Koleksi:www.bukuku.net
LatarBelakang Ahli pendidikan berpendapat bahwa peningkatan mutu pengajaran matematika dapat di hasilkan melalui peningkatan kuantitas (penambahan materi) pengetahuan matematika dan kemahiran tehnik yang dimiliki guru. Pendidik sudah mulai menyadari bahwa peningkatan dalam mutu pengajaran matematika adalah lebihkompleksdaripadasekedarmembekaligurudenganpengetahuanmatematika dankemahirantentangteknikmengajar. Adakajianyangmenganalisistindakandankeputusanmengajar,tetapikajian itu tidak memberi perhatian yang serius kepada sumber tindakan dan keputusan mengajar praktikan dari sudut pandang atau prespektif mereka sendiri (Clark & Yinger, 1979; Shavelson, 1976; Steffe, 1987). Kajian itu kurang memberi tumpuan kepada faktorfaktor yang mempengaruhi pembentukan "skim pengajaran" yang dimilikigurupraktekataupraktika. LandasanTeori Skim adalah satu susunan tiga serangkai yang terdiri daripada suasana pencetus, tindakan atau operasi, dan hasil yang diharapkan (Nik Aziz, 1999). Menurut Piaget (1980) semua tindakan yang diulangi atau dirumuskan melalui penggunaan pada hal barn dapat di anggap skim. Suasan pencetus yang menjadi unsur pertama bagi skim tidak merupakan, sesuatu yang wujud diluar pemikiran, tetapi terwujud dalam struktur mental manusia. Skim berfungsi mengawal dan menyelaraskan tindakan motor deria, tindakan dalaman (Nik Aziz, 1992). Dengan
Koleksi:www.bukuku.net
istilah skim pengajaran yang digunakan dalam penulisan ini dimaksudkan sebagai aktivitas mental yang mengawal dan menyelaraskan sembarang tindakan dan tingkahlakugurusewaktumengajar. Coney (1985) dan Steffe (1987) menegaskan bahwa ahli pendidikan matematika, masih belum mempunyai gambaran yang menyeluruh tentang " skim pengajaran " Praktikan matematika. Banyak persoalan mendasar mengenai " skim pengajaran" yang masih belum di analisis dari sudut pandang atau perspektif praktikansendiri. METODOLOGI Subyek Subyek terdiri dari 10 mahasiswa program D2PGSD FKIP UKI TORAJA tahun 2007 / 2008 yang melakukan praktek pengalaman lapangan (PPL) di sekolah dasar (SD). PPL untuk mahasiswa Program D2PGSD dilaksanakan dalam semester lima yangmerupakansemesterterakhirdalamprogramD2PGSD. Selama mengadakan PPL tersebut mahasiswa mengajar berbagai mata pelajaran yang ada di SD. Di antara mata pelajaran yang diajarkan adalah Matematika, IPA, PMP, Kesenian, Olah Raga dan yang lain. Selama PPL tersebut mahasiswa terns menerus berada di SD di bawah bimbingan seorang dosen pembimbing. Praktikan tersebut telah menempuh mata kuliah Pendidikan matematika 1, 2, dan 3. Pendidikan Matematika 1 dan 2 adalah mata kuliah matematika yang isinya adalah content/pengetahuan matematika, sedangkan pendidikan matematika 3 berisitentangmetodemengajarmatematikadisekolahdasar. ProsedurPengambilanData Data kajian ini diperoleh melalui prosedur seperti yang digunakan oleh Nik Aziz (1992) dengan beberapa perubahan dan tambahan yang langkahlangkahnya adalahsebagaiberikut: 1. Menjawab pertanyaan/soal selidik. Pada akhir pengambilan kuliah pendidikan matemtika 3, subyek diminta mengisi/menjawab soal tentang pengkonsepan matematikadanpengajaranmatematika 2. Wawancarapertama.Berdasarkanhasiljawabanatassoalsebelumnyadiadakan wawancara guna mengumpulkan data yang lengkap tentang pengkonsepan matematikadanpengajaranmatemtika 3. Wawancara kedua. Wawancara ini dilaksanakan sewaktu mahasiswa melakukun PPL di sekolah. Subyek di minta mengurai sumber isi pelajaran matematika yang
Koleksi:www.bukuku.net
4.
5.
6.
7. HASILKAJIAN Hasil kajian di bagi kedalam tiga bagian, yaitu skim pengkonsepan, peranan guru,dansumbertindakandankeputusanmengajaryangdigunakan. SkimPengkonsepan Sebelum menjalani latihan mengajar, praktikan mempunyai pengkonsepan yang masih sangat ideal terhadap matematika dan pengajaran matematika. Pada umumnya pengkonsepan itu terdiri dari buah pikiran yang disampaikan kepada mereka oleh dosen atau diperoleh dari buku psikologi dan ilmu pendidikan. Hal itu adalah sejalan dengan pendapat dari Lorne dan Rian (1973). Setelah menjali PPL, pandangan mereka terhadap matematika dan pengajaran matemtika menggambarkan suatu skim pengkonsepan yang mempunyai cirriciri sebagai berikut: Pandanganterhadapmatematika Matematika sekolah di anggap sebagai suatu bidang ilmu yang bersifat dualstikdanstatis.Merekamemandangpenyelesaianmasalahsebagaisesuatuyang menghasilkan dua kemungkinan, yaitu penyelesaian yang betul seperti yang
Koleksi:www.bukuku.net
di masukkan dalam rencana pelajaran sebelum subyek mengajar. Sehabis mengajar, subyek di minta menguraikan sumber/latar belakang tindakan dan keputusanspontanyangmerekabuatsewaktumengajar. Membuat karangan. Subyek diminta membuat karangan menjelang berakhirnya PPLsecararingkastentanghalberikut: a. Menyatakan suatu peristiwa dalam latihan mengajar yang member makna istimewa,danmengapaperistiwatersebutdianggapistimewa. b. Nilai pengalaman mengajar dan menguraikan pandangan subyek tentang matematikadanpengajaranmatemtika c. Menyatakan masalah serius yang di hadapi subyek sewaktu mengajar matemtika Wawancara ketiga. Dalam minggu terakhir subyek diminta membuat refleksi pengalaman mengajar dan menguraikan pandangan terhadap matemtika dan pengajaran terhadap matemtika. Selain itu subyek juga diminta menguraikan factoryangmempengaruhitindakandantingkahlakumerekasewaktumenjalam PPL. Pengamatan dalam kelas sewaktu subyek mengajar atau member tes matematika Wawancaradenganbeberapamuridyangbarusajadiajarolehpraktikan.
diajarkan oleh mereka kepada murid, dan penyelesaian yang salah murid tidak diberidoronganuntukdapatmenyelesaikanmasalahmenurutcaranyasendiri. Bahkan tidak jarang ada praktikan yang tidak senang kalau ada murid yang mempertanyakan cara mereka mengajar. Sebagai contoh seorang praktikan mengajar penjumlahan 2 + 3 1/3. Praktikan tersebut mengubah bentuk soal dengan menjumlahkan "2+3 = 5" dan " + 1/3 ". Seterusnya gurumengubah " + 1/3"menjadi,3/6+2/6=5/6". Akhirnya guru menulis hasilnya sebagai "5 + 5/6 = 5 5/6". Pada saat berlangsung pelajaran, terdapat seorang murid sertanya cara lain untuk menyelesaikansoaltersebut. Petikanberikutadalahsituasiyangterjadipadasaatitu. Murid : Apakahadacaralainuntukmencarihasildari2+31/3ituBu? Praktikan : Cara lain ya boleh saja. Kamu ubah dulu 2 menjadi 5/2 dan 3 1/3 menjadi10/3.Jadibegini(menulisdipapantulissambilmenjelaskan). 