Anda di halaman 1dari 4

S

etelah 20 tahun beroperasi, SISKOHAT (Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu), kini

berhasil menjadikan seluruh jaringan komputerisasi haji bisa on line dari Kementerian Agama di pusat Jakarta hingga seluruh Kantor Wilayah Kementerian Agama, embarkasi dan Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia maupun Arab Saudi (Jeddah, Madinah, Mekkah dan Masyair). Pada tahun 2012 ini infrastruktur Siskohat akan terpenuhi diseluruh Kab./Kota. Ini kebanggaan tersendiri bagi Kementerian Agama sebagai penanggungjawab nasional penyelenggaraan ibadah haji. Karena dengan terintegrasinya jaringan SISKOHAT, maka kini semua data yang terkait dengan perhajian, semuanya sudah on line. SISIKOHAT dalam penyelenggaraan ibadah haji merupakan urat nadi yang punya peran dan fungsi sangat vital, karena dalam sistem inilah semua data untuk menunjang semua kegiatan penyelenggaraan ibadah haji terdapat di dalamnya. Mulai dari data pendaftaran jemaah calon haji hingga pembayaran dana setoran awal ke Bank Penerima Setoran (BPS), daftar tunggu para jemaah calon haji yang kini jumlahnya lebih 1,7 juta jiwa, penentuan para jemaah calon haji yang akan berangkat pada musim haji berjalan, data untuk pembuatan paspor, data untuk penerbangan pemberangkatan hingga pemulangannya dan sebagainya. Wal hasil, dalam SISKOHAT sudah ada berbagai persoalan layanan penyelenggaraan ibadah haji mulai dari A sampai Z. Laporan keberadaan SISKOHAT inilah yang kami turunkan dalam majalah Realita Haji edisi II Tahun 2012 sebagai laporan utama atau Fokus Realita. Pengasuh penerbitaan majalah internal Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah ini, berharap semoga semua laporan yang kami turunkan akan menambah luasnya wawasan para pembaca yang budiman dalam masalah perhajian. Kepada para pembaca yang budiman juga kami berharap adanya kritik dan saran yang konstruktif untuk meningkatkan kualitas atas keberadaan majalah yang kita cintai ini. Semua itu bisa dikirimkan via email redaksi, realitahaji@yahoo.com atau realitahaji@kemenag.go.id. Semoga bermanfaat. Wassalamualaikum Wr. Wb Redaksi

of controll). Adanya kesenjangan yang semakin tajam dan melebar ini, ternyata tidak berhenti di situ, bahkan puncaknya semakin meledak di akhir tahun 90-an. Terjadi tuntutan reformasi birokrasi, transparansi dan keterbukaan informasi dan akselerasi pelayanan di berbagai bidang kehidupan dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

media computer pada tahun 1992. Hal ini dilatarbelakangi oleh kesulitan petugas haji Indonesia saat berada di Arab Saudi untuk mendata dan menginformasikan jamaah haji Indonesa yang wafat ke tanah air. Yaitu sekitar 1.500 orang yang meninggal dunia dalam peristiwa yang dikenal Musibah Terowongan Almuaisim Mina tahun 1990. Salah satu peninggalan yang monumental untuk mengenang musibah ini, adalah pembangunan Rumah Sakit Haji di empat kota embarkasi yaitu di Jakata, Surabaya, Makasar dan Medan. Kementerian Agama RI pada tahun 1992 mulai membangun Pusat Komputerisasi Haji pada Direktorat Jenderal Bimas Islam dan Penyelengggaraan Haji. Computer sebagai alat untuk menginput, mengumpulkan, mengolah dan menyajikan database maupun informasi, sehingga, yang terintegrasi dengan 4 Embarkasi dan Arab Saudi melalui modem dial up telepon secara berkala untuk transaksi data. Cara kerja komputer sebagai perangkat utama teknologi informasi di era 1992-1994 masih Realita Haji : 15 Edisi II / Tahun 2012

AWAL PEMAKAIAN JARINGAN KOMPUTER HAJI


Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI), selaku penanggung jawab pelaksanaan penyelenggaraan ibadah haji, mulai menerapkan penggunaan

sangat sederhana, karena masih sebatas pengganti peralatan mekanikal menjadi electronic data processing (semi otomasi) dan berskala lokal, belum real time dalam transaksi data antarkota pelayanan, atau masih bersifat Local Area Network (LAN) dalam pelayanan data dan informasi haji. Sementara tingkat animo masyarakat untuk mendaftarkan diri pergi haji cukup tinggi, sehingga terjadi over quota yang mencapai 45 ribu orang waiting list sudah melunasi BPIH tahun 1995, namun tidak dapat diberangkatkan oleh pemerintah saat itu. Over quota dalam pendaftaran haji yang tidak bisa terdeteksi lebih dini alias keterbatasan tenaga manusia, sebuah aktivitas yang tidak bisa diprediksi sebelumnya itulah, yang menimbulkan keresahan dan ketidakpastian di kalangan masyarakat untuk pergi haji saat itu. Berdasarkan kondisi tersebut di atas, pada tahun 1995/1996 pemerintah mengambil langkah-langkah kebijakan terkait upaya memberikan kemudahan dan pencepatan layanan, pengendalian pendaftaran dan penyetoran lunas BPIH, pengendalian quota haji nasional secara tersistem, dan upaya memberikan kepastian pergi haji pada tahun berjalan, serta berkeadilan dalam penyediaan porsi maupun urutan keberangkatan ke Tanah Suci. Penyempurnaan kebijakan dan implementasi pendaftaran haji yang dilakukan melalui SISKOHAT, pada mulanya mengadopsi model reservation control untuk memperoleh seat pesawat di dunia penerbangan internasional. of controll). Adanya kesenjangan yang semakin tajam dan melebar ini, ternyata tidak berhenti di situ, bahkan puncaknya semakin meledak di akhir tahun 90-an. Terjadi tuntutan reformasi birokrasi, transparansi dan keterbukaan informasi dan akselerasi pelayanan di berbagai bidang kehidupan dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Direktorat Jenderal Bimas Islam dan Penyelengggaraan Haji. Computer sebagai alat untuk menginput, mengumpulkan, mengolah dan menyajikan database maupun informasi, sehingga, yang terintegrasi dengan 4 Embarkasi dan Arab Saudi melalui modem dial up telepon secara berkala untuk transaksi data. Cara kerja komputer sebagai perangkat utama teknologi informasi di era 1992-1994 masih Realita Haji : 15 Edisi II / Tahun 2012

AWAL PEMAKAIAN JARINGAN KOMPUTER HAJI


Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI), selaku penanggung jawab pelaksanaan penyelenggaraan ibadah haji, mulai menerapkan penggunaan media computer pada tahun 1992. Hal ini dilatarbelakangi oleh kesulitan petugas haji Indonesia saat berada di Arab Saudi untuk mendata dan menginformasikan jamaah haji Indonesa yang wafat ke tanah air. Yaitu sekitar 1.500 orang yang meninggal dunia dalam peristiwa yang dikenal Musibah Terowongan Almuaisim Mina tahun 1990. Salah satu peninggalan yang monumental untuk mengenang musibah ini, adalah pembangunan Rumah Sakit Haji di empat kota embarkasi yaitu di Jakata, Surabaya, Makasar dan Medan. Kementerian Agama RI pada tahun 1992 mulai membangun Pusat Komputerisasi Haji pada

