Pasanglah semua alat sesuai dengan gambar. 2. Buatlah sediaan otot menurut petunjuk umum praktikum. Sebelum digunakan, bungkuslah sediaan otot tersebut dengan kapas yang dibasahi dengan larutan Ringer dan letakkan di gelas arloji. 3. Pasanglah sediaan otot sesuai dengan gambar. P.II.2.1. Manakah yang harus diselesaikan lebih dahulu, pemasangan alat atau pembuatan sediaan otot ? Jawaban : Pemasangan alat karena apabila pembuatan sediaan otot yang lebih dulu dilakukan, otot tersebut sudah tidak dapat melakukan kontraksi. Untuk menjaga kesegaran otot agar tidak dehidrasi ataupun kekurangan nutrisi, maka harus diberikan larutan Ringer. 4. Bebenilah otot dengan beban seberat 20 gram. Kendorkan sekrup penumpu sehingga terjadi pembebanan langsung. Dengan memutar tromol, membuat garis sepanjang +10 cm dan tulislah : garis dasar 20o pada ujung akhir garis tersebut

P.II.2.2. Apa yang dimaksud dengan pembebanan langsung ? Jawaban : Pembebanan dengan mengendurkan sekrup penumpu sehingga beban yang diberikan langsung ditujukan pada ujung otot. 5. Angkatlah seluruh pembebanan sehingga otot kembali ke panjang semula. Buatlah sekali lagi garis sepanjang +10 cm tepat diatas garis yang pertama dan tulislah: garis dasar 0 pada ujung akhir garis tersebut P.II.2.3. Mengapa setelah beban diangkat otot kembali ke panjang semula ? Jawaban : Karena otot tersusun atas serat elastin. Sehingga otot bersifat elastis. Ketika terjadi pembebanan otot akan memulur dan mengalami relaksasi sehingga kembali lagi ke panjang semula apabila beban tersebut diangkat. 6. Gantungkanlah lagi beban 20 gram dan dengan sekrup penumpu kembalikan ujung pencatat otot ke garis dasar 0, sehingga terjadi pembebanan tidak langsung P.II.2.4. Apa yang dimaksud dengan pembebanan tidak langsung ? Jabawan : Pembebanan dengan mengencangkan sekrup penumpu sehingga beban yang diberikan tidak langsung ditujukan pada ujung otot. 7. Dengan melakukan pencatatan pada awal garis 0 carilah kekuatan rangsang faradic maksimal. Rangsangan diberikan paling lama 1 detik. Berilah waktu istirahat selama 30 detik sesudah setiap rangsang P.II.2.5. Mengapa harus diberi waktu untuk istirahat ? Jawaban : Agar otot melakukan relaksasi, sehingga hasil yang diperoleh lebih akurat. Apabila otot tidak diberikan waktu istirahat kontraksinya memang akan lebih besar, tapi otot akan cepat fatigue(lelah otot), waktu relaksasi yang dibutuhkan untuk mengembalikan filamen-filamen aktin ke posisi awal setelah terlepasnya kalsium lebih lama dari waktu awal memulainya suatu reaksi potensial aksi. P.II.2.6. Apa yang dimaksud dengan rangsang faradic maksimal ? Jawaban : Arus langsung yang menginduksi suatu zat durasi sehingga zat tersebut dapat mencapai batas tertinggi untuk terinduksi maksimal. 8. Gunakan selalu kekuatan rangsangan faradic maksimal sub 6 untuk perangsangan selanjutnya 9. Putarlah tromol sejauh 1 cm setiap kali sesudah perangsangan. Carilah besar pembebanan yang pada perangsangan menghasilkan mekanomiogram setinggi 1 cm. Untuk percobaan selanjutnya tetap digunakan beban ini 10. Putarlah tromol sejauh 2 cm dan catatlah sekali lagi mekanomiogram yang terakhir 11. Putarlah tromol sejauh 1 cm dan kemudian menurunkan ujung pencatat otot sehingga terletak tepat ditengah-tengah antara garis dasar 20 dan garis dasar 0 (gunakan sekrup pemumpu). Putarlah lagi tromol sejauh 1 cm dan mengulangi perangsangan dan pencatatan P.II.2.7. Apa yang kita harapkan jika terjadi akibat tindakan tersebut ? Jawaban : Untuk mengetahui pengaruh intial length terhadap kontraksi otot. 12. Putarlah tromol sejauh 1 cm dan turunkanlah ujung pencatat otot sampai garis dasar 20, memutar tromol lagi sejauh 1 cm dan ulangilah sekali lagi perangsangan dan pencatatan

Hasil Praktikum Data Hasil Percobaan Beban 20 gram Intensitas Rangsangan (mVolt) 10 15 20 35 50 100 Tinggi mekanomiogram (cm) 0,5 0,8 1 1,5 2,5 2,3

Pengaruh initial length otot katak terhadap kekuatan kerutan


3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 10 15 20 35 50 100

Hasil Diskusi : Dari grafik menunjukkan terjadi rangsang faradic maksimal, otot katak mampu melakukan kontraksi sampai batas maksimal di angka 50 mVolt.

