Perencanaan Pembelajaran Kimia A. Pengertian Desain Instruksional Desain intruksional adalah keseluruhan proses analisis kebutuhan dan tujuan belajar serta pengembangan teknik mengajar dan materi pembelajarannya untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Termasuk di dalamnya adalah pengembangan paket pembelajaran, kegiatan mengajar, uji coba, revisi dan kegiatan mengevaluasi hasil belajar. Pendekatan sistem dalam pendidikan dapat mencakup beberapa daerah bidang garapan. Misalnya pendekatan sistem kurikulum, sistem pembelajaran, sistem implementasi, sistem implementasi dan sebagainya. Asumsi dasar yang melandasi perlunya desain pembelajaran ialah sebagai berikut : a) Diarahkan untuk membantu proses belajar secara individual. b) Desain pembelajaran mempunyai fase-fase jangka pendek dan jangka panjang. c) Dapat mempengaruhi perkembangan individu secara maksimal. d) Didasarkan pada pengetahuan tentang cara belajar manusia. e) Dilakukan dengan menerapkan pendekatan sistem. Pengembangan tersebut dipengaruhi oleh prosedur-prosedur desain
pembelajaran, namun prinsip-prinsip umumnya berasal dari aspek-aspek komunikasi disamping proses belajar.
B. Model-model desain instruksional Ada banyak tokoh yang mengemukakan pendapatnya terkait model pengembangan desain instruksional. Beberapa model pengembangan tersebut antara lain adalah sebagai berikut : 1. Model Wong dan Roulerson. Wong dan Roulerson mengemukakan enam langkah pengembangan desain instruksional yaitu : a) Merumuskan tujuan. b) Menganalisis tujuan tugas belajar. c) Mengelompokkan tugas-tugas belajar dan memilih kondisi belajar yang tepat. d) Memilih metoda dan media. e) Mensintesiskan komponen-komponen pembelajaran. f) Melakasanakan rencana, mengevaluasi dan memberi umpan balik.
melaksanakan dan menilai pembelajaran. Langkah-langkah ini, dalam setiap poses memiliki dasar yang terpisah dalam teori maupun praktek seperti halnya pada proses ISD secara keseluruhan. Dalam pengutaraannya yang lebih sederhana adalah sebagai berikut : a) Menganalisis adalah mengidentifikasi apa yang dipelajari. b) Merancang adalah menspesifikasi proses dan produk. c) Mengembangkan adalah memandu dan menghasilkan materi pembelajaran. d) Melaksanakan adalah menggunakan materi dan strategi dalam konteks. e) Menilai adalah menentukan kesesuaian pembelajaran. Pada umumnya ISD bersifat linier dan memuat prosedur yang menghendaki kejelian dan konsistensi. Ciri khas rancangan ini adalah semua langkah dilengkapi untuk dapat berfungsi pada setiap komponen sebagai pengontrol dan penyeimbang satu sama lain. 5. Model Robert Mager. Desain instruksional menurut Robert Mager sangat pasti dan jelas dikemukakan, yaitu berupa rumusan Tujuan Instruksional Khusus (TIK). Robert Mager mengungkapkan perumusan TIK secara tertulis dan diinformasikan kepada pendidik dan peserta didik, sehingga keduanya mempunyai pengertian yang sama tentang apa yang tercamtum dalam TIK. TIK tersebut mengandung satu pengertian atau tidak mungkin ditafsirkan dalam pengertian yang lain.
pembelajaran dan rumusan kegiatan belajar. Rumusan kegiatan belajar lebih lanjut menjadi dasar pengembangan program kegiatan, yang selanjutnya adalah pelaksanaan pengembangan. Hasil pelaksanaan tentunya dievaluasi, dan selanjutnya hasil evaluasi digunakan untuk merevisi pengembangan program kegiatan, rumusan kegiatan belajar, dan alat evaluasi. Kelebihan dari model PPSI antara lain: a) Lebih tepat digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan perangkat pembelajaran, bukan untuk mengembangkan sistem pembelajaran. b) Uraiannya tampak lebih lengkap dan sistematis. c) Dalam pengembangannya melibatkan penilaian ahli, sehingga sebelum dilakukan uji coba di lapangan perangkat pembelajaran telah dilakukan revisi berdasarkan penilaian dan saran serta masukan para ahli. 7. Model Gerlach dan Elly Model desain intruksional yang dikembangkan oleh Gerlach dan Ely (1971) ini dimaksudkan untuk pedoman perencanaan mengajar. Menurut Gerlach dan Ely (1971), langkah-langkah dalam pengembangan desain intruksional terdiri dari :
a) Merumuskan tujuan instruksional. b) Menentukan isi materi pelajaran. c) Menentukan kemampuan awal peserta didik. d) Menentukan teknik dan strategi.
