Anda di halaman 1dari 26

Disusun Oleh: TIM

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN PENDIDIKAN MENENGAH

2012

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DI LABORATORIUM KIMIA

A. PENYEBAB KECELAKAAN DI LABORATORIUM Kecelakaan di laboratorium kimia terjadi bukan saja karena kurang

memperhatikan tata tertib bekerja di laboratorium, akan tetapi juga karena kurangnya pemahaman terhadap cara memperlakukan alat dan bahan kimia yang hendak dipergunakan. Oleh karena itu pada saat siswa mau melakukan percobaan, terlebih dahulu guru harus memberikan penjelasan menggunakan alat dan bahannya. Kecelakaan terjadi pada saat kita tidak siap menghadapinya, menimbulkan kekagetan yang berakibat pada orang yang gampang panik. Kecelakaan dapat terjadi dimana saja dan pada pekerjaan apapun. Di laboratorium kimia kecelakaan lebih sering terjadi disebabkan oleh alat-alat dan bahan/zat kimia. Karena alat-alat kimia pada umumnya terbuat dari kaca dan bahan/zat kimia yang dipergunakan pada umumnya berasal dari bahan yang pekat dan mempunyai berbagai sifat (racun; mudah terbakar, korosif, mudah meledak). Bila hal itu tidak diantisipasi dengan baik akan mudah terjadinya kecelakaan. Pencegahan kecelakaan lebih utama daripada merawatnya setelah terjadi kecelakaan Laboratorium yang dikelola dengan baik merupakan tempat bekerja yang aman jika pemakai laboratorium mengikuti aturan dan tata tertib yang berlaku. Disiplin yang baik merupakan salah satu faktor penting dalam memelihara keselamatan di laboratorium. Kecelakaan di laboratorium kimia dapat terjadi karena hal-hal berikut. 1. Kurang pengetahuan dan pemahaman terhadap bahan-bahan, proses, dan alat yang digunakan. 2. Kurang cukup intruksi atau supervisi oleh guru. cara

3. 4. 5.

Tidak menggunakan alat pelindung atau alat yang tepat. Tidak memperhatikan intruksi atau aturan. Tidak memperhatikan sikap yang baik waktu bekerja di laboratorium. Beberapa aturan yang perlu diperhatikan dan ditaati ketika bekerja di

laboratorium sebagai upaya untuk mencegah laboratorium adalah: 1.

berbagai kecelakaan di

Mengatur tempat kerja serapih mungkin; hindarkan lorong yang sesak dan kertas tersebar dimana-mana. Penyimpanan zat, alat besar dan berat dalam kemasan besar tidak

serta kotak obat dan bahan-bahan lain

disimpan ditempat yang tinggi yang memungkinkan terjadinya kecelakaan. 2. Bagi pengguna laboratorium perlu tahu tempat dan cara penggunaan

perlengkapan darurat seperti bahan P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan), pemadam kebakaran , dan pencuci mata. 3. Menggunakan alat pelindung diri (APD) standar selama melakukan praktik kimia. 4. Memberi penjelasan dan peringatan terlebih dahulu sebelum percobaan dimulai dan kemungkinan- kemungkinan bahaya yang dapat terjadi serta cara menanganinya, berhati-hatilah bekerja agar kecelakaan tidak terjadi. 5. Tersedianya tempat pembuangan khusus untuk cairan, kaca, sobekan kain/kertas, dan lain sebagainya. 6. Ditekankan agar siswa tetap tenang meskipun terjadi kecelakaan dan segera melapor jika ia terluka. 7. Bekerja dengan zat-zat beracun dan karsinogen harus selalu dilakukan di dalam lemari asap. 8. Buat catatan terperinci mengenai suatu kecelakaan yang terjadi di dalam laboratorium. 9. Setiap sekolah hendaknya membuat tata tertib bagi siswa/pengguna laboratorium yang terpasang di dinding laboratorium.

B. PENGGUNAAN PERALATAN KERJA DI LABORATORIUM DAN FUNGSINYA Untuk mencegah atau mengatasi terjadinya kecelakaan di laboratorium bila bekerja dengan alat atau zat berbahaya, diperlukan alat-alat pelindung baik untuk melindungi tubuh maupun untuk mengatasi bahaya kebakaran. Peralatan untuk keselamatan dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok sebagai berikut. 1. Alat yang digunakan sebagai pelindung bagian tubuh, misalnya: a. Kacamata pelindung Kacamata digunakan untuk melindungi mata dari rasa pedih atau iritasi yang disebabkan oleh zat yang mengeluarkan asap atau uap, yang bersifat memedihkan mata atau percikan asam pekat sehingga tidak mengenai mata. Misalnya ketika membuat larutan asam klorida (HCl) dari asam klorida (HCl) pekat. b. Sarung tangan Sarung tangan digunakan sebagai alat pelindung tangan pada saat membuat larutan atau menuangkan zat yang pekat sehingga tidak mengenai tangan. Sarung tangan digunakan pula pada saat

memasukkan pipa kaca pada sumbat karet atau gabus c. Jas laboratorium Jas laboratorium digunakan pada saat bekerja di laboratorium. Untuk menghindari percikan zat/asam mengenai pakaian atau bagian tubuh. d. Masker/penutup hidung Masker/penutup hidung dipergunakan pada saat membuat larutan atau gas yang dapat memedihkan hidung.