2+3'/3=5/2+10/3=15/6+20/6=35/6=5/56.Hasilnyayasama saja. Ini lebih malah lebih sulit makanya digunakan cara saya saja yang tadi. Ditinjaudaripetikantersebut,nampaknyapraktikankurangsenangkalauada murid yang akan menggunakan cara lain. Praktikan menginginkan supaya murid menggunakancarayangdiajarkanolehnyasaja.Disinipraktikankurangmemahami apayangadadalampemikiranmuridsehinggadiasertacarayanglain. Mungkin sekali murid yang bertanya tersebut mempunyai konsep bahwa penambahanbilanganpecahanhanyadapatdilakukanjikabentuknyaadalah"a/b+ c/d" atau mungkin murid tersebut mempunyai cara lain yang sesungguhnya ingin ditunjukkankepadagurutetpisayingpraktikantidakmemberkesempatan. Mungkin sekali murid yang sertanya tersebut mempunyai skim penambahan pecahan tertentu yang seharusnya justru menjadi tugas guru untuk mengenalnya guna mengembangkan skim yang di punyai oleh murid tersebut. Kenyataan ini menunjukkan bahwa praktikan belum mempunyai gambaran yang menyeluruh tentangskimpengajaran(Coney,1985danSteffe,1987). PendekatanMengajar Pendekatan perhitungan (Computational approach) di anggap sebagai pendekatan yang paling sesuai mengajar matemtika sekolah. Misalnya banyak
Koleksi:www.bukuku.net
praktikan menekankan terhadap kemampuan menghitung sehingga mereka tidak mempunyaiwaktuuntukmembimbingmuridmuridmembentukmaknabagikonsep matemtika. Pendekatan ini menjukkan suatu pandangan bahwa matemtika adalah suatuhimpunanperaturanuntukmenghasilkanjawabanpadamasalahtertentu. Praktikan juga kurang pengetahuan dalam mengenal kelemahankelemahan murid dan meremidiasi. Dalam beberapa situasi, Praktikan radar bahwa sebagian murid gagal untuk memahami pengajaran mereka tetapi praktikan tidak mengetahuicarayangpalingefektifdanefesienuntukmengatasimasalahitu. Praktikan juga lemah dalam menggunakan waktu di kelas, pemilihan isi, dan ketepatan penyampaian isi. Kelemahan ini menjadi begitu nyata apabila mereka berhadapan dengan kelas yang lemah. Sebagian besar waktu hanya digunakan guru untuk memberi keterangan dan murid di suruh menyalin apa yang di tulis dipapan tulis. Murid yang belum jelas apa yang di berikan oleh guru di jelaskan dengan cara yangsamasebelumnya,tetapilebihpelandarisebelunya. Dalam kasus ini nampaknya praktikan berpendapat bahwa cara menerangkan sebelumya terlalu cepat sehingga perlu di ulang bagi anak yang belum memehami. Dalam hal ini nampak bahwa kemampuan praktikan dalam mendeteksi kelemahan murid masih terbatas, apalagi sampai mencari tahu skim matematika yang dipunyai oleh murid berkaitan dengan konsep yang diajarkan. Petikan berikut adalah salah satupernyataandariseorangpraktikanX. Saya lebih suka mengajar kelas yang muridnya pandai. Tidak ada murid yang membuat keributan. Mereka dengan senang hati mengerjakan semua tugas yang saya berikan. Kelas yang lemah muridnya banyak yang rebut dan kalau disuruh mengerjakantugashanyabeberapamuridsajayangmaumengerjakantugas. TekhnikPenyoalan Tidak banya usaha, yang dilakukan oleh praktikan untuk membimbing murid untuk membuat refleksi dan pengabstrakan terhadap isi pelajaran. Soal tes ulangan yang di berikan praktikan masih terlampau panjang dan sulit bagi murid. Praktikan mengambil sebagian soal ulangan dari soalsoal bersama dalam catur bulan sebelumnya. Fenomena ini menunjukkan bahwa praktikan belum mempunyai pengkonsepan yang baik dalam pembuatan soal dan penilaian. Bahkan diantara praktikan sendiri mengakui bahwa mereka kurang dalam tehknik pembuatan soal dan evaluasi. Praktikan sering memberikan soal dalam konteks yang berbeda dengan yang diberikan. Misalnya, yang diberikan adalah soal penambahan dalam bentuk simbolik, tetapi guru memberikan juga memberikan soal penambahan
Koleksi:www.bukuku.net
dalamkontekscerita. PerspektifTerhadapPembelajaran Semua praktikan menganggap bahwa muridmurid sebagai penerima pengalaman deria secara obyektif danpasif yang dapat mempelajari matematika sekolah apabila diberi drill yang cukup. Dalam beberapa situasi pengajaran, praktikankurangsensitifpadakesulitanmatematikayangdialamiolehmurid.Pada umumnyamerekaternssajmengajartanpamempertimbangkanapakahmuridyang diajarmemahamiapayangmerekaajarkanatautidak. Pada umumya, pandangan praktikan terhadap matematika dan pengajaran matematika membayangkan suatu skim pengkonsepan yang sejalan dengan pandangan neobehaviourisme, dimana prinsip dasar pengajaran terdiri dari tiga komponenyaitu,adanyarangsangan,gerakbalasdanpeneguhan. PerananGuru Data wawancara dan observasi dalam kelas sewaktu praktikan mengajar menunjukkan bahwa cara pengajaran dari semua subyek mempunyai beberapa persamaan.Merekamelaksanakankurikulummatematikasecara"indoktrinasi"dan bukansecara"parundingan(Negotation)". Dari pandangan mereka peran guru adalah untuk memastikan bahwa murid dapat menghasilkan jawaban yang betul dalam menyelesaikan soalsoal yang ada dalam buku teks murid. Tidak ada petunjuk atau tanda yang jelas bahwa guru mengajar berdasrkan skim tindakan dan opersi dari murid. Bahkan interaksi guru murid terjadi hanya terjadi sewaktu guru memberikan pekerjaan dalam kelas dan sewaktumemeriksajawabanmurid. SumberTindakandanKeputusanMengajar PengaruhBukuTeks Semua praktikan hanya menggunakan buku teks sekolah. Dalam mengajar, praktikan mengajar mengikuti buku dan tidak pernah menyimpang dari apa yang tertera dalam buku teks. Praktikan menganggap buku teks sebagai sumber pengajaranbagimerekatetapibukansumberpembelajaranbagimurid. Dengan itu mereka mengajar dengan buku teks untuk mendapatkan soalsoal pekerjaan rumah (PR) dan bagi murid buku teks tersebut hanya digunakan untuk mencari PR saja. Penemuan ini adalah sejalan dengan temuan Khuns dan Freeman (1979), dan Buah (1986) yang menyatakan bahwa buku teks banyak mempengaruhi tindakandankeputusanguru.
Koleksi:www.bukuku.net
PengaruhBukuPembimbing Guru praktek tidak banyak menerima nasehat dari guru pembimbing. Bagaimanapun perlakuan dan saran dari guru pembimbing mempunyai pengaruh yang kuat atas tingkah laku dan keputusan mengajar praktikan. Selain itu praktikan juga mempunyai perasaan segan kepada guru pembimbing sehingga praktikan cenderungmengikutinormasekolah. Semua saran dari guru pembimbing diterima begitu saja oleh praktikan tanpa membuat refleksi tentang kesesuaian dan keberkesanan dari saran yang diberikan. Apa yang diberikan oleh praktikan nampaknya adalah tidak berbeda dengan apa yangdinyatakanolehBauerfeld(1979)ataupunLanier(1985). Misalnya, jika terjadi bahwa format SAP yang ada disekolah, praktikan akan begitu saja mengikuti format yang ada di sekolah tersebut tanpa memberi penjelasan kepada guru pembimbing. Praktikan tidak beram mengutarakan bahwa yang penting dalam SAP adalah substansinya dan aktualisasinya dalam pelaksaan danbukansekedarformatnya. PengaruhKuliahMetodologiPengajaran Tingkah laku dan keputusan mengajar praktikan ternyata juga di pengaruhi oleh mated dalam kuliah metodologi pengajaran. Sewaktu mengajar, praktikan membuat refleksi pada ide dan gagasan yang dibicarakan dalam kuliah metodologi. Keadaan im adalah seperti apa yang dinyatakan oleh Lortie dan Rian (1973), praktikan juga merasakan bahwa sebagian ide yang dibicarakan dalam kelas adalah bersifat umum dan kadangkadang