8. Model Dick dan Carey Model desain instruksional menurut Dick and Carey dibagi menjadi sepuluh tahapan yaitu:
a) Menganalisis Tujuan Pembelajaran. b) Melakukan Analisis Pembelajaran. c) Menganalisis siswa dan konteks. d) Merumuskan tujuan khusus. e) Mengembangkan instrumen penilaian. f)
9. Model Briggs Model Brigs ini berorientasi pada rancangan sistem dengan sasaran dosen atau guru yang akan bekerja sebagai perancang kegiatan instruksional maupun tim pengembangan instruksional. Susunan atau anggota dari tim tersebut meliputi dosen, administrator, ahli bidang studi, ahli evaluasi, ahli media dan perancang instruksional. Briggs berkeyakinan bahwa banyak pengetahuan tentang belajar mengajar dapat diterapkan untuk semua jajaran dalam bidang pendidikan dan latihan. Karena itu dia berpendapat bahwa model ini juga sesuai untuk pengembangan program latihan jabatan, tidak hanya terbatas pada program-program akademis saja. Dalam pengembangan instruksional ini berlaku prinsip keselarasan antara tujuan yang akan dicapai, strategi pencapaiannya dan evaluasi keberhasilannya, yang ketiganya merupakan tiang pokok desain instruksional menurut Briggs.
direncanakan mencapai sasaran yang diinginkan. Hasil evaluasi merupakan umpan balik untuk merevisi kembali tentang; program instruksional yang telah dibuat, instrument tes, metode strategi yang dipakai dan sebagainya.
C. Kriteria model desain instruksional yang baik. Begitu banyaknya model instruksional yang serupa, dapat mempersulit pemakai untuk memilih model yang terbaik untuk diterapkan dalam bidang pendidikan. Oleh karena itu, alangkah lebih baik apabila model yang dipilih dapat memenuhi beberapa kriteria sebagai berikut : 1. Sederhana, yaitu bentuk yang sederhana akan lebih mudah untuk dimengerti, diikuti dan digunakan.
D. Model Pengembangan Instruksional Dick & Carey Model Dick Carey adalah model desain Instruksional yang dikembangkan oleh Walter Dick, Lou Carey dan James O Carey. Model ini adalah salah satu dari model prosedural, yaitu model yang menyarankan agar penerapan prinsip disain Instruksional disesuaikan dengan langkah-langkah yang harus di tempuh secara berurutan. Model Dick Carey tertuang dalam Bukunya The Systematic Design of Instruction edisi 6 tahun 2005. Perancangan Instruksional menurut sistem pendekatan model Dick & Carey terdapat beberapa komponen yang akan dilewati di dalam proses pengembangan dan perencanaan tersebut. Langkahnya ditunjukkan pada gambar 1 berikut ini :
Cara yang digunakan untuk mengidentifikasi subordinate skills adalah dengan cara memilih keterampilan bawahan yang berhubungan langsung dengan ranah tujuan pembelajaran. Analisis ini akan menghasilkan Peta konsep yang akan menggambarkan hubungan di antara semua keterampilan yang telah diidentifikasi. 3. Analisis Pembelajar dan Lingkungan (Analyze Learners and Contexts). Langkah ini melakukan analisis pembelajar, analisis konteks di mana mereka akan belajar, dan analisis konteks di mana mereka akan menggunakannya. Dalam tahap ini akan dianalisis kemampuan apa saja yang harus dimiliki siswa untuk menyelesaikan tugas. Dalam menganalisis juga harus memperhatikan kemampuan yang sudah dimiliki oleh siswa. Karakteristik siswa juga harus diperhatikan karena mungkin akan berpengaruh pada proses pembelajaran. Keterampilan pembelajar, pilihan, dan sikap yang telah dimiliki pembelajar akan digunakan untuk merancang strategi Instruksional. 4. Merumuskan Tujuan Performansi (Write Performance Objectives).
Instructional Materials). Ketika kita menggunakan istilah bahan Instruksional kita sudah termasuk segala bentuk Instruksional seperti panduan guru, modul, overhead transparansi, kaset video, komputer berbasis multimedia, dan halaman web untuk Instruksional jarak jauh. maksudnya bahan memiliki konotasi. Namun dalam penentuan materi pembelajaran harus disesuaikan dengan kondisi dan karakteristik peserta didik. Hal ini akan menyulitkan mengingat kondisi dan karakteristik tiap siswa berbeda-beda sehingga sulit untuk menentukan materi pembelajaran yang tepat. 8. Merancang dan Melaksanakan Penilaian Formatif (Design and Conduct
Formative Evaluation of Instruction). Formative evaluation bertujuan menyediakan data untuk revisi dan pengembangan instructional materials. Selain itu, Evaluasi ini juga dilakukan untuk mengumpulkan data yang akan digunakan untuk mengidentifikasi bagaimana meningkatkan pengajaran. Ada tiga jenis evaluasi formatif yaitu penilaian satu-satu, penilaian kelompok kecil, dan penilaian uji lapangan. Setiap jenis penilaian memberikan informasi yang berbeda bagi perancang untuk digunakan dalam meningkatkan Instruksional. Teknik serupa dapat diterapkan pada penilaian formatif terhadap bahan atau Instruksional di kelas. 9. Revisi Instruksional (Revise Instruction). Strategi Instruksional ditinjau kembali dan akhirnya semua pertimbangan ini dimasukkan ke dalam revisi Instruksional untuk membuatnya menjadi alat Instruksional lebih efektif.
Summative Evaluation). Hasil-hasil pada tahap di atas dijadikan dasar untuk menulis perangkat yang dibutuhkan. Hasil perangkat selanjutnya divalidasi dan diujicobakan di kelas/ diimplementasikan di kelas dengan evaluasi sumatif. Evaluasi sumatif bertujuan untuk mengetahui efektivitas tiap-tiap tahap yang telah dilakukan