2.

Alat yang digunakan untuk keadaan darurat apabila terjadi kecelakaan yang tidak biasa, misalnya: a. pemadam kebakaran b. botol pencuci mata

C. JENIS KECELAKAAN DAN PENANGANANNYA Berbagai jenis kecelakaan dapat terjadi di laboratorium kimia. Jenis kecelakaan yang mungkin terjadi di laboratorium kimia adalah sebagai berikut. 1. Luka, disebabkan terkena pecahan kaca dan atau tertusuk oleh bendabenda tajam lainnya. Luka dapat terjadi pada bagian-bagian tubuh berikut. a. Luka pada kulit Di laboratorium, luka pada kulit salah satu penyebabnya adalah pada saat memasang pipa kaca atau termometer pada sumbat. Untuk menghindari kecelakaan, basahi terlebih dahulu sumbat karet/gabus dan gunakan lap pada saat memasangkan pipa kaca/termometer. Berikut cara memasang pipa kaca atau termometer pada sumbat gabus/karet.

Benar

Salah

Gambar 4.1 Cara Memasang pipa kaca pada sumbat

Benda tajam dapat menimbulkan luka kecil disertai dengan sedikit pendarahan. Luka ini dapat diakibatkan oleh tusukan benda tajam.

Tindakan yang dapat dilakukan adalah membersihkan luka secara hatihati, jika pada kulit yang terluka terdapat pecahan kaca, gunakan pinset dan kapas steril untuk mengambilnya. Kemudian tempelkan plester

berobat. Jika luka agak dalam dan dikhawatirkan terjadi tetanus, penderita hendaknya dibawa ke dokter. b. Luka Pada Mata Luka pada mata dapat terjadi bila terkena percikan asam atau basa, percikan zat- zat lainnya, dan terkena pecahan kaca. Gunakanlah alat pelindung ketika bekerja dengan menggunakan zat kimia. Berikut alatalat pelindung yang digunakan yaitu sarung tangan, jas laboratorium, dan kaca mata Google.

Gambar 4.2 Penggunaan alat pelindung matadengan kaca mata Google ketika bekerja di laboratorium kimia

c. Luka karena terkena percikan asam Jika mata terkena percikan asam encer, mata dapat dicuci dengan air bersih, baik dengan air kran maupun penyemprotan air. Pencucian mata kira-kira 15 menit secara terus menerus. Jika mata terkena asam pekat tindakan yang dapat dilakukan sama seperti di atas. Kemudian mata dicuci dengan larutan Na2CO3 1 %. Jika penderita masih kesakitan bawa ke dokter.

d. Luka karena terkena percikan basa Jika mata terkena percikan basa cucilah dengan air sebanyak-

banyaknya kemudian bilas dengan larutan asam borat (Boorwater) 1%. Gunakan gelas pencuci mata. e. Luka karena benda asing/pecahan kaca Jika mata terkena pecahan kaca, ambil kaca yang menempel pada mata dengan hati-hati tetapi jika pecahan kaca menancap kuat, jangan sekali-kali mengambilnya, hanya dokter yang dapat mengambilnya . Beberapa upaya pencegahan agar tidak terjadi kecelakaan yang dapat menyebabkan luka, adalah: a) Gunakan lap pada saat memasukkan pipa kaca/termometer ke

dalam sumbat gabus/karet yang terlebih dahulu sumbatnya dibasahi b) Bekerjalah dalam lemari asam jika bekerja dengan zat yang beruap racun dan pekat c) d) Gunakan tabung reaksi yang tahan panas ketika memanaskan zat. Gunakan alat-alat pelindung mata dan badan pada saat bekerja dengan zat yang beracun dan berbahaya.

2. Keracunan Keracunan dapat terjadi di laboratorium diantaranya disebabkan oleh masuknya zat kimia ke dalam tubuh lewat saluran pernapasan atau kontak dengan kulit, dan sangat jarang melalui mulut. Di laboratorium kimia keracunan ini terjadi biasanya pada saat mencium/membaui zat, atau mengambil zat yang pekat dan beracun dengan mulut. Kibaskan dengan menggunakan

tangan jika akan mencium zat, dan gunakan alat filler jika mengambil zat yang pekat dan beracun.

a. Keracunan zat melalui pernapasan Keracunan di laboratorium kimia sangat mungkin terjadi. Keracunan akibat zat kimia seperti menghirup gas Cl2, HCl, SO2, formaldehid, NH3. dan gas lainnya atau debu terjadi melalui saluran pernapasan. Tindakan pertama yang sebaiknya dilakukan adalah menghindarkan korban dari lingkungan zat tersebut kemudian pindahkan korban ke tempat yang berudara segar. Jika korban tidak bernapas, segera berikan pernapasan buatan dengan cara menekan bagian dada atau pemberian pernapasan dari mulut penolong ke mulut korban. Tindakan selanjutnya segera hubungi dokter. Ada dua cara pernapasan buatan, yaitu pernapasan buatan Holger Nielson dan Silbester. Berikut gambar cara memberikan pernapasan buatan

Gambar 4.3. Pernapasan buatan model Holger Nielson

b. Keracunan zat melalui mulut (tertelan) Keracunan zat melalui mulut dapat tejadi pada saat mengambil/memipet zat dengan menggunakan pipet gondok. Banyak zat kimia terutama boleh didiambil

yang beruap/beracun dan konsentrasi pekat hanya dengan menggunakan pipet

yang dilengkapi dengan pompa yang

disebut pompa Filler dan kaca mata Google.

Gambar 4.4. menyedot larutan dengan pipet melalui mulut berbahaya, tetapi gunakan pipet dengan pompa Filler

Keracunan ini juga terjadi jika ada zat tertelan. Jika ada zat yang tertelan segera panggil dokter dan informasikan zat yang tertelan oleh penderita. Jika penderita muntah - muntah, beri minum air hangat agar muntah terus dan mengencerkan racun dalam perut. Jika korban tidak muntah masukkan jari ke dalam tenggorokan korban agar muntah. Jika korban pingsan, tidak diperkenankan pemberian sesuatu lewat mulut. Segera bawa korban ke dokter/rumah sakit Jika zat beracun masuk ke dalam mulut dan tidak sampai tertelan, beberapa tindakan pertama. 1) Jika mulut terkena asam, kumur-kumur dengan air sebanyakbanyaknya kemudian penderita diberi minum air kapur atau susu untuk melindungi saluran pernafasan 2) Jika mulut terkena basa kuat, kumur-kumur dengan air sebanyakbanyaknya kemudian minum sebanyak-banyaknya, selanjutnya beri minum susu atau dua sendok teh asam cuka dalam liter air 3) Jika mulut terkena zat kimia lain yang beracun, si penderita diberi 23 gelas air atau susu. berikut dapat dilakukan sebagai pertolongan

Beberapa upaya pencegahan agar keracunan tidak terjadi ketika bekerja di laboratorium kimia. 1) Pipet digunakan untuk mengambil atau memindahkan bahan dengan jumlah tepat. Bahan-bahan yang tidak boleh dipipet dengan mulut adalah zat yang bersifat radioaktif, asam kuat dan pekat. Zatzat tersebut harus dipipet dengan cara khusus, yaitu dengan menggunakan pompa Filler. 2) Jangan mencoba mencium senyawa-senyawa beracun dan harus diperhatikan bahwa senyawa-senyawa beracun dapat memasuki tubuh lewat saluran pernapasan, mulut, kulit, dan luka 3) Jika bekerja dengan senyawa-senyawa beracun hendaknya

dilakukan di lemari uap dan jilka perlu gunakanlah sarung tangan. Apabila lemari uap tidak berfungsi atau tidak ada, bekerjalah di

tempat terbuka atau di luar 4) Pada saat menggunakan asbes harus dijaga agar debu yang keluar jangan sampai terisap karena dapat menyebabkan gangguan pernapasan dan paru-paru. 3. Percikan zat Kecelakaan akibat percikan zat yang bersifat korosif seperti asam sulfat pekat atau asam klorida pekat, natrium hidroksida, banyak maupun sedikit, yang mengenai badan hendaknya mendapat perhatian yang khusus karena banyak zat-zat kima yang dapat merusak kulit maupun pakaian. Percikan zat ini terjadi pada saat memanaskan zat atau mengamati zat saat dipanaskan. Pakailah selalu jas laboratorium dan kancingkan semua buah kancing ketika bekerja di laboratorium untuk mencegah percikan zat mengenai badan. Gunakanlah pelindung mata atau muka, terutama dalam melakukan

percobaaan-percobaan yang memungkinkan timbulnya percikan zat. Upaya pencegahan percikan zat adalah sebagai berikut.

a. Sewaktu kita memanaskan suatu larutan dalam tabung reaksi, arahkan mulut tabung reaksi tersebut ke arah yang tidak ada orang, dan jangan sekali-kali menengok dari mulut tabung reaksi b. Pada saat mengisi buret, disamping harus menggunakan corong kecil, juga buret harus diturunkan sehingga mulut buret berada setinggi mata. c. Jika mengencerkan asam pekat, tuangkan sedikit demi sedikit asam ke dalam air, jangan sebaliknya dan lakukan dengan hati-hati, jika perlu gunakan kacamata laboratorium. d. Asam-asam pekat dinetralkan dengan natrium bikarbonat padat (serbuk), kemudian dengan air yang cukup banyak. Larutan NaOH harus dinetralkan dengan NH4Cl serbuk, kemudian dengan air yang cukup banyak. Larutan sublimat (HgCl2) dinetralkan dengan serbuk belerang kemudian didiamkan sebentar baru zat-zat tersebut dibuang ke dalam air yang sedang mengalir. Selama membersihkan jangan lupa menggunakan pelindung badan dan mata. 4. Kecelakaan akibat benda panas (Terbakar) Tubuh/kulit terbakar dapat disebabkan oleh api, benda panas, atau karena zat kimia.tertentu. Penyebab luka bakar adalah: a. Terbakar karena benda panas Terbakar karena benda panas dapat terjadi akibat kontak dengan gelas/logam panas. Jika kulit yang terbakar memerah, olesi dengan salep minyak ikan atau levertran. Jika terbakarnya diakibatkan terkena api dan penderita merasa nyeri, tindakan yang dapat dilakukan adalah mencelupkan bagian yang terbakar ke dalam air es secepat mungkin atau kompres agar rasa nyeri berkurang,. kemudian bawa penderita ke dokter.

10

b. Terbakar karena zat kimia Jika kulit terkena zat kimia, misalnya oleh asam pekat, basa pekat, dan logam alkali sehingga menimbulkan luka dan terasa panas pada kulit. Hal ini terjadi pada saat menuangkan zat kimia yang pekat dari botolnya. Gunakanlah alat/pipet jika akan mengambil zat dari botol. Berikut cara menuangkan zat.

Tindakan yang dapat dilakukan pada saat terbakar adalah sebagai berikut: a. Terbakar karena asam Asam yang mengenai kulit hendaknya segera dihapus dengan kapas atau lap halus, kemudian dicuci dengan air mengalir sebanyakbanyaknya. Selanjutnya cuci dengan larutam 1% Na 2CO3, kemudian cuci lagi dengan air. Keringkan dan olesi dengan salep levertran. b. Terbakar akibat basa Jika kulit terkena basa hendaknya segera dicuci dengan air sebanyakbanyaknya, kemudian bilas dengan larutan asam asetat 1 % cuci dengan air, kemudian keringkan dan olesi dengan salep boor. c. Terbakar karena terkena percikan natrium/ kalium Jika kulit terkena logam natrium /kalium, ambil logam yang menempel tersebut dengan pinset secara hati-hati, kemudian cuci kulit yang terkena zat tersebut dengan air mengalir selama kira-kira 15-20 menit. Netralkan dengan larutan asam asetat 1 % kemudian keringkan dan olesi dengan salep levertran atau luka ditutup dengan kapas steril atau kapas yang telah dibasahi dengan asam pikrat.

11

d.

Terbakar karena percikan bromin Jika kulit terkena percikan atau tumpahan bromin, kulit yang terkena segera olesi dengan larutan amoniak encer (1 bagian amoniak dalam 15 bagian air) kemudian luka tersebut tutup dengan pasta Na2CO3.

e.

Terbakar karena fosfor Jika fosfor terkena kulit, kulit yang terkena dicuci dengan air sebanyakbanyaknya kemudian cuci dengan larutan CuSO4 3 %.

5. Kecelakaan akibat tumpahan zat Tumpahan zat mungkin saja terjadi pada saat melakukan kegiatan di laboratorium. atau pada saat membuang zat kimia sisa pakai. . Mengingat

bahwa pada dasarnya kebanyakan zat kimia dapat menimbulkan bahaya, diperlukan pemahaman dalam penangannnya agar kecelakaan tidak terjadi. Misalnya tumpahan raksa.. Raksa adalah zat kimia yang sangat beracun dan dapat terakumulasi dalam tubuh, walaupun menghirup uapnya dalam konsentrasi rendah sekalipun. Jika menggunakan raksa dalam percobaan, gunakan alas kaki. Jika raksa tumpah dari botolnya, segera tutup dengan belerang atau larutan iodida. Tumpahan yang sudah tertutup dengan belerang, bersihkan dengan lap basah, buang dan tempatkan ditempat khusus dengan lapnya. 6. Kebakaran Di laboratorium sangat mungkin terjadi kebakaran. Kebakaran di

laboratorium dapat disebabkan oleh arus pendek, pemanasan zat yang mudah terbakar atau kertas yang berserakan di atas meja pada saat ada api. Untuk menghindari hal tersebut lakukan hal berikut. a. Hindari penggunaan kabel yang bertumpuk pada satu stop kontak b. Gunakan penangas bila hendak memanaskan zat kimia yang mudah terbakar

12

c.

Bila hendak bekerja dengan menggunakan pembakaran (api) jauhkan alat/bahan yang mudah terbakar (misal kertas, alkohol) dan bagi siswa perempuan yang berambut panjang untuk diikat

d. Gunakan alat pemadam kebakaran jika terjadi kebakaran Diitinjau dari aspek kimia, api merupakan proses oksidasi gas yang berlangsung hebat sambil melepaskan energi yang cukup besar sehingga gas yang bereaksi tersebut memancarkan cahaya. Api atau kebakaran dapat terjadi jika tiga faktor berada secara bersamaan pada suatu saat. Ketiga faktor tersebut adalah: a. Bahan bakar, yaitu bahan yang dapat bereaksi hebat dengan oksigen, yang menimbulkan gejala berupa api. Bahan bakar dapat berupa zat padat, zat cair, atau gas. b. Oksigen, biasanya dari udara ( 1/5 bagian udara adalah oksigen) tetapi dapat juga berasal dari bahan kimia yang bereaksi sambil menghasilkan oksigen. Oksigen inilah yang nantinya bersenyawa

(bereaksi) dengan bahan bakar, jika suhu mencapai tinggi tertentu. Tanpa oksigen, kebakaran tidak dapat terjadi. c. Kalor yang cukup mengakibatkan suhu naik mencapai suhu tertentu yang disebut suhu penyulutan (ignition temperature). Di bawah suhu ini reaksi oksidasi disertai cahaya tidak dapat terjadi. Sekali reaksi terjadi, energi kalor yang ditimbulkan oleh reaksi, biasanya sudah mencukupi untuk mempertahankan reaksi, yang berarti mempertahankan Ketiga faktor

kebakaran, sampai bahan bakar atau oksigen habis. tersebut di atas disebut sebagai Segitiga api.

Berdasarkan konsep segitiga api, maka untuk memadamkan api adalah menghilangkan salah satu (atau lebih dari satu) dari ketiga faktor yang memungkinkan api itu ada, yaitu: a. Menghentikan pasokan bahan bakar

13

b. c.

Menurunkan suhu sampai di bawah suhu penyulutan Menghentikan pasokan oksigen

Bila di laboratorium terjadi kebakaran, harus segera diatasi dengan cara seksama dan jangan panik. Gunakan alat pemadam kebakaran yang telah disediakan. Beberapa hal yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut: a. Jika baju/pakaian yang terbakar, korban harus merebahkan dirinya sambil berguling-guling. Jika ada selimut tutuplah pada apinya agar cepat padam. Jangan sekali-kali membiarkan korban berlari-lari karena akan memungkinkan terjadinya kebakaran yang lebih besar. b. Jika terjadi kebakaran kecil, misalnya terbakarnya larutan dalam gelas kimia atau dalam penangas, tutuplah bagian yang terkena api dengan karung atau kain basah. c. Jika terjadi kebakaran yang besar, gunakan alat pemadam kebakaran. Kemudian sumber-sumber yang dapat menimbulkan api, misalnya listrik, gas, kompor, agar segera dimatikan dan jauhkan bahan-bahan yang mudah terbakar. d. Jika terjadi kebakaran karena zat yang mudah terbakar (pelarut organik) untuk mematikan jangan menggunakan air, karena hal itu akan menyebabkan apinya lebih besar dan menyebar mengikuti air. Untuk mematikannya gunakanlah pasir atau tabung pemadam kebakaran Klasifikasi Kebakaran Kebakaran dapat digolongkan menjadi 4 kelas, yaitu: a. KELAS A, merupakan jenis kebakaran yang melibatkan bahanbahan biasa yang mudah terbakar seperti kayu, kertas, karet dan plastik

