Anda di halaman 1dari 6

NAMAKU SHEILA

Pendiam? Takut? Ntah takut karna Apa atau Mengapa. Ya, itulah diriku sebenarnya. Sejak dulu dari SD hingga sekarang tak banyak teman yang aku miliki, karena faktor ekonomi yang aku alami hingga sekarang membuatku hanya bersekolah sampai SD, kesendirian yang menemaniku disaat aku sendiri. Coretan coretan pensil dari tangan kananku dipapan kayu kamar dinding adalah saksi bisu jalan cerita semasa kecilku. Teddy adalah sahabat terbaiku dari dulu hingga sekarang, boneka Beruang yang aku dapat dari Kakek yang dulu ketika ibuku masih kecil beliau juga sering memaminkannya. Tujuh tahun yang lalu saat pertama kali aku menerima boneka Beruang itu dari kakek yang ditemukan digudang tua belakang rumah milik kakek.

Dan saat ini umurku hampir 20 tahun bulan ini diakhir pengujung tahun. Tak banyak harapan yang aku inginkan saat aku beranjak usia 20 nanti. 31 Desember 1993 itulah tanggal lahirku. Cukup bertemu dengan kedua orang tuaku adalah salah satu impian terbesarku saat kecil hingga sekarang. Wajar saja sepanjang hidupku aku belum pernah bertemu bahkan mengenal orang tuaku. Ntah kenapa kedua orang tuaku tega menitipkan hidupku bersama dengan Kakek. Tanpa meninggalkan kesan masa kecil yang seharusnya layak aku terima dan aku kenang. Hanya foto tua milik kedua orang tuaku ketika masih muda sebagai obat penghilang rasa rinduku kepadanya. Sheila, turun nak bantu Kakek Suara renta kakek terdengar pelan dari bawah kamarku. Iya Kek Balasku dengan nada keras.

Sebelumnya perkenalkan Namaku Sheila semenjak kecil aku tinggal bersama Kakek di sebuah Desa kecil jauh dari Kota. Kamarku yang berada dilantai atas dengan satu jendela yang langsung terhubung keluar halaman depan yang membuatku harus berbicara dengan nada keras agar Kakek mendengarnya. Ada apa kek? Tanyaku pelan didepan Kakek. Tolong ambilkan kakek air Jawab kakek sambil mengangkat gelas untuk diisikan air oleh Sheila. Oh iya kek, tunggu sebentar tanpa basa basi langsung berjalan ke arah dapur dan

menuangangkan air kendi kedalam gelas. Sebenarnya tak banyak yang bisa aku lakukan selain merawat kakek dan meyempatkan

diri buat berkerja membantu tetangga, tak seberapa juga yang aku hasilkan, yang terpenting bagiku cukup bisa membuat kami kenyang adalah

anugerah yang tak terkira. Kakekku sudah hampir 2 tahun ini terkena penyakit stroke yang hingga saat ini aku tak tau kenapa penyakit itu datang ke Kakek. Tak banyak yang bisa kami lakukan untuk menyembuhkan penyakit kakek mungkin tak banyak alasan lagi kecuali karna ekonomi kami yang cukup hanya untuk membeli sayuran untuk menu pendamping nasi. Kakek selama sakitnya hanya bisa menyuruhku untuk melakukan sesuatu dan duduk di diatas kursi empuknya sambil melamun dan terlihat sedang memikirkan sesuatu. Beda, semasa sehatnya Kakek sangat gagah bekerja mengolah ladang miliknya sendiri disamping kanan rumah kakek untuk

memenuhi kebutuhan sekolahku saat aku sekolah SD dan untuk kebutuhan pokok sehari hari. Ya, itu lha kakekku yang membesarkanku hingga tak berdaya. Aku gak tau gimana rasanya kalau kehilangan kakekku, Semoga tuhan

memberikannya kesehatan, Amin. Dalam hatiku berkata.

Keesokan hari sinar mentari pagi menyinariku lewat jendela kamarku untuk

membangunkanku, kupandang halaman luas didepanku, angin angin datang menerpa lembut rumput halaman. Ya, memang inilah kebiasaan ku yang aku lakukan setiap pagi. Sebelum melakukan pekerjaan rumah tanpa menggangu kakek tertidur.

Anda mungkin juga menyukai