sukar untuk dilaksanakan. Dalam kenyataannya praktikan merasa masih mengalami kesulitan mentedemahkan/menggunakan metodemengajartertentuuntuksuatutopicyangtertentupula. SIMPULANDANIMPLIKASI Tindakan dan keputusan praktikan adalah sejalan dengan pandangan neobehaviorisme dimana kurikulum matematika dilaksanakan dengan menggunakankaedahimposisi(imposition)ataupengenaan.Tidakadatandatanda praktikan memandang pengajaran matematika sebagai suatu proses dimana guru berusaha mengembangkan makna matematika yang samasama dipunyai oleh guru danmurid. Dari kaca mata praktikan, peranan guru matematika adalah sematamata untuk melatih murid menggunakan kemampuan khusus dan mengingat fakta tertentu.Untukmencapaiinipraktikanmenggunakantehknikdemonstrasidandrill. Apabila murid tidak berhasil mencapai tujuanya, guru mengulang kembali seperti
Koleksi:www.bukuku.net
apayangtelahdiberikansebelumnya. Dengancarainitentunyamuridakanmudahmenjadibosan.Implikasidarihal ini adalah bahwa latihan mengajar dalam kelompok kecil (micro teaching) dalam pendidikan guruharus lebih di identifikasikan lagi. Pembelajaran konstruktif perlu di identifikasikan yang memungkinkan praktikan dapat mengajar dalam berbagai konteksdancara. Sumber tindakan dan keputusan mengajar praktikan dipengaruhi oleh buku teks. Tetapi kemampuan menggunakan buku teks secar efektif dan efisien masih perlu di tingkatkan. Pengetahuan dan pengalamanyang baik dalam menggunakan bukuteksdapatmengubahtingkahlakupraktikandalammengajar. DAFTARPUSTAKA Barliner, D.C. 1984, The halffull Glass: A review of research on teaching. In P.L Hosford (Ed), Using what we know about teaching. Alexandria, VA: Associationforsupervisionandcurriculumdevelopment. Buah, S.W. 1986. Preservice teacher sources of decisions in teaching secondary mathematics.JournalforResearchinmathematicsEducation,17,2130 Clark. C.M . dan Yinger, R.J. 1979. Research on Teacher planning: A progress report. JournalofCurriculumStudies,11,175177 Cooney, T.J. 1973, A. beginning teacher's view of problem solving. Journal for ResearchinMathematicEducation,16,234336. Kuhns, T.M. dan Freeman, D.J. 1979. The potential influence of textbooks on teacher's selection of content for elementary Scholl mathematics. East Lansing:MichiganStateUniversity,InstituteforResearchonTeaching. Lanier, P.E. 1981. Mathematics classroom inqury: The need, a menthol and the promise. Research series No. 101, The Institute for Research on Theaching, MichiganStateUniversity. Nik Aziz, N.P. 1992. Penghayatan Matematika KBSR dan KBSM : Agenda Tindakan. KualaLumpurDewanBahasadanPustaka. Nik Aziz, N.P. 1999. Pendekatan Konstruktivisme Radikal Dalam Pendidikan Matematika.KualaLumpur:UniversitiMalaya Piaget, J. 1980. The Psychogenesis of knowledge and it's epistemological signifmance. In Massimo PiatelliPalmarini (Ed), Language and Learning: The debate between Jean Piaget and Noam Chomsky, Cambridge, MA: HarvardUniversityPress. Steffe, L.S. 1987 Principles of mathematical curricular desgn in ealy childhood
Koleksi:www.bukuku.net
10
teacher education. Paper presented at the Annual Meeting of The AmericanEducationalResearchAsosiation,Washington,D.C. Thompshon, A.G. 1984. The relatationship of teacher conceptions of mathematics teaching to instructional practice. Educational Studies In Mathematics, 15, 15127.
Koleksi:www.bukuku.net