Anda di halaman 1dari 4

EXPLORASI LINGKUNGAN PESISIR MUARAGEMBONG KABUPATEN BEKASI

Oleh : Desy Kusumawardani 09/285890/GE/06732

A. PENDAHULUAN Perkembangan ekowisata Indonesia saat ini tidak sebanding dengan potensi wisata alam yang besar, mengingat keanekaragaman hayati Indonesia yang sangat kaya, tetapi belum banyak yang dimanfaatkan baik secara nasional maupun internasional. Dicanangkannya tahun 2003 sebagai Tahun Bahari, membuka peluang lebih besar untuk mengembangkan ekowisata bahari, yang mengoptimalkan keseimbangan pemanfaatannya wilayah laut bagi pariwisata sekaligus menghasilkan devisa yang besar. Pesisir Kecamatan Muaragembong di Kabupaten Bekasi, memiliki sumberdaya pesisir yang dapat dimanfaatkan sebagai obyek wisata. Dengan sungai yang lebar dan landai mengelilingi hutan bakau dan daerah tambak, serta lokasinya yang dekat dengan Jakarta, maka potensi pengambangan ekowisata bahari dimungkinkan. Tulisan ini bertujuan ingin menyampaikan kendala pengembangan wisata bahari di Muaragembong, yang sebetulnya mempunyai peluang cukup besar. Beberapa kendala tersebut akan dibahas, seperti belum siapnya masyarakat setempat sebagai sumberdaya pengelola, jangkauan transportasi dari luar kecamatan yang sulit, berkurangnya hutan bakau untuk pertambakan, kurangnya perhatian pemerintah daerah terhadap obyek ini, serta belum adanya promosi, menyebabkan pesisir muara gembong masih dianggap sekedar wilayah pertambakan.

Perusakan terhadap sumber daya alam atau lingkungan alam oleh manusia di Indonesia salah satunya akibat dari keterbatasan kemampuan dalam mengelola sumber daya alam tersebut secara seimbang. Sumber daya alam Indonesia yang terbesar datang dari laut. Dengan dicanangkannya tahun 2003 sebagai Tahun Bahari diharapkan mampu menumbuhkan motivasi untuk mengenal lebih dalam tentang laut dan mengoptimalkan keseimbangan pemanfaatannya. Perkembangan ekowisata Indonesia saat ini tidak sebanding dengan potensi wisata sumber daya alam yang besar, mengingat keanekaragaman hayati Indonesia yang sangat kaya. Menurut Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, Koes Saparjadi, dalam sambutannya pada acara penandatanganan kerjasama antara Departemen Kehutanan (Dephut) dengan ASITA (Association of Indonesian Tour and Travel Agency), upaya menjual taman nasional, taman suaka alam, taman buru dan suaka margasatwa yang semuanya dikelola Dephut, terkendala fasilitas perhubungan. Hal tersebut terjadi akibat belum adanya pemahaman akan fungsi dan potensi sumber daya alam yang dapat dikembangkan sebagai sumber pemasukan negara dari sektor ekowisata, mengingat ekowisata memang bukan wisata massal, melainkan wisata eksklusif. Indonesia sebagai negara megabiodiversity nomor dua di dunia, telah dikenal memiliki kekayaan alam, flora dan fauna yang sangat tinggi. Para explorer dari dunia barat maupun timur jauh telah mengunjungi Indonesia pada abad ke lima belas yang lalu. Perjalanan eksplorasi yang ingin mengetahui keadaan di bagian benua lain telah dilakukan oleh Marcopollo, Washington, Wallacea, Weber, Junghuhn dan Van Steines dan masih banyak yang lain merupakan awal perjalanan antar pulau dan antar benua yang penuh dengan tantangan. Para petualang ini melakukan perjalanan ke alam yang merupakan awal dari perjalanan ekowisata. Sebagian perjalanan ini tidak memberikan

keuntungan konservasi daerah alami, kebudayaan asli dan atau spesies langka (Lascurain, 1993 dalam Chafid Fandeli, Mukhlison, 2000).

B. Pesisir Muaragembong, Kabupaten Bekasi Kecamatan Muaragembong Kabupaten Bekasi berbatasan dengan : sebelah utara Laut Jawa; sebelah selatan Kecamatan Babelan, sebelah timur Kabupaten Karawang, dan sebelah barat berbatasan langsung dengan teluk Jakarta. Dengan kondisi sungai yang cukup lebar antara minimal 30 meter sampai 80 meter, dengan arus yang lemah, kedalaman rata-rata 3 m, menyebabkan saat ini sungai sungai di Muaragembong menjadi prasara transportasi utama bagi penduduknya. , Sampai saat ini perahu yang digunakan baru transportasi umum Muara Tawar Cilincing ke Muara Gembong , memutar melewatu Muara Bungin di perbatasan Kerawang. Kadang-kadang ada juga perahu ikan dari pelabuhan Muara baru, meskipun sebetulnya dari Ancol perahu dimungkinkan untuk masuk ke muara gembong tetapi belum dimanfaatkan. Padahal transportasi darat, kecuali ojek sepeda motor, tidak ada yang dapat masuk ke wilayah pesisir muara gembong. karena memang tidak ada jalan raya. Di sepanjang pantai masih terdapat hutan bakau yang meskipun sudah banyak yang berubah menjadi tambak udang dan bandeng, sebagian besar wilayahnya, terutama di tepi sungai masih terlihat rimbun. Sehingga bila dikelola dengan benar maka hutan bakau tersebut dapat dipertahankan, bahkan kalau secara serius ditangani dapat dikembalikan seperti semula. Banyaknya biota yang menandai hutan bakau juga masih dapat dikemabngkan, seperti adanya kepiting bakau serta burung-burung yang singgah pada musim-musim tertentu. Ada tiga Muara Besar yang memungkinkan masuk ke MuaraGembong dengan perahu, yaitu Muara Bendera, Muara Mati dan Muara Bungin. Nelayan yang membawa ikan akanb

memasarkan ikan tangkapannya di sekitar muara tersebut. Ada pedagang yang siap menampungnya. Disamping menerima pasokan ikan dari nelayan, para pedagang (palele) juga menerima penjualan udang dari tambak-tambak yang ada di pesisir Muara Gembong, sehingga di sepanjang sungai yang digunakan bagi pelayaran terdapat berbagi variasi wisata yang dapat dinikmati antara lain : Hutan Bakau, burung-burung migran, kepiting bakau, serta masih terdapat pula biawak dan monyet. Wisatawan juga dapat berbelanja di sepanjang sungai serta bersama-sama dan dimungkinkan memasak ikan segar di rumah penduduk. Kehdupan masyarakat di sepanjang sungai juga menadi ciri yang tersendiri karena, mereka berasal dari wilayah-wilayah di Indonesia, meskipun di dominasi penduduk Betawi. Sehingga terjadi asimilasi kebudayaan yang sangat menarik. Pemerintah memang sudah memiliki rencana pengalokasian ruang untuk kawasan ekowisata guna mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan di Kecamatan Tarumajaya dan Muaragembong. Namun sampai sekarang belum dilaksanakan, karena konsentrasi pemerintah masih pada nilai ekonomi tambak yang secara langsung dapat memberikan hasil bagi masyarakat. Sedangkan pemehaman masyarakat terhadap pariwisata saat ini belum nampak di kecamatan muara gembong.

Anda mungkin juga menyukai