sangat sederhana, karena masih sebatas pengganti peralatan mekanikal menjadi electronic data processing (semi otomasi) dan berskala lokal, belum real time dalam transaksi data antarkota pelayanan, atau masih bersifat Local Area Network (LAN) dalam pelayanan data dan informasi haji. Sementara tingkat animo masyarakat untuk mendaftarkan diri pergi haji cukup tinggi, sehingga terjadi over quota yang mencapai 45 ribu orang waiting list sudah melunasi BPIH tahun 1995, namun tidak dapat diberangkatkan oleh pemerintah saat itu. Over quota dalam pendaftaran haji yang tidak bisa terdeteksi lebih dini alias keterbatasan tenaga manusia, sebuah aktivitas yang tidak bisa diprediksi sebelumnya itulah, yang menimbulkan keresahan dan ketidakpastian di kalangan masyarakat untuk pergi haji saat itu. Berdasarkan kondisi tersebut di atas, pada tahun 1995/1996 pemerintah mengambil langkah-langkah kebijakan terkait upaya memberikan kemudahan dan pencepatan layanan, pengendalian pendaftaran dan penyetoran lunas BPIH, pengendalian quota haji nasional secara tersistem, dan upaya memberikan kepastian pergi haji pada tahun berjalan, serta berkeadilan dalam penyediaan porsi maupun urutan keberangkatan ke Tanah Suci. Penyempurnaan kebijakan dan implementasi pendaftaran haji yang dilakukan melalui SISKOHAT, pada mulanya mengadopsi model reservation control untuk memperoleh seat pesawat di dunia penerbangan internasional. of controll). Adanya kesenjangan yang semakin tajam dan melebar ini, ternyata tidak berhenti di situ, bahkan puncaknya semakin meledak di akhir tahun 90-an. Terjadi tuntutan reformasi birokrasi, transparansi dan keterbukaan informasi dan akselerasi pelayanan di berbagai bidang kehidupan dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Direktorat Jenderal Bimas Islam dan Penyelengggaraan Haji. Computer sebagai alat untuk menginput, mengumpulkan, mengolah dan menyajikan database maupun informasi, sehingga, yang terintegrasi dengan 4 Embarkasi dan Arab Saudi melalui modem dial up telepon secara berkala untuk transaksi data. Cara kerja komputer sebagai perangkat utama teknologi informasi di era 1992-1994 masih Realita Haji : 15 Edisi II / Tahun 2012

AWAL PEMAKAIAN JARINGAN KOMPUTER HAJI


Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI), selaku penanggung jawab pelaksanaan penyelenggaraan ibadah haji, mulai menerapkan penggunaan media computer pada tahun 1992. Hal ini dilatarbelakangi oleh kesulitan petugas haji Indonesia saat berada di Arab Saudi untuk mendata dan menginformasikan jamaah haji Indonesa yang wafat ke tanah air. Yaitu sekitar 1.500 orang yang meninggal dunia dalam peristiwa yang dikenal Musibah Terowongan Almuaisim Mina tahun 1990. Salah satu peninggalan yang monumental untuk mengenang musibah ini, adalah pembangunan Rumah Sakit Haji di empat kota embarkasi yaitu di Jakata, Surabaya, Makasar dan Medan. Kementerian Agama RI pada tahun 1992 mulai membangun Pusat Komputerisasi Haji pada

sangat sederhana, karena masih sebatas pengganti peralatan mekanikal menjadi electronic data processing (semi otomasi) dan berskala lokal, belum real time dalam transaksi data antarkota pelayanan, atau masih bersifat Local Area Network (LAN) dalam pelayanan data dan informasi haji. Sementara tingkat animo masyarakat untuk mendaftarkan diri pergi haji cukup tinggi, sehingga terjadi over quota yang mencapai 45 ribu orang waiting list sudah melunasi BPIH tahun 1995, namun tidak dapat diberangkatkan oleh pemerintah saat itu. Over quota dalam pendaftaran haji yang tidak bisa terdeteksi lebih dini alias keterbatasan tenaga manusia, sebuah aktivitas yang tidak bisa diprediksi sebelumnya itulah, yang menimbulkan keresahan dan ketidakpastian di kalangan masyarakat untuk pergi haji saat itu. Berdasarkan kondisi tersebut di atas, pada tahun 1995/1996 pemerintah mengambil langkah-langkah kebijakan terkait upaya memberikan kemudahan dan pencepatan layanan, pengendalian pendaftaran dan penyetoran lunas BPIH, pengendalian quota haji nasional secara tersistem, dan upaya memberikan kepastian pergi haji pada tahun berjalan, serta berkeadilan dalam penyediaan porsi maupun urutan keberangkatan ke Tanah Suci. Penyempurnaan kebijakan dan implementasi pendaftaran haji yang dilakukan melalui SISKOHAT, pada mulanya mengadopsi model reservation control untuk memperoleh seat pesawat di dunia penerbangan internasional.

Anda mungkin juga menyukai