Penurunan grafik disebabkan karena otot katak sudah tidak mampulagi untuk menerima rangsang. Kesimpulan : Ada beberapa factor yang dapat mempengaruhi kuat kontraksi (amplitudo), durasi (lamanya waktu) dari kontraksi otot. Pada umumnya kuat kontraksi meningkat bila intensitas rangsangan meningkat. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut, otot terdiri dari berates-ratus serabut otot dan masing-masing mempunyai rangsangan ambang yang berbeda-beda.

II. Pengaruh beban terhadap kerja otot 1. Membuat garis dasar 0 yang baru sepanjang mungkin 2. Dengan menggunakan kekuatan rangsang sebesar ad.1.6. membuat mekanomiogram pada tromol yang diam. Pencatatan selalu dimulai pada garis dasar 0 dengan mengatur sekrup penumpu 3. Ulangi perangsangan dan pencatatan, dimulai dengan beban 10 gram, sehingga dicapai beban maksimal. Setiap kali setelah pencatatan, putarlah tromol sepanjang 1 cm dan berilah otot istirahat selama 30 detik P.II.2.8. Apa yang dimaksud dengan beban maksimal ? Jawaban : Beban terbesar yang masih dapat menimbulkan kontraksi otot dan membuat pencatatan tertinggi pada kimograf. Yang mengakibatkan otot tiidak dapat lagi melakukan gerakan. 4. Hitunglah kerja sediaan otot pada setiap pembebanan yang diberikan P.II.2.9. Bagaimana sudara menghitung besar kerja sediaan otot ? Jawaban : Dengan melihat rangsangan terbesar yang masih dapat menimbulkan reaksi kontraksi pada beban maksimal. 5. Menyimpulkan pengaruh beban terhadap kerja otot III. Pengaruh regangan terhadap kekuatan kerutan otot ekstensor dan fleksor pada manusia A. Mengukur kekuatan kerutan otot ekstensor. 1. Suruh o.p duduk di pinggir meja alat tersebut dengan membelakangi timbangan dan dengan tungkai bawahannya tergantung secara bebas 2. Pasanglah ban kulit pada salah satu pergelangan kaki dan hubungkanlah ban kulit tersebut, dengan kawat baja yang dapat menarik timbangan melalui katrol. 3. Suruhlah o.p meluruskan tungkainya sekuat tenaga dan catatlah kekuatan kerutan otot ekstensor untuk tiap- tiap sikap berikut ini : a. Duduk tegak b. Duduk sambil membungkukan badan sejauh-jauhnya c. Berbaring telentang

Posisi Duduk tegak Duduk sambil membungkuk Berbaring terlentang

Laki-laki 15 25 40

B. Mengukur kekuatan kerutan otot fleksor 1. Suruh o.p duduk di pinggir meja alat tersebut dengan membelakangi timbangan dan dengan tungkai bawahannya tergantung secara bebas 2. Pasanglah ban kulit seperti pada A.2 3. Suruhlah o.p meluruskan tungkainya sekuat tenaga dan catatlah kekuatan kerutan otot ekstensor untuk tiap- tiap sikap seperti pada A.3 P.II.2.10. Apakah terdapat perbedaan kekuatan otot ekstensor dan otot fleksor pada sikap tersebut ? Jawaban : Ada,karena pada macam-macam sikap tersebut memiliki kerutan otot yang berbeda beda akibat dari penggunaan otot yang berkontraksi,semakin banyak sendi yang bekerja maka semakin tidak maksimal otot yang berkontraksi.

Posisi Duduk tegak Duduk sambil membungkuk Berbaring terlentang

Laki-laki 10 15 7

Hasil Analisa : Kekuatan otot ekstensor

DAFTAR PUSTAKA Guyton AC, Hall JE. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC Sherwood L. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta : EGC W.F.Ganong. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai