ABSTRAK Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit masyarakat yang diderita oleh 90% penduduk Indonesia. Penyakit gigi dan mulut banyak berkaitan dengan masalah kebersihan mulut. Penyebab dari kedua penyakit tersebut adalah diabaikannya kebersihan mulut sehingga terjadilah akumulasi plak. Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui hubungan antar usia, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan suku dengan status kebersihan gigi dan mulut masyarakat nelayan di Pulau Sabutung Kabupaten Pangkejene dan Kepulauan. Data dikumpulkan dengan pemeriksaan langsung pada sampel penelitian. Jumlah sampel yang didapatkan yaitu 72 nelayan dari 187 kepala keluarga yang berprofesi sebagai nelayan. Status keparahan kebersihan gigi dan mulut diukur menggunakan OHI-S. Hasil penelitian menunjukkan bahwa analisa demografi seperti tingkat pendidikan berhubungan dengan status kebersihan gigi dan mulut masyarakat nelayan di Pulau Sabutung, sedangkan usia, tingkat pendapatan dan suku tidak berhubungan dengan status kebersihan gigi dan mulut masyarakat nelayan di Pulau Sabutung Kabupaten Pangkejene dan Kepulauan. Kata Kunci : Demografi, Keparahan Kebersihan Gigi dan Mulut
PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan Indonesia kemampuan penduduk bertujuan kesehatan untuk di bahwa kesehatan gigi merupakan suatu bagian dari kesehatan umum secara
mencapai
hidup sehat bagi setiap Indonesia agar terwujud Derajat status maupun tujuan
pribadi. Untuk bidang kesehatan gigi dan mulut, upaya dapat ditinjau dari aspek lingkungan, pendidikan, kesadaran
derajat kesehatan yang optimal. kesehatan kesehatan masyarakat. tercermin baik Untuk dalam
individu mencapai
merata dan terjangkau untuk seluruh masyarakat masyarakat. dengan Setiap peran individu aktif atau
dan memadainya penyediaan tenaga dan fasilitas yang diperlukan, bisa juga
terbatas. Menurut
merupakan salah satu pulau di Indonesia yang terletak di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan pesisir pantai barat
kesehatan gigi dan mulut seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh empat faktor penting yaitu keturunan, lingkungan (fisik maupun sosial budaya), perilaku dan pelayanan kesehatan.1 Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit masyarakat yang diderita oleh 90% penduduk Indonesia, yang
Sulawasi Selatan yang merupakan salah satu pulau yang hampir sebagian besar masyarakatnya bermata pencarian sebagai nelayan penangkap ikan atau biota laut lainnya maupun pergi hingga ke yang hidup didasar, kolom
permukaan laut
perairan, mereka
yang berarti
bila tidak dirawat akan makin parah, dan bersifat irreversible yaitu jaringan yang rusak tidak dapat utuh kembali. Penyakit gigi dan mulut banyak berkaitan dengan masalah kebersihan mulut. Penyebab dari kedua penyakit tersebut adalah
berhari - hari
kelompok masyarakat rawan kemiskinan karena pekerjaannya sangat dipengaruhi oleh kondisi cuaca dan musim. Itulah sebabnya nelayan kualitas hidup masyarakat dari
diabaikannya kebersihan mulut sehingga terjadilah akumulasi plak. Pelayanan kesehatan gigi dan
masih
mulut belum terjangkau secara efektif dan merata oleh seluruh masyarakat, terutama masyarakat pesisir atau yang bermukim di pulau, fasilitas kesehatan yang ada masih sangat minim karena akses wilayah yang sulit dijangkau dengan mudah. Pemberdayaan masyarakat pesisir merupakan salah satu kecenderungan
kemiskinan
masyarakat nelayan. Menurut Badan Pusat Statistik (2005), indikator yang digunakan untuk mengetahui tingkat delapan atau yaitu kesejahteraan ada
pendapatan,
konsumsi keadaan
pengeluaran keluarga,
tempat tinggal, fasilitas tempat tinggal, kesehatan anggota keluarga, kemudahan mendapatkan kemudahan jenjang pelayanan memasukkan pendidikan, kesehatan, anda ke
baru dalam paradigma pembangunan di Indonesia setelah sekian lama wilayah laut dan pesisir menjadi wilayah yang dilupakan dalam pembangunan di
kemudahan
Indonesia. Selama ini pembangunan di Indonesia wilayah sangat daratan. berorientasi pada Pulau Sabutung
mendapatkan fasilitas transfortasi.2 Untuk menunjang upaya kesehatan agar mencapai derajat yang optimal, maka
upaya dibidang kesehatan gigi juga perlu mendapat perhatian. Oleh karena itu, dilakukan penelitian analisa demografis dengan status keparahan kebersihan gigi dan mulut masyarakat nelayan di Pulau Sabutung Desa Mattiro Kanja Kabupaten Pangkejene dan Kepulauan. Rumusan Masalah Apakah ada hubungan antar usia, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan suku
dengan status keparahan kebersihan gigi dan mulut masyarakat nelayan Pulau Sabutung ? Tujuan Penelitian Untuk mengetahui hubungan antar usia, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan suku dengan status keparahan kebersihan gigi dan mulut masyarakat nelayan Pulau Sabutung.
TINJAUAN PUSTAKA Demografi Demografi mempelajari manusia. adalah ilmu yang maupun tidak langsung sebagai mata
pencahariannya. Masyarakat desa pesisir secara umum lebih merupakan dengan kondisi yang sangat dimiliki
dinamika
kependudukan ukuran,
Demografi
meliputi
masyarakat strata
tradisional ekonomi
struktur, dan distribusi penduduk, serta bagaimana setiap jumlah penduduk berubah atau
sosial
rendah. Pendidikan
yang
waktu
akibat
kelahiran
kematian, migrasi serta penuaan. Analisa kependudukan dapat merujuk masyarakat secara keseluruhan atau kelompok tertentu yang didasarkan kriteria seperti : jenis kelamin, suku, usia, agama,
masyarakat yang biasa bergelut dengan kemiskinan dan keterbelakangan. 4 Gambaran Umum Kabupaten
memiliki luas wilayah laut 17 000 km. Kecamatan merupakan Liukang salah satu Tupabbiring kecamatan di
masyarakat sebagai kumpulan manusia yang saling berinteraksi satu sama lain. Nelayan di dalam Ensiklopedi Indonesia dinyatakan sebagai orang-orang yang secara aktif melakukan kegiatan
Kabupaten ini
pulau dan terdapat 10 pulau yang tidak berpenghuni, merupakan wilayah dengan jumlah pulau yang lebih banyak dan jarak pulau yang umumnya lebih dekat dengan
pesisir
kabupaten
yang
merupakan
restorasi dan piranti yang dipakai dalam rongga mulut. makanan Debris makanan adalah tersisa dalam
gugusan pulau Spermonde.5 Profil Pulau Sabutung Pulau Sabutung pulau yang
yang
mulutKalkulus adalah deposit keras yang terbentuk dari mineralisasi plak pada pemukaan gigi. Diketahui ada dua macam kalkulus gingiva menurut margin letaknya yaitu terhadap kalkulus
terdapat di dalam wilayah Desa Mattiro Kanja, terletak pada posisi koordinat 04045'1.8 LS dan 119025'58.8 BT, dengan batas-batas administrasi sebagai berikut : Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Mattiro Bombang; Sebelah Timur berbatasan dengan Pesisir Pangkep;
supragingiva dan kalkulus subgingiva.7 Oral Hygiene Indeks Untuk mengetahui status kesehatan gigi dan mulut, prevelensi serta
Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Mattiro Uleng; dan Sebelah Selat Pulau Barat
keparahannya diperlukan suatu alat ukur yang dikenal sebagai indeks. Adapun salah satu indeks yang telah dikembangkan yaitu indeks oral hygiene oleh Green dan Vermillion ( 1960 ). Penilaian tingkat kebersihan mulut dengan metode ini yaitu terdiri dari calculus index debris index (DI-S). (CI-S) dan Pemeriksaan
berbatasan Jumlah
dengan penduduk
Makassar. Sabutung
mencapai 1.545 jiwa (244 KK) yang terdiri dari 687 laki-laki dan 858 perempuan. (PMU Coremap Pangkep, 2007). Mata pencaharian utama warga Pulau Sabutung tidak saja sebagai nelayan penangkap ikan, tetapi pedagang dan pengusaha kayu. Warga yang bermata pencaharian lokasi penangkapan berada tidak jauh dari Pulau Sabutung.6 Oral Hygiene Oral Hygiene (OH) merupakan keadaan kebersihan gigi dan rongga mulut yang dapat dilihat dari adanya sisa makanan, kalkulus (karang gigi), stain dan materia alba. Secara klinik plak dapat didefinisikan sebagai suatu zat yang terstruktur yang berwarna kuning keabuabuan yang melekat pada pemukaan gigi termasuk pada permukaan padat seperti
dilakukan terhadap enam permukaan gigi pilihan yang dapat mewakili semua
segmen anterior dan posterior mulut berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan pada seluruh mulut. Keenam gigi yang
diperiksa pada OHI-S adalah permukaan fasial/buccal dan permukaan lingual gigi.7 Untuk indeks) diletakkan pemeriksaan digunakan pada 1/3 DI-S sonde incisal (debris yang dan
digerakkan ke 1/3 gingival, dengan kriteria sebagai berikut : 0 = tidak ada debris 1 = debris lunak menutupi tidak lebih
dari 1/3 permukaan gigi 2 = debris lunak menutupi lebih 1/3 permukaan tetapi tidak lebih dari 2/3 permukaan gigi 3 = debris lunak menutupi lebih dari 2/3 permukaan gigi Nilai Debris Index ( DI-S) : Jumlah skor gigi yang dinilai 6 Untuk pemeriksaan CI-S (calculus
1,3 3,0 : kebersihan mulut sedang 3,1 6,0 : kebersihan mulut buruk
BAHAN DAN METODE Jenis penelitian penelitian observasional ini adalah analitik.
Penelitian dilakukan tanggal 23 - 25 Mei 2013. Lokasi penelitian di Pulau Sabutung Desa Mattiro Kanja Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan. Populasi penelitian yaitu masyarakat Pulau Sabutung yang
index) diperoleh dengan meletakkan sonde dengan baik dalam distal gingival crevice dan digerakkan pada daerah subgingival dari jurusan kontak distal ke daerah kontak mesial (1/2 dari lingkaran gigi dianggap sebagai satu unit skoring),dengan krieria sebagai berikut : 0 = tidak ada kalkulus 1 = kalkulus supragingival menutupi tidak lebih dari 1/3 permukaan gigi 2 = kalkulus supragingival menutupi lebih dari 1/3 tetapi tidak lebih dari 2/3 permukaan gigi 3 = kalkulus supragingival menutupi lebih dari 2/3 permukaan gigi Nilai Calculus Index ( CI-S ) Jumlah skor gigi yang dinilai 6 ( Nilai OHI-S = Nilai DI-S + Nilai CI-S ) Derajat kebersihan mulut secara klinik dihubungkan dengan skor OHI-S adalah sebagai berikut : 0,0 1,2 : kebersihan mulut baik
berprofesi sebagai
nelayan. Sampel
penelitian yaitu individu yang bersedia menjadi responden data dan hadir saat
pengambilan
penelitian.
Metode
pengambilan sampel adalah Accidental Sampling. Jumlah sampel yang didapatkan yaitu 72 sampel dari 187 kepala keluarga Pulau Sabutung yang berprofesi sebagai nelayan. Kriteria inklusi dan ekslusi Kriteri inklusi yaitu bersedia
berpartisipasi dalam penelitian, berusia produktif yaitu 15-64 tahun dan ada saat penelitian dilakukan, sedangkan ekslusi yaitu subjek yang menggunakan gigi tiruan penuh (Full Denture). Definisi Operasional Demografi yaitu analisa kependudukan yang merujuk masyarakat secara
keseluruhan atau kelompok , berdasarkan kriteria seperti : a) Usia (usia kronologis) yaitu perhitungan usia yang dimulai dari
saat kelahiran seseorang sampai dengan waktu penghitungan usia. b) Tingkat pendidikan menurut Undang-Undang
menangkap ikan atau biota lainnya yang hidup di dasar, kolom maupun permukaan perairan.6 Alat Penelitian Alat penilaian yaitu lembar
no.78 tahun 2009 yaitu : (1) Tingkat pendidikan sangat tinggi adalah perguruan tinggi. (2) Tingkat pendidikan tinggi
analisa demografi yang berisi informasi tentang pendidikan terakhir, pendapatan, suku, jenis kelamin, usia dan lembar penilaian status OHI-S. Serta alat
pendidikan SMP/sederajat. (4) Tingkat pendidikan rendah, adalah pendidikan SD/sederajat.8 c) Pendapatan yaitu semua penghasilan yang didapat oleh kepala keluarga berupa uang, di Indonesia pendapatan nelayan tradisional (kecil kecilan) dalam kategori miskin (rendah) hanya sekitar Rp. 300.000/bulan. d) Suku yaitu sosial-budaya.9 Status keparahan
kebersihan gigi dan mulut/ Oral Hygiene (OH) merupakan keadaan kebersihan gigi dan rongga mulut yang dapat dilihat dari adanya sisa makanan, kalkulus (karang gigi), stain dan materia alba.7 Sedangkan Nelayan yaitu orang yang mata pada
hasil laut, yang sehari -harinya bekerja Analisis Data Data yang diperoleh diolah menggunakan program SPSS 16.0, dengan menggunakan uji Chi-Square. masyarakat nelayan di Pulau Sabutung Desa Mattiro Kanja Kabupaten Pangkejene HASIL DAN PEMBAHASAN Telah dilakukan penelitian mengenai analisa demografis dengan status keparahan kesehatan gigi dan mulut dan Kepulauan. Hasilnya dapat diliat pada tabel dibawah ini.
Tabel 1. Distribusi karakteristik masyarakat nelayan Pulau Sabutung di Kabupaten Pangkejene dan Kepulauan. Karakteristik Kelompok Umur (Tahun) 20-30 31-40 41-50 50 Tingkat Pendidikan Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Perguruan Tinggi Tingkat Pendapatan Rendah Menengah Suku Bugis Makassar Jawa Buton Total Tabel 1 menunjukkan bahwa n 21 27 16 8 45 21 6 0 38 34 35 28 8 1 72 % 29,2 37,5 22,2 11,1 62,5 29,2 8,3 0 52,8 47,2 48,6 38,9 11,1 1,4 100,0 tingkat pendidikan tamat SMA sebesar 6 orang (8,3%). Selain menunjukkan itu bahwa tabel untuk 1 juga tingkat Min-max meanSD 18-58 36,69,5
berdasarkan umur responden, distribusi tertinggi berada pada kelompok umur 3140 tahun sebanyak 27 responden (37,5%). Sedangkan distribusi yang terendah berada pada umur 50 tahun sebanyak 8 orang (11,1%). Tabel 1 juga menunjukkan bahwa untuk tingkat pendidikan, distribusi
pendapatan, distribusi tertinggi berada pada tingkat pendapatan rendah sebesar 38 orang (52,8%), sedangkan distribusi
terendah berada pada tingkat pendapatan menengah sebesar 34 orang (47,2%). Pada tabel 1 juga terlihat bahwa mayoritas responden adalah suku Bugis yaitu sebanyak 35 (48,6%) dan minoritas adalah suku Buton hanya 1 orang (1,4%).
tertinggi berada pada tingkat pendidikan tamat SD sebesar 45 orang (62,5%), sedangkan distribusi terendah berada pada
Tabel 2. Distribusi Rerata OHI-S masyarakat nelayan Pulau Sabutung di Kabupaten Pangkejene dan Kepulauan meanSD 1,90,6 1,40,4 3,40,8 untuk DI-S yaitu nilai rata rata
DI-S CI-S OHI-S Tabel 2 menunjukkan distribusi rerata OHI-S yaitu nilai rata rata responden 3,40,8. Dengan distribusi
responden 1,90,6. Sedangkan untuk CI-S yaitu nilai rata rata responden 1,40,4.
Tabel 3. Hubungan usia dengan derajat kebersihan mulut masyarakat nelayan Pulau Sabutung di Kabupaten Pangkejene dan Kepulauan Usia Derajat kebersihan mulut Total Uji Statistik Baik Sedang Buruk n % Nn % N % Nn % < 20 30 1 4,8 8 38,1 12 57,1 21 100 31 40 0 0,0 9 33,3 18 66,7 27 100 41 50 0 0,0 3 18,8 13 81,2 16 100 p = 0,457 + 50 0 0,0 1 12,5 7 87,5 8 100 Total 1 1,4 21 29,2 50 69,4 72 100 Uji Chi-Square Tabel 3 menunjukkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak. Hal ini berarti tidak ada hubungan usia dengan derajat kebersihan gigi dan mulut pada nelayan Pulau Sabutung di Kabupaten Pangkejene dan Kepulauan. Hasil ini sejalan teori Blum
bahwa responden yang memiliki derajat kebersihan mulut kategori baik dan sedang umumnya responden yang berusia < 20 30 tahun masing-masing sebesar 5% dan 38,1%. Sedangkan responden yang buruk derajat kebersihan mulutnya paling tinggi berada pada uisa + 50 tahun yaitu sebesar 88%. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,457 (p>0,05) dengan demikian
(1973), status kesehatan gigi dan mulut seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh empat faktor penting yaitu keturunan, lingkungan, kesehatan.1 perilaku dan pelayanan
Tabel 4. Hubungan tingkat pendidikan dengan derajat kebersihan mulut Pulau Sabutung di Kabupaten Pangkejene dan Kepulauan Derajat kebersihan mulut Total Tingkat Uji Buruk Baik Sedang Pendidikan Statistik N % n % Nn % Nn % Tamat SD 0 0,0 11 24,4 34 75,6 45 100 0 0,0 7 33,3 14 66,7 21 100 p = 0,008 Tamat SMP 2 33,3 1 16,7 3 50,0 6 100 Tamat SMA Total 1 1,4 21 29,2 50 69,4 72 100 Uji Chi-Square Tabel responden 4 yang menunjukkan memiliki bahwa derajat pendidikan mempengaruhi memperoleh informasi penyakit.
10
kebersihan gigi dan mulut kategori baik dan sedang umumnya responden yang berpendidikan sebesar 17% SMA dan masing-masing 50%. Sedangkan
penatalaksanaan
juga sejalan dengan penelitian Pintauli (2004, cit. Isrofah, 2010) menunjukkan bahwa seseorang yang memiliki tingkat pendidikan rendah kemungkinan akan memiliki pengetahuan yang kurang mengenai kesehatan gigi dan mulut.11
responden yang buruk derajat kebersihan mulutnya umumnya tamatan SD sebesar 76% . Dari hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,008 (p<0,05) dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti ada hubungan tingkat pendidikan dengan derajat kebersihan mulut pada nelayan Pulau Sabutung di Kabupaten Pangkejene dan Kepulauan. Hasil ini sesuai dengan pendapat Sadiman (2002) bahwa, yang status
Tingkat pendidikan
merepresen-
terhadap
mengemukakan
Tabel 5. Hubungan tingkat pendapatan dengan derajat kebersihan mulut Pulau Sabutung di Kabupaten Pangkejene & Kepulauan Derajat kebersihan mulut Total Tingkat Uji Buruk Baik Sedang Pendapatan Statistik n % Nn % Nn % Nn % 1 2,9 13 38,2 20 58,8 34 100 p=0,137 Rendah 0 0,0 8 21,1 30 78,9 38 100 Menengah Total 1 1,4 21 29,2 50 69,4 72 100 Uji Chi-Square
Tabel
menunjukkan
bahwa
nelayan Pulau Sabutung di Kabupaten Pangkejene dan Kepulauan. Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Martiana & Wilujeng (2006) yang meyatakan bahwa profil kesehatan nelayan masih rendah
bahwa responden yang memiliki derajat kebersihan gigi mulut kategori baik dan sedang umumnya responden yang
berpendapatan sebesar 3%
rendah dan
masing-masing Sedangkan
38%.
responden yang buruk derajat kebersihan mulutnya paling tinggi yang menengah tingkat pendapatannya yaitu sebesar 79%. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,137 (p>0,05) dengan demikian Ho diterima dan Ha ditolak. Hal ini berarti tidak ada hubungan tingkat pendapatan dengan derajat kebersihan mulut pada
kualitasnya, adanya penyakit infeksi dan lingkungan perumahan masih kurang ini
perumahan nelayan jauh dari akses ke kota, sehingga sulit memperoleh layanan kesehatan.
Tabel 6. Hubungan suku dengan derajat kebersihan mulut Pulau Sabutung di Kabupaten Pangkejene dan Kepulauan Derajat kebersihan mulut Buruk Baik Sedang N % nn % Nn % 1 2,9 9 25,7 25 71,4 0 0 0 1 0,0 0,0 0,0 1,4 9 2 1 21 32,1 25,0 100 29,2 19 6 0 50 67,9 75,0 0,0 69,4 Total Nn 35 28 8 1 72 % 100 100 100 100 100 Uji Statistik
Suku Bugis Makassar Jawa Buton Total Uji Chi-Square Tabel responden 6 yang
p = 0,702
menunjukkan memiliki
bahwa derajat
paling
tinggi
yang
buruk
derajat
kebersihan mulutnya yaitu sebesar 75%. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,702 (p>0,05) dengan demikian Ho diterima dan Ha ditolak. Hal ini berarti tidak ada hubungan suku dengan derajat kebersihan mulut pada nelayan Pulau
2,9%, untuk responden yang memiliki derajat kebersihan mulut kategori sedang paling tinggi berasal dari Makassar sebesar 32%. Sedangkan responden dari suku Jawa
Sabutung di Kabupaten Pangkejene dan Kepulauan. Hasil ini tidak sejalan dengan
penelitian Suwelo (1992) dan Budiharto (2000) cit. Isrofah, (2010) yang tempat
menyatakan bahwa
lingkungan
PENUTUP Simpulan Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa untuk dengan analisa demografi
masyarakat
nelayan
sedangkan usia, tingkat pendapatan dan suku tidak berhubungan dengan status
DAFTAR PUSTAKA
1. Astoeti, Tri Erri J. Peran Perilaku Terhadap kebersihan gigi dan mulut murid murid sekolah dasar di wilayah DKI Jakarta. Dentofas. 2003. Vol : 1 februari. Hal : 340/4 2. Sugiharto E.Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Nelayan Desa Benua Baru Ilir Berdasarkan Indikator Badan Pusat Statistik. EPP.2007.Vol:4.No:2. Hal:32-36 3. Chesnais JC. The demographic transition theory. EOSS 4. Imron A. Strategi dan Usaha Peningkatan Kesejahteraan Hidup Nelayan Tanggulsari Mangunharjo Tugu Semarang Dalam Menghadapi Perubahan Iklim. Riptek.2012.Vol:6.No:1.Hal:27-37
5. Kasnir M, Fahrudin A, Bengen DG, Boer M. Analisis Kesesuaian dan Daya Dukung Penatakelolaan Minawisata Bahari di Kepulauan Spermonde Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan. Forum Pascasarjana.2009. Vol:32.No:4. Hal:285-293 6. Buku Profil Pulau Kecil Kabupaten Pangkep 2007. 2012(Juli). Http// /file%20referensi%20lp%20/sebatas% 20gis%20%20pulau%20sabutung.htm 7. Carranza Fa. Glickman,s Clinical Periodontology 10th ed. Philadelphia saunders 1996, p. 57-79,218-232 8. Menteri Pendidikan Nasional. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia (Nomor 78 tahun 2009). Departemen Pendidikan Nasional. 2009. Hal:2-3. www.pendidikan_diy.go.id/file/mendi knas/permen7809.pdf 9. Aisyah D, Rostam K, Awang AH. Keberkesanan program PEMP Dalam Meningkatkan Pendapatan Isi Rumah Pesisir Pantai Indonesia:Kes Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara. 2011.Vol:6.No:2. Hal:359-374. www.epnintsundip.ac.id/2059211/215 9-ki-h_03.pdf 10. Sariningrum E, Irdawati. Hubungan Tingkat Pendidikan, Sikap dan Pengetahuan Orang Tua Tentang Kebersihan Gigi dan Mulut Pada Anak Balita 3-5 Tahun Dengan Tingkat Kejadian Karies di PAUD Jatipurno. Berita Ilmu Keperawatan ISSN 19792697. 2009. Vol:2.No:3. Hal. 119-124 11. Isrofah, Eka NM. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Gigi Terhadap Pengetahuan dan Sikap Anak Usia Sekolah di SD Boto Kembang Kulonprogo Yogyakarta. www.ukmy/perilaku/pengetahuan/im age/upload/79-2011-4/ukm-2-amdoc.pdf