14

b. KELAS B, merupakan jenis kebakaran yang melibatkan bahan yang mudah terbakar, alkohol c. KELAS C, kebakaran yang disebabkan oleh arus listrik d. KELAS D, kebakaran berasal dari logam (metal) yang mudah meliputi cairan, seperti minyak tanah, bensin,

terbakar seperti natrium, kalium, dan magnesium Jenis- jenis Pemadam Kebakaran Di laboratorium kimia sekolah perlu disediakan alat pemadam kebakaran yang dapat di bawa-bawa atau dipindah-pindah. Alat pemadam seperti ini berbentuk tabung yang dapat digantungkan di dinding laboratorium atau bagian lain bangunan yang mudah dijangkau. Alat pemadam kebakaran tersebut mempunyai berbagai jenis Penggunaan jenis pemadam kebakaran bergantung pada bahan yang terbakar. Jika bahan yang terbakar berbeda maka akan berbeda pula penggunaaan jenis pemadam kebakaran. Namun pada saat sekarang tersedia alat pemadam kebakaran yang bisa mengatasi kebakaran dari berbagai sifat bahan yang terbakar yang disebut dengan alat pemadam Multy purpose. Berikut model alat pemadam kebakaran jenis tabung.

Gambar 4.5. Tabung Pemadam kebakaran

15

Beberapa jenis alat pemadam kebakaran dari jenis lain. a. Pemadam Kebakaran Jenis Air Pemadam jenis air ini bekerja atas dasar pendinginan. Suhu benda yang terbakar dapat diturunkan. Bentuk yang sederhana dari pemadam kebakaran jenis air ini adalah air yang disiramkan dengan menggunakan ember. Akan tetapi ada pula alat pemadam kebakaran jenis air yang tersimpan dalam tabung atau silinder. Tabung itu berisi kira-kira 10 liter air. Di dalam tabung atau silinder itu terdapat silinder lain yang berisi karbondioksida yang bertekanan. Pada waktu digunakan silinder yang berisi karbondioksida itu dibocorkan dengan jalan ditusuk sehingga karbondioksida akan mendesak air dan air akan keluar dengan deras. Sekali dijalankan, semprotan air itu tidak dapat dihentikan dan alat ini bersifat sekali pakai. Ada pula alat pemadam kebakaran jenis air yang menggunakan larutan natrium bikarbonat (NaHCO3) yang disimpan dalam tabung logam. Dalam tabung logam itu terdapat pula asam sulfat yang ditempatkan dalam satu wadah. Pada waktu digunakan, asam sulfat bereaksi dengan natrium bikarbonat dan menimbulkan karbondioksida. Karbondioksida ini yang mendesak dan menyemprotkan air (larutan) itu keluar melalui selang (pipa). b. Pemadam kebakaran Jenis Karbondioksida Pemadam kebakaran jenis ini bekerja atas dasar mengurangi persediaan oksigen. Karena massa jenis gas karbondioksida lebih besar daripada massa jenis udara, maka gas ini dapat membentuk suatu selimut yang mencegah bahan berhubungan dengan udara (oksigen). Tabung pemadam ini dilengkapi dengan penyalur/selang gas yang ujungnya berbentuk corong yang terbuat dari plastik/karet. Melalui

corong ini gas diarahkan ke api yang hendak dipadamkan. Semprotan gas karbondioksida ini sangat dingin dan dapat membekukan uap air di

16

udara yang melewati gas itu, sehingga terbentuk sejenis kabut putih., kabut ini berfungsi menghalangi oksigen berhubungan dengan bahan bakar. c. Pemadam Kebakaran Jenis Busa Alat pemadam kebakaran ini mengandung larutan bahan-bahan yang bila bercampur/bereaksi dapat menimbulkan busa. Busa ini yang dapat menghalangi udara (oksigen) berhubungan dengan bahan bakar. Dalam hal ini terjadi sedikit pendinginan agar berhasil memadamkan api, dalam pelaksanaannya lapisan busa yang menutupi api tidak terputusputus. Jadi bahan bakar itu betul-betul terselimuti dengan lapisan busa, sehingga bahan bakar dapat terisolasi dari oksigen di udara. d. Pemadam Kebakaran Jenis Serbuk Serbuk yang digunakan adalah pasir atau bahan kimia kering, yaitu natrium bikarbonat. Jenis pemadam kebakaran ini merupakan pemadam kebakaran yang paling sederhana. Penggunaannya adalah dengan disiramkan pada nyala api yang akan dipadamkan sampai tertimbun sehingga udara tidak dapat masuk ke bahan yang sedang terbakar Lapisan natrium bikarbonat menyelimuti api saat karbondioksida mendorongnya keluar. Karbondioksida keluar karena picu ditekan. Pemanasan terhadap natrium bikarbonat oleh api yang ada

menyebabkan terjadinya karbondioksida. Persamaan Reaksi: 2 NaHCO3 Catatan: Siapkan pasir dalam ember di laboratorium kimia untuk digunakan sewaktu- waktu ketika diperlukan Na2CO3 + H2O + CO2

17

e. Pemadam Kebakaran Jenis Selimut Selimut yang paling sederhana yang dapat digunakan untuk memadamkan kebakaran adalah karung/kain basah. Selimut ini

ditutupkan pada nyala api yang hendak dipadamkan, dengan demikian penyediaan oksigen dihentikan. Selain karung/kain dapat pula digunakan bahan serat yang tahan api. Selimut pemadam kebakaran, kebanyakan terbuat dari bahan kaca serat (fiber glass) yang bersifat agak lemas. Selimut yang terbuat dari asbes tidak digunakan lagi karena dapat menimbulkan kanker jika terhirup serat-seratnya.

Mengoperasikan alat Pemadam Kebakaran Jenis tabung Perlu diketahui bahwa alat-alat pemadam kebakaran yang telah dibahas hanya mampu memadamkan kebakaran-kebakaran kecil saja dan sekali pakai. Kebakaran besar harus ditangani oleh unit-unit pemadam kebakaran. Beberapa hal yang perlu diketahui dalam mengoperasikan alat pemadam kebakaran jenis tabung, sebagai berikut. a. Alat Perangkat tabung pemadam kebakaran jenis multy purpose terbuat berikut 1) tabung, tempat menyimpan serbuk zat, di dalamnya terdapat pula tabung gas yang berisi CO2 2) alat picu 3) kunci pengaman 4) selang karet/plastik dari logam dengan komponen pemadan kebakaran sebagai

18

b. Bahan Tabung pemadam kebakaran berisi serbuk Natriumbikarbonat ( NaHCO3), dan gas karbondioksida (CO2 ). c. Kesehatan dan Keselamatan Kerja Hati-hati ketika menggunakan alat pemadan, karena serbuk yang dikeluarkan dapat menyebabkan iritasi pada mata maupun hidung. d. Langkah Kerja 1) Lepaskan selang karet dari dinding tabung alat pemadam

Gambar 4.6. Melepas selang karet dinding tabung alat pemadam kebakaran

19

2) Cabut kunci pengaman pada tabung alat pemadam

Gambar 4.7. Melepas kunci pengaman tangkai alat pemadam kebakaran

3) Arahkan selang pada titik apinya

20

Gambar 4.8. Mengarahkan selang pada titik api

4) Tekan picu tabung bersamaan dengan arah selang sambil bergerak memutar mengelilingi api

badan

Gambar 4.9. Menekan picu tabung alat pemadam kebakaran

5) Menggunakan pemadam jenis selimut

Gambar 4.10 Menggunakan model selimut alat pemadam kebakaran

21

Memilih Pemadam Sesuai Dengan jenis/kelas Kebakaran a. Jenis kebakaran kelas A disebabkan bahan yang terbakar

mengandung karbon, seperti kayu, kertas, plastik, dan karet. Untuk mengatasinya gunakan alat pemadam kebakaran air, serbuk kering atau selimut api, tetapi jangan menggunakan air jika ada resiko bahaya listrik. b. Jenis kebakaran kelas B disebabkan bahan yang terbakar berasal dari bahan yang mudah terbakar meliputi zat cair, misalnya: minyak tanah, bensin, alkohol. Untuk mengatasinya gunakan pemadam

kebakaran jenis busa, karbondioksida, serbuk kering, selimut api atau pasir. Jangan menggunakan busa jika ada kemungkinan resiko bahaya listrik dan jangan sekali-kali menggunakan air. c. Jenis kebakaran kelas C disebabkan listrik untuk mengatasinya

pertama matikan saklar utama dengan maksud menghentikan arus yang mengalir melalui saklar. Selanjutnya gunakan pemadam jenis karbondioksida. Jangan sekali-kali menggunakan air, sebab air adalah penghantar listrik sehingga akan membahayakan bagi penolong kebakaran. d. Kebakaran kelas D disebabkan oleh bahan yang terbakar meliputi logam (metal) misalnya natrium, kalium, dan magnesium. Untuk mengatasinya gunakan pasir atau selimut api.

D. PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (PPPK) Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (PPPK) memiliki tujuan utama untuk mengupayakan agar pasien merasa aman dan nyaman, serta untuk menghindari memburuknya keadaan pasien sebelum mendapat pertolongan dokter. Oleh karena itu langkah- langkah pertolongan pertama perlu diupayakan agar kesehatan pasien tidak makin memburuk.

22

Keadaan korban yang memerlukan pertolongan pertama adalah jika: 1. mengalami pendarahan yang hebat , 2. sesak nafas, 3. mengalami luka dimata, 4. keadaan shock. Untuk memudahkan melaksanakan pertolongan pertama pada kecelakaan (PPPK) maka perlu disediakan kotak PPPK beserta isinya berupa obat-obatan dan perlengkapan lainnya. Adapun isi kotak PPPK meliputi: kain kasa steril, pembalut dari berbagai ukuran, kapas, alat pencuci mata, gunting, peniti,

pinset, betadin, obat gosok, natrium hidrogenkarbonat (NaHCO3 1%), asam cuka 1%, salep levertran, salep boo, boorwater, obat- obat pereda rasa sakit

E. PEMBUANGAN LIMBAH LABORATORIUM Limbah laboratorium adalah bahan-bahan atau alat yang sudah tidak dipakai. Dilaboratorium kimia yang menjadi masalah adalah limbah zat-zat

kimia yang bisa membahayakan kesehatan manusia. Untuk laboratorium sekolah tidak banyak limbah yang dibuang. Namun demikian , pembuangan limbah baik bersifat racun atau tidak tetap dilakukan dengan hati-hati..

Buanglah limbah pada tempatnya dan tidak mengalirkannya melalui pipa saluran air yang digunakan masyarakat. Sebab dapat membahayakan

lingkungan dan melanggar peraturan tentang pencemaran lingkungan. Peraturan pembuangan limbah dalam jumlah kecil yang umum dilakukan adalah sebagai berikut. 1. ditimbun dalam tanah 2. dituang dalam saluran air 3. diuapkan dalam udara terbuka atau dalam lemari asam 4. dicampur dengan suatu pelarut 5. dibakar

23

Berdasarkan cara pembuangan di atas maka perlu digolongkan limbah yang akan dibuang. Banyak senyawa kimia bersifat mudah menyala (terbakar), karsinogen, korosif, dapat meledak, mudah menguap, dan lain-lain. Cara membuangnya harus diperhatikan karena dapat menimbulkan bahaya, bila

terjadi salah membuang. Semua limbah kimia dibagi dalam tiga wujud yaitu padat, cair, dan gas yang cara pembuangannya berbeda-beda. 1. Cara membuang limbah kimia berwujud gas atau asap Limbah wujud gas biasanya dibuang ke udara terbuka atau pengerjaannya dilakukan dalam lemari asap berkipas, dan kipasnya harus terlindungi secara baik. 2. Membuang limbah kimia berwujud cair Limbah wujud cair biasanya dibuang ke saluran air dan airnya harus mengalir. Ada dua jenis cairan yang perlu diperhatikan dalam

membuangnya karena ada jenis limbah ini ada yang tidak boleh dibuang ke saluran air. Jenis cairan tersebut meliputi: cairan asam, cairan basa dan senyawa dari logam berat Membuang limbah asam dan basa lakukan dengan cara berikut; a. Menetralkan terlebih dahulu limbah asam atau basa b. Membuang limbah yang sudah diencerkan ke saluran air yang air kerannya mengalir. Langkah penetralan ini sangat diperlukan karena asam dapat menyebabkan korosi dan kebocoran saluran pembuangan yang terbuat dari logam, sedangkan basa dapat menyebabkan korosi dan akhirnya saluran tersumbat.

3. Membuang limbah kimia berwujud padat Limbah wujud padat, contohnya dari logam berat Hg, Ba, Ca, As, Pb, Ag, Cu. Untuk senyawa yang mengandung logam berat ini tidak boleh langsung

24

dibuang ke dalam saluran air melainkan harus ditampung dalam suatu tempat dan ditimbun. Senyawa logam berat ini termasuk senyawa yang toxic (beracun) Selain logam, limbah padat di laboratorium dapat berupa pecahan kaca. Zat dalam bentuk padat biasanya dibuang dalam suatu tempat tertentu yang telah disediakan. Jenis-jenis limbah padat dibedakan dalam bentuk padat mudah menyala, padat organik, gelas, padat yang larut dalam air, dan padat tak larut dalam air. Cara membuang limbah padat antara lain sebagai berikut: 1) Limbah gelas, biasanya ditampung pada tempat khusus kemudian

diberikan ke perusahaan yang khusus menangani limbah gelas 2) Limbah padat yang larut dalam air, biasanya dibuang ke dalam saluran yang airnya mengalir (padatan harus larut benar). 3) Limbah padat organik, biasanya di tampung dalam bak/kotak yang khusus dan kemudian dibakar. Tetapi ada bahan-bahan yang tersublimasi atau menghasilkan uap racun, maka untuk bahan seperti itu harus dilakukan dengan metode lain. Misalnya dalam container (wadah) tertutup atau ditimbun. 4) Limbah padat yang mudah menyala logam-logam alkali, posfor, asam pikrat, dapat dibuang dengan cara menambahkannya sedikit demi sedikit ke dalam spirtus anhidrat. Kemudian dibakar di udara terbuka Perhatian: Untuk membuang limbah dengan cara ditimbun atau dibakar harus menggunakan penutup muka, masker, dan sarung tangan.

25

Anda mungkin juga menyukai